Kelompok 6 :
( Kelas A & D)
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR
2018
I. ABRAHAM MASLOW : TEORI DINAMIKA-HOLISTIK
A. SEKILAS TEORI DINAMIKA-HOLISTIK
Teori-teori Maslow, Gordon Allport, Carl Rogers, Rollo May, dan beberapa
nama lain sering disebut sebagai kekuatan/mazhab ketiga dalam psikologi. Mazhab
pertama adalah psikoanalisis dengan semua modifikasinya, sementara mazhab kedua
adalah behaviorisme dengan semua bentuk pengembangannya. Dan seperti teoretisi
mazhab ketiga lainnya, Maslow mengamini beberapa pandangan psikoanalisis dan
behaviorisme, Sewaktu menjadi mahasiswa dulu, dia sudah pernah membaca
Interpretation of Dreams ( Freud, 1900/1953) dan menjadi sangat tertarik kepada
psikoanalisis. Kemudian dalam penelitian kesarjanaannya dengan primata, dia sangat
terpengaruh oleh pandangan-pandangan John B. Watson (Watson,1925). Karena itu,
dalam teorinya yang sudah matang kemudian, Maslow mengkritisi baik psikoanalisis
dan behaviorisme lantaran keterbatasan pandang mereka terhadap kemanusiaan dan
pemahaman mereka yang tidak tepat mengenai pribadi yang sehat secara psikologis.
Maslow percaya bahwa manusia memiliki hakikat lebih tinggi ketimbang garis
pandangan yang ditunjukkan psikoanalisis maupun behaviorisme, dan dia
menghabiskan banyak waktu di hidupnya untuk menemukan hakikat dari sifat-sifat
individu yang sehat secara psikologis.
Maslow tidak terlalu dekat dengan salah satu dari orang tuanya, tetapi ia tidak
keberatan dengan ayahnya yang seringkali tidak ada di sampingnya. Ayahnya adalah
seorang imigran keturunan Rusia-Yahudi yang bekera mempersiapkan barel/tong.
Akan tetapi, kepada ibunya Maslow merasakan kebencian dan kemarahan yang besar,
tidak hanya pada masa kecilnya, tetapi juga hingga hari kematian Ibunya yang hanya
berjarak beberapa tahun dari kematian Maslow sendiri.walapun telah beberapa tahun
menjalani psikoanalisis, kebenciannya yang kuat terhadap Ibunya tak pernah hilang
dan ia menolak untuk menghadiri pemakaman Ibunya walaupun saudara kandungnya
yang tidak membenci Ibunya memintanya untuk hadir. Setahun sebelum kematiannya
Maslow menuliskan menuliskan pemikirannaya di buku hariannya:
Apa yang saya benar-benar benci dan tidak sukai bukan hanya penampilan
fisiknya, tetapi juga nilai-nilai dan pandangan mengenai dunia yang
dianutnya, kepelitannya, keegoisannya, tidak adanya cinta bagi orang lain di
dunia, bahkan bagi suaminya dan anak-anaknya sendiri… asumsinya bahwa
orang lain yang tidak sependapat dengannya telah melakukan kesalahan,
ketidakpedulian terhadap cucu-cucunya, keadaan yang tidak mempunyai
teman, kecerobohannya dan kejorokannya, kenyataan bahwa ia tidak
mementingkan keluarganya, bahkan orang tua saudara-saudara kandungnya
sendiri… saya selalu berpikir dari manakah asalnya ide-ide pemikiran saya,
penekanan hal-hal yang etis yang saya miliki, rasa humansime saya,
penekanan pada hal-hal yang baik yang saya miliki, kasih sayang, rasa
pertemanan saya, dan hal-hal lainnya yang ada di diri saya. Saya mengetahuia
dengan pasti tentang akibat langsung dari tidak adanya cint Ibu. Akan tetapi,
keseluruhan filosofi hidup saya dan semua penelitian serta teori saya juga
berakar dari kebencian dan ketidaksukaan terhadap segal sesuatu yang ia (Ibu)
yakini
Sejak kecil, maslow merasa berbeda dengan orang lain, dia merasa malu
dengan kondisi fisiknya karena memiliki tubuh yang kurus dan hidung yang besar
(Hidayat, 2011). Pada usia remaja, dia merasakan rendah diri yang sangat dalam
(inferiority complex) (Yusuf & Nurihsan, 2011). Dia mencoba untuk
mengkompensasinya dengan berusaha semaksimal mungkin untuk memperoleh
pengakuan, penerimaan, dan penghargaan dalam bidang atletik, namun tidak berhasil.
