Anda di halaman 1dari 6

KRISIS HIPERTENSI

Krisis Hipertensi adalah salah satu jenis dari hipertensi yaitu hipertensi yang parah
(severe) dan memilki kerusakan target organ. Dapat dikatakan krisis hipertensi apabila:

Diastolik : >110 mmHg (120-30 mmHg)


Sistolik : >180 mmHg (200-220 mmHg)

Krisis Hipertensi terdiri dari Hipertensi Emergensi dan Hipertensi Urgensi :


A. Hipertensi Emergensi
Adalah Krisis Hipertensi yang disertai dengan kerusakan target organ pada otak,
jantung, ginjal, retina atau pembuluh darah. Target kerusakan organ pada saraf yang
diakibatkan oleh krisis hipertensi adalah hipertensi ensefalopati, perdarahan intraserebral
atau infark serebral, dan perdarahan subarachnoid. Target kerusakan organ pada jantung
antara lain iskemi/infark miokaridium, LVH, dan edema pulmo. Organ lain yang dapat
diserang anatara lain ginjal (CKD), mata (retinopati), dan eklampsia.

Target Organ Damage


Neurologic
Hipertensi ensefalopati
Perdarahan intraserebral
Inrafk serebri
Perdarahan subarachnoid

Jantung
Iskemi. Infark miokardium
LVH
Edema pulmo

CKD
Retinopati
Eklampsia
Peripheral Arterial Disease
Manifestasi klinis yang sering muncul pada hipertensi emergensi adalah infark
serebri (24,5%), edema pulmo (22,5%), hipertensi ensefalopati (16,3%), dan gagal
jantung kongestif (12%). Patofisiologi hipertensi emergensi belum diketahui secara jelas.
Penatalaksaan Hipertensi emergensi adalah menurunkan tekanan darah secepat
mungkin dalam hitungan jam menggunakan obat antihipertensi secara intravena.
B. Hipertensi Urgensi
Adalah Krisis Hipertensi tanpa disertai dengan kerusakan target organ. Hipertensi
urgensi dapat ditatalaksana dengan antihipertensi oral. Pilihan terapi utama pada
hipertensi urgensi adalah Nifedipine oral 20 mg. Nifedipine sublingual tidak disarankan
karena dikhawatirkan menimbulkan hipotensi.
Obat antihipertensi penghambat kalsium seperti nifedipine OROS atau amlodipine
memiliki onset yang lambat dan jarang digunakan. Pasien dengan hipertensi urgensi
harus diobservasi selama 2 jam setelah pemberian nifedipine dan tekanan darah harus
selalu diukur maksimal setap 15 menit. Sebelum pasien dipulangkan, tekanan darah
harus dibawah <180/100 atau setidaknya <200/120. Pasien yang telah diperbolehkan
pulang harus kontrol 3 hari atau 5 hari kemudian untuk penanganan lebih lanjut.
Referensi :
1. Van Den Born BJH, Beutler JJ, Gaillard CAJM, et al. Dutch Guideline for the
Management of Hypertensives Crisis-2010 revision. Netherlands The Journal of
Medicine 2011;6(5):248-55.
2. Cline DM, Amin Alpesh. Drug Treatment for Hypertensive Emergencies. Emcreg
International 2008;8:1-10.
3. Hopkins, Christy 2015. Hipertensive Emergencies (online),
(http://emedicine.medscape.com/article/1952052-overview#a2 , diakses 24 November
2016)
4. Marhefka GD. Acute Hypertension: Hypertesive Urgency and Hypertensive Emergency.
Consultant 2016;56(3):222-232.
INDIKASI PARACENTESIS

Indikasi paracentesis terdiri dari 2, yaitu indikasi diagnosis dan indikasi terapeutik.
a. Indikasi diagnosis
Paracentesis sebagai penunjang untuk diagnosis pasien dengan ascites yang dicurigai
disebabkan oleh spontaneous bacterial peritonitis. Pasien dengan SBP menunjukkan
gejala klinis yang dapat megancam kehidupan yaitu: demam, nyeri abdomen,
ensefalopati, fungsi ginjal terganggu, leukositosis, asidosis, perdarahan
gastrointestinal, sepsis dan syok.
b. Indikasi terapeutik
Paracentesis digunakan untuk meringankan ketidaknyamanan atau gangguan
pernapasan pada pasien dengan asites tegang dan dalam keadaan hemodinamik yang
stabil. Selain itu paracentesis terapeutik juga dapat dilakukan pada pasien asites yang
refraktori asites atau yang tidak berespon dengan diuretik.

KONTRAINDIKASI PARACENTESIS
a. Pasien dengan kadar serum kreatinin yang tinggi
b. Pasien dengan disseminated intravascular coagulation (DIC)
c. Prosedur paracentesis harus lebih diperhatikan pada Ibu hamil, pasien dengan
organomegali, obstruksi saluran cerna, intraabdominal adesi, dan vesica urinaria yang
penuh.
d. Jarum paracentesis tidak boleh mengenai kulit yang terinfeksi, pembuluh darah yang
terlihat, skar, dan hematom pada dinding abdomen.

Referensi:
1. Thomsen TW, Shaffer RW, White Benjamin, et al. Paracentesis. The Nee England
Journal of Medicine 2006;355(19):21-5.
INDIKASI TRANSFUSI DARAH

Menurut American Association of Blood Banks (AABB):


1. Untuk pasien ICU (dewasa maupun anak-anak)  transfuse apabila Hb < 7g/dL
2. Untuk pasien postoperasi  transfusi apabila Hb < 8 g/dL
3. Transfusi apabila Hb <8g/dl pada pasien rawat inap dengan hemodinamik stabil
namun memiliki tanda-tanda penyakit kardiovaskular.

Menurut The American Society of Anesthesiologists:


1. Indikasi transfusi apabila Hb < 6 g/dL.

Referensi:
Kaplan LJ 2015. Transfusion and autotransfusion (online),
(http://emedicine.medscape.com/article/434176-overview , diakses tangal 24 November
2016)

Anda mungkin juga menyukai