SKRIPSI
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Mencapai
Gelar Sarjana Keperawatan ( S-1 )
Oleh
Norkasih Murdiana
NIM E420163356
PEMBIMBING :
1. Sukarmin, S.Kep. Ns,M.Kep. Sp. Kep. MB
2. Yulisetyaningrum, S.Kep, Ns. M.Si. Med
JURUSAN S1 KEPERAWATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MUHAMMADIYAH KUDUS
2018
i
HALAMAN PERSETUJUAN
Hari : Kamis
Tanggal : 16 Oktober 2017
Nama : Norkasih Murdiana
NIM : E420163356
Sukarmin, S.Kep. Ns,M.Kep. Sp. Kep. MB Yulisetyaningrum, S.Kep, Ns. M.Si. Med
Mengetahui
Ketua
NIDN : 0621087401
ii
HALAMAN PENGESAHAN
Hari : Kamis
Tanggal : 23 Nopember 2017
Nama : Norkasih Murdiana
NIM : E420163356
Mengetahui
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Muhammmadiyah Kudus
Ketua
iii
HALAMAN PERSETUJUAN
Hari : Kamis
Tanggal : 18 Januari 2018
Nama : Norkasih Murdiana
NIM : E420163356
Sukarmin, S.Kep. Ns,M.Kep. Sp. Kep. MB Yulisetyaningrum, S.Kep, Ns. M.Si. Med
NIDN : 0607057601 NIDN : 0618048103
Mengetahui
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Muhammmadiyah Kudus
Ketua
iv
HALAMAN PENGESAHAN
Hari : Selasa
Tanggal : 30 Januari 2018
Nama : Norkasih Murdiana
NIM : E420163356
Mengetahui
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Muhammmadiyah Kudus
Ketua
v
HALAMAN PERNYATAAN
Norkasih Murdiana
NIM : E420163356
vi
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Identitas Diri
Nama : Norkasih Murdiana
Tempat Tanggal Lahir : Rembang, 8 September 1981
Agama : Islam
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat : Ds. Sumberjo RT 01 RW 02 Rembang ( 59216 )
Riwayat Pendidikan
1. SDN 3 Sumberjo Rembang : Lulus Tahun 1991
2. SMPN 5 Rembang : Lulus Tahun 1997
3. SPK DEPKES Blora : Lulus Tahun 2000
4. DIII Poltekes Prodi Keperawatan Blora : Lulus Tahun 2003
5. Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Muhammadiyah Kudus dan sekarang tercatat
sebagai mahasiswa Program Khusus S1 Keperawatan Semester III dengan
NIM : E420163356
vii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas rahmat dan hidayah-Nya, sehingga
peneliti akhirnya dapat menyelesaikan Penelitian dengan judul “Hubungan Lokasi
Pemasangan Terapi Intravena Dari Persendian Dengan Kejadian Phlebitis di Ruang
Teratai RSUD dr R. Soetrasno Rembang.”
Penelitian ini disusun dalam rangka memenuhi salah satu Tugas Mata Kuliah
Skripsi pada Jurusan S1 Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan
Muhammadiyah Kudus.
Peneliti menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini tidak lepas dari
kesalahan dan kekurangan, baik dari segi teknis maupun materi. Untuk itu peneliti
sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun demi kesempurnaan
skripsi ini.
Dalam penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak, oleh
karena itu penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Bapak Rusnoto, SKM, M.Kes (Epid.) Selaku Ketua Sekolah Tinggi Ilmu
Kesehatan Muhammadiyah Kudus.
2. Bapak Sukarmin, S.Kep. Ns,M.Kep. Sp. Kep. MB, Selaku pembimbing utama
dalam penulisan skripsi penelitian.
3. Ibu Yulisetyaningrum, S.Kep, Ns. M.Si. Med, Selaku pembimbing anggota dalam
penulisan skripsi penelitian.
4. Bapak/Ibu dosen Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Muhammadiyah Kudus yang
telah memberikan bimbingan kepada kami demi kelancaran penyusunan skripsi
penelitian.
5. Keluarga tercinta yang selalu memberikan doa untuk keberhasilan dalam
penyusunan skripsi penelitian ini.
6. Rekan-rekan dan semua pihak yang telah banyak membantu dalam penyusunan
skripsi penelitian ini.