Dia kembali bersahabat dengan buku.
Diduga hasrat Maslow untuk menolong orang lain agar bisa hidup dalam
kehidupan yang lebih kaya (lebih bermakna) timbul dari keinginan Maslow untuk
memperoleh kehidupan yang kaya (lebih bermakna) yang tak pernah ia peroleh di
masa mudanya.
Sejak kecil dan remaja, Maslow sudah senang membaca. Pagi-pagi dia pergi
ke perpustakaan yang dekat dari rumahnya untuk meminjam buku. Apabila berangkat
ke sekolah, dia pergi satu jam sebelum masuk kelas. Selama satu jam tersebut ia
pergunakan untuk membaca buku yang dia pinjam dari perpustakaan.
Setelah Abe atau Maslow lulus dari Boys High School, sepupunya Will
mendukungnya untuk mendaftar ke Cornell University, akantetapi Maslow tidak
percaya diri untuk mendaftar. Oleh karena itu Maslow memilih City College of New
York yang kurang terkemuka. Karena Ayahnya menginginkan anak lelaki tertuanya
menjadi seorang pengacara Maslow memilih Hukum sebagai bidang stdinya ketika
berkuliah di City College of New York. Tetapi ia meninggalkan kelas hukumnya
disuatu malam dan meninggalkan semua buku-bukunya dikelasnya. Walaupun pada
awalnya Ayahnya kecewa, tetapi pada akhirnya Ayahnya bisa menerima keputusan
yang diambil Maslow
C. KONSEP KEPRIBADIAN
Meskipun memiliki pengalaman yang buruk namun dalam teorinya Maslow
memandang manusia dengan optimis, memiliki kecenderungan alamiah untuk
bergerak menuju kearah aktualisasi diri. Meskipun memiliki kemampuan jahat dan
merusak, tetapi bukan merupakan esensi dasar dari manusia. Sifat-sifat jahat muncul
dari rasas frustasi terhadap pemenuhan kebutuhan dasar. Contohnya ketika
kebutuhan akan makanan dan tempat tinggal tidak terpenuhi, maka untuk memenuhi
kebutuhannya dilakukan dengan cara mencuri agar dapat terpenuhinya kebutuhan
tersebut.
Maslow berpendapat bahwa seseorang akan memiliki kepribadian yang sehat,
apabila ia telah mampu untuk mengaktualisaikan dirinya secara penuh. Dia
mengemukakan teori motivasi bagi self-actualizing person dengan nama
metamotivation, meta-needs, B-motivation, atau being values (kebutuhan untuk
berkembang).”
D. STRUKTUR KEPRIBADIAN
a. Kebutuhan Dasar
4. Kebutuhan Penghargaan
6. Kebutuhan Estetika
7. Kebutuhan Aktualisasi
b. Kebutuhan Tinggi
17) Mencukupi diri sendiri; mandiri, dengan meta-patologinya tidak berarti, putus
asa, hidup sia-sia.
E. DINAMIKA KEPRIBADIAN
Maslow yakin bahwa banyak tingkah laku atau kepribadian manusia yang bisa
diterangkan dengan memperhatikan motivasi individu untuk mencapai tujuan-
tujuannya yang membuat kehidupan individu menjadi bermakna dan tercapainya
kepuasan. Berdasarkan fakta yang ada menyebutkan bahwa jantung dari teori Maslow
ialah proses motivasional manusia terutama dalam rangka memenuhi kebutuhan-
kebutuhannya. Manusia merupakan makhluk yang tidak pernah berada dalam
kepuasan, ketika satu kebutuhan sudah terpenuhi maka ia akan termotivasi untuk
mencapai kebutuhan di tingkat yang lebih tinggi, begitu seterusnya, sehingga
kepuasan manusia bersifat sementara. Berdasarkan hal tersebut, Maslow mengajukan
gagasan bahwa kebutuhan yang pada manusia adalah bawaan dan tersusun menurut
tingkatan yang disebut dengan hierarki kebutuhan. Dalam pandangan Maslow,
susunan kebutuhan-kebutuhan dasar yang bertingkat itu merupakan organisasi yang
mendasari motivasi manusia, yang menghasilkan dinamika kepribadian. Dan menurut
Maslow, kualitas perkembangan individu dapat dilihat dari tingkatan kebutuhan atau
corak pemuasan pada diri individu tersebut. Semakin individu dapat memuaskan
kebutuhan-kebutuhannya yang tinggi, maka individu tersebut semakin mampu
mencapai individualitas, matang dan berjiwa sehat, begitu pula sebaliknya.
