Anda di halaman 1dari 15

PENDAHULUAN

Infertilitas merupakan suatu permasalahan yang cukup lama dalam dunia


kedokteran. Namun sampai saat ini ilmu kedokteran baru berhasil menolong +50%
pasangan infertil untuk memperoleh anak. Perkembangan ilmu infertilitas lebih
lambat dibanding cabang ilmu kedokteran lainnya, kemungkinan disebabkan masih
langkanya dokter yang berminat pada ilmu ini.1
Infertilitas atau ketidaksuburan didefinisikan sebagai kegagalan suatu
pasangan untuk mendapatkan kehamilan setelah melakukan hubungan seksual secara
teratur selama satu tahun tanpa memakai alat kontrasepsi. Penyebab infertilitaspun
harus dilihat pada kedua belah pihak yaitu isteri dan suami.1,2,3

Di Indonesia terdapat sekitar tiga juta pasangan suami istri yang tidak
mempunyai anak dan dikatakan sebagai pasangan yang mengalami kemandulan atau
infertilitas. Penyebabnya 25-40% dari faktor pria, 40-55% dari faktor wanita, 10%
gabungan faktor pria dan wanita, dan 10% penyebabnya belum jelas. Sering kali
penyebab infertilitas merupakan gabungan dari beberapa faktor dalam sistem
reproduksi. Sebab, penilaian infertilitas harus dilakukan secara menyeluruh dan
cermat.4

Penyebab utama infertilitas adalah disfungsi sperma, gangguan ovulasi, dan


kerusakan tuba. Disfungsi sperma (motilitas, morfologi, survival, dan kemampuan
penetrasi terhadap lendir vagina dan serviks) sering menyebabkan infertilitas dengan
kasus azoospermia.

Wanita dengan gangguan ovulasi akan memiliki keluhan siklus menstruasi


yang tidak teratur, oligomenorea, atau amenorea. Sebagian besar kasus oligomenorea
dan 30% kasus amenorea disebabkan oleh sindrom ovarium polikistik. Obstruksi dan
kerusakan tuba (paling sering disebabkan oleh infeksi chlamydia) serta perlengketan
tuba dan ovarium (riwayat operasi atau endometriosis) terjadi pada 20% kasus yang

1
datang ke klinik infertilitas. Penyebab lain dari infertilitas yang perlu diperhatikan
adalah endometriosis dan kelainan lendir vagina atau serviks.2,4

2
PEMBAHASAN

A. Definisi Infertilitas

Infertilitas ialah pasangan suami-istri belum mampu dan belum pernah


memiliki anak setelah 1 tahun berhubungan seksual sebanyak 2-3 kali per minggu
tanpa menggunakan alat kontrasepsi dalam bentuk apapun. Secara medis, infertilitas
dibagi menjadi 2 jenis, yaitu Infertilitas primer berarti pasangan suami-istri belum
mampu dan belum pernah memiliki anak setelah 1 tahun berhubungan seksual
sebanyak 2-3 kali per minggu tanpa menggunakan alat kontrasepsi dalam bentuk
apapun.5

Infertilitas sekundar berarti pasangan suami istri telah atau pernah memiliki
anak sebelumnya, tetapi saat ini belum mampu memiliki anak lagi setelah 1 tahun
berhubungan seksual sebanyak 2-3 kali per minggu tanpa menggunakan alat atau
metode kontrasepsi dalam bentuk apapun.

Sebanyak 60%-70% pasangan yang telah menikah akan memiliki anak pada
tahun pertama pernikahan mereka. Sebanyak 20% akan memiliki anak pada tahun ke-
2 dari usia pernikahan. Sebanyak 10-20% sisanya akan memiliki anak pada tahun ke-
3 atau lebih atau tidak akan pernah memiliki anak.

