Di Indonesia terdapat sekitar tiga juta pasangan suami istri yang tidak
mempunyai anak dan dikatakan sebagai pasangan yang mengalami kemandulan atau
infertilitas. Penyebabnya 25-40% dari faktor pria, 40-55% dari faktor wanita, 10%
gabungan faktor pria dan wanita, dan 10% penyebabnya belum jelas. Sering kali
penyebab infertilitas merupakan gabungan dari beberapa faktor dalam sistem
reproduksi. Sebab, penilaian infertilitas harus dilakukan secara menyeluruh dan
cermat.4
1
datang ke klinik infertilitas. Penyebab lain dari infertilitas yang perlu diperhatikan
adalah endometriosis dan kelainan lendir vagina atau serviks.2,4
2
PEMBAHASAN
A. Definisi Infertilitas
Infertilitas sekundar berarti pasangan suami istri telah atau pernah memiliki
anak sebelumnya, tetapi saat ini belum mampu memiliki anak lagi setelah 1 tahun
berhubungan seksual sebanyak 2-3 kali per minggu tanpa menggunakan alat atau
metode kontrasepsi dalam bentuk apapun.
Sebanyak 60%-70% pasangan yang telah menikah akan memiliki anak pada
tahun pertama pernikahan mereka. Sebanyak 20% akan memiliki anak pada tahun ke-
2 dari usia pernikahan. Sebanyak 10-20% sisanya akan memiliki anak pada tahun ke-
3 atau lebih atau tidak akan pernah memiliki anak.
3
dibuahi oleh spermatozoa dan memiliki rahim yang dapat menjadi tempat
perkembangan janin, embrio, hingga bayi berusia cukup bulan dan dilahirkan.
Apabila salah satu dari dua factor yang telah disebutkan tersebut tidak dimiliki oleh
pasangan suami-istri, pasangan tersebut tidak akan mampu memiliki anak.
Istri maupun suami tidak pernah menggunakan alat atau metode kontrasepsi,
baik kondom, obat-obatan, dan alat lain yang berfungsi untuk mencegah kehamilan.
B. Penyebab Infertilitas
1. Umur
2. Lama infertilitas
3. Stress
4. Lingkungan
5. Hubungan seksual
4
6. Kondisi reproduksi wanita, meliputi cervix, uterus, dan sel telur
7. Kondisi reproduksi pria, yaitu kualitas sperma dan seksualitas
(1) Umur
Fase pubertas wanita adalah fase di saat wanita mulai dapat bereproduksi,
yang ditandai dengan haid untuk pertama kalinya (disebut menarche) dan munculnya
tanda-tanda kelamin sekunder, yaitu membesarnya payudara, tumbuhnya rambut di
sekitar alat kelamin, dan timbunan lemak di pinggul. Fase pubertas wanita terjadi
pada umur 11-13 tahun. Adapun fase menopause adalah fase di saat haid berhenti.
Fase menopause terjadi pada umur 45-55 tahun.
Pada fase reproduksi, wanita memiliki 400 sel telur. Semenjak wanita
mengalami menarche sampai menopause, wanita mengalami menstruasi secara
periodik yaitu pelepasan satu sel telur. Jadi, wanita dapat mengalami menstruasi
sampai sekitar 400 kali. Pada umur 35 tahun simpanan sel telur menipis dan mulai
terjadi perubahan keseimbangan hormon sehingga kesempatan wanita untuk bisa
hamil menurun drastis. Kualitas sel telur yang dihasilkan pun menurun sehingga
tingkat keguguran meningkat. Sampai pada akhirnya kira-kira umur 45 tahun sel telur
habis sehingga wanita tidak menstruasi lagi alias tidak dapat hamil lagi. Pemeriksaan
cadangan sel telur dapat dilakukan dengan pemeriksaan darah atau USG saat
menstruasi hari ke-2 atau ke-3.
5
penyakit pada organ reproduksi yang makin parah, dan makin terbatasnya jenis
pengobatan yang sesuai dengan pasangan tersebut.
