Anda di halaman 1dari 22

PENDAHULUAN

Ovarium merupakan sepasang organ pada sistem reproduktif wanita.

Berlokasi di pelvis, disamping uterus, yang mana adalah cekungan, berbentuk seperti

buah peer pada bayi yang sedang tumbuh. Masing-masing ovarium ukuran dan

bentuknya seperti buah kenari. Ovarium menghasilkan sel telur dan hormon wanita.

Hormon merupakan bahan kimia yang mengontrol jalannya fingsi dari sel dan organ

tertentu. Setiap bulan, selama siklus menstruasi, sebuah sel telur dikeluarkan dari satu

ovarium dalam proses yang disebut ovulasi. Perjalanan sel telur dari ovarium melalui

tuba faloppi menuju ke uterus. Ovarium juga merupakan sumber utama dari hormon

wanita yaitu estrogen dan progesteron. Hormon-hormon ini mempengaruhi

perkembangan dari payudara wanita, bentuk tubuh, dan rambut tubuh. Hormon-

hormon ini juga mengatur siklus menstruasi dan kehamilan.1

Kista ovarium sering terjadi pada wanita dimasa reproduksinya. Sebagian

besar kista ovarium terbentuk karena perubahan kadar hormon yang terjadi selama

siklus haid, produksi dan pelepasan sel telur dari ovarium. Kista ovarium adalah suatu

kantong abnormal berisi cairan atau setengah cair yang tumbuh dalam indung telur

(ovarium). Kista ovarium biasanya tidak bersifat kanker, tetapi walaupun kista

tersebut berukuran kecil diperlukan perhatian lebih lanjut untuk memastikan bahwa

kista tersebut tidak berupa kanker.2

Berdasarkan Survei Demografi Kesehatan Indonesia angka kejadian kista

ovarium di Indonesia mencapai 37,2% dan paling sering terdapat pada wanita berusia

1
antara 20-50 tahun, dan jarang sekali pada masa pubertas. Angka kejadian tertinggi

ditemukan pada negara maju, dengan rata-rata 10 per 100.000, kecuali di Jepang (6,4

per 100.000). Insiden di Amerika Selatan (7,7 per 100.000) relatif tinggi bila

dibandingkan dengan angka kejadian di Asia dan Afrika.2,3

Berdasarkan Klasifikasi, pembagian kista ovarium terbagi atas non neoplastik

dan neoplastik. Kista Non Neoplastik terbagi menjadi kista folikel, kista korpus

luteum, kista teka lutein, kista inklusi germinal, kista endometrium dan kista stein-

levental. Untuk Kista Neoplastik yaitu kistoma ovarii simpleks, kistadenoma ovarii

musinosum, kistadenoma ovarii serosum, kista endometroid, dan kista dermoid.

Berdasarkan lokasi, kista terbagi dalam kista bebas (pedunculata), kista

intraligamentairan, dan kista pseudo intraligamentair. 4

Kista ovarium seringkali tanpa gejala, terutama bila ukuran kistanya masih

kecil. Kista neoplastik jinak baru memberikan rasa tidak nyaman apabila kista

semakin membesar, sedangkan pada kista yang ganas kadangkala memberikan

keluhan sebagai hasil infiltrasi atau metastasis kejaringan sekitar. Pemastian penyakit

tidak bisa dilihat dari gejala-gejala saja karena gejalanya mirip dengan keadaan lain

seperti endometriosis, radang panggul, kehamilan ektopik atau kanker ovarium.

Diagnosis dapat dikonfirmasi dengan skening ultrason abdomen atau transvagina,

yang dapat membedakannya dari kehamilan, kegemukan, pseudosiesis, kandung

kemih penuh atau degenerasi kistik dari mioma.5

2
LAPORAN KASUS

IDENTITAS

Nama : F.P

Umur : 52 tahun

Pekerjaan : PNS

Bangsa : Indonesia

Nama Suami :-

Pekerjaan Suami :-

Umur Suami :-

Agama : Katolik

Tempat lahir : Manado

Tempat tinggal : Lawongirung

Pendidikan Ibu : SMA

Pendidikan Suami :-

MRS tanggal/jam : 24 Juli 2014

ANAMNESIS

Anamnesis Utama : diberikan oleh penderita

Keluhan utama : Benjolan di perut kiri bawah

Benjolan di perut bawah dirasakan penderita sejak + 1 bulan yang lalu.