Walaupun pasangan suami-istri dianggap infertile, bukan tidak mungkin


kondisi infertile sesungguhnya hanya dialami oleh sang suami atau sang istri. Hal
tersebut dapat dipahami karena proses pembuahan yang berujung pada kehamilan dan
lahirnya seorang manusia baru merupakan kerjasama antara suami dan istri.
Kerjasama tersebut mengandung arti bahwa dua factor yang harus dipenuhi adalah:
(1) suami memiliki sistem dan fungsi reproduksi yang sehat sehingga mampu
menghasilkan dan menyalurkan sel kelami pria (spermatozoa) ke dalam organ
reproduksi istri dan (2) istri memiliki sistem dan fungsi reproduksi yang sehat
sehingga mampu menghasilkan sel kelamin wanita (sel telur atau ovum) yang dapat

3
dibuahi oleh spermatozoa dan memiliki rahim yang dapat menjadi tempat
perkembangan janin, embrio, hingga bayi berusia cukup bulan dan dilahirkan.
Apabila salah satu dari dua factor yang telah disebutkan tersebut tidak dimiliki oleh
pasangan suami-istri, pasangan tersebut tidak akan mampu memiliki anak.

Berdasarkan hal yang telah disebutkan sebelumnya, dapat disimpulkan bahwa


pasangan suami-istri dianggap infertile apabila memenuhi syarat-syarat berikut :5

1. Pasangan tersebut berkeinginan untuk memiliki anak


2. Selama 1 tahun atau lebih berhubungan seks, istri belum mendapatkan
kehamilan
3. Frekuensi hubungan seks minimal 2-3 kali dalam setiap minggunya

Istri maupun suami tidak pernah menggunakan alat atau metode kontrasepsi,
baik kondom, obat-obatan, dan alat lain yang berfungsi untuk mencegah kehamilan.

Hal-hal yang paling penting dalam berhasil atau tidaknya pengobatan


infertilitas antara lain6

1. Ketepatan diagnosis penyebab infertilitas


2. Kondisi penyakit yang menjadi penyebab infertilitas
3. Usia pasien
4. Ketepatan metode pengobatan
5. Kepatuhan pasien dalam berobat

B. Penyebab Infertilitas

Faktor-faktor yang mempengaruhi infertilitas, antara lain:

1. Umur
2. Lama infertilitas
3. Stress
4. Lingkungan
5. Hubungan seksual

4
6. Kondisi reproduksi wanita, meliputi cervix, uterus, dan sel telur
7. Kondisi reproduksi pria, yaitu kualitas sperma dan seksualitas

(1) Umur

Kemampuan reproduksi wanita menurun drastis setelah umur 35 tahun. Hal


ini dikarenakan cadangan sel telur yang makin sedikit. Fase reproduksi wanita adalah
masa sistem reproduksi wanita berjalan optimal sehingga wanita berkemampuan
untuk hamil. Fase ini dimulai setelah fase pubertas sampai sebelum fase menopause.

Fase pubertas wanita adalah fase di saat wanita mulai dapat bereproduksi,
yang ditandai dengan haid untuk pertama kalinya (disebut menarche) dan munculnya
tanda-tanda kelamin sekunder, yaitu membesarnya payudara, tumbuhnya rambut di
sekitar alat kelamin, dan timbunan lemak di pinggul. Fase pubertas wanita terjadi
pada umur 11-13 tahun. Adapun fase menopause adalah fase di saat haid berhenti.
Fase menopause terjadi pada umur 45-55 tahun.

Pada fase reproduksi, wanita memiliki 400 sel telur. Semenjak wanita
mengalami menarche sampai menopause, wanita mengalami menstruasi secara
periodik yaitu pelepasan satu sel telur. Jadi, wanita dapat mengalami menstruasi
sampai sekitar 400 kali. Pada umur 35 tahun simpanan sel telur menipis dan mulai
terjadi perubahan keseimbangan hormon sehingga kesempatan wanita untuk bisa
hamil menurun drastis. Kualitas sel telur yang dihasilkan pun menurun sehingga
tingkat keguguran meningkat. Sampai pada akhirnya kira-kira umur 45 tahun sel telur
habis sehingga wanita tidak menstruasi lagi alias tidak dapat hamil lagi. Pemeriksaan
cadangan sel telur dapat dilakukan dengan pemeriksaan darah atau USG saat
menstruasi hari ke-2 atau ke-3.

