Anda di halaman 1dari 99

HUBUNGAN LOKASI PEMASANGAN TERAPI INTRAVENA

DARI PERSENDIAN DENGAN KEJADIAN PHLEBITIS


DI RUANG TERATAI RSUD dr. R SOETRASNO
REMBANG

SKRIPSI
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Mencapai
Gelar Sarjana Keperawatan ( S-1 )

Oleh
Norkasih Murdiana
NIM E420163356

PEMBIMBING :
1. Sukarmin, S.Kep. Ns,M.Kep. Sp. Kep. MB
2. Yulisetyaningrum, S.Kep, Ns. M.Si. Med

JURUSAN S1 KEPERAWATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MUHAMMADIYAH KUDUS
2018

i
HALAMAN PERSETUJUAN

Proposal Skripsi dengan judul “HUBUNGAN LOKASI PEMASANGAN TERAPI


INTRAVENA DARI PERSENDIAN DENGAN KEJADIAN PHLEBITIS DI RUANG
TERATAI RSUD dr. R. SOETRASNO REMBANG“ ini telah disetujui dan diperiksa
oleh pembimbing skripsi untuk di pertahankan dihadapan penguji skripsi jurusan S1
keperawatan STIKES Muhammadiyah Kudus, pada :

Hari : Kamis
Tanggal : 16 Oktober 2017
Nama : Norkasih Murdiana
NIM : E420163356

Pembimbing Utama Pembimbing Anggota

Sukarmin, S.Kep. Ns,M.Kep. Sp. Kep. MB Yulisetyaningrum, S.Kep, Ns. M.Si. Med

NIDN : 0607057601 NIDN : 0618048103

Mengetahui

Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Muhammmadiyah Kudus

Ketua

Rusnoto, SKM, M.Kes (Epid.)

NIDN : 0621087401

ii
HALAMAN PENGESAHAN

Proposal Skripsi dengan judul “HUBUNGAN LOKASI PEMASANGAN TERAPI


INTRAVENA DARI PERSENDIAN DENGAN KEJADIAN PHLEBITIS DI RUANG
TERATAI RSUD dr. R. SOETRASNO REMBANG“ ini telah disahkan penguji skripsi
jurusan S1 Keperawatan STIKES Muhammadiyah Kudus, pada :

Hari : Kamis
Tanggal : 23 Nopember 2017
Nama : Norkasih Murdiana
NIM : E420163356

Pembimbing Utama Pembimbing Anggota

Sukarmin, S.Kep. Ns,M.Kep. Sp. Kep. MB Noor Cholifah, S.SiT.,M.Kes

NIDN : 0607057601 NIDN: 0604017901

Mengetahui
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Muhammmadiyah Kudus
Ketua

Rusnoto, SKM, M.Kes (Epid.)


NIDN : 0621087401

iii
HALAMAN PERSETUJUAN

Skripsi dengan judul “HUBUNGAN LOKASI PEMASANGAN TERAPI INTRAVENA


DARI PERSENDIAN DENGAN KEJADIAN PHLEBITIS DI RUANG TERATAI RSUD
dr. R. SOETRASNO REMBANG“ ini telah disetujui dan diperiksa oleh pembimbing
skripsi untuk di pertahankan dihadapan penguji skripsi jurusan s1 keperawatan
STIKES Muhammadiyah Kudus, pada :

Hari : Kamis
Tanggal : 18 Januari 2018
Nama : Norkasih Murdiana
NIM : E420163356

Pembimbing Utama Pembimbing Anggota

Sukarmin, S.Kep. Ns,M.Kep. Sp. Kep. MB Yulisetyaningrum, S.Kep, Ns. M.Si. Med
NIDN : 0607057601 NIDN : 0618048103

Mengetahui
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Muhammmadiyah Kudus
Ketua

Rusnoto, SKM, M.Kes (Epid.)


NIDN : 0621087401

iv
HALAMAN PENGESAHAN

Skripsi dengan judul “HUBUNGAN LOKASI PEMASANGAN TERAPI INTRAVENA


DARI PERSENDIAN DENGAN KEJADIAN PHLEBITIS DI RUANG TERATAI RSUD
dr. R. SOETRASNO REMBANG“ ini telah disahkan penguji skripsi jurusan S1
Keperawatan STIKES Muhammadiyah Kudus, pada :

Hari : Selasa
Tanggal : 30 Januari 2018
Nama : Norkasih Murdiana
NIM : E420163356

Penguji Utama PengujiAnggota

Indanah, M.Kep.,Ns. Sp. Kep. An Yulisetyaningrum, S.Kep, Ns. M.Si. Med


NIDN : 0022037501 NIDN : 0618048103

Mengetahui
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Muhammmadiyah Kudus
Ketua

Rusnoto, SKM, M.Kes (Epid.)


NIDN : 0621087401

v
HALAMAN PERNYATAAN

Yang bertanda tangan dibawah ini :


Nama : Norkasih Murdiana
NIM : E420163356
Menyatakan bahwa Skripsi dengan judul “HUBUNGAN LOKASI PEMASANGAN
TERAPI INTRAVENA DARI PERSENDIAN DENGAN KEJADIAN PHLEBITIS DI
RUANG TERATAI RSUD dr. R. SOETRASNO REMBANG“ merupakan :
1. Hasil karya yang dipersiapkan dan disusun sendiri
2. Belum pernah disampaikan untuk mendapatkan gelar S1 Keperawatan
STIKES Muhammadiyah Kudus
Oleh karena itu pertanggungjawaban skripsi ini sepenuhnya berada pada diri saya.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya.

Kudus, 18 Januari 2018


Penyusun

Norkasih Murdiana
NIM : E420163356

vi
DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Identitas Diri
Nama : Norkasih Murdiana
Tempat Tanggal Lahir : Rembang, 8 September 1981
Agama : Islam
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat : Ds. Sumberjo RT 01 RW 02 Rembang ( 59216 )

Riwayat Pendidikan
1. SDN 3 Sumberjo Rembang : Lulus Tahun 1991
2. SMPN 5 Rembang : Lulus Tahun 1997
3. SPK DEPKES Blora : Lulus Tahun 2000
4. DIII Poltekes Prodi Keperawatan Blora : Lulus Tahun 2003
5. Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Muhammadiyah Kudus dan sekarang tercatat
sebagai mahasiswa Program Khusus S1 Keperawatan Semester III dengan
NIM : E420163356

vii
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warahmatullohi Wabarakatuh

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas rahmat dan hidayah-Nya, sehingga
peneliti akhirnya dapat menyelesaikan Penelitian dengan judul “Hubungan Lokasi
Pemasangan Terapi Intravena Dari Persendian Dengan Kejadian Phlebitis di Ruang
Teratai RSUD dr R. Soetrasno Rembang.”
Penelitian ini disusun dalam rangka memenuhi salah satu Tugas Mata Kuliah
Skripsi pada Jurusan S1 Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan
Muhammadiyah Kudus.
Peneliti menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini tidak lepas dari
kesalahan dan kekurangan, baik dari segi teknis maupun materi. Untuk itu peneliti
sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun demi kesempurnaan
skripsi ini.
Dalam penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak, oleh
karena itu penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Bapak Rusnoto, SKM, M.Kes (Epid.) Selaku Ketua Sekolah Tinggi Ilmu
Kesehatan Muhammadiyah Kudus.
2. Bapak Sukarmin, S.Kep. Ns,M.Kep. Sp. Kep. MB, Selaku pembimbing utama
dalam penulisan skripsi penelitian.
3. Ibu Yulisetyaningrum, S.Kep, Ns. M.Si. Med, Selaku pembimbing anggota dalam
penulisan skripsi penelitian.
4. Bapak/Ibu dosen Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Muhammadiyah Kudus yang
telah memberikan bimbingan kepada kami demi kelancaran penyusunan skripsi
penelitian.
5. Keluarga tercinta yang selalu memberikan doa untuk keberhasilan dalam
penyusunan skripsi penelitian ini.
6. Rekan-rekan dan semua pihak yang telah banyak membantu dalam penyusunan
skripsi penelitian ini.

Akhir kata dengan segala kerendahan hati peneliti berharap penelitian ini
bermanfaat bagi kita semua. Aamiin Ya Robbal Alamiin.

viii
Wassalamu’alaikum Warahmatullohi Wabarakatuh

Kudus, 18 Januari 2018

Peneliti

ix
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL………………………………………….................... i
HALAMAN PERSETUJUAN PROPOSAL SKRIPSI.......................... ii
HALAMAN PENGESAHAN PROPOSAL SKRIPSI............................ iii
HALAMAN PERSETUJUAN SKRIPSI............................................... iv
HALAMAN PENGESAHAN SKRIPSI................................................. v
HALAMAN PERNYATAAN................................................................. vi
DAFTAR RIWAYAT HIDUP……………………………………………… vii
KATA PENGANTAR……………………………………………………… viii
DAFTAR ISI……………………………………………………………….. x
DAFTAR TABEL.................................................................................. xii
DAFTAR GAMBAR.............................................................................. xiii
DAFTAR LAMPIRAN........................................................................... xiv
ABSTRACT……………………………………………………….............. xv

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang…………………………………………….. 1
B. Perumusan Masalah…………………………………….... 3
C. Tujuan Penulisan………………...................................... 3
D. Ruang Lingkup…………………………………………..... 4
E. ManfaatPenulisan ..……………………………………… 4
F. Keaslian Penelitian.………………………………………. 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


A. Phlebitis.....………………………….……........................ 7
B. Terapi Intravena...........………………………………....... 12
C. Kompetensi Keperawatan Tentang Kewenangan Infus 20
D. Penelitian Terkait........................................................... 21
E. Kerangka Teori.............................................................. 23

BAB III METODOLOGI PENELITIAN


A. Variabel Penelitian......................................................... 24

x
B. Hipotesis Penelitian....................................................... 24
C. Kerangka Konsep Penelitian.......................................... 25
D. Rancangan Penelitian.................................................... 25
E. Etika Penelitian.............................................................. 31
F. Jadwal Penelitian........................................................... 32

BAB IV HASIL PENELITIAN


A. Karakteristik Responden................................................ 33
B. Analisa Univariat............................................................ 34
C. Analisa Bivariat.............................................................. 35

BAB V PEMBAHASAN
A. Analisa Univariat............................................................ 37
B. Analisa Bivariat.............................................................. 41
C. Keterbatasan Penelitian................................................ 43

BAB VI SIMPULAN DAN SARAN


A. Simpulan........................................................................ 45
B. Saran............................................................................. 45

DAFTAR PUSTAKA............................................................................ 47

LAMPIRAN..........................................................................................

xi
DAFTAR TABEL

Nomer Tabel Judul Tabel Halaman


Tabel 2.1 Visual Phlebitis Score 8

Tabel 2.2 Lokasi Vena Di Telapak Tangan, Lengan Dan 14


Tangan
Tabel 2.2 Kerangka Teori 23

Tabel 3.1 Kerangka Konsep 25

Tabel 3.2 Variabel dan Definisi Operasional 28


Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Umur 33
Responden Di Ruang Teratai RSUD dr. R.
Soetrasno Rembang Bulan November 2017

Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan 33


Pendidikan Responden Di Ruang Teratai RSUD dr.
R. Soetrasno Rembang Bulan November 2017

Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Lokasi Pemasangan Intravena 34


Responden Di Ruang Teratai RSUD dr. R.
Soetrasno Rembang Bulan November 2017

Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Kejadian Phlebitis Responden 34


Di Ruang Teratai RSUD dr. R. Soetrasno Bulan
November 2017

Tabel 4.5 Hubungan Lokasi Pemasangan Terapi Intravena 35


Dari Persendian Dengan Kejadian Phlebitis Di
Ruang Teratai RSUD drR. Soetrasno Rembang
Bulan November 2017

Tabel 4.6 Hasil Uji Statistik Hubungan Lokasi Pemasangan 36


Terapi Intravena Dari Persendian Dengan Kejadian
Phlebitis Di Ruang Teratai RSUD dr R. Soetrasno
Rembang Bulan November 2017

xii
DAFTAR GAMBAR

Nomer Gambar Judul Tabel Halaman

Gambar 2.1 Kerangka Teori 23

Gambar 3.1 Kerangka Konsep 25

xiii
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Surat Ijin Pengambilan Data Awal Dan Penelitian


Lampiran 2 : SOP Pemasangan Infus
Lampiran 3 : SOP Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Phlebitis
Lampiran 4 : Lembar Konsul
Lampiran 5 : Jadwal Penelitian
Lampiran 6 : Lembar Inform Consent Menjadi Responden
Lampiran 7 : Lembar Permohonan Menjadi Responden
Lampiran 8 : Lembar Persetujuan Menjadi Asisten Penelitian
Lampiran 9 : Lembar Pelimpahan Tugas dan Wewenang (dari peneliti
kepada asisten peneliti)
Lampiran 10 : Lembar Observasi (Check List Visual Phlebitis Score)
Lampiran 11 : Hasil Rekapitulasi Penelitian
Lampiran 12 : Hasil Uji Statistik

xiv
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Muhammadiyah Kudus
Program Studi S1 Keperawatan
2018

Hubungan Lokasi Pemasangan Terapi Intravena Dari Persendian Dengan


Kejadian Phlebitis di Ruang Teratai RSUD dr R. Soetrasno Rembang

Norkasih Murdiana1, Sukarmin2, YuliSetyaningrum3


Email: norkasihmurdiana12@gmail.com

ABSTRAK

XIV+50Hal+2Bagan+11Tabel+12Lampiran

Latar Belakang:Phlebitismerupakan salah satuindikatormutupelayananrumahsakit. Kualitas


pelayanan yang bagusditunjukkandenganangkakejadianinfeksinasokomial (termasuk
phlebitis) ≤1.5%. Lokasi pemasangan infus menjadi salah satu faktor resiko yang
mengakibatkan phlebitis. Lokasi yang berdekatan dengan sendi sangat rentan terhadap
aliran darah yang statis.
Tujuan Penelitian:Tujuan utama dalam penelitian ini adalah untuk menganalisa lokasi
pemasangan kateter terapi intravena dari persendian dengan kejadian phlebitis di Ruang
Teratai RSUD dr R. Soetrasno Rembang.
Metode Penelitian:Penelitian ini menggunakan jenis korelasi menggunakan pendekatan
cross sectional. Jumlah populasi sebesar 525 responden. Maka jumlah sampel dari 525 yang
diambil 10% yakni sejumlah 52 sampel. Analisis menggunakan Kendall Tau.
Hasil Penelitian: Hasil uji statistik dengan Kendall Tau didapatkan nilai ρ value adalah 0,000
( ≤ 0,005) yang artinya signifikan ada hubungan. didapatkan nilai r sebesar 0,472 (0,400-
0,599) yang bermakna mempunyai korelasi yang cukup.
Kesimpulan: Penelitian ini menunjukkan bahwa ada hubungan yang cukup lokasi
pemasangan terapi intravena dari persendian dengan kejadian phlebitis di Ruang Teratai
RSUD dr R. Soetrasno Rembang.
Saran: Dihapkan hasil penelitian ini dapat digunakan bagi RSUD dr R. Soetrasno Rembang
sebagai acuan dalam meningkatkan mutu layanan kesehatan khususnya tentang
pencegahan infeksi nosokomial akibat tindakan invasif pemasangan infus melalui
pembaharuan SOP pemasangan infus dengan lebih spesifik menentukan lokasi
pemasangan infus.

