Anda di halaman 1dari 12

DEFINISI TANAH

Dua konsep dasar yang dapat dijadikan suatu acuan untuk mendefinisikan tanah, yaitu: 1)
tanah di definisikan sebagi bahan (material) yang mengandung mineral, bahan organik dan
biota tanah. 2) Tanah sebagai tubuh alam tiga dimensi (gunung, danau atau lembah) yang
terdiri dai bahan (konsep pertama), akar, fauna, batuan artefak dan lain-lainnya.

Fungsi tanah dalam ekosistem :


1. Medium untuk tumbuh-tumbuhan, tanah berfungsi sebagai penyanggah fisik,
penyedia udara, penyedia air, pengatur suhu, pengendali bahan beracun dan penyedia
hara.
2. Pengendali pasokan air yang berasal dari hujan maupun huu sungai yang sebagian
dimanfaatkan oleh organisme (manusia, tanaman, hewan dll), sebagian disimpan
didalam tanah dan sebagian lagi masuk ke sungai maupun danau.
3. Habitat organisme tanah
4. Pendaur ulang alami
5. Pengendali atmosfer, berkaitan dengan emisi gas CO2 dari tanah menyumbang
perubahan iklim glbal.
6. Medium untuk tujuan teknis, seperti pembangunan perumahan, fondasi bangunan,
jalan raya, bendungan dan tempat pembuangan limbah.

PROSES PEMBENTUKAN TANAH


Tanah merupakan perwujudan interaksi dari berbagai faktor seperti bahan induk, iklim,
tpografi, organisme dan waktu (Jenny, 1941). Iklim dan organisme merupakan faktor
pembentuk tanah aktif, sedangkan lainnya disebut faktor pembentuk tanah pasif.

Tanah = fungsi (Bi, I, T, O, W)

Bahan induk
Bahan induk merupakan faktor pembentuk tanah yang menentukan sifat tanah itu sendiri,
seperti bahan induk kaya kuarsa (granit) akan membentuk tanah dengan tekstur kasar.
Berbeda dengan tanah yang berasal dari bahan induk residu batuan basa akan menghasilkan
tanah dengan tekstur halus.
Bahan induk digolongkan kedalam bahan induk mineral dan bahan induk organik. Bahan
induk mineral terdiri dari:
1. Batuan beku terbentuk akibat adanya pembekuan magma karena adanya penunuran
suhu magma. Batuan ini terdiri dari:
- Beku dalam/plutonik yaitu batuan hasil pembekuan magma yang terjadi di dalam
dapur magma. Contoh granit dan gabro,
- Gang/intrusif yaitu batuan hasil pembeguan di saluran keluarnya magma. Contoh
porfirit dan gabro porfirit
- Eruptif yaitu batuan hasil pembentukan lava yang terjadi di permukaan bumi.
Contoh andesit, riolit dan basal
- Tufa yaitu batuan hasil pembekuan lava yang terjadi di udara. Contoh tufa dasit,
tufa liparit, tufa andesit dan tufa basal.
2. Batuan sedimen, merupakan batuan hasil disintegrasi yang ditransportasikan,
disedimentasikan dan akhirnya disementasi (litifikasi)
3. Batuan metamorfik, batuan hasil dari perubahan fisik karena adanya tekanan tinggi
maupun suhu.
Iklim
Curah hujan dan suhu merupakan unsur iklim yang penting dalam pelapukan. Semakin tinggi
curah hujan dan suhu, maka semakin mempercepat proses pembentukan tanah karena
pengaruhnya terhadap proses reaksi kimia.

Topografi
Topografi akan mempengaruhi efek curah hujan terdapat proses pelapukan bahan induk. Pada
daerah berlereng, air hujan akan menyebabkan erosi dan abrasi sehingga solum tanah menjadi
dangkal. Sedangkan pada daerah datar, efek curah hujan berupa reaksi kimia dan pemindahan
hasil reaksi di dalam profil tanah, seperti terbentuknya lapisan keras karena adanya akumulasi
liat maupun lapisan pucat di dalam profil tanah.