Benjolan disertai dengan rasa nyeri yang hilang timbul, nyeri dirasakan seperti

3
ditusuk-tusuk. Penderita juga mengeluhkan BAK sejak + 2bulan yang lalu. Riwayat

penyakit jantung, paru, hati, ginjal, kencing manis, darang tinggi disangkal. Buang air

besar normal. Riwayat perdarahan disangkal.

Anamnesis Ginekologis

Riwayat Perkawinan dan Kehamilan Dahulu

 Perkawinan 1 kali

 Kawin pada usia 24 tahun

 Status perkawinan sah

 Banyak kehamilan 1 kali

Kejadian ke-1 tahun 1985, ♂ lahir spontan letak belakang kepala

Riwayat Haid

 Menarche umur 12 tahun

 Menopause umur 49 tahun

Riwayat Penyakit, Operasi dan Pemeriksaan

 Keputihan (-)

 Penyakit kelamin (-)

 Abortus belum pernah

 Pernah mengikuti KB suntik

PEMERIKSAAN FISIK

Status Preasens

4
Keadaan Umum : Cukup

Kesadaran : Compos Mentis

Tekanan darah : 110/70 mmHg

Nadi : 80x/menit

Pernapasan : 20x/menit

Suhu badan : 36,5oC

Mata : conjungtiva anemis -/-, sklera ikterik -/-

Cor/Pulmo : S1-S2 normal, bising (-)

Ekstremitas : Edema (-)

Status Obstetri

Inspeksi : Cembung

Palpasi : lemas, terasa massa kistik mobile, setinggi 2 jari dibawah

pusat

Perkusi : WD (-)

Auskultasi : Bunyi Usus (+) Normal

Status Ginekologi

Inspeksi : Fluksus (-), Fluor (-), vulva tidak ada kelainan

Inspekulo : Fluksus (-), fluor (-), vagina tak, portio licin, erosi (-), OUE

tertutup

PD : Fluksus (-), fluor (-), vagina licin, nyeri goyang (-), portio

kenyal, OUE tertutup, NG (-), porsio retraksi ke anterior

5
Cavum douglasi : Sulit dievaluasi

RT : Sfingter cekat, mukosa licin, ampulla kosong, telah dilakukan

pap smear

A/P bilat : teraba pole bawah massa, NG(-)

PEMERIKSAAN PENUNJANG

Laboratorium : Hb : 10

Leukosit : 19800

Trombosit : 280

Tes kehamilan : HCG Test (-)

Kuldosentesis : (-)

RESUME MASUK

P1A0 52 tahun dengan kista ovarium, masuk rumah sakit tanggal 24 April

2014 jam 10.00 WITA, dengan keluhan utama terasa benjolan di perut bagian kiri

bawah penderita sejak 1 bulan yang lalu, disertai dengan rasa nyeri yang hilang

timbul, nyeri dirasakan seperti ditusuk-tusuk. Penderita juga mengeluhkan susah

buang air kecil sekitar 2 bulan yang lalu. Riwayat perdarahan disangkal. Riwayat

penyakit jantung, paru, hati, ginjal, kencing manis, darah tinggi, disangkal. Buang air

besar normal.