Kata Kunci : Lokasi Pemasangan Intravena, Phlebitis

Daftar Pustaka : 29 (2002-2017)

1MahasiswaSTIKES Muhammadiyah Kudus


2Dosen Pembimbing I STIKES Muhammadiyah Kudus
3Dosen Pembimbing II STIKES Muhammadiyah Kudus

xv
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Muhammadiyah Kudus
Studi Program S1 Nursing
2018

Location Relationship Installation of Intravenous Therapy From Joints With Phlebitis


Event In Teratai Room RSUD dr. R. Soetrasno Rembang

Norkasih Murdiana1, Sukarmin2, YuliSetyaningrum3


Email: norkasihmurdiana12@gmail.com

ABSTRACT

XIV+50Pages+2Scemas+11Tables+12Enclosures

Background: Phlebitis is one indicator of hospital service quality. Good service quality is
indicated by the incidence of nosocomial infection (including phlebitis) ≤1.5%. The location of
the infusion is one of the risk factors that cause phlebitis. Locations adjacent to the joint are
particularly susceptible to static blood flow.
Research Purposes: The main purpose of this study was to analyze the location of
intravenous catheter insertion from the joints with phlebitis occurrence in Lotus Room RSUD
dr R. Soetrasno Rembang.
Research Methods: This research uses correlation type using cross sectional approach. The
total population is 525 respondents. Then the number of samples from 525 taken 10% ie a
number of 52 samples. Analysis using Kendall Tau.
Research Result: Statistical test results with Kendall Tau got ρ value is 0,000 (≤ 0.005)
which means there is significant relationship. obtained r value of 0.472 (0,400-0,599) which
has significant correlation.
Conclusions: The conclusions of this study indicate that there is a sufficient relationship
location of the installation of intravenous therapy from joints with phlebitis occurrence in Lotus
Room RSUD dr R. Soetrasno Rembang.
Suggestions: Suggestions from the results of this study can be used for hospitals dr. R.
Soetrasno Rembang as a reference in improving the quality of health services, especially
about the prevention of nosocomial infections due to the action of invasive infusion through
updating SOP infusion with more specific determine the location of the infusion.

Keywords : Intravenous Installation Location, Phlebitis

References : 29 (2002-2017)

1Student at STIKES Muhammadiyah Kudus


2Consellor Lecturer I STIKES Muhammadiyah Kudus
3Consellor Lecturer II STIKES Muhammadiyah Kudus

xvi
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Phlebitis merupakan salah satu indikator mutu pelayanan rumah
sakit, karena hampir semua pasien yang masuk ke rumah sakit akan
terpapar dengan cairan intravena. Kualitas pelayanan yang bagus
ditunjukkan dengan angka kejadian infeksi nasokomial (termasuk phlebitis)
≤1.5%(Kemenkes RI, 2011).
Phlebitis merupakan inflamasi vena yang disebabkan oleh iritasi
kimia, mekanik maupun oleh bakteri. Hal ini dikarakteristikan dengan adanya
daerah yang memerah dan hangat di sekitar daerah penusukan atau
sepanjang vena, pembengkakan, nyeri atau rasa keras disekitar daerah
penusukan atau sepanjang vena dan bisa keluar cairan atau pus (Brunner
dan Sudarth,2012).
Di Indonesia belum ada angka yang pasti tentang pravalensi kejadian
phlebitis, kemungkinan disebabkan oleh penelitian dan publikasi yang
berkaitan dengan phlebitis jarang dilakukan. Data Depkes RI Tahun 2013
angka kejadian phlebitis di Indonesia sebesar 50,11 % untuk Rumah Sakit
Pemerintah sedangkan untuk Rumah Sakit Swasta sebesar 32,70 % (Rizky
W, 2014).
Beberapa hasil penelitian yang dilakukan di Rumah Sakit di Indonesia
antara lain oleh Rizky dan Supriyatiningsih di Rumah Sakit Prabu Mulih
ditemukan 17 (33,3%) pasien yang mengalami phlebitis pada bulan Juni
2013. Sedangkan hasil penelitian yang dilakukan Fitriyani (2015) di Rumah
Sakit Bhangkara Tk II H.S.Samsoeri Mertojoso Surabaya ditemukan terdapat
22 pasien dari 68 (32,3%) pasien yang mengalami phlebitis. Sejalan dengan
Penelitian yang dilakukan Baticola (2015), mengatakan bahwa angka
kejadian phlebitis di RSUP Dr. Sardjito Jogjakarta sebanyak 27,19 %.
Di Indonesia tahun 2013 diperoleh angka persentasi terjadinya infeksi
nosokomial dengan phlebitis di Provinsi Lampung 14,3%, Jambi 12,8%, DK
Jakarta 8,9%, JawaBarat 7,2%, Jawa Tengah 5,5%, dan Yogyakarta 1,8%
(Lumentut, 2015).

1
2

Di RSUD dr. R. Soetrasno Rembang jumlah pasien yang di


mengalami kejadian phlebitis sepanjang tahun 2016 sebanyak 257 orang
(3,3%) dan prevalensi tertinggi berada di Ruang Teratai (Penyakit Dalam)
yakni mencapai 20%.
Phlebitis dapat mengakibatkan berbagai kondisi klinik yang
menggangu kondisi pasien. Salah satu dampak klinik yang dapat dirasakan
oleh pasien adalah timbulnya nyeri, gangguan pergerakan dan trombus.
Survei yang peneliti lakukan pada bulan Januari 2017 di ruang Teratai
terhadap15 pasien yang terpasang infus, peneliti temukan 10 pasien
mengeluh nyeri yang sangat mengganggu pada bagian tangan yang diinfus,
3 pasien merasa sangat terganggu pergerakanya dan 2 pasien oedem pada
area infus.
Kondisi klinis karena phlebitis kalau tidak diatasi dapat menimbulkan
dampak yang lebih buruk salah satunya adalah gumpalan darah menyumbat
atrioventikular jantung secara mendadak dan dapat menimbulkan
kematian(Brunner dan Suddart, 2012).
Berbagai penyebab diyakini dapat mengakibatkan phlebitis. Hasil
penelitian yang dilakukan oleh Fitriyani (2015) di Rumah Sakit TK II. H.S.
Samsoeri Mertojoso Surabaya didapatkan hasil faktor-faktor yang dapat
mengakibatkan phlebitis antara lain: faktor internal yaitu: usia, jenis kelamin
dan penyakit penyerta. Faktor eksternal yaitu ukuran jarum, jenis cairan
infuse, lokasi penusukan infuse, perawatan intravena (infuse), lamanya
pemasangan intravena (infuse) danteknik pemasangan infuse. Hasil
proporsional faktor tersebut antara lain : insiden phlebitis pada penderita
berdasarkan usia (OR = 59,5), jenis kelamin (OR = 2,487), penyakit penyerta
(OR = 6,249), ukuran jarum (OR = 0,019), jenis cairan infuse (OR = 18,943),
lokasi penusukan infuse (OR = 2,4), perawatan infuse (OR = 6,818),
lamanya pemasangan infuse (OR = 14,286) dan teknik pemasangan infuse
(OR = 4,048).
Lokasi pemasangan infus menjadi salah satu faktor resiko yang
mengakibatkan phlebitis. Lokasi yang berdekatan dengan sendi sangat
rentan terhadap aliran darah yang statis. Hasil penelitian yang dilakukan
oleh Mulyani (2010), yang menyatakan rata-rata kejadian phlebitis waktu ≥
24 jam dan ≤ 72 jam setelah pemasangan terapi intravena, hasil penelitian
3

menunjukkan bahwa lokasi pemasangan infus terletak pada vena sefalika


dan tidak terjadi phlebitis sebanyak 11 responden (91,7%). Sedangkan
lokasi pemasangan infus terletak pada vena metacarpal dan terjadi phlebitis
sebanyak 20 responden (41,7%). Penelitian lain yang dilakukan Kamma
(2015) juga menyebutkan bahwa ada hubungan yang bermakna antara
lokasi pemasangan infus dengan kejiadian phlebitis (pvalue =0,042). Dari
hasil studi pendahuluan di Ruang Teratai (dalam) RSUD dr. R. Soetrasno
Rembang terdapat 25 pasien yang terpasang infus dengan lokasi
pemasangan yang berjarak jarak rata-rata 2-5 cm dan persendian
pergelangan tangan atau carpal. Hasil pengamatan peneliti terhadap 10
pasien yang dipasang infuse pada lokasi metacarpall mengalami
phlebitis5orang (50%), sedangkan pasien yang dipasang di vena sefalika
mengalami phlebitis 4 orang (40%), vena basilika 1orang (10%) yang
mengalami phlebitis.
Berdasarkan uraian berbagai fenomena di atas tersebut peneliti
tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “ HubunganLokasi
Pemasangan Terapi Intravena Dari Persendian Dengan Kejadian Phlebitis di
Ruang Teratai RSUD dr R. Soetrasno Rembang”.

B. Perumusan Masalah
Perumusan masalah pada penelitian adalah “Apakah ada
hubunganlokasi pemasangan terapi intravena dari persendian dengan
kejadian phlebitis di Ruang Teratai RSUD dr R. Soetrasno Rembang?”.

C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Tujuan utama dalam penelitian ini adalah untuk menganalisalokasi
pemasangan kateter terapi intravena dari persendian dengan kejadian
phlebitis di Ruang Teratai RSUD dr R. Soetrasno Rembang.
2. Tujuan Khusus
a. Mengidentifikasi karakteristik responden di Ruang Teratai RSUD dr R.
Soetrasno Rembang.
b. Mengidentifikasi lokasi pemasangan kateter terapi intravena dari
persendian di Ruang Teratai RSUD dr R. Soetrasno Rembang.
4

c. Mengidentifikasikejadian phlebitis di Ruang Teratai RSUD dr R.


Soetrasno Rembang.

D. Ruang Lingkup
1. Ruang Lingkup Ilmu
Ruang lingkup materi dalam penelitian ini adalah Ilmu Keperawatan
Medikal Bedah (KMB). Materi yang dibahas dalam penelitian ini adalah
hubungan pemasangan terapi intravena dari persendian terhadap
kejadian phlebitis. Prinsip ini perlu dilakukan karena ini sangat penting
untuk meningkatkan kualitas pelayanan keperawatan di Rumah Sakit.
2. Ruang Lingkup Metodologi
Metodologi yang dipakai dalam penelitian ini adalah uji analisis dalam
menentukan hubungan lokasi pemasangan terapi intravena dari
persendian terhadap kejadian phlebitis pada responden.
3. Ruang Lingkup Waktu
Penelitian ini dilakukan pada Bulan November-Desember 2017.

E. Manfaat Penelitian
a. Bagi RSUD dr R. Soetrasno Rembang
Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan masukan bagi RSUD
dr R. Soetrasno Rembang dalam meningkatkan mutu layanan
kesehatan khususnya tentang pencegahan infeksi nosokomial akibat
tindakan invasif pemasangan infus melalui pembaharuan SOP
pemasangan infus dengan lebih spesifik menentukan lokasi
pemasangan infuse dari sendi.
b. Bagi STIKES Muhammadiyah Kudus
Sebagai bahan mata kuliah bidang keperawatan medikal bedah yang
berbasis fakta khususnya hubungan antara lokasi pemasangan
infuse dengan phlebitis.
c. Bagi Peneliti
Menambah wawasan dan pemahaman nyata dari kegiatan penelitian
yang telah dilakukan, sehingga dapat menjadi wacana bagi peneliti
selanjutnya.
5

F. Keaslian Penelitian
Berdasarkan telaah literatur, penelitian hubunganlokasi pemasangan terapi
intravena dari persendian dengan waktu kejadian phlebitis di Ruang Teratai
RSUD dr R. Soetrasno Rembang. Penelitan lain yang berkaitan dengan judul
penelitian ini, diantaranya adalah sebagai berikut:

Metode Hasil
No Peneliti Tahun Judul
Penelitian
1 Kamma 2015 Hubungan antara Deskriptif ada hubungan
pemasangan infus korelasi yang bermakna
dengan dengan antara lokasi
pemasangan infus pendekatan pemasangan
dan kejadian studi kohort infus (pvalue
phlebitis =0,042), jenis
cairan infus yg
diberikan
(pvalue= 0,001)
dan
pemasangan
infus
(pvalue=0,011).

2 Pasaribu 2008 Analisis Jenis penelitian Ada hubungan


Pelaksanaan survey analitik antara perawat
Standar obsevasional yang
Operasional (non melaksanakan
Prosedur eksperimen). pemasangan
Pemasangan Infus infus sesuai
Terhadap Kejadian SOP dengan
Phlebitis di Rumah kejadian
Sakit Haji Medan phlebitis pada
pasien, hal ini
terlihat dari p
value 0,008. Dari
100 orang
sampel yang di
observasi
terdapat
kejadian
phlebitis
sebanyak 52
orang (52%) dan
6

yang tidak 8
Phlebitis Di
Ruang Rawat
Inap Rumah
Sakit Haji Medan

3 Jarumiyati 2009 Hubungan Lama Pada penelitian Ada hubungan


pemasangan tersebut antara lama
Kateter Intravena analisis data pemasangan
dengan Kejadian penelitian kateter intravena
Phlebitis Pada menggunakan dengan kejadian
Pasien Dewasa uji somers’d phlebitis
Rawat Inap Di
Bangsal Menur Dan
Bakung Di RSUD
Wonosari
4 Ermira 2012 Safer patient care Penelitian Hasil penelitian
Tartari through better tersebut tersebut terjadi
Bonnici peripheralintraveno menggunakan penurunan yang
us catheter metode signifikan yaitu
management in penelitian pre kejadian
Infection Control test dan post phlebitis turun
Unit, Mater Dei test dari 22,7% pada
Hospital Imsida pre intervensi
Malta. menjadi 6,5%
pada post
intervensi.

5 Norkasih 2017 Hubungan lokasi Penelitian ini


Murdiana pemasangan terapi menggunakan
intravena dari pendekatan
persendian dengan cross sectional
kejadian phlebitis di yaitu suatu
Ruang Teratai penelitian
RSUD dr R. dimana data
Soetrasno yang
Rembang menyangkut
variabel bebas
atau resiko dan
variabel terikat
akan
dikumpulkan
dalam waktu
yang
7

bersamaan

Berdasarkan berbagai riset yang sudah dilakukan, maka penelitian


tentang hubungan lokasi pemasangan infus dari sendi dengan kejadian phlebitis
sudah ada yang dilakukan akan tetapi dengan banyak variabel bebas lain seperti
jenis cairan. Perbedaan terletak pada jenis variabel penelitian yang akan
dilakukan lebih spesifik lokasi dengan sendi dan dengan tempat yang berbeda
dari penelitian sebelumnya.
BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Phlebitis
1. Definisi
Phlebitis adalah peradangan pada tunika intima vena yang terjadi
karena komplikasi pemberian terapi intra vena ( IV) yang di tandai dengan
bengkak, kemerahan sepanjang vena, nyeri, peningkatan suhu pada
daerah insersi kanula dan penurunan kecepetan tetesan infuse (Brooker
et. all, 2014).
Phlebitis juga didefinisikan sebagai komplikasi lokal dari terapi
intra vena antara lain infiltrasi, phlebitis, trombophlebitis, hematoma,dan
ekstravasasi (Potter & Perry, 2010).