Akhir kata dengan segala kerendahan hati peneliti berharap penelitian ini
bermanfaat bagi kita semua. Aamiin Ya Robbal Alamiin.
viii
Wassalamu’alaikum Warahmatullohi Wabarakatuh
Peneliti
ix
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL………………………………………….................... i
HALAMAN PERSETUJUAN PROPOSAL SKRIPSI.......................... ii
HALAMAN PENGESAHAN PROPOSAL SKRIPSI............................ iii
HALAMAN PERSETUJUAN SKRIPSI............................................... iv
HALAMAN PENGESAHAN SKRIPSI................................................. v
HALAMAN PERNYATAAN................................................................. vi
DAFTAR RIWAYAT HIDUP……………………………………………… vii
KATA PENGANTAR……………………………………………………… viii
DAFTAR ISI……………………………………………………………….. x
DAFTAR TABEL.................................................................................. xii
DAFTAR GAMBAR.............................................................................. xiii
DAFTAR LAMPIRAN........................................................................... xiv
ABSTRACT……………………………………………………….............. xv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang…………………………………………….. 1
B. Perumusan Masalah…………………………………….... 3
C. Tujuan Penulisan………………...................................... 3
D. Ruang Lingkup…………………………………………..... 4
E. ManfaatPenulisan ..……………………………………… 4
F. Keaslian Penelitian.………………………………………. 5
x
B. Hipotesis Penelitian....................................................... 24
C. Kerangka Konsep Penelitian.......................................... 25
D. Rancangan Penelitian.................................................... 25
E. Etika Penelitian.............................................................. 31
F. Jadwal Penelitian........................................................... 32
BAB V PEMBAHASAN
A. Analisa Univariat............................................................ 37
B. Analisa Bivariat.............................................................. 41
C. Keterbatasan Penelitian................................................ 43
DAFTAR PUSTAKA............................................................................ 47
LAMPIRAN..........................................................................................
xi
DAFTAR TABEL
xii
DAFTAR GAMBAR
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
xiv
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Muhammadiyah Kudus
Program Studi S1 Keperawatan
2018
ABSTRAK
XIV+50Hal+2Bagan+11Tabel+12Lampiran
xv
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Muhammadiyah Kudus
Studi Program S1 Nursing
2018
ABSTRACT
XIV+50Pages+2Scemas+11Tables+12Enclosures
Background: Phlebitis is one indicator of hospital service quality. Good service quality is
indicated by the incidence of nosocomial infection (including phlebitis) ≤1.5%. The location of
the infusion is one of the risk factors that cause phlebitis. Locations adjacent to the joint are
particularly susceptible to static blood flow.
Research Purposes: The main purpose of this study was to analyze the location of
intravenous catheter insertion from the joints with phlebitis occurrence in Lotus Room RSUD
dr R. Soetrasno Rembang.
Research Methods: This research uses correlation type using cross sectional approach. The
total population is 525 respondents. Then the number of samples from 525 taken 10% ie a
number of 52 samples. Analysis using Kendall Tau.
Research Result: Statistical test results with Kendall Tau got ρ value is 0,000 (≤ 0.005)
which means there is significant relationship. obtained r value of 0.472 (0,400-0,599) which
has significant correlation.
Conclusions: The conclusions of this study indicate that there is a sufficient relationship
location of the installation of intravenous therapy from joints with phlebitis occurrence in Lotus
Room RSUD dr R. Soetrasno Rembang.
Suggestions: Suggestions from the results of this study can be used for hospitals dr. R.
Soetrasno Rembang as a reference in improving the quality of health services, especially
about the prevention of nosocomial infections due to the action of invasive infusion through
updating SOP infusion with more specific determine the location of the infusion.
References : 29 (2002-2017)
xvi
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Phlebitis merupakan salah satu indikator mutu pelayanan rumah
sakit, karena hampir semua pasien yang masuk ke rumah sakit akan
terpapar dengan cairan intravena. Kualitas pelayanan yang bagus
ditunjukkan dengan angka kejadian infeksi nasokomial (termasuk phlebitis)
≤1.5%(Kemenkes RI, 2011).
Phlebitis merupakan inflamasi vena yang disebabkan oleh iritasi
kimia, mekanik maupun oleh bakteri. Hal ini dikarakteristikan dengan adanya
daerah yang memerah dan hangat di sekitar daerah penusukan atau
sepanjang vena, pembengkakan, nyeri atau rasa keras disekitar daerah
penusukan atau sepanjang vena dan bisa keluar cairan atau pus (Brunner
dan Sudarth,2012).
Di Indonesia belum ada angka yang pasti tentang pravalensi kejadian
phlebitis, kemungkinan disebabkan oleh penelitian dan publikasi yang
berkaitan dengan phlebitis jarang dilakukan. Data Depkes RI Tahun 2013
angka kejadian phlebitis di Indonesia sebesar 50,11 % untuk Rumah Sakit
Pemerintah sedangkan untuk Rumah Sakit Swasta sebesar 32,70 % (Rizky
W, 2014).