Status Preasens : KU: Cukup Kesadaran : Compos Mentis

TD : 110/70 mmHg N : 80x/menit

R : 20x/menit S : 36,5oC

Status Obstetri

Inspeksi : Cembung

6
Palpasi : lemas, terasa massa kistik mobile, setinggi 2 jari dibawah

pusat

Perkusi : WD (-)

Auskultasi : Bunyi Usus (+) Normal

Status Ginekologi

Inspeksi : Fluksus (-), Fluor (-), vulva tidak ada kelainan

Inspekulo : Fluksus (-), fluor (-), vagina tak, portio licin, erosi (-), OUE

tertutup

PD : Fluksus (-), fluor (-), vagina licin, nyeri goyang (-), portio

kenyal, OUE tertutup, NG (-), porsio retraksi ke anterior

Cavum douglasi : Sulit dievaluasi

RT : Sfingter cekat, mukosa licin, ampulla kosong, telah dilakukan

pap smear

A/P bilat : teraba pole bawah massa, NG(-)

DIAGNOSIS SEMENTARA

P1A0 52 tahun dengan kista ovarium

DIAGNOSIS BANDING

Endometriosis, mioma uteri

SIKAP

1. Pemberian antibiotik

2. Cek laboratorium darah

7
3. EKG

4. Rencana USG

5. Rencana Histerektomi total dan salfingo-ooforektomi bilateral (HTSOB)

LAPORAN OPERASI

Tanggal 25 Juli 2014 jam 10.15 operasi di mulai. Penderita dibaringkan

telentang di meja operasi. Dilakukan tindakan aseptik dan antiseptik selanjutnya

abdomen dan sekitarnya ditutup dengan doek steril kecuali lapangan operasi. Setelah

dalam anestesia umum dilakukan insisi pada linea mediana. Insisi diperdalam lapis

demi lapis sampai tampak peritoneum. Peritoneum dipotong kecil kemudian

diperlebar keatas dan kebawah. Dilakukan eksplorasi, terlihat kista ovarium sebesar

kepala bayi. Eksplorasi lanjut kista berasal dari ovarium kanan, uterus sebesar telur

puyuh. Diputuskan untuk dilakukan SOD dan dilanjutkan histerektomi pangkal tuba,

mesosalping dan ligamentum ovarium propium dijepit dengan 3 klem, digunting dan

di jahit double ligasi. Dilanjutkan dengan Htsos ligamentum rotundum ovarii dijepit 2

klem, digunting dan dijahit demikian juga di sebelahnya. Identifikasi Plika Vesiko

Uterina, diinsisi kemudian diperlebar sampai pangkal tuba. Selanjutnya dibuat

window dengan menembus ligamentum latum pada bagian bawah pangkal tuba dan

ligamentum ovarii proprium. Jepit dengan 2 klem, gunting diantaranya dan dijahit

secara double ligasi. Tepi uterus disusun dengan menjepit dengan klem kemudian

digunting dan dijahit. Identifikasi arteri uterina sementara itu perlekatan dibebaskan.

Setelah mencapai daerah puncak vagina, dijepit dengan 2 klem bengkok panjang dan

digunting diantaranya dan dijahit. Kasa betadine dimasukkan kearah vagina dari

8
puncak vagina. Setelah pinggir puncak vagina dijepit dengan beberapa klem panjang,

puncak vagina dijahit secara simpul dan jelujur. Selanjutnya ovarium kanan

dikeluarkan dengan menjepit pada ligamentum infundibulopelvikum kanan dan

digunting serta dijahit secara double ligasi. Benang dari ligamentum rotundum,

ligamentum infundibulopelvikum kanan dan tuba kiri saling dikaitkan kemudian

diikat dengan puncak vagina. Plika ditutup dan dilakukan reperitonealisasi. Dinding

abdomen ditutup lapis demi lapis. Peritoneum dengan catgut secara jelujur. Otot

dengan plain catgut secara simpul. Kulit dengan sutera secara simpul. Perdarahan : ±

350 cc. Diuresis : ± 750 cc.

