PENDAHULUAN
morbiditas dan mortalitas baik bagi ibu hamil maupun janin yang dikandungnya.
Data statistik menunjukkan bahwa angka kematian ibu (AKI) di Indonesia masih
merupakan salah satu yang tertinggi di Asia Tenggara yakni mencapai 228 per
timbulnya kejang atau konvulsi. Kematian ibu yang terjadi akibat preeklampsia
riwayat preeklampsia dalam pihak keluarga maternal atau paternal memiliki risiko
lebih tinggi untuk menderita preeklampsia di masa depan. Terdapat tujuh kali
daripada kehamilan kembar dua, hal ini menunjukkan bahwa peningkatan massa
pada ibu hamil, seperti usia maternal 40 tahun, resistensi insulin, obesitas,
parenteral dalam bentuk loading dose secara intravena dan dilanjutkan dengan
maintenance dose.5
lagi, hanya plasenta dan bukan fetusnya yang dibutuhkan untuk preeklampsia
LAPORAN KASUS
Nama : Ny. J. M
Umur : 29 tahun
Alamat : Koloan
Status : Menikah
Bangsa : Indonesia
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : IRT
Anamnesis Utama
sakit
Anamnesis :
BAB/BAK biasa
Kawin 1 kali
Kehamilan: G2P1A0
B. Riwayat Haid.
Status Praesens:
Nadi : 78 x/menit.
Respirasi : 24 x/menit.
Edema : (-)
Kepala : normocephal
Kelamin : normal
Status Obstetrik
Pemeriksaan luar:
Pemeriksaan dalam:
- Effacement 75%, pembukaan 1-2 cm, ketuban (-) sisa putih keruh, pp kepala
HI
Pemeriksaan lain:
o FHM (+)
o FM (+)
o BPD = 9,38 cm
o AC = 31,50 cm
o FL = 7,14 cm
347.000/mm3
Pasien G2P1A0 29 tahun hamil aterm datang ke RS dengan keluhan nyeri perut
bagian bawah ingin melahirkan dirasakan teratur sejak 4 jam sebelum masuk
rumah sakit, pelepasan lendir campur darah (+), pelepasan air dari jalan lahir sejak
1 hari sebelum masuk rumah sakit, gerakan janin (+) sebelum masuk rumah sakit.
BAB/BAK biasa
36,50C.
Status Obstetrik
Pemeriksaan luar:
Pemeriksaan dalam:
- Effacement 75%, pembukaan 1-2 cm, ketuban (+) putih keruh, pp kepala HI
preeklampsia berat
Sikap:
Dopamet 3 x 500 mg
18.00 WITA
Nadi : 80 x/menit
Respirasi : 24 x/menit
His : 8-9//10”-15”
Pemeriksaan dalam : Effacement 75%, pembukaan 1-2 cm, ketuban (-) sisa
Sikap :
Dopamet 3 x 500 mg
19.45
Pemeriksaan dalam : Effacement 95%, pembukaan 1-2 cm, ketuban (-) sisa
Preeklampsia berat
janin
Sikap :
Resusitasi intrauterin
20.25
Operasi dimulai
Dilakukan SCTP
20.30
21.30
Operasi selesai
Laporan Operasi:
operasi. Dilakukan insisi pfannensleil diperdalam lapis demi lapis sampai dengan
fascia. Fascia dijepit dengan 2 kocher kemudian diperlebar ke kiri dan ke kanan.
kocher digunting kecil dan disisihkan ke atas dan ke bawah, ke kiri dan ke kanan.
peritoneum. Identifikasi SBR, dilakukan insisi pada SBR secara semilunar, insisi
lapis demi lapis, kemudian dengan bantuan klem bengkok, cavum uterus
ditembus, keluar cairan ketuban warna putih keruh ± 50 cc. Identifikasi bayi letak
kepala, bayi dilahirkan dengan cara diluksir kepala. Jam 20.30 lahir bayi ♀/ BBL
3100 gram/ PBL 47 cm/ AS 5-7, terdapat lilitan tali pusar 2 kali erat di leher.
Diakukan penjepitan tali usat pada kedua tempat. Tali pusat digunting di
Cavum uteri dibersihkan dari sisa plasenta, ketuban dan darah. Luka pada SBR
kemudian secara jelujur pada lapisan kedua dengan menggunakan chromic catgut
II tapper. Plika vesikouterina dijahir jelujur degan chromic catgut 2.0 tapper,
peritoneum dijahir jelujur. Kontrol perdarahan (-), otot dijahit dengan chromic
catgut. Fascia dijahit jelujutr dengan sajil 1, kontrol perdarahan (-). Lemak dijahit
simpul dengan plain catgut, kontrol perdarahan (-). Kulit dijahit subkutikuler
dengan chromic catgut 2.0, kontrol perdarahan (-). Luka operasi ditutup dengan
Perdarahan : + 400 cc
Diuresis : + 200 cc
Diagnosis Post Op: P2A0 29 tahun post SCTP a/i gawat janin + PEB
- Inj oxytosxin 3 x 1 IV
Leukosit : 18.200/uL
Hematokrit : 26,4%
Trombosit : 389.000/uL
2.5 FOLLOW UP
12 Juli 2014
Keluhan : (-)
Status praesens : KU: cukup, Kes: CM, T: 130/80 mmHg, N: 84x/mnt, R:
- BU (+)
Diagnosa : P2A0 29 tahun post SCTP a/i gawat janin Hari I + PEB
- Metronidazole 2 x 500 mg
- Vit C 1x1 IV
- Piton 3 x 1 IV
13 Juli 2014
Keluhan : (-)
Status praesens : KU: cukup, Kes: CM, T: 120/80 mmHg, N: 82x/mnt, R:
- BU (+)
Diagnosa : P2A0 29 tahun post SCTP a/i gawat janin Hari II + PEB
- Metronidazole 2 x 500 mg
- SF 1 x 1 tab
14 Juli 2014
Keluhan : (-)
- BU (+)
Diagnosa : P2A0 29 tahun post SCTP a/i gawat janin Hari III + PEB
- Metronidazole 2 x 500 mg
- SF 1 x 1 tab
- Dopamet 3 x 500 mg
2.6. PROGNOSIS
PEMBAHASAN
lagi, hanya plasenta dan bukan fetusnya yang dibutuhkan untuk preeklampsia
untuk dapat berkembang. Hal ini ditunjukkan dengan adanya kasus kehamilan
inflamasi kronik. Abnormalitas ini dapat disebabkan karena adanya hipertensi dan
cedera endotel yang diinduksi oleh penyakit ini. Namun beberapa abnormalitas
terjadi invasi, sitotrofoblas ditemukan pada otot polos dan lapisan endotelial di
remodelling pada pembuluh darah ibu menjadi pembuluh darah yang beresistensi
rendah. Keadaan ini menyebabkan adanya akses oksigen dan nutrisi untuk
perkembangan plasenta dan fetus. Sebagai bagian dari proses ini, sitotrofoblas
adhesi dapat disebabkan oleh karena kondisi hipoksia melalui percobaan in vitro.