(3) Stress
(4) Lingkungan
Paparan terhadap racun seperti lem, bahan pelarut organik yang mudah menguap,
silikon, pestisida, obat-obatan (misalnya: obat pelangsing), dan obat rekreasional
(rokok, kafein, dan alkohol) dapat mempengaruhi sistem reproduksi. Kafein
terkandung dalam kopi dan teh.
(6) Frekuensi
(7) Posisi
6
dengan cara posisi pria di atas, wanita di bawah. Sebagai tambahan, di bawah pantat
wanita diberi bantal agar sperma dapat tertampung. Dianjurkan, setelah wanita
menerima sperma, wanita berbaring selama 10 menit sampai 1 jam bertujuan
memberi waktu pada sperma bergerak menuju saluran telur untuk bertemu sel telur.
Apabila sperma memiliki volume, warna, dan kekentalan yang normal, tetapi
spermatozoa tidak ditemukan sama sekali, jumlahnya kurang dari jumlah normal,
memiliki bentuk yang tidak lazim, atau belum mencapai kematangan, hal tersebut
merupakan indikasi bahwa terdapat gangguan pada testis.
7
tersebut merupakan indikasi adanya gangguan pada kelenjar-kelenjar tambahan.
Gangguan pada kelenjar tambahan juga dapat diindikasikan dengan banyak
ditemukannya spermatozoa yang mati. Hal tersebut secara logis berhubungan dengan
fungsi cairan yang dihasilkan kelenjar tambahan sebagai nutrisi dan pelindung
spermatozoa.
Apabila saat ejakulasi sperma tidak dikeluarkan sama sekali, hal tersebut
mengindikasikan kemungkinan terjadinya gangguan multifaktorial, antara lain
gangguan pada saluran keluar sperma yang disertai gangguan pada testis maupun
kelenjar-kelenjar tambahan. Sumbatan (obstruksi) atau tidak terdapatnya saluran
sperma tertentu merupakan akibat dari kelainan sejak lahir (Kongenital) juga
memiliki kemungkinan untuk menjadi penyebab tidak dikeluarkannya sperma sama
sekali.
Berdasarkan fakta ilmiah tersebut, analisis sperma dapat menjadi sebuah tes
kesuburan yang dapat diandalkan untuk menemukan gangguan pada sistem
reproduksi pria yang pada akhirnya mengakibatkan infertilitas.6
Sistem reproduksi wanita dapat dibagi berdasarkan fungsi utama dari tiap
organ yang menyusunnya. Fungsi utama tersebut antara lain 6
8
Produksi dan pematangan sel telur di ovarium
Penghantaran sel telur yang telah matang ke tempat terjadinya pembuahan
(ampulla tuba) dan zigot yang dihasilkan ke rahim
Implantasi zigot dan perkembangan embrio hingga menjadi bayi dalam rahim
Antibiotik hanya diberikan apabila sang pria terbukti mengalami infeksi pada
organ ataupun saluran reproduksinya. Antibiotik hanya diberikan atas instruksi dokter
dan digunakan sesuai dengan petunjuk penggunanya.6
Akibat dari pemakaian antibiotik yang tidak sesuai dengan aturan pakai
adalah kuman penyebab infeksi yang menjadi kebal terhadap antibiotik tersebut.
Dengan demikian, hal tersebut justru menyebabkan bertambah parahnya kondisi sakit
yang ada.6
C. Diagnosis
9
Seorang wanita dengan gejala yang khas atau infertilitas yang tidak bisa
dijelaskan biasanya diduga menderita endometriosis. Sebagai tambahan pemeriksaan
laboratorium tertentu bisa membantu seperti kadar Ca – 125 dalam darah dan
aktivitas endometrial aromatase. Tapi alat diagnosa yang paling dapat dipercaya
adalah dengan laparoskopi, yang dilakukan dengan memasukkan alat laparoskop
melalui sayatan kecil di bawah pusar. Dengan alat ini dokter dapat melihat organ-
organ panggul, kista dan jaringan endometriosis secara langsung.