Jam 12.15 WITA operasi selesai

KEADAAN UMUM POST OPERASI

T 130/80 mmHg, N 88 x/m, R 24 x/m, s 36 OC

Jumlah perdarahan : ± 350 cc

Operasi dimulai : jam 10.15

Operasi selesai : jam 12.15

Diagnosis pra operatif : P1A0, 52 tahun dengan kista ovarium

Diagnosis post operatif : P1A0, 42 tahun, post HTSOB a.i. kista

dermoid

Jenis operasi : HTSOB

Lama operasi : 2 jam

Instruksi post operasi

9
Observasi : tekanan darah, nadi, respirasi, suhu badan, perdarahan, diuresis

Puasa : sampai flatus/peristaltik (+)

Pengobatan :  IVFD RL : D 5 % = 2 : 2 = 28 gtt/menit

– Injeksi Ceftriaxone 3 x 1 g IV

– Metronidazole 2 x 500 mg

– Injeksi Transamin 3 x I amp IV

– Injeksi Vitamin C 3 x I amp IV

– Kaltrofen supp 1 x II

– Cek Hb 2 jam post op dan 6 jam post op bila Hb <10 ->

transfusi

FOLLOW UP

24/08/2014

S : Keluhan : (-)

O : Ku : Cukup Kes : CM

T : 110/80 mmHg, N : 84 x/m, R : 20 x/m, S: 36,5oC

Conj.an -/-, scl ict -/-.

c/p : dbn

Abd. datar lemas, nyeri tekan (-)

A : P1A0, 52 tahun, dengan kista ovarium

P : Masuk Rumah Sakit, Pre Op hari ini

10
 Hasil Lab

- Hb : 11,3 gr%

- Lekosit : 8500/mm3

- Trombosit : 434.000/mm3

25/08/2014

S : Keluhan : (-)

O : Ku : Cukup Kes : CM

T : 110/80 mmHg, N : 84 x/m, R : 20 x/m, S: 36,5oC

Conj.an -/-, scl ict -/-.

c/p : dbn

Abd. datar lemas, nyeri tekan (-)

Luka operasi tertutup gaas, Peristaltik (-)

A : P1A0, 52 tahun, post HTSOB a.i. kista dermoid

P :  IVFD RL : D 5 % = 2 : 2

– Injeksi Ceftriaxone 3 x 1 g IV

– Metronidazole 2 x 500 mg

– Injeksi Transamin 3 x I amp IV

– Injeksi Vitamin C 3 x I amp IV

– Kaltrofen supp 1 x II

 Hasil Lab

- Hb : 9,2 gr%

11
- Lekosit : 20900mm3

- Trombosit : 621.000/mm3

26/08/2014

S : Keluhan : (-)

O : Ku : Cukup Kes : CM

T : 110/80 mmHg, N : 84 x/m, R : 20 x/m, S: 36,5oC

Conj.an -/-, scl ict -/-.

c/p : dbn

Abd. datar lemas, nyeri tekan (-)

Luka operasi tertutup gaas, Peristaltik (-)

A : P1A0, 52 tahun, post HTSOB a.i. dermoid h-I

P :  IVFD RL : D 5 % = 2 : 2

– Injeksi Ceftriaxone 3 x 1 g IV

– Metronidazole 2 x 500 mg

– Injeksi Transamin 3 x I amp IV

– Injeksi Vitamin C 3 x I amp IV

– Kaltrofen supp 1 x II

27/08/2014

S : Keluhan : (-)

O : Ku : Cukup Kes : CM

12
T : 120/80 mmHg, N : 88 x/m, R : 20 x/m, S: 36,7oC

Conj.an -/-, scl ict -/-.

c/p : dbn

Abd. datar lemas, nyeri tekan (-)

Luka operasi tertutup gaas, Peristaltik (-)

A : P1A0, 52 tahun, post HTSOB a.i. kista dermoid h-II

P :  IVFD RL : D 5 % = 2 : 2

– Injeksi Ceftriaxone 3 x 1 g IV

– Metronidazole 2 x 500 mg

– Injeksi Transamin 3 x I amp IV

– Injeksi Vitamin C 3 x I amp IV

– Diet

– Mobilisasi bertahap

28/08/2014

S : Keluhan : (-)