Organisme
Organisme yang paling berperan terhadap proses pembentukan tanah adalah vegetasi. Seresah
vegetasi akan menghasilkan asam-asam organik yang berperan dalam proses pelapukan
batuan atau bahan induk tanah.

Waktu
Semakin lama waktu, maka proses pembentukan tanah akan semakin lanjut sehingga tanah
yang dihasilkan berupa tanah tua yang kurang subur.

KLASIFIKASI TANAH
Secara umum klasifikasi tanah ada dua prinsip yaitu klasifikasi tanah berdasarkan sifat sifat
tanah yang dimiliki disebut klasifikasi alami, dan klasifikasi tanah berdasarkan sifat tanah
yang mempengaruhi kemampuan tanah untuk penggunaan tertentu disebut klasifikasi teknis.
Tanah dapat di klasifikasikan atau dibedakan dengan cara melihat dan mempelajari sifat dan
cirinya, seperti warna, tekstur, konsistensi, struktur, konkresi dan ndul, kemasaman (pH),
kedalaman (solum) tanah, batas-batas horizon serta bahan induk.

Tujuan klasifikasi tanah adalah :


1. Mengorganisasi (menata) pengetahuan kita tentang tanah.
2. Mengetahui hubungan masing – masing individu tanah satu sama lain.
3. Memudahkan mengingat sifat – sifat tanah.
4. Mengelompokan tanah untuk tujuan-tujuan yang lebih praktis seperti dalam hal :
a. Menaksir sifat-sifatnya.
b. Menentukan lahan-lahan terbaik (prime land)
c. Menaksir produktivitasnya.
d. Menentukan areal-areal untuk penelitian, atau kemungkinan ekstrapolasi hasil
penelitian di suatu tempat.
5. Mempelajari hubungan – hubungan dan sifat – sifat tanah yang baru.

Terdapat 3 klasifikasi tanah yang digunakan di Indonesia, yaitu klasifikasi tanah menurut
USDA, FAO dan PPT (Indonesia).

Sistem klasifikasi taksonomi tanah USDA


Klasifikasi atau penggolongan tanah USDA dimulai dari order, suborder, grup besar, dan
subgrup (Boul et al., 1980). Ordo tanah terdiri 12 taksa dibedakan atas ada tidaknya horison
penciri serta jenis (sifat) dari horison tersebut. Subordo terdiri dari 64 taksa yang dibedakan
atas kesamaan genetik, misalnya sifat tanah yang di pengaruhi bahan induk, air, regim
kelembaba, vegetasi dan tingkat pelapukan bahan organik. Grup besar terdiri dari 317 taksa
yang dibedakan atas kemasaman, tingkat perkembangan dan susunan horison, kejenuhan
basa, rejim suhu dan kelembaban serta ada tidaknya lapisan penciri lain seperti fragipan dan
duripan. Sedangkan subgrup dibedakan atas sifat ini grup besar, sifat peralihan ke grup besar
lain dan sifat peralihan ke bukan tanah.
Dalam system ini, nama tanah selalu mempunyai arti yang menunjukkan sifat utama
dari tanah tersebut. Dalam kategori order nama tanah selalu diberi akhiran sol ( solum = tanah
). Sedang suku kata sebelumnya menunjukkan sifata utama dari tanah tersebut. Untuk
kategori yang lebih rendah, akhiran soltidak digunakan lagi. Dalam klasifikasi tanah system
USDA, tanah dikelompokkkan ke dalam 12 order, yaitu :
1. Entisol : merupakan tanah mineral baru atau masih muda umumnya masih berupa
pasir dan batu yang mulai melapuk.
2. Inceptisol (inceptum : permulaan) merupakan tanah yang baru berkembang umumnya
berwarna gelap dengan ciri utama adanya lapisan timbunan liat yang tidak terlalu
lekat (horison kambik)
3. Vertisol (verto : terbalik) yaitu tanah berwarna hitam, retak/mengkerut apabila kering
dan mengembang apabila basah (sifat vertik).
4. Molisol (mollis : lunak) tanah berwarna hitam yang berasal dari pelapukan bahan
organik berupa rerumputan.
5. Histosol (histos : jaringan) merupakan tanah yang memiliki lapisan bahan organik >40
cm, atau sering disebut tanah gambut.
6. Aridisol (aridus : sangat kering) Tanah mineral yang sebagian besar terdapat di daerak
iklim kering (arid).
7. Spodosol (spodos : abu kayu) merupakan tanah yang memiliki lapisan berwarna putih
pucat seperti abu kayu (horison albik).
8. Alfisol (dari Al-Fe) merupakan tanah berwarna coklat sampe kemerahan, memiliki pH
5-7, dan memiliki horison argilik yaitu horison dengan kandungan liat yang tinggi
(lekat dan mengkilat).
9. Ultisol (ultimus : terakhir) merupakan tanah berwarna coklat sampai kemerahan,
bersifat masam, kurang subur dan mempunyai horison argilik.
10. Oxisol (Oxide : oksida) merupakan tanah yang berwarna merah/kemerahan (berasal
dari oksidasi besi), tidak subur, bersifat masam.
11. Andisol (ando : tanah hitam) merupakan tanah yang berwarna hitam yang mempunyai
sifat andik yaitu berat volume tanah tersebut rendah dan bertekstur yang licin seperti
debu akan tetapi bukan material debu melainkan bahan khas yang hanya ada pada
tanah ini.
12. Gelisol (Gelare : membeku) tanah yang berada dalam kondisi membeku, seperti tanah
yang berada di kutub.