2. Pembagian Derajat
Hanskins et all (2014), membagi phlebitis berdasarkan skalanya
sebagai berikut :
a. Skala 0, bila ada gejala.
b. Skala 1, bila eritema dengan atau tanpa adanya nyeri.
c. Skala 2, bila ada nyeri, eritema, dan edema
d. Skala 3, bila nyeri, eritema, streak formasi dan terba garis vena
kurang lebih 1 inci
e. Skala 4, bila nyeri, streak formasi terba garis vena > 1 inci dan adanya
cairan purulen.

3. Jenis Phlebitis
Menurut Darmawan (2011) jenis-jenis phlebitis adalah sebagai
berikut :
a. Phlebitis Mekanik
Phlebitis ini berkenaan dengan pemilihan vena dan
penempatan kanula, ukuran kanula yang terlalu besar di bandingkan
ukuran vena, fiksasi kanula yang tidak adekuat, ambulasi berlebihan
terhadap sistem dan pergerakan ekstremitas yang tidak terkontrol.

8
9

b. Phlebitis Kimiawi
Phlebitis ini berkenaan dengan respon tunika intima terhadap
osmolaritas cairan infus. Respon radang dapat terjadi karena pH dan
osmolaritas atau obat juga karena sifat bahan kimia kanula yang di
gunakan.
c. Phlebitis Bakterial
Merupakan radang pada vena yang di kaitkan dengan infeksi
bakteri.

4. Penilaian
Menurut INS (Infusion Nurse Society) tahun 2006 untuk menilai
tingkat keparahan plebitis bisa dengan menggunakan skor visual phlebitis
yang telah dikembangkan oleh Andrew Jackson sebagai berikut:

Tabel 2.1
Visual Phlebitis Score

Hasil Observasi Stadium Skor

Tempat suntikan tampak sehat Tidak ada 0

Salah satu dari berikut jelas: Mungkin tanda dini 1


 Nyeri pada tempat
suntikan
 Eritema pada tempat
suntikan
Dua dari berikut jelas: Stadium dini 2
 Nyeri
 Eritema
 Pembengkakan
Semua dari berikut jelas: Stadium moderat 3
 Nyeri sepanjang kanula
 Eritema
 Indurasi
Semua dari berikut jelas: Stadium lanjut awal 4
 Nyeri sepanjang kanula tromboplebitis
 Eritema
 Indurasi
 Venous cord teraba
10

Semua dari berikut jelas: Stadium lanjut 5


 Nyeri sepanjang kanula tromboplebitis
 Eritema
 Indurasi
 Venous cord teraba
 Demam
INS (Infusion Nurse Society) 2006.

5. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Phlebitis


Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi terjadinya
phlebitis menurut Pujasari (dalam Sugiarto,2012) yaitu:
a. Faktor Internal
1) Usia
Pertahanan terhadap infeksi dapat berubah sesuai usia.
Pada usia lanjut ( >60 tahun)vena menjadi rapuh, tidak elastis dan
mudah hilang (kolaps), pasien anak vena yang kecil dan keadaan
yang banyak bergerak dapat mengakibatkan kateter bergeser
danhal ini yang bisa menyebabkan phlebitis.
2) Status Gizi
Pada pasien dengan gizi buruk mempunyai vena yang tipis
sehingga mudah rapuh,selain itu pada gizi buruk daya tahan
tubuhnya kurang sehingga jika terjadi luka mudah terkena infeksi.
3) Stres
Tubuh berespon terhadap stress dan emosi atau fisik
melalui adaptasi imun. Rasa takut akan cedera tubuh dan nyeri
sering terjadi pada anak-anak, konsekuensi rasa takut ini dapat
sangat mendalam dimana anak-anak yang mengalami rasa takut
dannyeri karena pengobatan akan merasa lebih takut terhadap
nyeri dan cenderung menghindari perawatan medis, dengan
menghindari pelaksanaan pemasangan infus / berontak saat
dipasang bisa mengakibatkan plebitis karena pemasangan yang
berulang dan respon imun yang menurun.
4) Keadaan vena
Vena yang sering terpasang infus mudah mengalami
phlebitis.
11

5) Faktor penyakit
Penyakit yang diderita pasien dapat mempengaruhi
terjadinya phlebitis, misalnya pada pasien Diabetes Militus (DM)
yang mengalami aterosklerosis akan mengakibatkan aliran darah
ke perifer berkurang sehingga jika terdapat luka mudah mengalami
infeksi.
6) Jenis Kelamin
Wanita yang menggunakan kontrasepsi kombinasi
(mengandung estrogen dan progesteron, oral atau suntikan)
mudah mengalami phlebitis.
7) Kepatuhan Pasien
Kepatuhan atau ketaatan sebagai tingkat pasien
melaksanakan cara pengobatan atau perilaku yang disarankan
oleh dokter atau orang lain.
b. Faktor Eksternal
1) Jenis cairan (faktor kimiawi)
Osmolaritas dan pH cairan infus yang tinggi selalu diikuti
resiko phlebitis. Mikropartikel yang terbentuk bila partikel obat tidak
larut sempurna selama pencampuran juga merupakan faktor
kontribusi terhadap phlebitis.
2) Lokasi pemasangan (faktor mekanis)
Phlebitis mekanis dikaitkan dengan penempatan kateter.
Pada penempatan kateter yang baik yang perlu diperhatikan:
bahan (resiko tertinggi untuk phlebitis dimiliki kateter dengan bahan
yang terbuat dari polivinil klorida), ukuran kateter (ukuran kateter
harus dipilih sesuai dengan ukuran vena dan difiksasi dengan
baik), lokasi pemasangan : Vena metakarpal, Vena sefalika, Vena
basilika, Vena sefalika mediana, Vena basilika mediana, Vena
antebrakial mediana (dalam pemasangandiperlukan skill yang
memadai dan pemilihan lokasi perlu diperhatikan dimana kateter
yang dipasang pada daerah lekukan sering mengakibatkan
phlebitis bila pasien banyak gerak) dan lama pemasangan.
c. Aseptik dressing (faktor bakterial)
12

Faktor yang berkontribusi terhadap adanya phlebitis


bakterial salah satunya adalah teknik aseptik dressing yang tidak
baik. Pendeteksian dan penilain phlebitis bisa dilakukan dengan
cara melakukan aseptik dressing. Menurut Lee KE (2010)
perawatan infus dilakukan tiap 24 jam sekali guna melakukan
pendeteksian dan penilaian adanya phlebitis akibat infeksi kuman,
sehingga kejadian phlebitis dapat dicegah dan diatasi secara dini.
Daerah insersi pada pemasangan infus merupakan jalan masuk
kuman yang potensial ke dalam tubuh, dengan perawatan infus
tiap 24 jam dapat memutus perkembangbiakan dari pada kuman
(Zahra, 2010). Menurut Joanne (2008) phlebitis bisa disebabkan
karena timbulnya kontaminasi mikroba melalui titik akses ke
sirkulasi dalam periode tertentu. Penggantian balutan yang jarang
dan tidak teratur dilakukan mengakibatkan kurangnya observasi
pada lokasi pemasangan dan pemutusan perkembang biakan
kuman terjadi lebih lama sehingga kurang perhatian pada gejala
awal dari phlebitis.

6. Pencegahan Phlebitis
Berbagai upaya dapat dilakukan oleh perawat selaku tenaga
kesehatan yang paling banyak berada di dekat pasien. Upaya-upaya itu
antara lain :
a. Phlebitis Mekanik
Pada phlebitis mekanik terjadi cedera pada tunika intima
vena.Tindakan keperawatan untuk mencegah phlebitis mekanik
adalah:
1) Lakukan tehnik insersi kanula secara benar.
2) Lakukan pemilihan lokasi secara benar, hindari vena pada area
fleksi atau lipatan atau ekstremitas dengan pergerakan maksimal
serta persendian. Pilih vena yang lurus, panjang besar dan tidak
rapuh.
3) Lakukan pemilihan kanula secara tepat, gunakan kanula dengan
ukuran paling pendek dan diameter jarum paling kecil.
13

4) Perhatikan stabilitas kanula, dapat dilakukan dengan cara fiksasi


untuk mendapatkan kanula yang adekuat.
b. Phlebitis Kimiawi
Tindakan yang dilakukan untuk mencegah phlebitis kimiawi
adalah:
1) Pastikan pH dan osmolaritas cairan, pH normal darah adalah: 7,35-
7,45 sehingga pH dan osmolaritas obat yang lebih tinggi atau lebih
rendah menjadi faktor predisposisi iritasi vena.
2) Gunakan produk kanula yang non flebitogenik meskipun belum
dapat dipastikan jenis apa yang betul-betul mencegah phlebitis.
Pilihlah kanula yang elastis dan permukaanya lembut.
c. Phlebitis Bakterial
Tindakan keperawatan yang bisa dilakukan sebagai upaya
pencegahanya adalah:
1) Cuci tangan sebelum dan sesudah melakukan tindakan
2) Gunakan kasa dan sarung tangan bersih
3) Lakukan persiapan area dengan tehnik aseptik dan antiseptik
4) Observasi secara teratur tanda-tanda phlebitis minimal tiap 24 jam.
5) Bersihkan dan ganti balutan infus tiap 24 jam atau kurang bila
balutan rusak.
6) Ganti sistem infus setiap 48-72 jam dan tandai tanggal
pemasangan serta penggantian balutan.

B. Terapi Intravena
1. Definisi
Terapi Intravena adalah menempatkan cairan steril melalui jarum
langsung ke vena pasien. Biasanya cairan steril mengandung elektrolit
(natrium, kalsium, kalium), nutrient (biasanya glukosa), vitamin atau obat
(Perry & Potter, 2010).
Pemberian cairan intravena (infus) adalah memasukan cairan atau
obat langsung ke dalam pembuluh darah vena dalam jumlah dan waktu
tertentu dengan menggunakan infus set (Potter &Perry, 2010).
Teknik penusukan vena melalui transkutan dengan stilet yang
kaku, seperti angiokateter atau dengan jarum yang disambungkan. Terapi
14

intravena atau yang biasa disebut dengan terapi infus merupakan metode
yang efektif untuk mensuplai cairan, elektrolit, nutrisi, dan obat melalui
pembuluh darah atau intravaskular (Mubarak, 2008).

2. Alasan Pemberian Terapi Intravena


Beberapa alasan seseorang mendapatkan terapi intravena
menurut Hinlay (2014) antara lain :
a. Mempertahankan dan mengganti cairan tubuh
b. Mengoreksi dan mencegah gangguan cairan dan elektrolid
c. Memperbaiki keseimbangan asam basa
d. Memberikan tranfusi darah
e. Menyediakan medium untuk pemberian obat intra vena.
f. Membantu pemberian nutrisi parenteral

3. Pedoman Pemilihan Vena


Banyak tempat yang dapat digunakan untuk terapi intravena,
tetapi kemudahan akses dan potensi bahaya berbeda di setiap vena.
Vena di ekstremitas dipilih sebagai lokasi perifer, karena vena ini relatif
aman dan mudah dimasuki kateter infus. Vena-vena di ekstremitas atas
paling sering digunakan (Potter &Perry, 2010).
Menurut Smeltzer and Bare (2009) vena yang sering digunakan
dalam pemasangan infus dan berhubungan dengan kejadian phlebitis
antara lain :
a. Vena sefalika
b. Vena basilika
c. Vena metakarpal
15

Gambar 2.2

Lokasi Vena Di Telapak Tangan, Lengan Dan Tangan

Selain itu, lengan pada sisi yang mengalami mastekstomi dihindari


karena aliran balik vena yang terganggu. Vena sentral yang sering
digunakan oleh dokter termasuk vena subclavicula dan vena jugularis
interna adalah memungkinkan untuk mengakses atau mengkanulasi
pembuluh darah yang lebih besar, bahkan pembuluh darah perifer sudah
kolaps dan vena ini memungkinkan pemberian larutan dengan osmolar
tinggi. Meskipun demikian bahayanya jauh lebih besar dan mungkin
termasuk penusukan yang kurang hati-hati masuk ke dalam arteri atau
rongga pleura. Idealnya, kedua lengan dan tangan harus diinspeksi
dangan cermat sebelum tempat pungsi vena spesifik dipilih (Potter
&Perry, 2010).
Lokasi harus dipilih yang tidak mengganggu mobilisasi. Untuk
alasan ini, fosa antekubital dihindari, kecuali sebagai upaya terakhir.
Tempat yang paling distal dari lengan atau umumnya digunakan pertama
16

kali sehingga intravena (IV) yang berikutnya dapat dilakukan ke arah yang
atas. Hal-hal berikut menjadi pertimbangan ketika memilih tempat
penusukan vena adalah kondisi vena, jenis cairan atau obat yang akan
diinfuskan, lamanya terapi, usia, dan ukuran kateter infus yang sesuai
untuk pasien, riyawat kesehatan dan status kesehatan pasien sekarang
dan keterampilan tenaga kesehatan. Vena harus dikaji dengan palpasi
dan inspeksi, vena harus teraba kuat, elastis, besar dan bulat, tidak keras,
datar dan tidak bergelombang (Smeltzer & Bare, 2009).
4. Keuntungan dan Kerugian
Menurut Perry &Potter (2010) keuntungan dan kerugian
pemberian terapi intravena adalah sebagai berikut :
a. Keuntungan
1) Efek terapeutik segera tercapai karena obat lebih cepet sampai
keorgan target.
2) Absorbsi total memungkinkan dosis obat lebih tepat
3) Kecepatan pemberian dapat di kontrol sehingga efek terapeutik
dapat di pertahankan maupun di modifikasi.
4) Reaksi sakit dan iritasi obat tertentu dapat di hindari
5) Sesuai untuk obat yang tidak dapat di absorbsi dengan rute
lainkarena molekul ynag besar, iritasi atau ketidak stabilan dalam
traktus gastrointestinal.
b. Kerugian
1) Tidak dapat dilakukan “drug recall” dan mengubah aksi obat
tersebut sehingga resiko toksisitas dan sensitivitas tinggi.
2) Kontrol pemberian yang tidak baik bisa menimbulkan
“speedshock”.
3) Komplikasi tambahan dapat timbul misalnya phlebitis

5. Indikasi dan Kontraindikasi


Menurut Mubarak (2012) indikasi dan kontraindikasi dalam
pemberian terapi intravena adalah sebagai berikut :
a. Indikasi
1) Keadaan emergency (misal pada tindakan RJP) yang
memungkinkan pemberian obat langsung intra vena.
17

2) Keadaan ingin mendapatkan respon yang cepat terhadap


pemberianobat.
3) Klien yang mendapatkan terapi obat dalam dosis yang besar
secara terus menerus melalui intra vena.
4) Pasien yang mendapatkan terapi yang tidak bisa di berikan melalui
oral atau intramuskuler.
5) Pasien yang membutuhkan tindakan koreksi atau pencegahan
cairan dan elektrolit.
6) Pasien yang sakit akut atau kronis yang membutuhkan terapi
cairan.
7) Pasien yang mendapatkan tranfusi darah.
8) Upaya profilaksis sebelum prosedur tindakan operasi dengan risiko
pendarahan di pasang infus untuk mencegah terjadinya syock.
b. Kontra Indikasi
1) Daerah yang memiliki tanda-tanda infeksi, infiltrasi atau trombosis.
2) Daerah yang berwarna merah, kenyal, bengkak dan hangat saat
diinsersikan.
3) Vena di bawah infiltrasi vena sebelumnya atau di bawah area
phlebitis
4) Vena yang sklerotik atau trombosis
5) Lengan dengan pirai arteriovena atau fistula
6) Lengan yang mengalami edema, infeksi, bekuan darah atau
kerusakan kulit
7) Lengan yang mengalami luka bakar