O : Ku : Cukup Kes : CM

T : 110/80 mmHg, N : 84 x/m, R : 24 x/m, S: 36,9oC

Conj.an -/-, scl ict -/-.

c/p : dbn

Abd. datar lemas, nyeri tekan (-)

Luka operasi tertutup gaas, Peristaltik (-)

A : P1A0, 52 tahun, post HTSOB a.i. kista dermoid h-III

13
P :  IVFD RL : D 5 % = 2 : 2

– Injeksi Ceftriaxone 3 x 1 g IV

– Metronidazole 2 x 500 mg

– Injeksi Transamin 3 x I amp IV

– Injeksi Vitamin C 3 x I amp IV

29/08/2014

S : Keluhan : (-)

O : Ku : Cukup Kes : CM

T : 110/80 mmHg, N : 84 x/m, R : 24 x/m, S: 37oC

Conj.an -/-, scl ict -/-.

c/p : dbn

Abd. datar lemas, nyeri tekan (-)

Luka operasi tertutup gaas, Peristaltik (-)

A : P1A0, 52 tahun, post HTSOB a.i. kista dermoid h-IV

P :  Aff infus

– Aff kateter

– Metronidazole tab 3 x 1

– Cefadroxil tab 3 x 1

– SF 1 x 1

– Vit C tab 3 x 1

– Diet

14
– Mobilisasi bertahap

30/08/2014

S : Keluhan : (-)

O : Ku : Cukup Kes : CM

T : 120/80 mmHg, N : 84 x/m, R : 24 x/m, S: 36,9oC

Conj.an -/-, scl ict -/-.

c/p : dbn

Abd. datar lemas, nyeri tekan (-)

Luka operasi tertutup gaas, Peristaltik (-)

A : P1A0, 52 tahun, post HTSOB a.i. kista dermoid h-V

P : Pasien Pulang

15
DISKUSI

1. Diagnosis

Pada kasus ini, diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan

fisik, pemeriksaan ginekologik. Anamnesis didapatkan terasa benjolan di perut bagian

kiri bawah penderita sejak 1 bulan yang lalu, disertai dengan rasa nyeri yang hilang

timbul, nyeri dirasakan seperti ditusuk-tusuk. Penderita juga mengeluhkan susah

buang air kecil sekitar 2 bulan yang lalu.

Pemeriksaan abdomen ditemukan pada inspeksi perut terlihat cembung, pada

palpasi teraba massa lemas, terasa massa kistik mobile, setinggi 2 jari dibawah pusat.

Kebanyakan wanita yang memiliki kista ovarium tidak memiliki gejala.

Namun kadang-kadang kista dapat menyebabkan seperti sulit buang air secara

komplit, nyeri selama hubungan seksual, masa di perut bagian bawah dan biasanya

bagian-bagian organ tubuh lainnya sudah terkena, nyeri hebat saat menstruasi dan

gangguan siklus menstruasi, dan pada wanita post menopause terdapat nyeri pada

daerah pelvik, disuria, konstipasi atau diare, obstruksi usus dan asietas.

Pada kasus ini ditemukan sulit buang air secara komplit, hal ini disebabkan

adanya pembesaran pada ovarium sehingga menekan rektum dan vesika urinari yang

menyebabkan pasien sulit buang air secara tuntas.

Penderita juga mengeluh nyeri perut bagian bawah yang hilang timbul.

Kepustakaan menyebutkan, bahwa gejala paling sering pada kista adalah rasa nyeri

16
pada perut bagian bawah dan pinggul. Rasa nyeri ini timbul akibat dari pecahnya

dinding kista, pembesaran kista yang terlampau cepat sehingga organ disekitarnya

menjadi teregang, perdarahan yang terjadi di dalam kista dan tangkai kista yang

terpeluntir.

2. Diagnosis Banding

Diagnosis banding pada kasus ini adalah endometriosis dan mioma uteri,

karena pada endometriosis mempunyai gejala yang sama dengan kista ovarium

seperti nyeri saat menstruasi, nyeri perut di daerah panggul sampai ke daerah

belakang dan samping panggul, sulit buang air secara tuntas, dan sakit saat

berhubungan. Namun diagnosis ini disingkirkan dengan adanya pemeriksaan

abdomen dimana teraba massa kistik mobile setinggi 2 jari dibawah pusat.