Sistem klasifikasi tanah FAO/UNESCO


Beberapa sifat-sifat tanah dalam kategori Great Group menurut FAO/UNESCO adalah
sebagai berikut.

Flufisol Tanah dari endapan baru karena pengaruh sungai dengan ketebalan < 125 cm.
Gleysol Tanah yang dipengaruhi air (sifat hidromorfik) sehingga berwarna kelabu,
gley, pada kedalaman < 50 cm.
Regosol Tanah yang hanya mempunyai epipedon ochrik. Tidak termasuk bahan
endapan baru, tidak menunjukkan sifat-sifat hidromorfik, berifat fertik (tidak
mengembang dan mengkerut) tidak didominasi bahan amoef (sifat andik).
Lithosol Tanah yang tebalnya hanya 10 cm atau kurang, di bawahnya terdapat lapisan
yang padu seperti batu.
Arenosol Tanah bertekstur pasir pada kedalaman > 50 cm atau lebih berbahan albik
(berwarna pucat)
Renzina Tanah yang berkembang di atas batuan kapur.
Ranker Tanah dengan epipedon umbrik yang tebalnya kurang dari 25 cm dan tidak
ada horizon penciri lain.
Andosol Tanah tanah yang berwarna hitam yang mempunyai sifat andik yaitu berat
volume tanah.
Vertisol Tanah berwarna hitam, retak/mengkerut apabila kering dan mengembang
apabila basah (sifat vertik).
Solonetz Tanah dengan horizon natrik (kadar garam/natrium tinggi) yang umumnya
berada pada daerah beriklim kering.
Yermusol Tanah yang terdapat di daerah sangat kering (arid) mempunyai lapisan
berwarna agak terang (epipedon okrik), dan lapisan akumulasi liat
9kambik/argilik) atau kalsium (kalik).
Xerosol Seperti yermusol tetapi epipedon okrik sedikit lebih berkembang.
Kastanozem merupakan tanah dengan epipedon mollik (tidak keras bila kering) berwarna
coklat tebal 15 cm atau lebih, mempunyai sifat lain seperti kastanozem.
Phaeozem Tanah dengan epipedon mollik, tidak mempunyai horizon kalsik, gipsik, dan
tidak mempunyai horizon yang banyak mengandung kapur halus.
Greyszem Tanah dengn epipedon mollik yang berwarna hitam, tebal 15 cm atau lebih
terdapat selaput (bleched coating) pada permukaan struktur tanah.
Cambisol Tanah denan horizon kambik dan epipedon ochrik atau umbrik, horizon kalsik
atau gipsik. Horison kambik mungkin tidak ada bila mempunyai epipedon
umrik yang tebalnya lebih dari 25 cm.
Luvisol Tanah dengan horizon argilik dan mempunyai kejenuhan basa 50 % atau
lebih, tidak mempunyai epipedon mollik.
Podzoluvisol Tanah dengan horizon argilik, dan batas horizon eluviasi dengan horizon di
bawahnya terputus-putus.
Podsol tanah berwarna pucat (albik) dengan horizon spodik.
Planosol Tanah denan horizon albik di atas horizon yang mempunyai permeabilitas
lambat misalnya horizon argilik atau natrik dengan perubahan tekstur yang
tiba-tiba, lapisan liat berat, atau fragipan. Mempunyai sifat hidromorfi paling
sedikit pada sebagian horizon albik.
Acrisol Tanah dengan horizon argilik (liat yang tinggi) dan mempunyai kejenuhan
basa kurang dari 50 %. Tidak terdapat epipedon mollik.
Nitosol Tanah dengan horizon argilik, dan kandungan liat tidak menurun lebih dari 20
% pada horizon-horison di bawah horizon penimbunan liat maksimum, dan
tidk terdapat epipedon mollik.
Ferrasol Tanah dengan lapisan berwarna merah (horizon oksik).
Histosol Tanah dengan lapisan organik setebalnya 40 cm atau lebih (epipedon histik).
Sistem Klasifikasi Tanah Nasional (Pusat Penelitian Tanah/PPT Bogor)