Pemenuhan kebutuhan konatif, estetika, dan kognitif merupakan dasar bagi
tercapainya kesehatan fisik dan psikologis seseorang. Jika kebuthan-kebutuhan
tersebut tidak terpenuhi, maka akan mengarah pada penyakit.
F. PERKEMBANGAN KEPRIBADIAN
a. Hierarchy of needs: uses. Konsep Maslow tentang hirarki kebutuhan memiliki
nilai yang besar untuk berbagai keperluan. Sebagai contoh seorang siswa yang
mungkin mengalami beberapa masalah dengan belajar dan mendapatkan nilai
yang baik. Analisis diri dari kepuasan kebutuhan akan cepat mengungkapkan
bahwa siswa tersebut tidak memperoleh kebutuhan mendapatkan
pengakuannya, sehingga tujuan terkait pencapaian harga diri tampak tidak
relevan. Dengan kata lain, mendapatkan nilai yang bagus tidak memotivasi
siswa yang kesepian. Jawabannya tidak hanya untuk belajar lebih banyak lagi
namun juga mengambil beberapa langkah untuk memenuhi kebutuhan
sosialnya.
b. Hierarchy of needs: flaws with the idea. Seseorang akan mempertimbangkan
bahwa dengan terpenuhinya kebutuhan pengakuaannya itu merupakan sarana
untuk mencapai kebutuhan harga diri dan aktualisasi diri, tetapi orang lain
mempertanyakan bagaimana orang yang dikasihinya akan merespon dengan
gagasan seperti itu. Banyak orang melihat keintiman sebagai bagian dari
kehidupan lebih berharga dari pencapaian yang mengarah pada aktualisasi diri,
dan, Erik Erikson menunjukkan bahwa sering mengikuti pembentukan kepuasan
identitas. Kembali ditemukan apa yang tampaknya menjadi sebuah ekspresi dari
sistem nilai Maslow dan bukan sebagai temuan yang bersifat empiris.
c. Beyond Self Actualization: The B Values. Orang yang telah mencapai aktualisasi
diri mengembangkan Being Values (kebutuhan untuk berkembang) dan meta-
needs. Mereka telah berhasil berkembang melalui hierarki kebutuhan dasar.
Mereka sekarang memulai proses pertumbuhan hidup untuk meningkatkan
keberadaan mereka, untuk memperluas pengetahuan mereka tentang diri dan
orang lain, dan untuk mengoperasionalkan kepribadian aktualisasi diri mereka
dalam setiap kegiatan yang mereka lakukan.
d. Peak Experience. Maslow menemukan dalam penelitiannya bahwa banyak
orang yang mencapai aktualisasi diri ternyata mengalami pengalaman puncak,
suatu pengalaman mistik mengenai perasaan dan sensasi yang mendalam,
psikologik, dan fisiologik. Suatu keadaan dimana seseorang mengalami
ekstasi-keajaiban-terpesona-kebahagiaan yang luar biasa, seperti pengalaman
keilahian yang mendalam, dimana saat itu diri seperti hilang atau mengalami
transendensi. Pengalaman puncak itu bisa diperoleh dari mengalami sesuatu
yang sempurna, nyata, dan luar biasa, menuju keadilan atau nilai yang
sempurna. Sepanjang mengalami hal itu, orang merasa sangat kuat, sangat
percaya diri dan yakin. Pengalaman puncak itu mengubah seseorang menjadi
merasa lebih harmoni dengan dunia, pemahaman dan pandangannya menjadi
luas.