6. Komplikasi
Jenis komplikasi yang terjadi apabila seseorang mendapatkan
terapi intravena menurut Genders (2013) adalah sebagai berikut :
a. Komplikasi lokal yaitu
1) Phlebitis
Inflamasi vena yang di sebabkan oleh iritasi kimia, mekanik
maupun bakteri yang di tandai dengan adanya kemerahan dan
hangat di sekitar daerah insersi atau penusukan di sertai rasa nyeri
dan adanya pembengkakan.
18

2) Infiltrasi
Infiltrasi terjadi karena cairan intra vena memasuki ruangan
subkutan di sekeliling tempat insersi vena. Di tandai dengan
adanya pembengkakan, nyeri, dan ketidaknyamanan karena
penurunan kecepatan aliran infus.
3) Iritasi vena
Kondisi ini di tandai dengan nyeri selama di infus, kemerahan pada
area insersi, terjadi karena cairan dengan pH tinggi, pH rendah /
osmolaritas tinggi misal: phenitoin, vancomicyn, eritimycin dan
nafcilin.
4) Hematom
Terjadi karena kebocoran darah ke jaringan sekitar area insersi,
disebabkan oleh pecahnya dinding vena.
5) Trombophlebitis
Menggambarkan adanya bekuan di tambah peradangan dalam
vena. Karakteristik trombophlebitis adalah nyeri terlokalisasi,
kemerahan, rasa hangat, dan pembengkakan di sekitar area insersi
atau sepanjang vena, demam, malaise dan luekositosis.
6) Trombosis
Di tandai dengan nyeri, kemerahan, bengkak, pada vena dan aliran
infus berhenti disebabkan oleh injuri sel endotel dinding vena dan
perlekatan platelet.
7) Oklusi
Di tandai dengan tidak adanya penembahan aliran ketika botoldi
naikan, aliran balik darah di selang infus dan rasa tidak nyaman
pada area pemasangan / insersi. Oklusi disebabkan oleh gangguan
aliran intra vena, aliran balik darah ketika pasien berjalan dan
selang infus di klem terlalu lama.
8) Spasme vena
Ditandai dengan nyeri sepanjang vena, kulit pucat disekitar vena,
aliran berhenti meskipun klem sudah dibuka, ini terjadi karena
pemberian cairan atau darah yang dingin atau iritasi oleh obat yang
sifatnya mudah mengiritasi vena dan aliranyang terlalu cepat.
9) Reaksi vasovagal
19

Kondisi ini di gambarkan dengan klien tiba – tiba kollaps pada


vena, dingin, berkeringat, pingsan, pusing, mual dan penurunan
tekanan darah. Reaksi ini disebabkan oleh nyeri atau kecemasan.
10) Kerusakan syaraf, tendo dan ligamen
Kondisi ini di tandai dengan nyeri yang ekstrim, kebas atau mati
rasa dan kontraksi otot, efek lambat yang muncul adalah paralisis,
mati rasa dan deformitas. Ini disebabkan karena tehnik
pemasangan yang tidak tepat, sehingga injuri di sekitar tendon,
syaraf dan ligamen.
b. Komplikasi sistemik
Komplikasi sistemik akibat pemasangan infus adalah:
1) Septikemia
Kondisi yang ditandai dengan adanya kenaikan suhu tubuh secara
mendadak segera setelah infus di pasang mulai sakit pinggang,
sakit kepala, peningkatan nadi, dan frekwensi pernapasan, mual,
muntah, diare, demam dan menggigil, malaise umum jika parah
bisa terjadi kollaps vaskuler, penyebabnya adalah kontaminasi
produk intra vena, kelalaian tehnik aseptik, septikemia terutama
terjadai pada pasien yang mengalami penurunan sistem imun.
2) Reaksi alergi
Kondisi yang di tandai dengan gatal, hidung dan mata berair,
bronkospasme, wheezing, urtikaria, edema pada area insersi,
reaksi anafilaktik (kemerahan, cemas, dingin, gatal, palpitasi,
parestesi, kejang dan cardiac arest). Kondisi ini bisa di sebabkan
oleh alergen misalnya medikasi.
3) Overload sirkulasi
Pemberian terapi intra vena yang berlebihan akan menyebabkan
peningkatan tekanan darah dan tekanan vena sentral, dispnea
berat dan sianosis, tanda dan gejala termasuk batuk dan kelopak
mata membengkak.
4) Embolisme udara
Embolisme udara sering berkaitan dengan kanulasi vena sentral,
tandadan gejalanya adalah: dispnea, sianosis, nadi yang lemah
dan cepat hilangnya kesadaran, nyeri dada dan punggung bawah.
20

7. Teknik Pemasangan
Prinsip pemasangan terapi intravena memperhatikan prinsip steril,
hal ini yang paling penting dilakukan tindakan untuk mencegah
kontaminasi jarum intravena (Potter & Perry, 2006)
Langkah-langkah dalam pemasangan terapi intravena menurut
Hidayat (2013) adalah sebagai berikut :
1) Cuci tangan
2) Penjelasan tindakan yang akan dilakukan dan jaga privacy klien
3) Mengisi selang infuse:
a) Buka plastik infus set dengan benar
b) Jaga ujung selang tetap steril
c) Gantungkan infus set dengan cairan infus di standar cairan infuse
d) Isi kompartemen infus set dengan cara menekan (tapi jangan
sampai terendam)
e) Tutup ujung selang dan tutup dengan mempertahankan keseterilan
f) Jaga supaya tidak ada udara dalam selang
4) Pasang sarung tangan
5) Pilih posisi yang tepat untuk memasang infuse
6) Letakan perlak dan pengalas dibawah bagian yang akan dipungsi
7) Pilih vena yang tepat dan benar
8) Pasang tourniquet
9) Desinfeksi vena dengan tekhnik yang benar dengan alkohol dengan
tekhnik sirkuler ataudari atas ke bawah sekali hapus
10) Buka kateter ( abocath ) dan periksa apakah ada kerusakan
11) Tusukkan kateter / abocath pada vena yang telah dipilih dengan
lubang jarum menghadap keatas
12) Perhatikan adanya darah dalam kompartemen darah dalam kateter,
bila ada maka mandrin sedikit demi sedikit ditarik keluar sambil
kateter dimasukan perlahan-lahan
13) Torniquet dilepas
14) Hubungkan dengan ujung selang yang telah terlebih dahulu
dikeluarkan cairannya sedikit, dan sambil dibiarkan menetes sedikit
15) Pasang plester pada ujung plastik kateter / abocath tapi tidak
menyentuh area penusukan untuk fiksasi
21

16) Balut dengan kassa steril kering


17) Beri plester dengan benar dan mempertahankan keamanan kateter /
abocath agar tidak tercabut
18) Atur tetasan infus sesuai dengan kebutuhan klien
19) Alat-alat dibereskan dan perhatikan respon klien
20) Beri tanggal pada plester
21) Cuci tangan
22) Dokumentasikan tindakan yang dilakukan

C. Kompetensi Keperawatan Tentang Kewenangan Infus


1. Definisi
Kompetensi adalah suatu kemampuan untuk melaksanakan atau
melakukan suatu pekerjaan atau tugas yang dilandasi atas keterampilan
dan pengetahuan serta didukung oleh sikap kerja yang dituntut oleh
pekerjaan tersebut (Spencer & Signe, 2003).
2. Dasar Hukum
Dalam Undang Undang Nomer 38 Tahun 2014 Tentang
Keperawatan disebutkan bahwa tugas dan wewenang perawat adalah
pemberi asuhan keperawatan, penyuluh dan konselor bagi klien,
pengelola pelayanan keperawatan, peneliti keperawatan, pelaksana tugas
berdasarkan pelimpahan wewenang, dan atau pelaksana tugas dalam
keadaan keterbatas tertentu. Selanjutnya disebutkan perawat dalam
menjalankan tugas sebagai pemberi asuhan keperawatan dibidang upaya
kesehatan perorangan, perawat berwenang melakukan :
a. Melakukan pengkajian keperawatan secara holistik
b. Menetapkan diagnosisi keperawatan
c. Merencanakan tindakan keperawatan
d. Melaksanakan tindakan keperawatan
e. Mengevaluasi hasil tindakan keperawatan
f. Melakukan rujukan
g. Memberikan tindakan pada keadaan gawat darurat sesuai dengan
kompetensi
h. Memberikan konsultasi keperawatan dan berkolaborasi dengan dokter
i. Melakukan penyuluhan kesehatan dan konseling dan
22

j. Melakukan penatalaksaan pemberian obat kepada klien sesuai


dengan resep tenaga medis atau obat bebas dan obat bebas terbatas.
Perawat dalam menjalankan tugasnya dalam menerima
wewenang sebagaimana yang dimaksud dalam UU Keperawatan hanya
dapat diberikan secara tertulis oleh tenaga medis kepada perawat untuk
melakukan sesuatu tindakan medis dan melakukan evaluasi
pelaksanaannya. Wewenang yang diberikan terbagi menjadi dua yakni
tugas yang diberikan secara delegasi dan atau yang diberikan secara
mandat.Dalam UU No. 38 tahun 2014 secara jelas dijelaskan yang mana
tindakan keperawatan delegasi dan tindakan keperawatan mandat.
a. Pasal 32 ayat (3) Pelimpahan wewenang secara delegatif untuk
melakukan sesuatu tindakan medis diberikan oleh tenaga medis
(dokter) kepada perawat dengan disertai pelimpahan tanggung jawab.
Tindakan hanya dapat diberikan pada perawat profesi/vokasi terlatih
sesuai kompetensi yang dibutuhkan. Ini berarti tanggung jawab ada
pada perawat yang melakukan tindakan medis. Dalam penjelasan UU
No. 38 tahun 2014 pasal 32 ayat (4) dijelaskan bahwa tindakan medis
yang dapat dilimpahkan secara delegatif, antara lain menyuntik,
memasang infus, dan memberikan imunisasi dasar sesuai dengan
program pemerintah.
b. Pasal 32 ayat (5) pelimpahan wewenang secara mandat diberikan
oleh tenaga medis (dokter) kepada perawat untuk melakukan sesuatu
tindakan medis dibawah pengawasan.
tanggung jawab berada pada pemberi mandat. Tindakan medis yang
dapat dilimpahkan secara mandat, antara lain adalah pemberian
terapi parenteral dan penjahitan luka.

D. Penelitian Yang Terkait


Dalam penyusunan skripsi ini, penulis sedikit banyak terinspirasi
danmereferensi dari penelitian – penelitian sebelumnya yang berkaitan
denganlatar belakang masalah pada skripsi ini. Adapun penelitian yang
berhubungandengan skripsi ini antara lain yaitu :
a. Penelitian yang dilakukan oleh Komaling dkk (2014) yang berjudul
hubungan lamanya pemasangan infus (intravena) dengan kejadian
23

flebitis pada pasiendi IRINA F BLU RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou


Manado. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui Hubungan Lamanya
Pemasangan Infus (Intravena) Dengan Kejadian Flebitis Pada Pasien di
Irina F. BLU. RSUP. Prof. Dr. R. D. Kandou Manado.Dalam penelitian ini
menggunakan metode analitik korelasional dengan pendekatancrosss
sectional study (Studi Potong Lintang).
b. Penelitian yang dilakukan oleh Dede Dwi dkk (2016) yang berjudul
hubungan jenis cairan dan lokasi pemasangan infus dengan kejadian
flebitis pada pasienrawat inap di Rsu Pancaran Kasih GMIM Manado.
Tujuan penelitian untuk mengetahui apakah ada hubungan jenis cairan
dan lokasi pemasangan infus dengan kejadian flebitis pada pasien rawat
inap di RSU Pancaran kasih GMIM Manado. Sampeldiambil dengan
teknik pengambilan consecutive sampling yaitu 40 sampel. Desain
Penelitian yang digunakan adalah survei analitik dengan pendekatan
cross sectional dan data dikumpulkan menggunakan lembar observasi.
Hasil penelitian uji statistic chi square.
c. Penelitian yang dilakukan oleh Faidah dkk (2013) yang berjudul Faktor
yang Mempengaruhi Kejadian Phlebitis Pasca Pemasangan Infus di
Ruang Rawat Inap RSUD Sunan Kalijaga Demak. Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui beberapa faktor yang mempengaruhi
kejadian phlebitis pasca pemasangan infus di ruang rawat inap RSUD
Sunan Kalijaga Demak. Jenis penelitian ini adalah deskriptif korelasi
dengan pendekatan kohort deskriptif. Sampel dalam penelitian ini adalah
sebanyak 38 responden di ruang rawat inap RSUD Sunan Kalijaga
Demak dengan menggunakan teknik acsidental sampling. Uji statistik
yang digunakan adalah Fishers Exact.
24

E. Kerangka Teori

Pemasangan Infus

1. Mempertahankan dan mengganti cairan tubuh


2. Mengoreksi dan mencegah gangguan cairan dan elektrolid
3. Memperbaiki keseimbangan asam basa
4. Memberikan tranfusi darah
5. Menyediakan medium untuk pemberian obat intra vena
6. Membantu pemberian nutrisi parenteral

Faktor-faktor Yang
Mempengaruhi Phlebitis Komplikasi lokal

Faktor Internal
a. Usia
b. Status Gizi PHLEBITIS
c. Stres
d. Keadaan vena
e. Faktor penyakit
f. Jenis Kelamin
g. Kepatuhan Pasien

Faktor Eksternal
Faktor Eksternal
Jenis
a. Jenis cairan (faktor
cairan (faktor
kimiawi)
kimiawi)
b.
b. Lokasi
Lokasi pemasangan
pemasangan
(faktor mekanis)
(faktor mekanis)
c. Aseptik dressing (faktor
c. Aseptik dressing
bakterial)
(faktor bakterial)

Gambar 2.3
Kerangka Teori
Sumber : Modifikasi peneliti dari Hinlay (2014) dan Genders (2013)

Keterangan :
: Diteliti

−∙−∙−∙−∙−∙−∙−∙− : Tidak Diteliti


BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Variabel Penelitian
Variabel adalah ciri-ciri individu, objek, gejala, peristiwa yang dapat
diukur secara kuantitatif maupun kualitatif (Notoatmodjo, 2010).
1. Variabel Independent / Bebas
Adalah variabel yang timbul akibat bebas / respon dari variabel bebas.
(Notoatmodjo, 2010). Variabel independent dalam penelitian ini adalah
lokasi pemasangan kateter infus dari persendian.
2. Variabel Dependent / Terikat
Adalah variabel perlakuan / sengaja dimanipulasi untuk diketahui
pengaruhnya terhadap variabel terikat (Notoatmodjo, 2010). Variabel
dependent dalam penelitian ini adalah kejadian phlebitis.