Hal ini dapat menjadi penyebab mengapa wanita yang tinggal di daerah dataran
hipoksia yang terjadi karena plasentasi abnormal juga dapat berkontribusi pada
Pada kasus ini diketahui terjadi oligohidramnion, hal itu dapat menjadi
akibat dari adanya preeklampsia pada ibu hamil. Karena hipoksia yang terjadi
terjadinya oligohidramnion.
peningkatan glukosa darah.Selain itu, terdapat faktor risiko lainnya yang dapat
2. Nullipara.
3. Riwayat hipertensi dalam keluarga dan riwayat preeklampsia
sebelumnya.
dapat meningkatkan risiko terjadinya abruptio plasenta, berat badan lahir rendah,
tampak hanya menjelang akhir suatu proses patofisiologi yang mungkin sudah
Pada preeklampsia berat bisa temukan satu atau lebih gejala di bawah ini
1. Tekanan darah sistolik ≥ 160 mmHg dan tekanan darah diastolik ≥ 110
mmHg. Tekanan darah ini tidak menurun meskipun wanita hamil sudah
6. Nyeri epigastrium atau nyeri pada kuadran kanan atas abdomen (akibat
8. Hemolisis mikroangiopatik.
cepat.
Preeklampsia berat dapat pula dibagi menjadi dua yaitu a) preeklampsia berat
dan inflamasi sistemik kronik. Ada juga dokumentasi klasik yang menunjukkan
risiko mortalitas dan morbiditas perinatal. Hasil dari sebuah studi prospektif yang
dilakukan oleh Friedman dan Neff (1976) menunjukkan bahwa hipertensi saja,
berkaitan dengan peningkatan angka kematian janin sebesar tiga kali lipat. Tabel 1
kehamilan.13
Penderita preeklampsia berat harus segera masuk rumah sakit untuk rawat
inap dan dianjurkan tirah baring miring ke satu sisi (kiri). Perawatan yang penting
dan eklampsia mempunyai risiko tinggi untuk terjadinya edema paru dan oliguria.
Sebab terjadinya kedua keadaan tersebut belum jelas, tetapi faktor yang sangat
terjadi (terjadi kompetitif inhibisi antara ion kalsium dan ion magnesium).11
Cara pemberian
Maintenance dose
pernapasan
o Diuresis 100cc/4jam
Diuretikum tidak diberikan secara rutin, kecuali bila ada edema paru-paru,
payah janting kongestif dan anasarka. Diuretikum yang dipakai ialah furosemid.
mengusulkan batasan yang dipakai ialah ≥ 160/110 mmHg dan MAP ≥ 126
mmHg.11
uji klinik yang melibatkan 2949 ibu dengan hipertensi dalam kehamilan,
menyimpulkan bahwa sampai didapatkan bukti yang lebih teruji. Ini berarti
hipertensi pada kehamilan. Namun yang harus dihindari secara mutlak sebagai
sulfat.11
α-Metildopa
Dosis awal 500 mg 3 x per hari, maksimal 3 gram per hari
terdiri atas 133 ibu dengan preeklampsia berat hamil preterm, menyimpulkan
bahwa belum ada cukup data untuk memberi rekomendasi tentang sikap terhadap
medikamentosa.
Indikasi perawatan aktif ialah bila terdapat satu atau lebih keadaan di bawah
ini:
o Ibu
o Janin
Terjadinya oligohidramnion
o Laboratorik
eclampsia dengan keadaan janin baik. Magnesium sulfat dihentikan bila ibu
dalam waktu 24 jam. Bila setelah 24 jam tidak ada perbaikan, keadaan ini
diterminasi.11
Penyulit Ibu
hepar.
Penyulit Janin
Penyulit yang dapat terjadi pada janin ialah intrauterine fetal growth
Pada penderita dalam kasus ini terjadi penyulit pada janin yaitu terjadinya
oligohidramnion.
3.3 Prognosis
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
terjadinya penyulit pada janin maupun ibu, pada janin dapat terjadi
2013:1-9.
2014.
4. Powe CE, Levine RJ, dan Karumanchi SA. Preeklampsia, a disease of the
Hypertension, 2012;25(1):120-125.
12. Cunningham FG, Kenneth JL, Bloom SL, Hauth JC, Rouse DJ, dan Spong
205.