Mioma uteri juga menjadi diagnosis banding pada kasus ini karena

mempunyai massa mirip dengan kista ovarium dengan konsistensi kenyal sampai

padat, permukaan berbenjol dan mudah digerakkan bila tak ada perlekatan dan

sekitarnya. Namun mioma uteri dapat disingkirkan dengan adanya pemeriksaan

ginekologis dimana tidak terdapat pembesaran uterus.

3. Penanganan

Untuk persiapan pre-operatif pada penderita ini, dilakukan pemeriksaan

laboratorium lengkap yaitu periksa darah rutin, faal hemostatis, fungsi ginjal, fungsi

hati, gula darah puasa, EKG, foto thorax. Maksud pemeriksaan ini untuk mengetahui

penyakit penyerta dan untuk mengantisipasi adanya penyakit disaat tindakan anastesi,

saat operasi dan pasca operasi. Pemeriksaan USG dilakukan untuk membantu

menegakkan diagnosis pasti pada kasus ini. Sedangkan pemeriksaan histopatologi

17
dengan D & C, oleh karena massa kistik mobil untuk mengetahui apakah adanya

keganasan di endometrium atau di endoservix..

Pada pasien ini juga dilihat dari keadaan umum bila terdapat anemia perlu

diperbaiki dahulu keadaan umum pasien dengan melakukan transfusi.

Penatalaksanaan operatif dengan HT + salpingooforektomi bilateral

dilakukan pada pasien ini karena penderita berumur 52 tahun dan juga terjadi nyeri

yang mengganggu aktifitas penderita sehingga fungsi uterus tidak diperlukan lagi.

Saat operasi, ditemukan kista sebesar kepala bayi. Jenis kista ovarium pada kasus ini

adalah kista dermoid. Penanganan penderita di RR berupa pemberian antibiotik,

analgesik dan anti perdarahan untuk mencegah timbulnya komplikasi post operasi.

Penderita kemudian dipindahkan ke ruangan setelah keadaan umum penderita

agak membaik. Setelah dirawat selama 6 hari tidak ditemukan adanya komplikasi dan

luka operasi baik maka penderita sudah dapat dipulangkan dan dianjurkan untuk

kontrol kembali ke poliklinik ginekologi RSUP Manado.

4. Komplikasi

Perdarahan ke dalam kista yang terjadi sedikit-sedikit, sehingga berangsur-

angsur menyebabkan pembesaran kista dan hanya menimbulkan gejala-gejala klinik

yang minimal. Akan tetapi jika perdarahan terjadi dalam jumlah banyak akan terjadi

distensi yang cepat dari kista yang menimbulkan nyeri perut yang mendadak.

Torsio. Putaran tangkai dapat terjadi pada kista yang berukuran diameter 5cm

atau lebih. Putaran tangkai menyebabkan gangguan sirkulasi meskipun gangguan ini

jarang bersifat total.

18
Kista ovarium yang besar dapat menyebabkan rasa tidak nyaman pada perut

dan dapat menekan vesika urinaria sehingga terjadi ketidakmampuan untuk

mengosongkan kandung kemih secara sempurna

Massa kista ovarium berkembang setelah masa menopause sehinga besar

kemungkinan untuk berubah menjadi kanker.

5. Prognosis

Prognosis pada pasien ini adalah dubia et bonam. Karena tidak ada

perdarahan aktif maupun pada pemeriksaan laboratorium pasien dalam keadaan baik.

19
KESIMPULAN DAN SARAN

KESIMPULAN

Diagnosa pada kasus ini ditegakkan berdasarkan anamnesa, pemeriksaan fisik

dan ginekologis serta dari hasil operasi.