B. Hipotesis Penelitian

Hipotesis menyatakan jawaban sementara dari suatu penelitian


(Notoatmodjo, 2010). Berdasarkan kerangka konsep diatas, maka hipotesis
dari penelitian adalah :
1. Ha diterima yaitu ada hubungan lokasi pemasangan terapi intravena dari
persendian dengan waktu kejadian phlebitis di Ruang Teratai RSUD dr R.
Soetrasno Rembang.
2. Ho diterima yaitu tidakada hubungan lokasi pemasangan terapi intravena
dari persendian dengan waktu kejadian phlebitis di Ruang Teratai RSUD
dr R. Soetrasno Rembang.

25
26

C. Kerangka Konsep Penelitian

Variabel Independen Variabel Dependen

Lokasi pemasanga kateter infus Kejadian Phlebitis


dari persendian

Gambar 3.1

Kerangka Konsep

D. Rancangan Penelitian
1. Jenis Penelitian
Penelitian ini menggunakan jenis korelasi yaitu penelitian
hubungan dua variabel atau lebih pada suatu situasi atau kelompok
subyek (Notoatmodjo, 2010).
Tujuan penelitian korelasional adalah untuk mendeteksi sejauh
mana variasi-variasi pada suatu faktor berkaitan dengan variasi-variasi
pada satu atau lebih faktor lain berdasarkan koefesien korelasi
(Notoatmodjo, 2010).Pada penelitian ini peneliti mencari hubungan
lokasi pemasangan kateter infus dari sendi dengan kejiadian phlebitis.
2. Pendekatan Waktu Pengumpulan Data
Penelitian ini menggunakan pendekatan cross sectional yaitu
suatu penelitian dimana data yang menyangkut variabel bebas atau
resiko dan variabel terikat akan dikumpulkan dalam waktu yang
bersamaan (Notoatmodjo, 2005). Berdasarkan pendekatan tersebut
maka data tentang lokasi pemasangan kateter infus dari sendi dengan
kejadian phlebitis akan dikumpulkan dalam kurun waktu bersamaan.
3. Metode Pengumpulan Data
Pengumpulan data yang dilakukan peneliti adalah dengan dibantu
oleh asisten peneliti yaitu orang yang memenuhi kualifikasi dalam
pengumpulan data. Kualifikasi asieten peneliti antara lain :
a. Pendidikan minimal D3 Keperawatan
b. Masa kerja minimal 5 tahun
27

c. Bersedia menjadi asisten peneliti


d. Bersedia mengikuti penjelasan tentang penelitian yang akan
dilakukan
Asisten penelitian tersebuat akan membantu mengumpulkan data
primer berupa kejadian phlebitis dan lokasi pemasangan kateter infuse
terhadap sendi. Data kejadian phlebitis diperoleh dengan mengisi lembar
observasi Visual Plebitis Score, sedangkan data tentang lokasi kateter
infuse dilakukan pengukuran tempat pemasangan dengan sendi
pergelangan tangan pasien.
Selain data primer peneliti juga mengumpulkan data sekunder
berupa data karakteristik responden (umur, jenis kelamin, lama hari
perawatan dan diagnosa penyakit) melalui dokumen catatan medik dan
keperawatan dengan ijin pihak rumah sakit dr. Soetrasno Rembang.
Adapun prosedur pengumpulan data yang peneliti tempuh sebagai
berikut :
a. Memberikan surat ijin penelitian dari STIKES Muhammadiyah Kudus
ke direktur RSUD dr. R. Soetrasno.
b. Setelah mendapat ijin dari direktur RSUD dr. R. Soetrasno, peneliti
melakukan penelitian.
c. Pendekatan kepada calon responden untuk memberikan penjelasan
tentang tujuan penelitian.
d. Setelah responden diberikan penjelasan kemudian diberikan lembar
persetujuan untuk ditandatangani.
e. Responden diberi kuesioner untuk mengisi karakteristik responden.
f. Responden diminta untuk mengisi semua pertanyaan dan setelah
selesai dikembalikan dan dicek kelengkapannya.
g. Menilai lokasi pemasangan terapi intravena mulai dilakukan setelah
hari ke-1 sampai hari ke-3. Proses ini dibantu oleh asieten peneliti
yang dinas sore dan malam.
h. Proses penilaian kejadian phlebitis dilakukan pada hari ke-3.
i. Setelah data terkumpul, data tersebut diolah dengan memasukkan
data hasil penelitian ke dalam tabel.
4. Populasi Penelitian
28

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek,


subjek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang
ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik
kesimpulannya (Sugiyono, 2007).
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pasien dewasa yang
dilakukan pemasangan infus di ruangan IGD yang kemudian dilanjutkan
di ruang perawatan RSUD dr. Soetrasno Rembang. Dilakukan pada
bulan November 2017 dengan rerata pasien per bulan mencapai 525
orang.
5. Prosedur Sampel dan Sampel Penelitian
a. Sampel
Sampel adalah sebgian atau wakil dari pupulasi yang diteliti
(Arikunto, 2006:131).
Pengambilan sampel untuk penelitian menurut Suharsimi
Arikunto (2010: 112), jika subjeknya kurang dari 100 orang sebaiknya
diambil semuanya, jika subjeknya besar atau lebih dari 100 orang
dapat diambil 10-15% atau 20-25% atau lebih.
Pada penelitian jumlah populasinya sebesar 525 responden.
Maka jumlah sampel dari 525 yang diambil 10% yakni sejumlah 52
sampel.
b. Teknik sampling
Teknik sampling adalah suatu teknik pengambilan sampel yang
akan digunakan dalam penelitian (Arikunto, 2006).
Dalam Penelitian ini menggunakan teknik sampling Simple
Random Sampling. Simple Random Sampling yaitu setiap anggota
atau unit dari populasi mempunyai kesempatan yang sama untuk
diseleksi sebagai sampel (Notoatmodjo, 2005). Dalam pengambilan
sampel peneliti mengambil sampel sampai terpenuhi dalam kurun
waktu 2 minggu
c. Kriteria Sampel
1) Kriteria Inklusi
Kriteria inklusi adalah batasan / ciri karakteristik umum pada
subjek penelitian (Saryono, 2010). Kriteria inklusi penelitian ini
adalah :
29

a) Pasien usia >21-60 tahun yang dilakukan pemasangan infus


dan dilanjutkan dengan perawatan di ruang perawatan
b) Pemasangan kateter infus berada di sekitar persendian
tangan
c) Bersedia menjadi responden dibuktikan dengan
menandatangani surat kesediaan menjadi responden
d) Pemasangan diketahui peneliti atau asisten peneliti mulai hari
pertama pemasangan
2) Kriteria Eksklusi
Kriteria eksklusi adalah batasan yang menjadi penyebab keluar /
hilangnya subjek penelitian dalam penelitian (Saryono, 2010).
Kriteria eksklusi penelitian ini adalah :
a) Pasien yang mengundurkan diri
b) Pasien yang mengalami penyakit beresiko besar gangguan
pembuluh darah seperti DM, gangguan koagulasi
c) Pasien yang dipasang infus selain di persendian tangan

6. Definisi Operasional

Tabel 3.2 Definisi Operasional

Definisi
Variabel Alat Ukur Kategori Skala
Operasional

Lokasi Tempat SOP Pemasangan Di area vena Ordinal


Pemasanga pemasangan Infus 1. Metakarpal
n Intravena kateter infuse 2. Sefalika
yang diukur 3. Basilika
berdasarkan jarak
dengan sendi
pergelangan
tangan
Kejadian Peradangan Menggunakan check Menggunakan Ordinal
phlebitis padatunika intima listVisual Phlebitis kode sebagai
vena yang terjadi Scoredengan skor berikut :
akibat komplikasi sebagai berikut : 1. Tidak
lokal dari terapi a. Skor 0 : Tidak phlebitis :
intravena, yang di phlebitis jika
tandai dengan b. Skor 1: Mungkin mendapat
bengkak, tanda dini skor 0
kemerahan phlebitis 2. Ringan : jika
30

sepanjang c. Skor 2 : Stadium mendapat


vena,nyeri, dini phlebitis skor 1-2
peningkatan suhu d. Skor 3 : Stadium 3. Sedang :
pada daerah moderate jika
insersi kanula phlebitis mendapat
dan e. Skor 4 : Stadium skor 3-4
kecepatantetesan lanjut atau awal 4. Berat : jika
infus phlebitis mendapat
f. Skor 5: Stadium skor 5
lanjut phlebitis

7. Instrumen Penelitian Dan Cara Penelitian


Pada penelitian ini alat yang dipakai dalam pengumpulan data
dengan menggunakan SOP Pemasangan Infus yang telah ditetapkan
oleh RSUD dr. R. Soetrasno Rembang dan check list tanda-tanda
phlebitis terstandar yang berupa visual phlebitis score.
Ukuran penggaris yang terdapat ukuran cm merupakan ukuran
yang sudah terstandar secara internasioanl dan sudah dipakai di seluruh
dunia sehingga nilai validitas dan reabilitasnya cukup tinggi.
Instrumen lain dalam penelitian ini menggunakan check list yang
berisi tentang kriteria phlebitis menggunakan metode Visual Phlebitis
Score. Alat tersebut sudah banyak dipakai diberbagi penelitian dalam
negeri maupun luar negeri (Hasanah, 2017)
8. Teknik Pengolahan Dan Cara Penelitian
a. Teknik Pengolahan
Untuk penelitian ini, pengolahan data dilakukan dengan melalui
tahap-tahap sebagai berikut :
1) Editing
Editing dilakukan untuk meneliti setiap hasil observasi
menggunakan ceck list dan pengukuran menggunakan penggaris.
Isian check list dan ukuran tempat penusukan kateter infus
dengan penggaris diteliti kembali apakah sudah sesuai dengan
fakta-fakta yang ditemukan pada responden.
2) Coding
Yaitu pengklasifikasian dan pemberian kode pada data. Pada
31

penelitian ini pemberian kode. Tempat pemasangan kateter infus


diberikan kode berdarakan hasil ukuran yang ditemukan dalam
cm. Sedangkan data kejadian phlebitis, tidak phlebitis diberi kode
0, ringan diberi kode 1-2, sedang diberi kode 3-4, berat diberi kode
5.
3) Entry Data
Memasukan data yang telah dilakukan koding dengan bantuan
komputer program SPSS versi 17.0. Pada penelitian ini kegiatan
entry data dilakukan dengan memasukkan data yang telah
dikumpulkan ke dalam master table atau database komputer
menggunakan program SPSS versi 17.0, kemudian membuat
distribusi frekuensi sederhana.
4) Cleaning
Pada penelitian ini kegiatan cleaning dilakukan pada distribusi
frekuensi yang berbentuk chart atau diagram.
5) Tabulasi
Merupakan pengorganisasian data sedemikian rupa agar dengan
mudah dapat dijumlah, disusun dan ditata untuk disajikan dan
dianalisis. Tabulasi pada penelitian ini dilakukan dengan
menjumlahkan hasil jawaban responden.

b. Teknik Analisa Data


1) Analisis Univariat
Yaitu analisa yang dilakukan terhadap tiap variabel dan hasil
penelitian pada umumnya. Dalam analisis ini hanya menghasilkan
distribusi dan presentase dari tiap variabel (Notoatmojo, 2013).
Distribusi frekwensi dipergunakan untuk menampilkan data
karakteristik responden (umur, jenis kelamih dan jenis penyakit)
dan data kejadian phlebitis.
Data tempat penusukan kateter infus terhadap sendi di
sajikan dalam bentuk mean, median dan modus. Baik data
karakteristik responden, kejadian phlebitis dan temapt penusukan
kateter infuse disajikan dengan bantuan komputerisasi.
32

2) Analisis Bivariat
Analisa bivariat yaitu analisa data yang dilakukan pada dua
variabel yang diduga mempunyai hubungan atau korelasi
(Notoatmodjo, 2013).
Dalam penelitian ini menggunakan uji statistik Kendall’s Tau
karena pada penelitian ini masing-masing menggunakan skala
ordinal.Kendall’s Taujuga digunakan untuk mencari hubungan dan
menguji hipotesis antara dua variabel atau lebih dengan skala
ordinal atau ranking (Sugiyono, 2004). Rumus dasar yang
digunakan :
 :2 S

n (n-1)

Keterangan :
 = koefisien korelasi Kendal Tau yang besarnya
S = Selisih jumlah rank X dan Y
n = Banyaknya sampel
Taraf kesalahan (α) yang ditentukan dalam penelitian ini adalah
sebesar 5 %.

E. Etika Penelitian
Setelah penyusunan penelitian disetujui oleh kedua pembimbing dan
diujikanSTIKES Muhammadiyah Kudus membuat permohonan kepada di
Direktur RSUD dr. R. Soetrasno Rembang untuk mengadakan penelitian dan
mengeluarkan ijin melakukan penelitian. Menurut Hidayat (2007) etika
penelitian kepada calon responden meliputi :
1. Informed consent (lembar persetujuan)
Setelah responden mengerti dan jelas tentang tujuan penelitian
dan hak-haknya, maka lembar persetujuan disampaikan kepada calon
responden untuk ditanda tangani.
2. Anonimity (tanpa nama)
Untuk menjaga identitas responden peneliti tidak mencantumkan
nama, namun menulis kode nama dengan nomor.
33

3. Confidentialitiy (kerahasiaan)
Peneliti menjamin kerahasiaan semua informasi yang diberikan
oleh responden dan akan dijaga, hanya digunakan untuk kepentingan
peneliti.

F. Jadwal Penelitian
(Terlampir)
BAB IV
HASIL PENELITIAN
A. Karakteristik Responden
1. Umur Responden
Tabel 4.1
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan UmurResponden
Di Ruang Teratai RSUD dr. R. Soetrasno Bulan November 2017

Variabel Mean SD Modus Min-Max


Median Range
46,5 13
Umur 45 19-75
46 56
Sumber : Data Primer, 2017

Berdasarkan Tabel 4.1 diketahui bahwa nilai rata-rata umur


responden adalah 46,5 tahun, umur tengah (median) dari responden
adalah 46 tahun, dengan standar deviasi 13. Rentang jarak umur adalah
56 tahun. Umur responden yang sering muncul adalah 45 tahun. Umur
terendah 19 tahun dan umur tertinggi 75 tahun.

2. Pendidikan

Tabel 4.2
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pendidikan
Responden Di Ruang Teratai RSUD dr. R. Soetrasno
Bulan November 2017

Pendidikan Frekuensi %
SD 12 23,1
SMP 22 42,3
SMA 14 26,9
PT 4 7,7
Total 52 100,0
Sumber : Data Primer, 2017

Berdasarkan Tabel 4.2 diketahui bahwa dari 52 responden


sebagian besar berpendidikan SMP yaitu sebanyak 22 orang (42,3%).
Pendidikan SD sebanyak 12 orang (23,1%), pendidikan SMA sebanyak

34
35

14 orang (26,9%). Sedangkan yang berpendidikan Perguruan Tinggi yaitu


sebanyak 4 orang (7,7%).

B. Analisa Univariat
1. Lokasi Pemasangan Intravena

Tabel 4.3
Distribusi Frekuensi Lokasi Pemasangan Intravena Responden
Di Ruang Teratai RSUD dr. R. Soetrasno
Bulan November 2017

Lokasi Pemasangan Frekuensi %


BASILIKA 16 30,8
SEFALIKA 18 34,6
METACARPAL 18 34,6
Total 52 100,0
Sumber : Data Primer, 2017

Berdasarkan Tabel 4.3 diketahui bahwa responden yang lokasi


pemasangan intravena di vena basilika sebanyak 16 orang (30,8%).
responden yang lokasi pemasangan intravena di vena sefalika sebanyak
18 orang (34,6%). Sedangkan responden yang lokasi pemasangan
intravena di vena metacarpal sebanyak 18 orang (34,6%).