Beberapa hasil penelitian yang dilakukan di Rumah Sakit di Indonesia
antara lain oleh Rizky dan Supriyatiningsih di Rumah Sakit Prabu Mulih
ditemukan 17 (33,3%) pasien yang mengalami phlebitis pada bulan Juni
2013. Sedangkan hasil penelitian yang dilakukan Fitriyani (2015) di Rumah
Sakit Bhangkara Tk II H.S.Samsoeri Mertojoso Surabaya ditemukan terdapat
22 pasien dari 68 (32,3%) pasien yang mengalami phlebitis. Sejalan dengan
Penelitian yang dilakukan Baticola (2015), mengatakan bahwa angka
kejadian phlebitis di RSUP Dr. Sardjito Jogjakarta sebanyak 27,19 %.
Di Indonesia tahun 2013 diperoleh angka persentasi terjadinya infeksi
nosokomial dengan phlebitis di Provinsi Lampung 14,3%, Jambi 12,8%, DK
Jakarta 8,9%, JawaBarat 7,2%, Jawa Tengah 5,5%, dan Yogyakarta 1,8%
(Lumentut, 2015).
1
2
B. Perumusan Masalah
Perumusan masalah pada penelitian adalah “Apakah ada
hubunganlokasi pemasangan terapi intravena dari persendian dengan
kejadian phlebitis di Ruang Teratai RSUD dr R. Soetrasno Rembang?”.
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Tujuan utama dalam penelitian ini adalah untuk menganalisalokasi
pemasangan kateter terapi intravena dari persendian dengan kejadian
phlebitis di Ruang Teratai RSUD dr R. Soetrasno Rembang.
2. Tujuan Khusus
a. Mengidentifikasi karakteristik responden di Ruang Teratai RSUD dr R.
Soetrasno Rembang.
b. Mengidentifikasi lokasi pemasangan kateter terapi intravena dari
persendian di Ruang Teratai RSUD dr R. Soetrasno Rembang.
4
D. Ruang Lingkup
1. Ruang Lingkup Ilmu
Ruang lingkup materi dalam penelitian ini adalah Ilmu Keperawatan
Medikal Bedah (KMB). Materi yang dibahas dalam penelitian ini adalah
hubungan pemasangan terapi intravena dari persendian terhadap
kejadian phlebitis. Prinsip ini perlu dilakukan karena ini sangat penting
untuk meningkatkan kualitas pelayanan keperawatan di Rumah Sakit.
2. Ruang Lingkup Metodologi
Metodologi yang dipakai dalam penelitian ini adalah uji analisis dalam
menentukan hubungan lokasi pemasangan terapi intravena dari
persendian terhadap kejadian phlebitis pada responden.
3. Ruang Lingkup Waktu
Penelitian ini dilakukan pada Bulan November-Desember 2017.
E. Manfaat Penelitian
a. Bagi RSUD dr R. Soetrasno Rembang
Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan masukan bagi RSUD
dr R. Soetrasno Rembang dalam meningkatkan mutu layanan
kesehatan khususnya tentang pencegahan infeksi nosokomial akibat
tindakan invasif pemasangan infus melalui pembaharuan SOP
pemasangan infus dengan lebih spesifik menentukan lokasi
pemasangan infuse dari sendi.
b. Bagi STIKES Muhammadiyah Kudus
Sebagai bahan mata kuliah bidang keperawatan medikal bedah yang
berbasis fakta khususnya hubungan antara lokasi pemasangan
infuse dengan phlebitis.
c. Bagi Peneliti
Menambah wawasan dan pemahaman nyata dari kegiatan penelitian
yang telah dilakukan, sehingga dapat menjadi wacana bagi peneliti
selanjutnya.
5
F. Keaslian Penelitian
Berdasarkan telaah literatur, penelitian hubunganlokasi pemasangan terapi
intravena dari persendian dengan waktu kejadian phlebitis di Ruang Teratai
RSUD dr R. Soetrasno Rembang. Penelitan lain yang berkaitan dengan judul
penelitian ini, diantaranya adalah sebagai berikut:
Metode Hasil
No Peneliti Tahun Judul
Penelitian
1 Kamma 2015 Hubungan antara Deskriptif ada hubungan
pemasangan infus korelasi yang bermakna
dengan dengan antara lokasi
pemasangan infus pendekatan pemasangan
dan kejadian studi kohort infus (pvalue
phlebitis =0,042), jenis
cairan infus yg
diberikan
(pvalue= 0,001)
dan
pemasangan
infus
(pvalue=0,011).