II. CARL ROGERS : TEORI PERSON CENTERED
Rogers memiliki nama lengkap Carl Ransom Rogers. Rogers lahir pada
tanggal 8 Januari 1902, di Oak Park, Illinois, sebagai anak keempat dari enam
bersaudara. Ayahnya benama Walter dan ibunya
benama Julia Cushing Rogers. Carl sangat dekat
dengan ibunya, karena ayahnya sering bepergian untuk
pekerjaannya sebagai insinyur sipil. Kedua orang tua
Rogers merupakan orang yang religius dan taat,
sehingga Carl menjadi tertarik pada Kitab Injil, bahkan
sebelum masuk sekolah ia sering membaca Kitab Injil
dan buku-buku lain.Roger sempat berkeinginan untuk
menjadi seorang petani, dan setelah lulus SMA, ia
kuliah di University of Wisconsin dan mengambil
jurusan pertanian. Akan, tetapi ia mulai kehilangan minatnya pada bidang pertanian
dan lebih taat pada bidang agama.
Pada tahun 1924, Rogers bergabung dengan Seminari Union Theological di
New York dengan intense untuk menjadi pastur. Saat seminari ia mengikuti beberapa
kelas psikologi dan pendidikan di Columbia University. Rogers sangat terpengaruh
oleh pergerakan pendidikan progresif oleh jhon Dewey, yang pada saat itu sangat
kuat di Teachers Collage, Columbia. Akhirnya pada musim gugur tahun 1926, Rogers
meninggalkan seminari untuk menghadiri Teachers Collage sepenuhnya dan
mengambil jurusan psikologi klinis dan pendidikan, sejak saat itulah, ia tidak pernah
kembali pada pendidikan agama formal.
Pada tahun 1927, Rogers telah bekerja sebagai staf di Institute of Child
Guidance di New York City sambil menyelesaikan gelar doktornya. Setelah
mendapatkan gelar doctor atau gelar Ph.D., dalam bidang psikologi dari Columbia
pada tahun 1931 , Rogers menjadi anggota staf di Rochester Guidance Center dan
kemudian menjadi pemimpinnya. Sepanjang karirnya Rogers berusaha terus
mengaplikasikan metode ilmiah objektif kepada kajian kemanusiaan. Rogers sangat
terpengaruh oleh gagasan dari Otto Rank, yang merupakan salah satu rekan kerja
Freud sebelum ia dikeluarkan dari kelompok Freud.
Pada tahun 1940 Rogers menerima tawaran untuk menjadi guru besar
psikologi di Ohio State University. Perpindahan dari pekerjaan klinis ke suasana
akademis ini dirasa oleh Rogers sendiri sangat tajam. Karena rangsangannya Rogers
merasa terpaksa harus membuat pandangannya dalam psikoterapi itu menjadi jelas.
Dan ini dikerjakannya pada 1942 dalam buku Counseling and Psychotheraphy. Pada
tahun 1945 Rogers menjadi guru besar psikologi di Universitas of Chicago. Tahun
1946-1957, dirinya menjadi presiden the American Psychological Association.
Rogers mendirikan Center for Studies of The person bersama 75 orang dari WBSI,.
Pada tahun-tahun terakhir hidupnya, ia memimpin workshop di negara-negara seperti
Hungaria, Brasil, Afrika Selatan, dan Uni Soviet. Rogers meninggal dunia tanggal 4
Februari 1987 setelah mengikuti operasi untuk pembedahan panggul yang patah dan
karena serangan jantung.
Pada tahun 1986, Rogers dan para koleganya yang berorientasi lebih pada
humanistis membentuk Center of the Person (pusat kajian manusia). Teorinya baru
didukung secara penuh dalam Client-Centered Therapy (1951) dan dikemukakan
secara lebih detail dalam seri buku Koch. Namun, Rogers selalu menekankan bahwa
teorinya harus selalu bersifat tentativ, dan seseorang harus berpegang pada pemikiran
tersebut saat melakukan pendekatan diskusi atas teori kepribadian Rogers.
Menurut Rogers, orang yang memiliki kepribadian sehat adalah orang yang
dapat mengaktualisasikan diri. Jadi manusia yang sadar dan rasional tidak lagi
dikontrol oleh peristiwa kanak-kanak seperti yang diajukan oleh aliran Freudian,
misalnya toilet training, penyapihan ataupun pengalaman seksual sebelumnya. Rogers
lebih melihat pada masa sekarang, dia berpendapat bahwa masa lampau memang
akan mempengaruhi cara bagaimana seseorang memandang masa sekarang yang akan
mempengaruhi juga kepribadiannya dan tingkat kesehatan psikologisnya.