2. Kejadian Phlebitis

Tabel 4.4
Distribusi Frekuensi Kejadian Phlebitis Responden
Di Ruang Teratai RSUD dr. R. Soetrasno
Bulan November 2017

Lokasi Pemasangan Frekuensi %


TIDAK PHLEBITIS 7 13,5
RINGAN 14 26,9
SEDANG 24 46,2
BERAT 7 13,5
Total 52 100,0
Sumber : Data Primer, 2017
36

Berdasarkan Tabel 4.4 diketahui bahwa responden yang tidak


phlebitis sebanyak 7 orang (13,5%). Responden yang phlebitis ringan
sebanyak 14 orang (26,9%). Responden yang phlebitis sedang sebanyak
24 orang (46,2%). Sedangkan responden yang phlebitis berat sebanyak 7
orang (13,5%).

C. Analisa Bivariat
1. Hubungan lokasi pemasangan terapi intravena dari persendian
dengan kejadian phlebitis di Ruang Teratai RSUD dr R. Soetrasno
Rembang

Tabel 4.5
Hubungan Lokasi Pemasangan Terapi Intravena Dari
Persendian Dengan Kejadian Phlebitis Di Ruang Teratai RSUD
dr R. Soetrasno Rembang Bulan November 2017

Kejadian Phlebitis
Lokasi Tidak Ringan Sedang Berat Total
Pemasangan Phlebitis
f % F % f % f % f %
Basilika 6 11,5 6 11,5 3 5,8 1 1,9 16 30,8
Sefalika 1 1,9 5 9,6 11 21,2 1 1,9 18 34,6
Metacarpal 0 0 3 5,8 10 19,2 5 9,6 18 34,6
Total 7 13,5 14 26,9 24 46,2 7 13,5 52 100
Sumber : Data Primer, 2017

Berdasarkan tabel 4.5 dari 16 responden yang lokasi pemasangan


intravena di vena basilika yang tidak phlebitis sebanyak 6 orang (11,5%),
phlebitis ringan sebanyak 6 orang (11,5%), phlebitis sedang sebanyak 3
orang (5,8%) dan phlebitis berat 1 orang (1,9%). 18 responden yang
lokasi pemasangan intravena di vena sefalika yang tidak phlebitis
sebanyak 1 orang (1,9%), phlebitis ringan sebanyak 5 orang (9,6%),
phlebitis sedang 3 orang (5,8%) dan phelebitis berat sebanyak 1 orang
(1,9%). Sedangkan 18 responden yang lokasi pemasangan intravena di
vena metacarpal yang tidak phlebitis sebanyak 0 orang (0%), phlebitis
ringan sebanyak 3 orang (5,8%), phlebitis sedang 10 orang (19,2%) dan
phlebitis berat 5 orang (9,6%).
37

Tabel 4.6
Hasil Uji StatistikHubungan Lokasi Pemasangan Terapi Intravena
Dari PersendianDengan Kejadian Phlebitis Di Ruang Teratai RSUD
dr R. Soetrasno Rembang Bulan November 2017

Variabel R ρ value N
Lokasi Pemasangan Dengan 0,472 0,000 52
Kejadian Phlebitis

Pada Tabel 4.6 menunjukkanhasil hipotesis menggunakan uji


Kendall Taudidapatkan nilai ρ value adalah 0,000 ( ≤ 0,005) yang artinya
signifikan ada hubungan.Dalam penelitian ini ada hubungan lokasi
pemasangan terapi intravena dari persendian dengan kejadian phlebitis
di Ruang Teratai RSUD dr R. Soetrasno Rembang.

Pada perhitungan korelasi juga didapatkan nilai r sebesar 0,472


(0,400-0,599) yang bermakna mempunyai korelasi yang cukup antara
variabel lokasi pemasangan intravena dengan kejadian phlebitis.Dari hasil
perhitungan tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa ada hubungan yang
kuat lokasi pemasangan terapi intravena dari persendian dengan
kejadian phlebitis di Ruang Teratai RSUD dr R. Soetrasno Rembang.
BAB V
PEMBAHASAN

A. Analisa Univariat
1. Lokasi Pemasangan Intravena
Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa responden yang
lokasi pemasangan intravena di vena basilika sebanyak 16 orang
(30,8%). responden yang lokasi pemasangan intravena di vena sefalika
sebanyak 18 orang (34,6%). Sedangkan responden yang lokasi
pemasangan intravena di vena metacarpal sebanyak 18 orang (34,6%).
Pemasangan infus yaitu tindakan yang dilakukan pada pasien
yang memerlukan masukan cairan atau obat, langsung ke dalam
pembuluh darah vena, dalam jumlah dan waktu tertentu dengan
menggunakan infus set. Pemasangan infus merupakan prosedur invasif
dan merupakan tindakan yang sering dilakukan di rumah sakit. Namun,
hal ini tinggi resiko terjadinya infeksi yang akan menambah tingginya
biaya perawatan dan waktu perawatan. Tindakan pemasangan infus akan
berkualitas apabila dalam pelaksanaannya selalu mengacu pada standar
yang telah ditetapkan oleh rumah sakit (Priharjo, 2013).
Sebelum dilakukan pemasangan infus atau terapi intravena,
sebaiknya perawat harus paham terlebih dahulu bagaimana anatomi
pembuluh darah vena. Dengan memahami letak dan lokasi pembuluh-
pembuluh darah vena pada tubuh, akan semakin mempermudah perawat
untuk memilih vena yang tepat untuk melakukan pemasangan infus
(Perry & Potter, 2012).
Pada vena basilika ditemukan pada sisi ulnaris lengan bawah.
Vena ini berjalan ke atas pada bagian posterior atau belakang lengan dan
kemudian melengkung ke arah permukaan anterior atau region antekubiti.
Vena ini kemudian berjalan lurus ke atas dan memasuki jaringan yang
lebih dalam.
Keuntungan memilih vena basalika ini adalah sama seperti vena sefalika,
biasanya lebih lurus dari vena sefalika sedangkan Kerugiannya adalah
vena ini cenderung berputar yang menyebabkan posisi pasien mungkin
agak kurang nyaman selama pungsi vena (Hidayat, 2013).

38
39

Vena sefalika merupakan pembuluh darah vena yang terletak di


lengan bagian bawah pada posisi radial lengan yang posisinya sejajar
dengan ibu jari. Vena ini berjalan ke atas sepanjang bagian luar dari
lengan bawah dalam region antekubiti. Vena sefalika lebih kecil dan
biasanya lebih melengkung dari vena basilika. Keuntungan memilih vena
sefalika adalah dapat menggunakan kateter ukuran bsar untuk infus yang
cepat. Pilihan yang baik untuk pemberian cairan infus yang mengandung
larutan yang mengiritasi pembuluh darah. Kerugian vena sefalika ini
adalah bentuknya lebih melengkung daripada vena basilica. Hal ini
biasanya merugikan jika memasang IV kateter yang lebih panjang (Perry
& Potter, 2012).
Vena metacarpal terdapat pada punggung tangan yang mengalir
di sepanjang sisi lateral jari tangan dan terhubung ke vena dorsalis oleh
cabang-cabang penyambung. Keuntungan pemasangan infus pada vena
digitalis adalah vena ini merupakan vena yang paling ujung atau distal
yang ada ditangan yang dapat di lakukan tempat penusukan untuk
pemasangan infus. Jika kita tidak berhasil melakukan insisi pada vena
digitalis ini, kita masih bisa melakukan insisi pada vena di atasnya yaitu
vena dorsalis. Kerugian dari lokasi penusukan di vena digitalis adalah
hanya IV kateter yang berukuran kecil dapat kita gunakan, mudah terjadi
infiltrasi dan tidak cocok untuk terapi jangka panjang. Dan yang paling
susah adalah infusnya akan mudah macet karena ukuran IV kateter yang
kecil (Perry & Potter, 2012).
Hasil observasi selama penelitian yang penulis dapatkan selama
proses pemasangan infus perawat patuh pada SOP meliputi perawat
melakukan teknik cuci tangan yang baik, mengatur tetesan infus dengan
benar sesuai kebutuhan pasien, melakukan fiksasi dengan benar serta
melakukan pemasangan dengan teknik aseptik dan teknik pemasangan
intravena kateter yang baik.

2. Kejadian Phlebitis
Berdasarkan hasil penelitian bahwa responden yang tidak
phlebitis sebanyak 7 orang (13,5%). Responden yang phlebitis ringan
sebanyak 14 orang (26,9%). Responden yang phlebitis sedang sebanyak
40

24 orang (46,2%). Sedangkan responden yang phlebitis berat sebanyak 7


orang (13,5%).
Pemasangan infus digunakan untuk mengobati berbagai kondisi
penderita di semua lingkungan perawatan di rumah sakit dan merupakan
salah satu terapi utama. Sebanyak 70% pasien yang dilakukan rawat inap
mendapatkan terapi cairan infus. Tetapi karena terapi ini diberikan secara
terus-menerus dan dalam jangka waktu yang lama tentunya akan
meningkatkan kemungkinan terjadinya komplikasi dari pemasangan infus,
salah satunya adalah infeksi (Hinlay, 2014).
Salah satu infeksi yang sering ditemukan dirumah sakit adalah
infeksi nosokomial. Infeksi nosokomial tersebut diakibatkan oleh prosedur
diagnosis yang sering timbul diantaranya phlebitis. Keberhasilan
pengendalian infeksi nosokomial pada tindakan pemasangan infus
bukanlah ditentukan oleh canggihnya peralatan yang ada, tetapi
ditentukan oleh perilaku petugas dalam melaksanakan perawatan klien
secara benar (Andares, 2012).
Phlebitis dikarateristikkan dengan adanya dua atau lebih tanda
nyeri, kemerahan, bengkak, indurasi dan teraba mengeras di bagian vena
yang terpasang kateter intravena. Hal ini menjadiakan phlebitis sebagai
salah satu pemasalahan yang penting untuk dibahas di samping phlebitis
juga sering ditemukan dalam proses keperawatan (Jarumi Yati, 2009).
Hasil penelitian didapatkan responden yang tidak mengalami
phlebitis setelah pada hari ke 3 dipasang infus tidak terdapat tanda-tanda
kemerahan ditempat penyuntikan, responden tidak merasakan nyeri, dan
tidak adanya tanda bengkak disekitar tempat pemasangan infus.
Sedangkan hasil penelitian ada responden yang mengalami phlebitis
dengan tanda-tanda bengkak pada tempat pemasangan infus dan
responden merasakan nyeri ditempat pemasangan infus.
Hasil penelitian ini yang dilakukan oleh Mulyani (2010), yang
menyatakan rata-rata kejadian phlebitis waktu ≥ 24 jam dan ≤ 72 jam
setelah 49 pemasangan terapi intravena.
Gayatri dan Handayani (2013) menyatakan bahwa 35% dan 60
responden mengalami phlebitis dengan jenis kelamin rata-rata laki-laki.
Semakin jauh jarak pemasangan terapi intravena dan sendi maka resiko
41

terjadinya phlebitis akan semakin meningkat. Hal ini dapat disebabkan


karena kurangnya fiksasi dan dekatnya persambungan selang kanul
dengan persendian lainnya. Hal utama yang perlu diperhatikan sebaiknya
jarak pemasangan infus minimal 3-7 cm dan persendian. Phlebitis yang
terjadi dalarn penelitian termasuk phlebitis mekanik.
Angeles dalam Gayatri & Handayani (2013) menyatakan hahwa
phlebitis mekanik atau fisik dapat terjadi karena kanul yang terlalu besar
untuk vena, iritasi vena selama pemasangan, atau adanya pergerakan
kanul di dalam vena.
Berdasarkan hasil pengamatan dan observasi yang penulis
dapatkan selama penelitian di Ruang Teratai RSUD dr R. Soetrasno
Rembang terkait dengan kejadian phlebitis adalah lebih kepada faktor
eksternal saja seperti jenis cairan infus yang diberikan, kepatuhan
perawat dalam melakukan aseptik dressing dan faktor lokasi
pemasangan. Sementara faktor intenal kurang begitu dominan dalam
mempengaruhi kejadian phlebitis di lokasi penelitian.
Pada faktor jenis cairan infus, pasien yang mendapatkan terapi
intravena dengan jenis cairan koloid seperti albumin dan serum akan
cenderung mengalami phlebitis. Hal ini terjadi karena osmolaritas dan pH
cairan infus yang tinggi sehingga molekulnya cukup besar yang akan
selalu diikuti resiko phlebitis (Perry and Potter, 2012).
Pada kepatuhan perawat dalam melakukan aseptik dressing
didaptkan hasil bahwa tidak semua perawat dalam melakukan dressing
dilakukan 24 jam. Padahal dalam mencegah kejadian phlebitis
penggantian kassa sebaiknya dilakukan tiap 24 jam. Akan tetapi dalam
teknik pemasangan infus di RSUD dr. Soetrasno semua tindakannya
sudah menggunakan kassa yang steril. Disamping itu dalam melakukan
tindakan tersebut perawat sudah memakai sarung tangan untuk
mencegah kontaminasi kuman selama memasang infus.
Hal ini sesuai dengan teori yang dikemukan oleh Darmawan
(2011) yang menyebutkan bahwa banyak hal yang dapat dilakukan untuk
mencegah terjadinya phlebitis diantaranya mencegah phlebitis bakteri
dengan cara perawat melakukan cuci tangan sebelum memasang infus,
selalu waspada dan melakukan pemasangan infus dengan tindakan
42

aseptik, rotasi kateter yaitu melakukan penggantian kateter setiap 72-96


jam untuk membatasi potensi infeksi, melakukan aseptic dressing dan
melakukan kecepatan pemberian infus