(2) Lama Infertilitas

Berdasarkan laporan klinik fertilitas di Surabaya, lebih dari 50% pasangan


dengan masalah infertilitas datang terlambat. Terlambat dalam artian umur makin tua,

5
penyakit pada organ reproduksi yang makin parah, dan makin terbatasnya jenis
pengobatan yang sesuai dengan pasangan tersebut.

(3) Stress

Stres memicu pengeluaran hormon kortisol yang mempengaruhi pengaturan


hormon reproduksi.

(4) Lingkungan

Paparan terhadap racun seperti lem, bahan pelarut organik yang mudah menguap,
silikon, pestisida, obat-obatan (misalnya: obat pelangsing), dan obat rekreasional
(rokok, kafein, dan alkohol) dapat mempengaruhi sistem reproduksi. Kafein
terkandung dalam kopi dan teh.

(5) Hubungan Seksual

Penyebab infertilitas ditinjau dari segi hubungan seksual meliputi: frekuensi,


posisi, dan melakukannya tidak pada masa subur.

(6) Frekuensi

Hubungan intim (disebut koitus) atau onani (disebut masturbasi) yang


dilakukan setiap hari akan mengurangi jumlah dan kepadatan sperma. Frekuensi yang
dianjurkan adalah 2-3 kali seminggu sehingga memberi waktu testis memproduksi
sperma dalam jumlah cukup dan matang.

(7) Posisi

Infertilitas dipengaruhi oleh hubungan seksual yang berkualitas, yaitu


dilakukan dengan frekuensi 2-3 kali seminggu, terjadi penetrasi dan tanpa
kontrasepsi. Penetrasi adalah masuknya penis ke vagina sehingga sperma dapat
dikeluarkan, yang nantinya akan bertemu sel telur yang “menunggu” di saluran telur
wanita. Penetrasi terjadi bila penis tegang (ereksi). Oleh karena itu gangguan ereksi
(disebut impotensi) dapat menyebabkan infertilitas. Penetrasi yang optimal dilakukan

6
dengan cara posisi pria di atas, wanita di bawah. Sebagai tambahan, di bawah pantat
wanita diberi bantal agar sperma dapat tertampung. Dianjurkan, setelah wanita
menerima sperma, wanita berbaring selama 10 menit sampai 1 jam bertujuan
memberi waktu pada sperma bergerak menuju saluran telur untuk bertemu sel telur.

(8) Masa Subur

Marak di tengah masyarakat bahwa supaya bisa hamil, saat berhubungan


seksual wanita harus orgasme. Pernyataan itu keliru, karena kehamilan terjadi bila sel
telur dan sperma bertemu. Hal yang juga perlu diingat adalah bahwa sel telur tidak
dilepaskan karena orgasme. Satu sel telur dilepaskan oleh indung telur dalam setiap
menstruasi, yaitu 14 hari sebelum menstruasi berikutnya. Peristiwa itu disebut
ovulasi. Sel telur kemudian menunggu sperma di saluran telur (tuba falopi) selama
kurang-lebih 48 jam. Masa tersebut disebut masa subur.

Menentukan Kesuburan Pria

Sperma merupakan cairan yang tersusun dari berbagai produk organ-organ


pada sistem reproduksi pria. Secara lebih rinci, komposisi di dalamnya antara lain: 1)
spermatozoa, 2) cairan yang diproduksi oleh kelenjar-kelenjar tambahan yang
mengandung nutrisi dan pelindung spermatozoa serta pelumas.