Aktualisasi dapat memudahkan dan meningkatkan pematangan dan
pertumbuhan. Aktualisasi diri adalah proses menjadi diri sendiri dan mengembangkan
sifat-sifat serta potensi psikologisnya yang unik. Konsep aktualisasi diri merujuk
pada kecenderungan organisme untuk tumbuh dari makhluk yang sederhana menjadi
sesuatu yang kompleks, lalu berubah dari ketergantungan menuju kemandirian dari
sesuatu yang tetap dan kaku menuju proses perubahan dan kebebasan berekspresi.
Roger percaya bahwa manusia memiliki dorongan yang dibawanya sejak lahir untuk
menciptakan dan hasil ciptaan yang paling penting adalah diri orang sendiri, suatu
tujuan yang dicapai jauh lebih sering oleh orang-orang yang sehat daripada orang-
orang yang sakit secara psikologisnya.
Sebagai makhluk hidup, manusia merupakan organisme, yaitu makhluk fisik
(physical creature) dengan semua fungsi-fungsinya, baik secara fisik maupun psikis.
Organisme ini juga merupakan locus (tempat) semua pengalaman, dan pengalaman
ini meliputi segala sesuatu yang secara potensial terdapat dalam kesadaran organisme
pada setiap saat serta persepsi seseorang tentang peristiwa-peristiwa yang terjadi
dalam diri sendiri dan juga di dunia luar. Pengertian organisme mencakup 3 hal :
1. Makhluk hidup
Organisme adalah makhluk yang lengkap dengan fungsi fisik dan
psikisnya. Organisme adalah tempat semua pengalaman, segala sesuatu yang
secara potensial terdapat dalam kesadaran setiap saat, yakni persepsi
seseorang mengenai peristiwa yang terjadi di dalam diri dan di dunia luar.
2. Realitas subjektif
Organisme menanggapi dunia seperti yang diamati atau dialaminya.
Realita adalah medan persepsi yang sifatnya subjektif, bukan fakta benar-
salah. Realita subjektif semacam itulah yang menentukan/membentuk tingkah
laku.
3. Holisme
Organisme adalah salah satu kesatuan sistem, sehingga perubahan
pada suatu bagian akan mempengaruhi bagian lain. Setiap perubahan
memiliki makna pribadi dan bertujuan yakni tujuan mengaktualisasi,
mempertahankan dan mengembangkan diri.
C. STRUKTUR KEPRIBADIAN
1. Self (Diri)
Self atau self concept adalah konsep menyeluruh yang ajeg dan
terorganisir tersusun mengenai pengalaman yang berhubungan dengan aku
dan membedakan aku dari yang bukan aku. Self concept menggambarkan
konsepsi orang mengenai dirinya sendiri, ciri-ciri yang dianggapnya menjadi
bagian dari dirinya, pandangan diri dalam berbagai perannya dalam kehidupan
dan dalam kaitannya dengan hubungan interpersonal.
Konsep pokok dari teori kepribadian Rogers adalah self, sehingga
dapat dikatakan self merupakan struktur kepribadian yang sebenarnya. Carl
Rogers mendeskripsikan the self atau self-structure sebagai sebuah konstruk
yang menunjukan bagaimana setiap individu melihat dirinya sendiri.
Menurut Roger the Self adalah aspek pengalaman fenomenologis.
Pengalaman fenomenologis adalah salah satu aspek dari pengalaman kita yang
ada di dunia ini, yaitu salah satu yang memenuhi pengalaman sadar kita
adalah pengalaman tentang diri kita sendiri “Self”. Rogers mengenali 2 aspek
yang berbeda dari self yaitu :
a. Actual Self (real self) adalah keadaan diri individu saat ini.
b. Ideal Self adalah keadaan diri individu yang ingin dilihat oleh individu
itu sendiri atau apa yang ingin dicapai oleh individu tersebut.