10
kadang ditemukan juga di tuba, ovarium, otot-otot pengikat rahim, kandung kencing
dan dinding samping panggul.
Penderita yang lain mengalami berbagai gejala dengan gejala utama nyeri.
Beratnya endometriosis tidak berhubungan dengan derajat nyeri,bisa jadi
endometriosis yang berat hanya menimbulkan nyeri ringan. Gejala yang sering timbul
:
11
nyeri sebelum, pada saat dan sesudah buang air kecil Pencegahan dan
Pengobatan Endometriosis.
Pencegahan Endometriosis
D. Pengobatan Endometriosis
12
a. Timbulnya efek samping maskulinisasi terutama pada dosis melebihi
300 mg perbulan/ pada terapi jangka panjang.
b. Masih mungkin terjadi ovulasi, terutama pada dosis 5 mg per hari.
c. Bila terjadi kehamilan akan menimbulkan cacat bawaan pada janin.
Keuntungan adalah:
1) Digunakan untuk mengurangi nyeri/ dispaneuri.
2) Meningkatkan libido.
2. Estrogen-progesteron, terapi standar yang dianjurkan adalah 0,03 mg etinil
estradiol, kekurangan adalah terjadi mual, muntah dan perdarahan.
Keuntungan adalah dilaporkan bahwa dengan terapi ini 30 %, penderita
menyatakan keluhannya bekurang dan 18 % secara obyektif mengalami
kesembuhan.
3. Progestogen, dosis yang dipakai adalah medroksiprogesteron asetat 30-50 per
hari atau noretiston asetat 30 mg per hari kekurangan adalah menghambatan
ovulasi, sedangkan keuntungannya adalah terjadinya kehamilan lagi setelah
terapi yaitu rata-rata sebesar 26 %.
4. Danazol, dosis yang dianjurkan untuk endometriosis ringan atau sedang
adalah 400 mg/ hari. Sedangkan untuk yang berat diberikan sampai dengan
800 mg perhari. Kekurangan adalah terjadi acne, kulit berminyak, perubahan
suara, pertambahan berat badan dan edema. Sedangkan keuntungannya dapat
mengurangi ukuran endometrioma dan menghilangkan rasa nyeri.
5. Pembedahan
1) Pembedahan konservatif dilakukan pada pasien dengan intentilitas dan sudah
tua, yaitu dengan merusak seluruh endometriosis dan memperbaiki keadaan
pelvis dengan cara neuroktomi presakral.
2) Pembedahan definitif dilakukan pada pasien yang tidak ingin hamil atau
beberapa gejala. Jenis pemebdahannya yaitu histerektomi total, salpingi,
ooforektomi bilateral, dan eksisi tempat endometriosis. Perlu diingat terlebih
dulu harus ditentukan apakah fungsi ovarium dipertahankan atau tidak. Fungsi
ovarium dipertahankan pada endometriosis dini, tidak adanya gejala dan
13
pasien usia muda yang masih punya anak. Fungsi ovarium dihentikan bila
endometriosis sudah menyerang pelvis secara luas khususnya pada wanita
usia lanjut.
3) Pembedahan Radikal
Pembedahan dilakukan dengan mengangkat rahim dan ovarium di
samping membersihkan jaringan endometriosisnya. Hal ini hanya dilakukan
pada wanita dengan endometriosis hebat yang tidak mengalami perbaikan
dengan pengobatan lain dan tidak lagi mengharapkan kehamilan. Setelah
dilakukan pembedahan diberikan terapi pengganti estrogen, karena
pengangkatan rahim dan ovarium menimbulkan akibat yang sama dengan
menopause. Terapi pengganti ini diberikan 4-6 bulan setelah pembedahan
agar semua jaringan endometriosis yang tersisa sudah habis dan tidak
terbentuk kembali di bawah pengaruh estrogen.
14
TINJAUAN PUSTAKA
15