Berdasarkan komposisi tersebut, analisis sperma mampu menghasilkan data


yang akurat dan dapat dijadikan analisis kesuburan seorang pria. Sebagai contoh,
dapat digambarkan hal-hal sebagai berikut7

Apabila sperma memiliki volume, warna, dan kekentalan yang normal, tetapi
spermatozoa tidak ditemukan sama sekali, jumlahnya kurang dari jumlah normal,
memiliki bentuk yang tidak lazim, atau belum mencapai kematangan, hal tersebut
merupakan indikasi bahwa terdapat gangguan pada testis.

Apabila sperma mengandung spermatozoa dalam jumlah dan bentuk yang


normal, tetapi memiliki volume, warna serta kekentalan yang tidak normal, hal

7
tersebut merupakan indikasi adanya gangguan pada kelenjar-kelenjar tambahan.
Gangguan pada kelenjar tambahan juga dapat diindikasikan dengan banyak
ditemukannya spermatozoa yang mati. Hal tersebut secara logis berhubungan dengan
fungsi cairan yang dihasilkan kelenjar tambahan sebagai nutrisi dan pelindung
spermatozoa.

Apabila saat ejakulasi sperma tidak dikeluarkan sama sekali, hal tersebut
mengindikasikan kemungkinan terjadinya gangguan multifaktorial, antara lain
gangguan pada saluran keluar sperma yang disertai gangguan pada testis maupun
kelenjar-kelenjar tambahan. Sumbatan (obstruksi) atau tidak terdapatnya saluran
sperma tertentu merupakan akibat dari kelainan sejak lahir (Kongenital) juga
memiliki kemungkinan untuk menjadi penyebab tidak dikeluarkannya sperma sama
sekali.

Berdasarkan fakta ilmiah tersebut, analisis sperma dapat menjadi sebuah tes
kesuburan yang dapat diandalkan untuk menemukan gangguan pada sistem
reproduksi pria yang pada akhirnya mengakibatkan infertilitas.6

1. Normozoozpermia : karakteristik normal


2. Ologozoospermia : konsentrasi spermatozoa kurang dari 20 juta per ml
3. Asthenozoospermia : jumlah sperma yang masih hidup dan bergerak secara
aktif, dalam waktu 1 jam setelah ajakulasi, kurang dari 50%
4. Teratozoospermia : jumlah sperma dengan morfologi normal kurang dari 30%
5. Oligoasthenoteraatozoospermia : kelainan campuran dari 3 variabel yang telah
disebutkan sebelumnya
6. Azoospermia : tidak adanya spermatozoa dalam sperma
7. Aspermia : sama sekali tidak terjadi ejakulasi sperma

Menguji Kesuburan Seorang Wanita

Sistem reproduksi wanita dapat dibagi berdasarkan fungsi utama dari tiap
organ yang menyusunnya. Fungsi utama tersebut antara lain 6

8
 Produksi dan pematangan sel telur di ovarium
 Penghantaran sel telur yang telah matang ke tempat terjadinya pembuahan
(ampulla tuba) dan zigot yang dihasilkan ke rahim
 Implantasi zigot dan perkembangan embrio hingga menjadi bayi dalam rahim

Dengan memahami hal tersebut, prinsip pemeriksaan kesuburan yang dapat


dilakukan adalah dengann memeriksa baik tidaknya fungsi utama organ-organ
reproduksi dijalankan. Dengan demikian, prinsip-prinsip utama pemeriksaan
kesuburan wanita adalah6

 Memeriksa apakah ovarium mampu menghasilkan sel telur matang dan


melepaskannya saat ovulasi
 Memeriksa ada tidaknya sumbatan dalam tuba
 Memeriksa ada tidaknya kelainan dalam rahim yang mampu menghambat
terjadinya implantasi dan perkembangan janin

Obat-obat Infertilitas Pria adalah dengan terapi dan menggunakan obat-obat


lain yang juga sering diberikan dokter sebagai obat pendukung dalam meningkatkan
kesuburan adalah vitamin dan antibiotic. Pada umumnya, vitamin yang diberikan
dokter adalah vitamin E. vitamin E telah terbukti memiliki efek antioksidan yang
tinggi sehingga dapat meningkatkan kualitas hidup sel-sel tubuh, termasuk kerja sel
yang berkaitan dengan produksi dan perkembangan spermatozoa hingga matang.6