Perhatian Rogers yang utama adalah bagaimana organisme dan self dapat
dibuat lebih kongruen atau sebidang. Artinya ada saat dimana self berada pada
keadaan inkongruen, kongruensi self ditentukan oleh kematangan, penyesuaian,
dan kesehatan mental. Self yang kongruen adalah yang mampu untuk
menyamakan antara interpretasi dan persepsi “self I” dan “self me” sesuai
dengan realitas dan interpretasi self yang lain. Semakin lebar jarak antara
keduanya, maka semakin lebar ketidaksebidangan ini. Semakin besar
ketidaksebidangan, maka semakin besar pula penderitaan yang dirasakan dan jika
tidak mampu maka akan terjadi ingkongruensi atau mal-adjustment atau
neurosis. Misalkan Anda memiliki ideal self sebagai orang yang memiliki bentuk
tubuh ideal serta memiliki prestasi yang tinggi dibanding teman –teman Anda,
tetapi nyatanya real self Anda adalah orang yang tidak memiliki bentuk tubuh
yang ideal serta prestasi Anda adalah rata-rata dengan teman-teman Anda , maka
akan ada kesenjangan antara real self dan ideal self yang dapat menimbulkan
kecemasan.
Bila seseorang, antara “self concept”nya dengan organisme mengalami
keterpaduan, maka hubungan itu disebut kongruen (cocok) tapi bila sebaliknya
maka disebut inkongruen (tidak cocok) yang bisa menyebabkan orang
mengalami sakit mental, seperti merasa terancam, cemas, defensiv dan berpikir
kaku serta picik. Sedangkan ciri-ciri orang yang mengalami sehat secara
psikologis (kongruen) adalah antonim dari sifat yang yang disebutkan
sebelumnya.
D. DINAMIKA KEPRIBADIAN
a. Aktualisasi Diri
Menurut Rogers (1959), bayi mulai mengembangkan konsep diri yang
samar saat mereka belajar apa yang samar saat sebagian pengalaman mereka telah
dipersonalisasikan dan dibedakan dalam kesadaran pengalaman sebagai “aku”
atau “diriku”. Kemudian secara bertahap bayi mulai sadar terhadap identitas
dirinya saat mereka belajar apa yang terasa baik dan apa yang terasa buruk.
Saat bayi telah membangun suatu struktur diri yang mendasar dalam
dirinya, kecenderungan mereka untuk melakukan aktualisasi diri mulai
berkembang. Rogers merasa bahwa proses kepribadian yang paling fundamental
adalah kecenderungan untuk melihat ke depan menuju perkembangan
kepribadian, kecenderungan ini disebut Rogers sebagai aktualisasi diri.
“Organisme” memiliki satu kecenderungan dasar dan berjuang menuju
aktualisasi, mempertahankan, dan meningkatkan pengalaman organisme.
Aktualisasi diri merupakan bagian dari kecenderungan aktualisasi sehingga tidak
sama dengan kecenderungan itu sendiri.
Aktualisasi diri berlangsung mengikuti apa yang digariskan oleh keturunan.
Ketika organisme itu sudah matang, dia akan menjadi semakin berbeda dengan
orang lain, semakin luas wawasan, otonom, dan tersosialisasi. Secara alami,
kecenderungan aktualisasi itu akan menunjukkan diri melalui rentangan luas
tingkah laku, yakni:
1. Tingkah laku yang berakar pada proses fisiologik, termasuk kebutuhan
dasar seperti (air, makan,udara) kebutuhan mengembangkan diri dan
fungsi tubuh serta regenerasi.
2. Tingkah laku yang berkaitan dengan motivasi psikologik untuk menjadi
diri sendiri; proses aktif untuk menjadi sesuatu; bermain, mencipta,
memulai, mengekplorasi, dan menghasilkan perubahan lingkungan;
menggerakkan organisme ke arah perluasan otonomi dan self-
sufficiency.
3. Tingkah laku yang tidak meredakan tegangan tetapi justru
meningkatkan tegangan, yakni tingkah laku yang motivasinya untuk
berkembang menjadi lebih baik; tingkah laku yang dikendalikan oleh
proses pertumbuhan merealisasi semua potensi dan kapasitas yang
dimiliki.