B. Analisa Bivariat
1. Hubungan lokasi pemasangan terapi intravena dari persendian
dengan kejadian phlebitis di Ruang Teratai RSUD dr R. Soetrasno
Rembang
Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan hasil hipotesis
menggunakan uji Kendall Taudidapatkan nilai ρ value adalah 0,000 ( ≤
0,005) yang artinya signifikan ada hubungan.Dalam penelitian ini ada
hubungan lokasi pemasangan terapi intravena dari persendian dengan
kejadian phlebitis di Ruang Teratai RSUD dr R. Soetrasno Rembang.
Pada perhitungan korelasi juga didapatkan nilai r sebesar 0,472
(0,400-0,599) yang bermakna mempunyai korelasi yang cukup antara
variabel lokasi pemasangan intravena dengan kejadian phlebitis.Dari hasil
perhitungan tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa ada hubungan yang
cukup lokasi pemasangan terapi intravena dari persendian dengan
kejadian phlebitis di Ruang Teratai RSUD dr R. Soetrasno Rembang.
Faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya phlebitis diantaranya
obat yang dimasukkan dalam suntikan, kecepatan aliran infus serta
bahan kateter yang digunakan, ukuran kateter infus dan lokasi penusukan
yang tidak sesuai. Hasil penelitian didapatkan perawat yang patuh dalam
melaksanakan SOP pemasangan infus tetapi masih ada yang terjadi
phlebitis hal ini disebabakan karena faktor lain seperti tindakan
pengobatan yang dilakukan, penggunaan kateter infus yang kurang
sesuai dan pergerakan ekstermitas yang dipasang infus.
Phlebitis merupakan salah satu infeksi nosokomial yang sering
terjadi di rumah sakit. Ditandai dengan inflamasi vena yang disebabkan
oleh iritasi kimia, mekanik maupun bakteri. Hal ini ditunjukkan dengan
adanya daerah yang merah, nyeri dan pembengkakan di daerah
penusukan atau sepanjang vena. Di RSUD dr. R. Soetrasno Rembang
phlebitis merupakan infeksi nosokomial yang paling tinggi dibanding
infeksi nosokomial lainnya. didapatkan data infeksi nosokomial phlebitis
43

sebanyak 3,3 %, yang mana hasil ini masih termasuk tinggi karena
menurut standar Depkes RI angka phlebitis kurang atau sama dengan 1,5
%. Kejadian phlebitis masih sering terjadi di RSUD dr. R. Soetrasno
Rembang disebabkan karena lokasi pemasangan intravena yang kurang
sesuai.
Pada penelitian ini didapatkan ada responden yang mengalami
phlebitis berat sebanyak 7 orang, penangan awal yang dilakukan jika ada
timbul tanda-tanda phlebitis adalah mepaskan alat intravena,
meninggikan ekstremitas, mengkaji nadi distal terhadap area yang
phlebitis, menghindari pemasangan intravena berikutnya di bagian distal
vena yang meradang.
Penelitian yang sejalan dilakukan oleh Kamma (2010) dengan
judul hubungan antara pemasangan infus dengan kejadian phlebitis di
Rumah Sakit Prikasih Jakarta Selatan didapatkan hasil ada hubungan
yang bermakan antara lokasi pemasangan infus (pvalue = 0,042), jenis
cairan infus yang diberikan (pvalue = 0,001) dan pemasangan infus
(pvalue =0,011).
Hal ini juga sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh
Pasaribu, M (2008) dengan judul Analisis Pelaksanaan Standar
Operasional Prosedur Pemasangan Infus Terhadap Kejadian phlebitis Di
Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Haji Medan didapatkan hasil ada
hubungan antara perawat yang melaksanakan pemasangan infus sesuai
SOP dengan kejadian phlebitis pada pasien, hal ini terlihat dari p value
0,008. Dari 100 orang sampel yang di observasi terdapat kejadian
phlebitis sebanyak 52 orang (52%) dan yang tidak phlebitis 48 orang
(48%).
Penelitian yang sama yang dilakukan oleh Wayunah (2009)
tentang hubungan pengetahuan perawat tentang terapi infus dengan
kejadian phlebitis dan kenyamanan pasien di ruang rawat inap RSUD
Indramayu didapatkan hasil sebanyak 50.8% jumlah responden perawat
memiliki pengetahuan kurang baik, angka kejadian phlebitis sebesar 40%,
dan sebanyak 53.8% responden pasien merasa nyaman dengan
pemasangan infus yang dilakukan oleh perawat pelaksana. Hasil analisis
lanjut menunjukkan ada hubungan yang signifikan antara pengetahuan
44

perawat tentang terapi infus dengan kejadian phlebitis (p=0.000), dan ada
hubungan yang signifikan antara pengetahuan perawat tentang terapi
infus dengan kenyamanan (p=0.000).
Berdasarkan hasil penelitian didapatkan bahwa responden yang
mengalami phlebitis berat sebanyak 7 orang. Hal ini ditandai dengan
adanya bengkak pada daerah pemasangan dan teraba nyeri yang terjadi
muncul akibat aliran cairan infus tertahan pada daerah insersi yang
kemungkinan disebabkan oleh karena perubahan posisi abocath dalam
pembuluh darah vena. Sedangkan nyeri muncul akibat adanya bengkak
pada daerah insersi infus. Kemerahan serta teraba hangat merupakan
tanda peradangan lanjut setelah bengkak dan nyeri. Kemerahan serta
teraba hangat merupakan indikasi telah terjadinya peradangan dalam
waktu yang lama (Prajoko, 2011).
Hasil penelitian ini sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh
Perry dan Potter (2012) yang menyebutkan bahwa kejadian phlebitis
terjadi disebabkan karena tehnik insersi intravena yang tidak dilakukan
dengan benar dapat menyebabkan perlukaan pada lokasi insersi yang
dapat dijadikan sebagai port de entry bagi mikroorganisme. Adanya luka
menyebabkan mikroorganisme berkembang dan menyebabkan adanya
tanda-tanda phlebitis yang ditunjukkan dengan adanya bengkak pada
daerah pemasangan, teraba nyeri, kemerahan dan teraba hangat.
Menurut Perry dan Potter (2012) banyak faktor yang
mempengaruhi terjadinya phlebitis, yaitu faktor internal dan faktor
eksternal. Salah satu faktor eksternal adalah lokasi pemasangan infus.
Lokasi pemasangan infus menjadi salah satu faktor resiko yang
mengakibatkan phlebitis. Lokasi yang berdekatan dengan sendi sangat
rentan terhadap aliran darah yang statis
Dibutuhkan peran perawat untuk memilih lokasi yang tepat dalam
melakukan pemasangan intravena. Dibandingkan dengan lokasi vena
metacarpal berdasarkan hasil penelitian lebih dianjurkan untuk memilih
vena sefalika dan vena basilika dalam memilih lokasi pemasangan infus

C. Keterbatasan Penelitian
45

Keterbatasan dalam penelitian merupakan hambatan atau kelemahan


dalam penelitian. Beberapa hal yang perlu diperhatikan yang merupakan
kelemahan penelitian ini adalah :
1. Wilayah penelitian yang hanya dilakukan di Ruang Teratai RSUD dr R
Soetrasno sehingga kurang luas, sehingga ada beberapa responden
yang diambilkan dari luar lokasi penelitian. Pada penelitian ini ada
beberapa responden yang masuk dari IGD RSUD dr. R Soetrasno
kemudian ditempatkan di Ruang Transit karena Ruang Teratai masih
penuh dan menunggu gilliran masuk. Setelah ada kamar yang kosong
baru di pindah ke Ruang Teratai. Pada penelitian ini beberapa sampel
responden diobservasi pada Hari 1 di Ruang Transit, pada hari ke 2 dan
hari ke 3 di ruang Teratai.
2. Terdapat faktor yang mempengaruhi kejadian phlebitis, antara lain: faktor
Jenis cairan (faktor kimiawi), Lokasi pemasangan (faktor mekanis),
Aseptik dressing (faktor bakterial) dan faktor internal (umur, jenis kelamin
dll) akan tetapi yang dilakukan penelitian hanya faktor lokasi pemasangan
(faktor mekanis) saja yang dilakukan observasi. Observasi dilakukan
pada Hari Ke 1 sampai Hari ke 3.
BAB VI
SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan
1. nilai rata-rata umur responden adalah 46,5 tahun, umur tengah (median)
dari responden adalah 46 tahun, dengan standar deviasi 13. Rentang
jarak umur adalah 56 tahun. Umur responden yang sering muncul adalah
45 tahun. Umur terendah 19 tahun dan umur tertinggi 75 tahun. Sebagian
besar berpendidikan SMP yaitu sebanyak 22 orang (42,3%). Pendidikan
SD sebanyak 12 orang (23,1%), pendidikan SMA sebanyak 14 orang
(26,9%). Sedangkan yang berpendidikan Perguruan Tinggi yaitu
sebanyak 4 orang (7,7%).
2. Responden yang lokasi pemasangan intravena di vena basilika sebanyak
16 orang (30,8%). responden yang lokasi pemasangan intravena di vena
sefalika sebanyak 18 orang (34,6%). Sedangkan responden yang lokasi
pemasangan intravena di vena metacarpal sebanyak 18 orang (34,6%).
3. Responden yang tidak phlebitis sebanyak 7 orang (13,5%). Responden
yang phlebitis ringan sebanyak 14 orang (26,9%). Responden yang
phlebitis sedang sebanyak 24 orang (46,2%). Sedangkan responden
yang phlebitis berat sebanyak 7 orang (13,5%). Ada hubungan yang
signifikan lokasi pemasangan terapi intravena dari persendian dengan
kejadian phlebitis di Ruang Teratai RSUD dr R. Soetrasno Rembang
dengan p value 0,000.

B. Saran
1. Bagi Rumah Sakit
Hasil penelitian ini dapat digunakan bagi RSUD dr R. Soetrasno
Rembang sebagai acuan dalam meningkatkan mutu layanan kesehatan
khususnya tentang pencegahan infeksi nosokomial akibat tindakan invasif
pemasangan infus melalui pembaharuan SOP pemasangan infus dengan
lebih spesifik menentukan lokasi pemasangan infus.
2. Bagi Institusi Pendidikan
Sebagai bahan referensi dan sumber literatur bagi institusi
pendidikan mengenai kejadian phlebitis.

46
47

3. Bagi Peneliti Selanjutnya


Bagi peneliti selanjutnya supaya memperhatikan sampel penelitian
dengan yang benar-benar murni dari lokasi penelitian untuk menghindari
bias sampel. Dan supaya peneliti selanjutnya untuk meneliti kejadian
phlebitis dengan faktor lain seperti faktor jenis cairan (faktor kimiawi),
aseptik dressing (faktor bakterial) dan faktor internal (umur, jenis kelamin
dll)
48

DAFTAR PUSTAKA

Andares. (2012). Analisa hubungan karakteristik perawat dan tingkat kepatuhan


perawat dalam pelaksanaan protap pemasangan infus di Rumah
Sakit Badrul Aini Medan. Medan. Skripsi : Tidak dipublikasikan.

Alexander, M., Corrigan, A., Gorski, L. (2010). Infusion Nursing : An


EvidenceBasedApproach.SaundersElsevierInc. Diakses di
http://books.google.co.id/books?id=GjY2NKEYhC8C&pg=PA474&dq
=phlebitis diunduh tanggal 17 Februari 2017.

Arikunto, S. 2010. Prosedur penelitian : Suatu Pendekatan Praktik. (Edisi


Revisi).Rineka Cipta : Jakarta.

Baticola(2002). Kajian Tentang Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi


TerjadinyaPhlebitis di ruang IRINA RSUP Dr.Sardjito, (Un Published)
2002,Yogyakarta.

Brooker et. all, (2010). Ensiklopedia Keperawatan. EGC : Jakarta.

Brunner dan Sudarth (2012). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8
Volume 2. EGC: Jakarta.

Darmawan (2011). Plebitis, apa penyebabnya dan bagaimana


caramengatasinya?;2008.http://www.otsuka.co.id/?content=article_de
tail&id=68&lang=id diunduh tanggal 1 Agustus 2017.

Emira Tartari Bonnici (2012). Safer patient care throught better


peripheralintravenous chateter management in Infection Control
Unit, Mater dei Hospital Imsida Malta.

Fitriyani, Sepvi (2015). Faktor Yang Mempengaruhi Terjadinya Phlebitis Di


Rumah Sakit Bhayangkara Tk II H.S Samsoeri Mertojoso Surabaya.
Unair. Surabaya.

Gayatri, D., Handayani, H. (2013) Hubungan Jarak Pemasangan Terapi


Intravena Dari Persendian Terhadap Waktu Terjadinya Plebitis.
Jurnal Keperawatan Universitas Indonesia, Volume 11, No.1, hal 1-
5;2016.Available

HidayatAlimul, Azis. (2013). Keperawatan Medikal Bedah. Buku Kedokteran EGC


: Jakarta.

Hinlay (2014). Terapi Intravena pada Pasien di Rumah Sakit.NuhaMedika :


Yogyakarta.

Infusion Nurse Society.(2006). Infusion Nursing Standards of Practice. JournalofI


infusion Nursing. Vol. 34.
49

Jarumiyati (2009). Hubungan Lama pemasaran Kateter Intravena dengan


Kejadian Pebitis pada Pasien Dewasa Rawat Inap di Bangsal Menur
Dan Bakung di RSUD Wonosari.

Kamma (2015). Hubungan antara pemasangan infus dengan kejadian flebitis


diRumah Sakit Prikasih Jakarta Selatan. Skripsi : Tidak
dipublikasikan.

Kemenkes RI (2011). Pedoman Pelaksanaan Kewaspadaan Universal di


PelayananKesehatan. Jakarta.

Lee KE (2010) Efek Metode Aseptik Dressing dalam Plebitis. EGC : Jakarta.

Mubarak, Iqbal (2012). Kebutuhan Dasar Manusia. Jakarta:Buku Kedokteran


EGC.

Mulyani (2010). Tinjauan Pelaksanaan Standar Operasional Prosedur


(SOP)Pemasangan Infus Pada Pasien Di Instalasi Gawat Darurat
(IGD) RSPKU Muhammadiyah Gombong. Skripsi : Tidak
dipublikasikan.

Notoatmodjo, S. (2010). Metodologi Penelitian Kesehatan. Edisi Revisi


(CetakanKetiga). PT Asdi Mahasatya : Jakarta.

Nursalam. (2011).Manajemen Keperawatan Aplikasi dalam Praktik


KeperawatanProfesional. Edisi 3. Salemba Medika : Jakarta.

Pasaribu (2008). Analisis Penatalaksanaan Standart Operasional Prosedur


Pemasangan Infus Terhadap Kejadian Phlebitis di Rumah Sakit Haji
Medan. Skripsi: tidak dipublikasikan

Potter, Patricia A. and Perry, Anne G. (2010). Buku Ajar


FundamentalKeperawatan, Konsep, Proses, dan Praktik. EGC :
Jakarta.

Priharjo, Robert, 2013.Pengkajian Fisik Keperawatan. Buku kedokteran EGC.

Pujasari Hening (2012). Angka Kejadian Plebitis Dan Tingkat Keparahannya


DiRuang Penyakit Dalam RSCM, Jakarta.2002. Diakses
dari http://pujasari.Pada tanggal 20 Februari 2017.

Rizky dan Supriyatiningsih (2013). Surveillance Kejadian Phlebitis pada


Pemasangan Kateter Intravena pada Pasien Rawat Inap di Rumah
Sakit Ar. Bunda Prabumulih

Sugiyono. (2013). Statistika untuk Penelitian. Alfabeta : Bandung.

Wahyunah, (2011) Hubungan Pengetahuan Perawat tentang Terapi infus dengan


kejadian Phlebitis dan Kenyamanan pasien di ruang rawai inap di
50

Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD). Indramayu : di unduh tanggal


35 November 2013.

Zahra, Siti.(2010). Tehnik Pemasangan Infus. Diakses dari


STIKESSamarinda;2010.http//zahra-
youtube.blogspot.com/2010/10/tehnik-pemasangan-infus.html pada
tanggal 20 Februari 2017
Lampiran 1
Surat Ijin Melakukan Pengambilan Data Awal dan Penelitian
Lampiran 2
SOP I Pemasangan Infus
Lampiran 3
SOP II Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Phlebithis
Lampiran 4
Buku Konsultasi Skripsi
Lampiran 5

JADWAL PENELITIAN

TAHUN 2017
No Keterangan
Maret April Mei Juni Juli Ags Sept Okt Nov Des Jan
1 KONSUL JUDUL
2 PENGAMBILAN DATA AWAL
3 KONSUL BAB I-III
4 UJIAN PROPOSAL
5 PENGUMPULAN DATA
PENELITIAN
6 BIMBINGAN BAB 4-6
7 UJIAN SKRIPSI
8 REVISI DAN PENGUMPULAN
SKRIPSI
Lampiran 6

Lembar Inform Consent Menjadi Responden

LEMBAR INFORM CONSENT MENJADI RESPONDEN

Setelah saya diberikan penjelasan, tentang tujuan penelitian untuk


mengetahui Hubungan Lokasi Pemasangan Terapi Intravena Dari Persendian
Dengan Kejadian Phlebitis Di Ruang Teratai RSUD dr. R. Soetrasno Rembang.