Latosol
Merupakan tanah yang telah mengalami pelapukan yang intensif dan perkembangan tanah
yang lanjut, sehingga kesuburan tanahnya rendah.
1. Faktor Pembentuk Tanah
- Bahan Induk : Batuan Vulkan, Tuf Vulkan
- Iklim : Tropika basah, Curah hujan tahunan 2500-7000 mm
- Topografi : Bergelombang, berbukit dan bergunung (10-1000 mdpl)
- Vegetasi : Hutan Tropika
- Waktu : Tanah tua, sudah mengalami perkembangan yang cukup lama
2. Penyebaran : Sumatra, Jawa, Bali, Kalimantan, Minahasa
3. Penggunaan : Padi sawah, Palawija, Perkebunan, Kelapa sawit, Coklat, Cengkeh,
Kopi dan Hutan.
4. Ciri fisik
- Warna : Merah, coklat kemerahan, coklat, coklat kekuningan dan kuning
- Tekstur : Liat 70%
- Kemasaman : Masam hingga agak masam (pH 4,5-5,5)
- Struktur remah : Remah
- Konsistensi : Gembur sampai teguh
- Stabilitas agregat : Tinggi
- Solum : Dalam (1,5 - 10 m)

Andosol
Merupakan tanah dengan karakteristik khas, mempunyai sifat andik yaitu berat volume tanah
rendah dan memiliki tekstur yang licin (smeary) seperti debu ketika di pirid (Sarwono H,
2003).
1. Faktor Pembentuk Tanah
- Bahan induk : Abu dan Tuf Vulkan
- Iklim : Datar, bergelombang, dan berbukit pada kerucut dan lahar vulkan di
dataran tinggi vulkan.
- Topografi : Bergelombang, berbukit dan bergunung (sampai dengan 3000 mdpl)
- Vegetasi : Hutan Tropika
- Waktu : Tanah muda, mengalami perkembangan belum terlalu lama
2. Penyebaran : Sumatra Utara, Sumatra Barat, Sumatara Selatan, Jawa, Bali,
Lombok, Minahasa, Flores
3. Penggunaan : Holtikultura, perkebunan teh, pariwisata, khusus di Sumatra Utara :
tembakau.
4. Ciri fisik
- Warna : Coklat tua hingga hingga hitam karena kaya akan bahan organik
- Tekstur : Debu hingga liat
- Kemasaman : Masam hingga agak masam (pH 4,5-5,5)
- Struktur remah : Remah
- Konsistensi : Gembur
- Stabilitas agregat : Rendah
- Solum : Dalam (1 – 2 m)
Podsolik
Merupakan tanah dengan pencucian intensif sehingga relatif kurang subur karena basa-basa
(hara) dan pH yang rendah.
1. Faktor Pembentukan Tanah
- Bahan induk : Sedimen dan volkan yang banyak mengandung kuarsa
- Iklim : Panas yang sedang hingga tropik basah dengan curah hujan 2500-
3500 mm
- Topografi : Bergelombang hingga berbukit dengan ketinggian 50 – 350 mdpl
- Vegetasi : Hutan tropis