Penanganan pada pasien ini adalah dengan tindakan operatif yaitu HT +

salpingooforektomi bilateral karena adanya ukuran kista ovarium yang besar seperti

kepala bayi dan juga karena pasien ini telah berumur 52 tahun, dalam hal ini fungsi

uterus sudah tidak diperlukan lagi.

Prognosis pada kasus ini baik tidak ditemukan adanya komplikasi perdarahan

dan tidak ditemukan adanya komplikasi lain selama perawatan serta dari hasil PA

tidak menunjukkan tanda-tanda keganasan.

SARAN

Perlu dijelaskan mengenai tindakan operasi (Histerektomi) dengan sebaik-

baiknya, karena akibat tindakan ini penderita tidak akan mengalami haid lagi sebab

uterusnya sudah diangkat.

 Penderita disarankan untuk kontrol di poliklinik ginekologi.

 Setiap wanita hendaknya secara teratur memeriksakan diri ke dokter.

20
KEPUSTAKAAN

1. Armstrong, P., Pemale Genital tract in Diagnostic Imaging Fifth Edition,

Blackwell Publishing, Australia, 2004, hal.263-273

2. Bourgan D.R., Ectopic Pregnancy. [online]. 2005 Des. 2. [cited 2007 Des.12].

Available from: http://www.emedicine./com.

3. Daly S., Endometrioma/Endometriosis. [online]. 2007 August 16. [cited 2007

Des. 12]. Available from: URL:http://www.emedicine.com

4. De Jong, W., Tumor Ovarium dalam Buku Ajar Ilmu Bedah Edisi 2. Jakarta:

EGC. 2003:729-730

5. Helm W.,Ovarian Cysts. [online]. 2005 Sept 16. [cited 2007 Des. 07].

Available from: URL:http://www.emedicine.com

6. Kistoma Ovari. [online]. 2007. [cited 2007 Des. 12]. Available from:

URL:http://www.google.com

7. Kumar, Robins. Ovarium dalam Buku Ajar Patologi II Edisi 4. Jakarta:

EGC.2002 : 390-393

8. Marrinan G., Ovarian Cysts, Radiology>Obstetric/Gynecologic. [online].

2007. [cited 2007 Des. 05] Available from: http://www.emedicine./com.

9. Mudgil S.,Pelvic Inflamatory Desease. [online]. 2007 Aug. 13. [cited 2007

Des. 12]. Available from: URL:http://www.emedicine.com

10. Putz, R. dan R. Pabst, Atlas Anatomi Manusia Sobotta Jilid 2, EGC, Jakarta,

2000, hal.195, 197

21
11. Rasad S., Ultrasonografi dalam Radiologi Diagnostik Edisi Kedua, editor:

ekayuda I. Jakarta: FKUI 2005:453-455

12. Sindroma Ovarium Polikistik. [online]. 2006. [cited 2007 Des. 12]. Available

from: URL:http://www.medicastore.com

13. Sue E, Hueter. Benign Ovarian cysts in understanding pathofisiology. the 3th

edition, Philadelphia, 2004 : 902-903

14. Sutton, D., Textbook of Radiology and Imaging Volume II Seventh Edition,

Elsevier, USA, 2003: 1218-1231

15. Staf C.M., Ovarian Cysts. [online]. 2007. [cited 2007 Des. 07] Available

from: http://www.mayoclinic./com

16. Wikipedia. Ovarian Cysts. [ cited 2007 Des. 07] Available from : the term of

the GNU free documents license.co.id

17. Wiknjosastro H. Anatomi Panggul dan Isinya Dalam Buku Ilmu Kandungan

Edisi 2., editor: Saifuddin A.B,dkk. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono

Prawirohardjo.2005: 13-14

18. Wiknjosastro H. Tumor Jinak Pada Alat Genital Dalam Buku Ilmu

Kandungan Edisi 2., editor: Saifuddin A.B,dkk. Jakarta: Yayasan Bina

Pustaka Sarwono Prawirohardjo.2005: 345-346

22

Anda mungkin juga menyukai