Maka dengan ini saya menyatakan bersedia untuk membantu dan


berperan serta dalam kelancaran penelitian tersebut.

Rembang, Desember 2017

Responden,

( )
Lampiran 7

LEMBAR PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN

Rembang,Desember 2017

Kepada Yth : Calon Responden Penelitian


Di Ruang Teratai RSUD dr R. Soetrasno Rembang

Dengan hormat,
Yang bertanda tangan di bawah ini, saya:

Nama : Norkasih Murdiana


NIM : E420163356

Adalah mahasiswa S1 keperawatan STIKES Muhammadiyah Kudus yang


sedang melakukan penelitian dengan judul “HUBUNGAN LOKASI
PEMASANGAN TERAPI INTRAVENA DARI PERSENDIAN DENGAN
KEJADIAN PHLEBITIS DI RUANG TERATAI RSUD dr. R. SOETRASNO
REMBANG”.

Penelitian ini tidak menimbulkan akibat yang merugikan kepada semua pihak.
Kerahasiaan semua informasi yang diberikan akan dijaga dan hanya digunakan
untuk kepentingan penelitian. Guna keperluan tersebut saya mohon kesediaan
bapak/ibu/saudara menjadi responden dalam penelitian ini.

Demikian permohonan ini, atas bantuan dan kerjasamanya saya ucapkan terima
kasih.

Peneliti
Lampiran 8

LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI ASISTEN PENELITIAN

Yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama :
NIP :

Dengan ini bersedia sebagai asisten peneliti dalam penelitian yang berjudul
“HUBUNGAN LOKASI PEMASANGAN TERAPI INTRAVENA DARI
PERSENDIAN DENGAN KEJADIAN PHLEBITIS DI RUANG TERATAI RSUD dr.
R. SOETRASNO REMBANG”.

Saya akan membantu peneliti

Nama : Norkasih Murdiana


NIM : E420163356
Institusi : S1 Keperawatan STIKES Muhammadiyah Kudus

Kegiatan ini dilakukan atas dasar tanpa paksaan dan akan membantu melakukan
observasi dan melakukan pengisian observasi di lembar observasi responden
selama responden terpasang terapi intravena.

Demikian harap menjadi maklum

Mengetahui

Asisten Peneliti
Nama.........................
NIP.............................
Lampiran 9

LEMBAR PELIMPAHAN TUGAS DAN WEWENANG

Yang bertanda tangan di bawah ini:

Pihak I (Peneliti)

Nama : Norkasih Murdiana


NIM : E420163356
Institusi : S1 Keperawatan STIKES Muhammadiyah Kudus

Memberikan hak dan wewenang dalam pelimpahan tugas untuk meneliti kepada
:

Pihak II (Asisten Peneliti)

Nama :
NIP :
Unit Kerja : Ruang Teratai RSUD dr. R. Soetrasno Rembang

Pihak II melaksanakan pelimpahan tugas dan wewenang untuk melakukan


observasi dala penelitian yang berjudul “HUBUNGAN LOKASI PEMASANGAN
TERAPI INTRAVENA DARI PERSENDIAN DENGAN KEJADIAN PHLEBITIS DI
RUANG TERATAI RSUD dr. R. SOETRASNO REMBANG” dari pihak I

Pihak I Pihak II

Norkasih Murdiana Nama :....................

NIM : E420163356 NIP : ...................


Lampiran 10

LEMBAR OBSERVASI

(CHECK LIST VISUAL PHLEBITIS SCORE)

Kode Responden :

Nama Responden (Inisial) :

A. Karakteristik Responden :
1. Umur : ........... tahun
2. Pendidikan :
a. SD
b. SMP
c. SMA
d. Perguruan Tinggi
B. Check List Lokasi Pemasangan Terapi Intravena
Hari : Lokasi Pemasangan Infus Kode
Tanggal : Metacarpal Sefalika Basilika 1 2 3 4 5
Jam :

Kode :
5. Tidak phlebitis : jika mendapat skor 0
6. Ringan : jika mendapat skor 1-2
7. Sedang : jika mendapat skor 3-4
8. Berat : jika mendapat skor 5
C. Check List Visual Phlebitis Score

Hasil Observasi Ya Tidak Skor


Tempat suntikan tampak sehat
Salah satu dari berikut jelas:
 Nyeri pada tempat
suntikan
 Eritema pada tempat
suntikan

Dua dari berikut jelas:


a. Nyeri
b. Eritema
c. Pembengkakan
Semua dari berikut jelas:
a. Nyeri sepanjang kanula

b. Eritema
c. Indurasi
Semua dari berikut jelas:
 Nyeri sepanjang kanula

 Eritema
 Indurasi
 Venous cord teraba
Semua dari berikut jelas:
 Nyeri sepanjang kanula

 Eritema
 Indurasi
 Venous cord teraba
 Demam
Lampiran 11.

REKAPITULASI JAWABAN RESPONDEN

No Inisial Responden Umur Pendidikan Lokasi Pemasangan Kejadian Phlebitis


1 Nn. A 19 PT BASILIKA TIDAK PHLEBITIS
2 Ny. D 53 SMA METACARPAL SEDANG
3 Tn. AS 58 SMP SEFALIKA SEDANG
4 Tn. D 39 PT BASILIKA RINGAN
5 Tn. AM 46 SMP METACARPAL SEDANG
6 Ny. L 53 SD BASILIKA TIDAK PHLEBITIS
7 Tn. P 44 PT SEFALIKA SEDANG
8 Nn. Z 20 PT SEFALIKA RINGAN
9 Tn. A 46 SD BASILIKA RINGAN
10 Ny. S 30 SMP METACARPAL SEDANG
11 Tn. B 58 SMP SEFALIKA RINGAN
12 Tn. R 51 SMP SEFALIKA SEDANG
13 Tn. M 53 SMA METACARPAL RINGAN
14 Ny. SM 52 SMP METACARPAL SEDANG
15 Tn. K 59 SD BASILIKA TIDAK PHLEBITIS
16 Tn. W 55 SD SEFALIKA RINGAN
17 Tn. SN 59 SD BASILIKA RINGAN
18 Ny. DJ 50 SMP METACARPAL RINGAN
19 Ny. ST 38 SMA METACARPAL BERAT
20 Ny. SG 35 SMP SEFALIKA RINGAN
21 Tn. AR 28 SMA SEFALIKA TIDAK PHLEBITIS
22 Tn. B 34 SMP METACARPAL SEDANG
23 Tn. M 56 SMP METACARPAL BERAT
24 Tn. Y 45 SMP METACARPAL SEDANG
25 Tn. R 45 SD SEFALIKA SEDANG
26 Tn. U 34 SMA BASILIKA TIDAK PHLEBITIS
27 Tn. AW 37 SMA BASILIKA SEDANG
28 Ny. S 44 SMP SEFALIKA SEDANG
29 NY. W 47 SMP SEFALIKA RINGAN
30 Ny. H 49 SMA BASILIKA SEDANG
31 Ny. YU 55 SMA SEFALIKA SEDANG
32 Ny. E 23 SMA METACARPAL BERAT
33 Ny. I 67 SD METACARPAL SEDANG
34 Tn. R 72 SD SEFALIKA SEDANG
35 Tn. J 45 SMP BASILIKA RINGAN
36 Tn. P 55 SMP METACARPAL SEDANG
37 Ny. U 43 SMP SEFALIKA SEDANG
38 Tn. ST 66 SD METACARPAL BERAT
39 Tn. A 46 SMA BASILIKA SEDANG
40 Ny. D 75 SMP BASILIKA BERAT
41 NY. S 43 SMA SEFALIKA SEDANG
42 Ny. W 48 SMA METACARPAL RINGAN
43 Tn. B 56 SMP BASILIKA RINGAN
44 Tn. Y 31 SMP BASILIKA RINGAN
45 Ny. R 35 SMP SEFALIKA SEDANG
46 Ny. WT 30 SMA SEFALIKA SEDANG
47 Ny. M 41 SMP METACARPAL SEDANG
48 TN. N 28 SMP METACARPAL SEDANG
49 Tn. H 68 SD METACARPAL BERAT
50 TN. S 61 SD SEFALIKA BERAT
51 Tn. I 58 SD BASILIKA TIDAK PHLEBITIS
52 Ny. G 40 SMA BASILIKA TIDAK PHLEBITIS
Lampiran 12. Hasil Uji Statistik

Frequencies

Statistics

LOKASI
PEMASA KEJADIAN
UMUR PENDIDIKAN NGAN PHLEBITIS
N Valid 52 52 52 52
Missing 0 0 0 0
Mean 46,5962 2,1923 2,0385 2,5962
St d. Error of Mean 1,80419 ,12293 ,11310 ,12361
Median 46,0000 2,0000 2,0000 3,0000
Mode 45,00a 2,00 2,00a 3,00
St d. Deviation 13,01019 ,88647 ,81557 ,89134
Variance 169,265 ,786 ,665 ,794
Range 56,00 3,00 2,00 3,00
Minimum 19,00 1,00 1,00 1,00
Maximum 75,00 4,00 3,00 4,00
Sum 2423,00 114,00 106,00 135,00
Percentiles 10 28,6000 1,0000 1,0000 1,0000
20 34,6000 1,0000 1,0000 2,0000
25 37,2500 2,0000 1,0000 2,0000
30 39,9000 2,0000 1,0000 2,0000
40 44,2000 2,0000 2,0000 2,2000
50 46,0000 2,0000 2,0000 3,0000
60 50,8000 2,0000 2,0000 3,0000
70 55,0000 3,0000 3,0000 3,0000
75 55,7500 3,0000 3,0000 3,0000
80 58,0000 3,0000 3,0000 3,0000
90 64,5000 3,0000 3,0000 4,0000
a. Multiple modes ex ist. The smalles t value is shown
Frequency Table

UMUR

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid 19,00 1 1,9 1,9 1,9
20,00 1 1,9 1,9 3,8
23,00 1 1,9 1,9 5,8
28,00 2 3,8 3,8 9,6
30,00 2 3,8 3,8 13,5
31,00 1 1,9 1,9 15,4
34,00 2 3,8 3,8 19,2
35,00 2 3,8 3,8 23,1
37,00 1 1,9 1,9 25,0
38,00 1 1,9 1,9 26,9
39,00 1 1,9 1,9 28,8
40,00 1 1,9 1,9 30,8
41,00 1 1,9 1,9 32,7
43,00 2 3,8 3,8 36,5
44,00 2 3,8 3,8 40,4
45,00 3 5,8 5,8 46,2
46,00 3 5,8 5,8 51,9
47,00 1 1,9 1,9 53,8
48,00 1 1,9 1,9 55,8
49,00 1 1,9 1,9 57,7
50,00 1 1,9 1,9 59,6
51,00 1 1,9 1,9 61,5
52,00 1 1,9 1,9 63,5
53,00 3 5,8 5,8 69,2
55,00 3 5,8 5,8 75,0
56,00 2 3,8 3,8 78,8
58,00 3 5,8 5,8 84,6
59,00 2 3,8 3,8 88,5
61,00 1 1,9 1,9 90,4
66,00 1 1,9 1,9 92,3
67,00 1 1,9 1,9 94,2
68,00 1 1,9 1,9 96,2
72,00 1 1,9 1,9 98,1
75,00 1 1,9 1,9 100,0
Total 52 100,0 100,0

PENDIDIKAN

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid SD 12 23,1 23,1 23,1
SMP 22 42,3 42,3 65,4
SMA 14 26,9 26,9 92,3
PT 4 7,7 7,7 100,0
Total 52 100,0 100,0
LOKASI PEMASANGAN

Cumulative
Frequency Percent Valid Perc ent Percent
Valid BASILIKA 16 30,8 30,8 30,8
SEFALIKA 18 34,6 34,6 65,4
METACARPAL 18 34,6 34,6 100,0
Total 52 100,0 100,0

KEJADIAN PHLEBITIS

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid TIDAK PHLEBITIS 7 13,5 13,5 13,5
RINGAN 14 26,9 26,9 40,4
SEDANG 24 46,2 46,2 86,5
BERAT 7 13,5 13,5 100,0
Total 52 100,0 100,0

Crosstabs

Case Processing Summary

Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
LOKASI PEMASANGAN *
52 100,0% 0 ,0% 52 100,0%
KEJADIAN PHLEBITIS

LOKASI PEMASANGAN * KEJADIAN PHLEBITIS Crosstabulation

KEJADIAN PHLEBITIS
TIDAK
PHLEBITIS RINGAN SEDANG BERAT Total
LOKASI BASILIKA Count 6 6 3 1 16
PEMASANGAN % of Total 11,5% 11,5% 5,8% 1,9% 30,8%
SEFALIKA Count 1 5 11 1 18
% of Total 1,9% 9,6% 21,2% 1,9% 34,6%
METACARPAL Count 0 3 10 5 18
% of Total ,0% 5,8% 19,2% 9,6% 34,6%
Total Count 7 14 24 7 52
% of Total 13,5% 26,9% 46,2% 13,5% 100,0%
Nonparametric Correlations

Corre lations

LOKASI
PEMASA KEJADIAN
NGAN PHLEBITIS
Kendall's t au_b LOKASI PEMASANGANCorrelation Coeffic ient 1,000 ,472**
Sig. (2-tailed) . ,000
N 52 52
KEJADIAN PHLEBITIS Correlation Coeffic ient ,472** 1,000
Sig. (2-tailed) ,000 .
N 52 52
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

Bar Chart

UMUR

3.0

2.5

2.0
Frequency

1.5

1.0

0.5

0.0
19 20 23 28 30 31 34 35 37 38 39 40 41 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52 53 55 56 58 59 61 66 67 68 72 75
,0 ,0 ,0 ,0 ,0 ,0 ,0 ,0 ,0 ,0 ,0 ,0 ,0 ,0 ,0 ,0 ,0 ,0 ,0 ,0 ,0 ,0 ,0 ,0 ,0 ,0 ,0 ,0 ,0 ,0 ,0 ,0 ,0 ,0
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

UMUR
PENDIDIKAN

25

20
Frequency

15

10

0
SD SMP SMA PT

PENDIDIKAN
LOKASI PEMASANGAN

20

15
Frequency

10

0
BASILIKA SEFALIKA METACARPAL

LOKASI PEMASANGAN
KEJADIAN PHLEBITIS

25

20
Frequency

15

10

0
TIDAK PHLEBITIS RINGAN SEDANG BERAT

KEJADIAN PHLEBITIS
Bar Chart

12
KEJADIAN PHLEBITIS
TIDAK PHLEBITIS
RINGAN
10 SEDANG
BERAT

8
Count

0
BASILIKA SEFALIKA METACARPAL

LOKASI PEMASANGAN

Anda mungkin juga menyukai