- Waktu : Waktu tua karena sudah mengalami pencucian intensif dan pelapukan
sangat lanjut
2. Penyebaran : Sumatra, Kalimantan, Jawa Tengah dan Jawa Timur
3. Penggunaan : Perladangan, perkebunan karet, kacang tanah, jagung, tembakau.
4. Ciri fisik
- Warna : Abu-abu muda, kekuningan dampai dengan merah
- Tekstur : Debu hingga liat
- Kemasaman : Masam (pH tanah 4,2-4,8)
- Struktur : Gumpal
- Konsistensi : Masif/kuat
- Stabilitas agregat : Rendah atau mudah hancur
- Solum : Dalam (1 – 2 m)

Mediteran
Merupakan tanah yang berkembang dari bahan induk batu kapur dengan kadar bahan organik
rendah, kejenuhan basa sedang sampai tinggi sehingga kesuburannya relatif tinggi.
1. Faktor Pembentuk Tanah
- Bahan induk : Batu kapur, batu pasir berkapur maupun bahan volkanik
- Iklim : Iklim tropika basah dengan bulan kering nyata, curah hujan 800 –
2500 mm
- Topografi : Begelombang hingga berbukit dengan ketinggian 400 mdpl
- Vegetasi : Rumput dan tanaman perdu
- Waktu : Waktu tua karena sudah mengalami pencucian intensif dan pelapukan
sangat lanjut
2. Penyebaran : Jawa, Nusa tenggara, Sulawesi.
3. Pemanfaatan : Padi sawah, tegalan, rumput ternak.
4. Ciri fisik
- Warna : Abu-abu muda, kekuningan dampai dengan merah
- Tekstur : Lekat sampai dengan sangat lekat
- Kemasaman : pH tanah 6,0 – 7,5
- Struktur : Gumpal sampai dengan bersudut
- Konsistensi : Gembur sampai dengan teguh
- Stabilitas agregat : Kuat
- Solum : Dalam (1 – 2 m)
Podsol
Tanah yang mempunyai lapisan putih pucat karena banyak pencucian alumunium dan besi
sehingga menyisakan silika yang berwarna pucat.
1. Faktor Pembentukan Tanah
- Bahan induk : Sedimen dan volkan yang banyak mengandung kuarsa
- Iklim : Panas yang sedang hingga tropik basah dengan curah hujan 2500-
3500 mm
- Topografi : Bergelombang hingga berbukit dengan ketinggian sampai dengan
2000 mdpl
- Vegetasi : Hutan tropis
- Waktu : Waktu tua karena sudah mengalami pencucian intensif dan pelapukan
sangat lanjut
2. Penyebaran : Sumatra, Kalimantan, Jawa Barat
3. Penggunaan : Perladangan, perkebunan.
4. Ciri fisik
- Warna : Kelabu pucat
- Tekstur : Debu, liat hingga pasir
- Kemasaman : Masam hingga netral
- Struktur : Remah
- Konsistensi : Gembur
- Stabilitas agregat : Rendah atau mudah hancur
- Solum : Dalam