yang tidak 8
Phlebitis Di
Ruang Rawat
Inap Rumah
Sakit Haji Medan
bersamaan
TINJAUAN TEORI
A. Phlebitis
1. Definisi
Phlebitis adalah peradangan pada tunika intima vena yang terjadi
karena komplikasi pemberian terapi intra vena ( IV) yang di tandai dengan
bengkak, kemerahan sepanjang vena, nyeri, peningkatan suhu pada
daerah insersi kanula dan penurunan kecepetan tetesan infuse (Brooker
et. all, 2014).
Phlebitis juga didefinisikan sebagai komplikasi lokal dari terapi
intra vena antara lain infiltrasi, phlebitis, trombophlebitis, hematoma,dan
ekstravasasi (Potter & Perry, 2010).
2. Pembagian Derajat
Hanskins et all (2014), membagi phlebitis berdasarkan skalanya
sebagai berikut :
a. Skala 0, bila ada gejala.
b. Skala 1, bila eritema dengan atau tanpa adanya nyeri.
c. Skala 2, bila ada nyeri, eritema, dan edema
d. Skala 3, bila nyeri, eritema, streak formasi dan terba garis vena
kurang lebih 1 inci
e. Skala 4, bila nyeri, streak formasi terba garis vena > 1 inci dan adanya
cairan purulen.
3. Jenis Phlebitis
Menurut Darmawan (2011) jenis-jenis phlebitis adalah sebagai
berikut :
a. Phlebitis Mekanik
Phlebitis ini berkenaan dengan pemilihan vena dan
penempatan kanula, ukuran kanula yang terlalu besar di bandingkan
ukuran vena, fiksasi kanula yang tidak adekuat, ambulasi berlebihan
terhadap sistem dan pergerakan ekstremitas yang tidak terkontrol.
8
9
b. Phlebitis Kimiawi
Phlebitis ini berkenaan dengan respon tunika intima terhadap
osmolaritas cairan infus. Respon radang dapat terjadi karena pH dan
osmolaritas atau obat juga karena sifat bahan kimia kanula yang di
gunakan.
c. Phlebitis Bakterial
Merupakan radang pada vena yang di kaitkan dengan infeksi
bakteri.
4. Penilaian
Menurut INS (Infusion Nurse Society) tahun 2006 untuk menilai
tingkat keparahan plebitis bisa dengan menggunakan skor visual phlebitis
yang telah dikembangkan oleh Andrew Jackson sebagai berikut:
Tabel 2.1
Visual Phlebitis Score
5) Faktor penyakit
Penyakit yang diderita pasien dapat mempengaruhi
terjadinya phlebitis, misalnya pada pasien Diabetes Militus (DM)
yang mengalami aterosklerosis akan mengakibatkan aliran darah
ke perifer berkurang sehingga jika terdapat luka mudah mengalami
infeksi.
6) Jenis Kelamin
Wanita yang menggunakan kontrasepsi kombinasi
(mengandung estrogen dan progesteron, oral atau suntikan)
mudah mengalami phlebitis.
7) Kepatuhan Pasien
Kepatuhan atau ketaatan sebagai tingkat pasien
melaksanakan cara pengobatan atau perilaku yang disarankan
oleh dokter atau orang lain.
b. Faktor Eksternal
1) Jenis cairan (faktor kimiawi)
Osmolaritas dan pH cairan infus yang tinggi selalu diikuti
resiko phlebitis. Mikropartikel yang terbentuk bila partikel obat tidak
larut sempurna selama pencampuran juga merupakan faktor
kontribusi terhadap phlebitis.
2) Lokasi pemasangan (faktor mekanis)
Phlebitis mekanis dikaitkan dengan penempatan kateter.
Pada penempatan kateter yang baik yang perlu diperhatikan:
bahan (resiko tertinggi untuk phlebitis dimiliki kateter dengan bahan
yang terbuat dari polivinil klorida), ukuran kateter (ukuran kateter
harus dipilih sesuai dengan ukuran vena dan difiksasi dengan
baik), lokasi pemasangan : Vena metakarpal, Vena sefalika, Vena
basilika, Vena sefalika mediana, Vena basilika mediana, Vena
antebrakial mediana (dalam pemasangandiperlukan skill yang
memadai dan pemilihan lokasi perlu diperhatikan dimana kateter
yang dipasang pada daerah lekukan sering mengakibatkan
phlebitis bila pasien banyak gerak) dan lama pemasangan.
c. Aseptik dressing (faktor bakterial)
12
6. Pencegahan Phlebitis
Berbagai upaya dapat dilakukan oleh perawat selaku tenaga
kesehatan yang paling banyak berada di dekat pasien. Upaya-upaya itu
antara lain :
a. Phlebitis Mekanik
Pada phlebitis mekanik terjadi cedera pada tunika intima
vena.Tindakan keperawatan untuk mencegah phlebitis mekanik
adalah:
1) Lakukan tehnik insersi kanula secara benar.