Rogers mengasumsikan bahwa pada dasarnya ada peluang jika semua
tingkah laku manusia diarahkan dan bertujuan untuk meningkatkan
kompetensinya atau mengaktualisasikan dirinya. Aktualisasi diri, merupakan
tujuan yang ideal, dimana tidak seorangpun mampu mencapai aktualisasi
potensinya secara tuntas. Rogers mempercayai bahwa, tidak ada seorangpun yang
dapat mencapai aktualisasi diri sepenuhnya sehingga tidak membutuhkan
motivasi lagi. Menurutnya akan selalu ada bakat yang harus dikembangkan,
keterampilan yang harus dikuasai dan diasah, atau dorongan biologis yang dapat
lebih dipuaskan secara lebih tepat (efisien).
G. PENELITIAN
Gagasan Rogers mengenai kekuatan dari penerimaan positif yang tidak
bersyarat menghasilkan beberapa penelitian empiris. Penelitian Rogers mengenai
kondisi yang perlu dan memadai untuk pertumbuhan psikologis juga menjadi
pendahulu dari psikologi positif dan telah semakin didukung oleh banyak temuan
dari penelitian modern. Selain itu pendapat Rogers tentang inkongruensi antara
diri sebenarnya dan diri ideal serta motivasi untuk mencapai suatu tujuan terus
menghasilkan banyak perhatian dari peneliti.
Rogers juga mengajukan gagasan bahwa kongruensi antara bagaimana
kita benar-benar melihat diri kita dan bagaimana diri kita ingin menjadi sebagian
elemen-elemen penting dari kesehatan mental. Apabila kedua evaluasi ini
kongruen, maka seseorang biasanya dapat dikatakan sehat dan relatif berhasil
dalam menyesuaikan diri, namun bila tidak, maka seseorang akan mengalami
berbagai bentuk ketidaknyamanan mental, seperti cemas, depresi dan memiliki
harga diri yang rendah.
a. Motivasi dan Peraih Tujuan
Salah satu ranah penelitian ketika ide Rogers masih terus memiliki
banyak pengaruh adalah peraihan tujuan. Menetapkan dan meraih tujuan adalah
salah satu cara manusia untuk mengatur kehidupannya supaya dapat memberikan
hasil yang diinginkan dan menambah arti pada kegiatan sehari-hari. Menurut
Rogers sumber dari kecemasan psikologis adalah inkongruensi, tahu saat diri
ideal seseorang tidak sebidang dengan konsep dirinya, dan inkongruensi ini dapat
direpresentasikan melalui tujuan-tujuan yang seseorang pilih untuk diraihnya.
Rogers meluaskan ide-ide ini untuk mengajukan bahwa kita semua
memiliki proses penilaian organismik (organismic valuing process-OvP). OVP
adalah insting alami yang mengarahkan diri kita menuju pencapaian-pencapaian
yang paling bermakna. Carl Rogers memiliki wawasan yang luas dan kuat
terhadap kondisi manusia dan idenya terus didukung oleh penelitian terkini.
Apabila kita terlibat dalam pengalaman yang merupakan bagian dari diri ideal
kita, maka kita akan terbawa pada pencapaian yang paling mengikat, menarik,
memperkaya, dan memberikan makna.
H. KRITIK
Walaupun teori Rogerian telah menghasilkan banyak penelitian dalam ranah
psikoterapi dan pembelajaran ruang kelas, namun masih banyak kritikan tentang teori
yang telah dikemukakan oleh Roger, yaitu:
1. Tidak terlalu banyak penelitian diluar area psikoterapi dan pembelajaran
ruang kelas sehingga mendapatkan penilaian sedangdalam kemampuannya untuk
memancing munculnya aktivitas penelitian dalam ruang lingkup umum psikologi.
2. Teori Rogerian dinilai tinggi dalam kemampuan untuk di uji ulang.
3. Teori yang berpusat pada klien ini dinilai tinggi dalam kemampuannya untuk
menjelaskan apa yang diketahui mengenai perilaku manusia sejauh ini.
4. Teori ini cukup tinggi dalam aspek konsistensi dan definisi operasionalnya
yang dibuat dengan hati-hati
5. Teori ini cukup jelas dan ekonomis, tidak seperti kebanyakan teori, tetapi
bahasa yang digunakan tergolong tidak jelas, terlalu luas dan tidak akurat untuk
mempunyai arti ilmiah.
DAFTAR PUSTAKA
Monte, C. F., & Sollod R.N.2003. Beneath the Mask: An Introduction to Theories of
Personality. USA: John Wiley & Sons, Inc.