Antibiotik hanya diberikan apabila sang pria terbukti mengalami infeksi pada
organ ataupun saluran reproduksinya. Antibiotik hanya diberikan atas instruksi dokter
dan digunakan sesuai dengan petunjuk penggunanya.6

Akibat dari pemakaian antibiotik yang tidak sesuai dengan aturan pakai
adalah kuman penyebab infeksi yang menjadi kebal terhadap antibiotik tersebut.
Dengan demikian, hal tersebut justru menyebabkan bertambah parahnya kondisi sakit
yang ada.6

C. Diagnosis

9
Seorang wanita dengan gejala yang khas atau infertilitas yang tidak bisa
dijelaskan biasanya diduga menderita endometriosis. Sebagai tambahan pemeriksaan
laboratorium tertentu bisa membantu seperti kadar Ca – 125 dalam darah dan
aktivitas endometrial aromatase. Tapi alat diagnosa yang paling dapat dipercaya
adalah dengan laparoskopi, yang dilakukan dengan memasukkan alat laparoskop
melalui sayatan kecil di bawah pusar. Dengan alat ini dokter dapat melihat organ-
organ panggul, kista dan jaringan endometriosis secara langsung.

Berdasarkan riwayat penyakit, gejala, dan tanda-tanda serta pemeriksaan


bimanual saja, diagnosis endometriosis sukar dibuat. Hal ini disebabkan karena
endometriosis sering menyerupai penyakit lain seperti dismenorea primer, radang
pelvis, perlekatan pelvis, uterus miomatus, sindroma kongesti pelvis, salfingitis
ismika nodosa, penyakit gastro intestinal, penyakit traktus urinarius dan neoplasma.
Diagnosis biasanya dibuat atas dasar anamnesa dan pemeriksaan fisik, dan dipastikan
dengan pemeriksaan laparaskopi. Kuldoskopi kurang bermanfaat terutama jika cavum
Douglasi ikut serta dalam endometriosis. Pada endometriosis yang ditemukan pada
lokasi seperti forniks vaginae post perineum, parut laparatomi, dan sebagainya,
biopsis dapat memberi kepastian mengenai diagnosis.

Pemeriksaan laboratorium pada endometriosis tidak memberi tanda yang


khas, hanya apabila ada darah dalam tinja atau air kencing pada waktu haid, dapat
menjadi petunjuk tentang adanya endometriosis pada rektosigmoid atau pada
kandung kencing. Sigmoidoskopi dan sitoskopi dapat memperlihatkan tempat
perdarahan pada waktu haid. Differensial diagnosis, Adenomiosis uteri, radang pelvis
dengan tumor adneksa dapat menimbulkan kesukaran dalam mendiagnosis.
Kombinasi adenomiosis uteri atau mioma uteri dengan endometriosis, kista ovarium,
karsinoma.

Gejala Endometriosis bisa timbul di berbagai tempat dan mempengaruhi


gejala yang ditimbulkan. Tempat yang paling sering ditemukan adalah di belakang
rahim, pada jaringan antara rektum dan vagina dan permukaan rektum. Tapi kadang-

10
kadang ditemukan juga di tuba, ovarium, otot-otot pengikat rahim, kandung kencing
dan dinding samping panggul.

Mengikuti siklus menstruasi, setiap bulan jaringan di luar rahim ini


mengalami penebalan dan perdarahan. Perdarahan ini tidak mempunyai saluran
keluar seperti darah menstruasi, tapi terkumpul dalam rongga panggul dan
menimbulkan nyeri. Jaringan endometriosis dalam ovarium menyebabkan
terbentuknya kista coklat. Akibat peradangan jaringan secara kronis, terbentuk
jaringan parut dan perlengketan organ-organ reproduksi. Sel telur sendiri terjerat
dalam jaringan parut yang tebal sehingga tidak dapat dilepaskan. Sepertiga penderita
endometriosis tidak mempunyai gejala apapun selain infertilitas.