Gleisol
Merupakan tanah yang memperlihatkan sifat hidromorfik, yaitu tanah yang berkembang
dipengaruhi air sehingga berwarna kelabu, glei dan lainnya.
1. Faktor Pembentukan Tanah
- Bahan induk : Sedimen
- Iklim : Panas yang sedang hingga tropik basah
- Topografi : Datar dan bergelombang
- Vegetasi : Padi sawah
- Waktu : Waktu muda sampai dengan sedang
2. Penyebaran : Seluruh persawahan di Indonesia
3. Penggunaan : Persawahan tergenang
4. Ciri fisik
- Warna : Kelabu pucat karena reduksi besi dan mangan akibat penggenangan
- Tekstur : Debu, liat hingga pasir
- Kemasaman : Masam hingga netral
- Struktur : Gumpal
- Konsistensi : Lekat
- Stabilitas agregat : Kuat sehingga tidak mudah hancur
- Solum : Dalam
Regosol
Merupakan tanah yang berasal dari letusan gunung berapi maupun luapan sungai berupa
pasir.
1. Faktor Pembentukan Tanah
- Bahan induk : Bahan Vulkanik
- Iklim : Tropika kering dan basah
- Topografi : Datar, Bergelombang hingga berbukit
- Vegetasi : Tanaman budidaya
- Waktu : Waktu muda sampai dengan sedang
2. Penyebaran : Daerah abu vulkanik di Sumatra, Jawa, Nusa tenggara, Sulawesi
3. Penggunaan : Tanaman palawija, sawah, tembakau, sayur-sayuran dan buah-buahan
4. Ciri fisik
- Warna : Kelabu hingga kuning
- Tekstur : Butir kasar, dominasi pasir
- Kemasaman : Sedang
- Struktur : Remah
- Konsistensi : Lepas-lepas
- Stabilitas agregat : Lemah, mudah hancur
- Solum : Dalam

Litosol
Merupakan tanah yang paling muda, belum lama mengalami pelapukan dan sama sekali
belum mengelami perkembangan. Sehingga bahan induknya dangkal dan sangat sering
terlihat di permukaan sebagai batuan padat yang padu.
1. Faktor Pembentuk Tanah
- Bahan Induk : Batuan Beku, Batuan Sedimen Kukuh (Consolidated)
- Iklim : Suhu/Temperatur dan Curah hujan
- Topografi : Berlereng
- Vegetasi : Umumnya rumput ilalang
- Waktu : Tanah muda karena erosi yang intensif
2. Penyebaran : Disemua wilayah batuan beku dan batuan sedimen kukuh
3. Penggunaan : Tanaman keras, Rumput ternak dan Palawija.
4. Ciri fisik
- Warna : Hitam, Coklat, Merah dll
- Tekstur : Klei/Liat, Debu dan Pasir
- Kemasaman : Sedang
- Struktur : Lempeng, Prisma, Tiang, Gumpal dll
- Konsistensi : Remah, Gembur, Elastis, Teguh dll
- Stabilitas agregat : Sedang hingga kuat
- Solum : Tipis dan Dalam
Aluvial
Merupakan tanah muda dan belum berkembang, dengan ciri utama pada pembentukan aluvial
ialah bahwa bagian terbesar bahan halus/lumpur maupun bahan kasar/pasir sedimen. Tanah
aluvial bisa disebit juga tanah endapan, umunya berada di daerah aliran sungai maupun hulu
sungai.
1. Faktor Pembentuk Tanah
- Bahan induk : Sedimen lumpur dan pasir
- Iklim : Curah hujan tahunan 600 mm – 7000 mm
- Topografi : Datar
- Vegetasi : Hutan tropika, hutan rawa
- Waktu : Muda sampai dengan tua
2. Penyebaran : Daerah dataran, cekungan, daerah sepadan sungai di semua pulau
Indonesia
3. Pemanfaatan : Persawahan, Palawija
4. Ciri fisik
- Warna Tanah : Coklat hingga Kelabu
- Tekstur : Liat pasir 50%
- Kemasaman : Masam sampai dengan netral
- Struktur : Remah sampai dengan kuat
- Konsistensi : Remah sampai dengan lekat
- Stabilitas agregat : Rendah sampai dengan masif
- Solum : Umumnya dalam

Organosol
Merupakan tanah di daerah rawa tergenang secara terus menerus yang tersusun dan
berkembang dari akumulasi bahan organik (istilah lain Gambut) yang relatif tebal (> 50 cm).
1. Faktor Pembentuk Tanah
- Bahan induk : Kumulasi bahan organik, seresah daun, ranting dan semacamnya.
- Iklim : Curah hujan yahunan > 2500 mm, air tanah dangkal dan draenase
buruk
- Topografi : Datar
- Vegetasi : Hutan rawa tropika basah
- Waktu : Muda sampai dengan tua
2. Penyebaran : Sumatera, Kalimantan, Sulawesi dan Papua
3. Pemanfaatan : Perkebunan sawit, hutan tanaman industri, dan hutan konservasi
4. Ciri fisik
- Warna Tanah : Coklat hingga hitam,
- Tekstur : Halus hingga kasar, tergantung kematangan
- Kemasaman : Umumnya masam
- Struktur :-
- Konsistensi :-
- Stabilitas agregat : Rendah
- Solum : Umumnya dalam
Renzina
Merupakan tanah dengan warna gelap karena kadar bahan organik lebih dari 1%, kejenuhan
basa lebih dari 50%. Tanah ini berkembang pada tempat yang di bawahnya terdiri dari batuan
kapur.
1. Faktor Pembentuk Tanah
- Bahan induk : Batu kapur atau gamping
- Iklim : Tropis Basah
- Topografi : Lereng berbukit
- Vegetasi : Tanaman perdu perintis
- Waktu : Muda sampai dengan tua
2. Penyebaran : Pegunungan kapur di Jawa, Maluku, Aceh, Sulawesi Selatan,
Lampung hingga Papua
3. Pemanfaatan : Tambang gamping dan semen, dan juga tanaman palawija
4. Ciri fisik
- Warna Tanah : Coklat hingga hitam,
- Tekstur : Pasir dan Liat
- Kemasaman : Netral sampai Basa
- Struktur : Gumpal
- Konsistensi : Lekat
- Stabilitas agregat : Kuat sehingga tidak mudah hancur
- Solum : Dangkal < 50 cm

Grumosol
Merupakan tanah dengan kadar liat monmorilonit lebih dari 30 %, mempunyai sifat
mengembang pada saat musim hujan dan mengerut pada saat musim kering dicirikan dengan
adanya retakan yang cukup lebar.
1. Faktor Pembentuk Tanah
- Bahan induk : Sedimen
- Iklim : Iklim tegas, curah hujan yang cukup tinggi dibarengi dengan suhu
tinggi pada siang hari
- Topografi : Datar
- Vegetasi : Hutan dan tanaman budidaya
- Waktu : Muda sampai dengan tua
2. Penyebaran : Pantura pulau Jawa
3. Pemanfaatan : Hutan industri, ilalang dan pesawahan
4. Ciri fisik
- Warna Tanah : Coklat hingga hitam,
- Tekstur : Halus hingga kasar,
- Kemasaman : Agak masam hingga netral
- Struktur : Gumpal hingga pejal
- Konsistensi : Teguh
- Stabilitas agregat : Kuat
- Solum : Umumnya dalam
Kambisol
Merupakan jenis tanah mineral yang sedang berkembang, yaitu bahan induk yang baru
mengalami proses pelapukan menjadi tanah sehingga kandungan liat tanah tidak cukup
tinggi.
1. Faktor Pembentuk Tanah
- Bahan induk : Bervariasi dari mulai bahan vulkanik, Batu Kapur sampai dengan
sedimen
- Iklim : Tropis dengan curah hujan sedang
- Topografi : Datar, bergelombang dan berbukit
- Vegetasi : Hutan dan tanaman budidaya
- Waktu : Muda karena baru berkembang
2. Penyebaran : Sumatera, Jawa, Bali, Nusa tenggara, Sulawesi dan Maluku
3. Pemanfaatan : Pesawahan, Hutan dan sebagainya
4. Ciri fisik
- Warna Tanah : Kuning, coklat hingga hitam,
- Tekstur : Halus hingga kasar,
- Kemasaman : Agak masam hingga netral
- Struktur : Gumpal, prisma dst
- Konsistensi : Sangat lekat
- Stabilitas agregat : Sedang hingga kuat
- Solum : Umumnya dalam