Penderita yang lain mengalami berbagai gejala dengan gejala utama nyeri.
Beratnya endometriosis tidak berhubungan dengan derajat nyeri,bisa jadi
endometriosis yang berat hanya menimbulkan nyeri ringan. Gejala yang sering timbul
:

 Nyeri, hebatnya nyeri ditentukan oleh lokasi endometriosis


 nyeri pada saat menstruasi
 nyeri selama dan sesudah hubungan intim
 nyeri ovulasi nyeri pada pemeriksaan dalam oleh dokter
 Perdarahan
 perdarahan banyak dan lama pada saat menstruasi
 spotting sebelum menstruasi
 menstruasi yang tidak teratur
 darah menstruasi yang berwarna gelap yang keluar sebelum menstruasi atau di
akhir menstruasi
 Keluhan buang air besar dan kecil
 nyeri pada saat buang air besar
 darah pada feces
 diare, konstipasi dan kolik

11
 nyeri sebelum, pada saat dan sesudah buang air kecil Pencegahan dan
Pengobatan Endometriosis.
 Pencegahan Endometriosis

Medis berpendapat bahwa kehamilan adalah cara pencegahan yang paling


baik untuk endometriosis. Gejala-gejala endometriosis memang berkurang atau hilang
pada waktu dan sesudah kehamilan karena regresi endometrium dalam sarang-sarang
endometriosis. Oleh sebab itu hendaknya perkawinan jangan ditunda terlalu lama,
dan sesudah perkawinan hendaknya diusahakan supaya mendapat anak-anak yang
diinginkan dalam waktu yang tidak terlalu lama. Sikap demikian itu tidak hanya
merupakan profilaksis yang baik terhadap endometriosis, melainkan menghindari
terjaidnya infertilitas sesudah endometriosis, melainkan menghindari terjadinya
infertilitas sesudah endometriosis timbul. Selain itu jangan melakukan pemeriksaan
yang kasar atau melakukan kerokan pada waktu haid, karena dapat menyebabkan
mengalirnya darah haid dari uterus ke tuba dan ke rongga panggul.

D. Pengobatan Endometriosis

Pengobatan yang diberikan tergantung pada gejala, rencana mempunyai anak,


usia dan luasnya daerah yang terkena. Pengelolaan endometriosis dengan obat-obatan
tidak menyembuhkan, endeometriosis akan kambuh setelah pengobatan dihentikan.
Pada wanita dengan endometriosis ringan sampai berat, terutama dengan kasus
infertilitas, maka diperlukan pembedahan untuk membuang sebanyak mungkin
jaringan endometriosis dan mengembalikan fungsi reproduksi.

Macam pengobatan hormonal untuk terapi endometriosis

1. Androgen, yaitu preparat yang dipakai adalah metiltestoteran sublingual


dengan dosis 5-10 mg perhari. Biasanya diberikan 10 mg per hari pada bulan
pertama dilanjutkan dengan 5 mg perhari selama 2-3 bulan berikutnya.
Kekurangan adalah:

12
a. Timbulnya efek samping maskulinisasi terutama pada dosis melebihi
300 mg perbulan/ pada terapi jangka panjang.
b. Masih mungkin terjadi ovulasi, terutama pada dosis 5 mg per hari.
c. Bila terjadi kehamilan akan menimbulkan cacat bawaan pada janin.
Keuntungan adalah:
1) Digunakan untuk mengurangi nyeri/ dispaneuri.
2) Meningkatkan libido.
2. Estrogen-progesteron, terapi standar yang dianjurkan adalah 0,03 mg etinil
estradiol, kekurangan adalah terjadi mual, muntah dan perdarahan.
Keuntungan adalah dilaporkan bahwa dengan terapi ini 30 %, penderita
menyatakan keluhannya bekurang dan 18 % secara obyektif mengalami
kesembuhan.
3. Progestogen, dosis yang dipakai adalah medroksiprogesteron asetat 30-50 per
hari atau noretiston asetat 30 mg per hari kekurangan adalah menghambatan
ovulasi, sedangkan keuntungannya adalah terjadinya kehamilan lagi setelah
terapi yaitu rata-rata sebesar 26 %.
4. Danazol, dosis yang dianjurkan untuk endometriosis ringan atau sedang
adalah 400 mg/ hari. Sedangkan untuk yang berat diberikan sampai dengan
800 mg perhari. Kekurangan adalah terjadi acne, kulit berminyak, perubahan
suara, pertambahan berat badan dan edema. Sedangkan keuntungannya dapat
mengurangi ukuran endometrioma dan menghilangkan rasa nyeri.
5. Pembedahan
1) Pembedahan konservatif dilakukan pada pasien dengan intentilitas dan sudah
tua, yaitu dengan merusak seluruh endometriosis dan memperbaiki keadaan
pelvis dengan cara neuroktomi presakral.
2) Pembedahan definitif dilakukan pada pasien yang tidak ingin hamil atau
beberapa gejala. Jenis pemebdahannya yaitu histerektomi total, salpingi,
ooforektomi bilateral, dan eksisi tempat endometriosis. Perlu diingat terlebih
dulu harus ditentukan apakah fungsi ovarium dipertahankan atau tidak. Fungsi
ovarium dipertahankan pada endometriosis dini, tidak adanya gejala dan

13
pasien usia muda yang masih punya anak. Fungsi ovarium dihentikan bila
endometriosis sudah menyerang pelvis secara luas khususnya pada wanita
usia lanjut.
3) Pembedahan Radikal
Pembedahan dilakukan dengan mengangkat rahim dan ovarium di
samping membersihkan jaringan endometriosisnya. Hal ini hanya dilakukan
pada wanita dengan endometriosis hebat yang tidak mengalami perbaikan
dengan pengobatan lain dan tidak lagi mengharapkan kehamilan. Setelah
dilakukan pembedahan diberikan terapi pengganti estrogen, karena
pengangkatan rahim dan ovarium menimbulkan akibat yang sama dengan
menopause. Terapi pengganti ini diberikan 4-6 bulan setelah pembedahan
agar semua jaringan endometriosis yang tersisa sudah habis dan tidak
terbentuk kembali di bawah pengaruh estrogen.

14
TINJAUAN PUSTAKA

1. Sumapraja S. Pemeriksaan pasangan infertil. Dalam : Sumapraja S, Moeloek


FA. Manual infertilitas. Jakarta : Perkumpulan Obstetri dan Ginekologi
Indonesia, 1985 : 1-44
2. Wiweko B. Diagnosis dan Manajemen Infertilitas pada Wanita, 2007 : 1-40
3. Jones WR. Immunologic infertility-fact or fiction ? Fertil steril 1980 ; 33:
577- 586
4. Sarwono, Prawiroharjo. Ilmu Kebidanan. 1992: hal 496, 497, 500
5. Djuwantono, Tono. Hanya 7 Hari Memahami Infertilitas. Bandung : PT
Refika Aditama, 2008 : 20-30
6. Permadi. Mengatasi Infertilitas. Bandung: PT Grafindo, 2008 : 3-30
7. Herlianto, Harijati. Fertilitas (Kelahiran) dalam Pengantar Demogarfi.jakarta:
PT Lembaga Demografi UI. 1971 : 2-25
8. Yatim, Wildan. Reproduksi Dan Embryologi.Bandung: Tarsito. 1994 : 59-65
9. Vitahealth. Infertil: Informasi Lengkap Untuk Penderita dan Keluarganya.
Jakarta: Gramedia. 2008 : 10-26
10. Samsul, Hadi. Konsensus Pengelolaan dan Pencegahan Diabetes Melitus Tipe
2 di Indonesia. Surabaya. 2006 : 5-37

15

Anda mungkin juga menyukai