Oksisol
Merupakan tanah dengan pelapukan lanjut, umumnya berwarna merah dan mempunyai
horison oksik, yaitu horison dengan kandungan mineral mudah lapuk rendah, fraksi liat
dengan aktivitas rendah, kesuburan rendah dan juga mempunyai batas-batas horison yang
tidak jelas.
1. Faktor Pembentuk Tanah
- Bahan induk : Vulkanik maupun sedimen yang banyak mengandung kuarsa, liat tipe
1:1, Oksida Fe dan Al
- Iklim : Tropis dan substropis dengan suhu dan curah hujan tinggi
- Topografi : Berlereng, bergelombang dan berbukit
- Vegetasi : Hutan hujan tropis, vegetasi perdu, paku-pakuan, dan vegetasi
savanna.
- Waktu : Tua karena sudah mengalami pencucian lanjut.
2. Penyebaran : Sumatera, Jawa, Kalimantan, Papua
3. Pemanfaatan : Hutan jati, tanaman nanas dan hutan konservasi
4. Ciri fisik
- Warna Tanah : Coklat kekuningan, kuning hingga merah
- Tekstur : Halus hingga agak kasar,
- Kemasaman : Masam
- Struktur : Gumpal, prisma dst
- Konsistensi : Sangat lekat
- Stabilitas agregat : Sangat kuat
- Solum : Umumnya dalam
Planosol
Merupakan tanah yang mempunyai lapisan pucat di atas suatu horison dengan permeabilitas
lambat (sering terjadi genangan) di dalam kedalaman 125 cm dari permukaan,
memperlihatkan ciri hidromorfik.
1. Faktor Pembentuk Tanah
- Bahan induk : Bahan vulkanik maupun sedimen yang banyak mengandung kuarsa
- Iklim : Tropis dengan curah hujan 2000 mm/tahun
- Topografi : Berlereng, bergelombang dan berbukit ketinggian 0-50 mdpl
- Vegetasi : Hutan tropis dan vegetasi perdu,
- Waktu : Tua karena sudah mengalami pencucian lanjut.
2. Penyebaran : Sumatera, Jawa, Kalimantan,
3. Pemanfaatan : Perswahan tadah hujan, ladang atau tegalan
4. Ciri fisik
- Warna : Kelabu pucat
- Tekstur : Debu, liat hingga pasir
- Kemasaman : Masam hingga netral
- Struktur : Remah
- Konsistensi : Gembur
- Stabilitas agregat : Rendah atau mudah hancur
- Solum : Dalam

Nitosol
Merupakan tanah yang mempunyai lapisan timbunan liat di bawah permukaan tanah dan
tidak mempunyai sifat vertik atau tidak terdapat retakan seperti pada tanah grumosol.
1. Faktor Pembentuk Tanah
- Bahan induk : Bahan vulkanik
- Iklim : Tropis dan substropis
- Topografi : Berlereng, bergelombang dan berbukit
- Vegetasi : Hutan tropis
- Waktu : Muda ke arah tua, sudah mengalami proses pembentukan tanah lebih
lanjut
2. Penyebaran : Sumatera, Jawa, Sulawesi, Maluku
3. Pemanfaatan : Hutan industri, ladang dan hutan konservasi
4. Ciri fisik
- Warna : Coklat hingga coklat kehitaman
- Tekstur : Debu, liat hingga pasir
- Kemasaman : umumnya mendekati pH 7 (netral)
- Struktur : Remah
- Konsistensi : Gembur
- Stabilitas agregat : Rendah atau mudah hancur
- Solum : Dalam

Anda mungkin juga menyukai