2) Lakukan pemilihan lokasi secara benar, hindari vena pada area
fleksi atau lipatan atau ekstremitas dengan pergerakan maksimal
serta persendian. Pilih vena yang lurus, panjang besar dan tidak
rapuh.
3) Lakukan pemilihan kanula secara tepat, gunakan kanula dengan
ukuran paling pendek dan diameter jarum paling kecil.
13
B. Terapi Intravena
1. Definisi
Terapi Intravena adalah menempatkan cairan steril melalui jarum
langsung ke vena pasien. Biasanya cairan steril mengandung elektrolit
(natrium, kalsium, kalium), nutrient (biasanya glukosa), vitamin atau obat
(Perry & Potter, 2010).
Pemberian cairan intravena (infus) adalah memasukan cairan atau
obat langsung ke dalam pembuluh darah vena dalam jumlah dan waktu
tertentu dengan menggunakan infus set (Potter &Perry, 2010).
Teknik penusukan vena melalui transkutan dengan stilet yang
kaku, seperti angiokateter atau dengan jarum yang disambungkan. Terapi
14
intravena atau yang biasa disebut dengan terapi infus merupakan metode
yang efektif untuk mensuplai cairan, elektrolit, nutrisi, dan obat melalui
pembuluh darah atau intravaskular (Mubarak, 2008).
Gambar 2.2
kali sehingga intravena (IV) yang berikutnya dapat dilakukan ke arah yang
atas. Hal-hal berikut menjadi pertimbangan ketika memilih tempat
penusukan vena adalah kondisi vena, jenis cairan atau obat yang akan
diinfuskan, lamanya terapi, usia, dan ukuran kateter infus yang sesuai
untuk pasien, riyawat kesehatan dan status kesehatan pasien sekarang
dan keterampilan tenaga kesehatan. Vena harus dikaji dengan palpasi
dan inspeksi, vena harus teraba kuat, elastis, besar dan bulat, tidak keras,
datar dan tidak bergelombang (Smeltzer & Bare, 2009).
4. Keuntungan dan Kerugian
Menurut Perry &Potter (2010) keuntungan dan kerugian
pemberian terapi intravena adalah sebagai berikut :
a. Keuntungan
1) Efek terapeutik segera tercapai karena obat lebih cepet sampai
keorgan target.
2) Absorbsi total memungkinkan dosis obat lebih tepat
3) Kecepatan pemberian dapat di kontrol sehingga efek terapeutik
dapat di pertahankan maupun di modifikasi.
4) Reaksi sakit dan iritasi obat tertentu dapat di hindari
5) Sesuai untuk obat yang tidak dapat di absorbsi dengan rute
lainkarena molekul ynag besar, iritasi atau ketidak stabilan dalam
traktus gastrointestinal.
b. Kerugian
1) Tidak dapat dilakukan “drug recall” dan mengubah aksi obat
tersebut sehingga resiko toksisitas dan sensitivitas tinggi.
2) Kontrol pemberian yang tidak baik bisa menimbulkan
“speedshock”.
3) Komplikasi tambahan dapat timbul misalnya phlebitis
6. Komplikasi
Jenis komplikasi yang terjadi apabila seseorang mendapatkan
terapi intravena menurut Genders (2013) adalah sebagai berikut :
a. Komplikasi lokal yaitu
1) Phlebitis
Inflamasi vena yang di sebabkan oleh iritasi kimia, mekanik
maupun bakteri yang di tandai dengan adanya kemerahan dan
hangat di sekitar daerah insersi atau penusukan di sertai rasa nyeri
dan adanya pembengkakan.
18
2) Infiltrasi
Infiltrasi terjadi karena cairan intra vena memasuki ruangan
subkutan di sekeliling tempat insersi vena. Di tandai dengan
adanya pembengkakan, nyeri, dan ketidaknyamanan karena
penurunan kecepatan aliran infus.
3) Iritasi vena
Kondisi ini di tandai dengan nyeri selama di infus, kemerahan pada
area insersi, terjadi karena cairan dengan pH tinggi, pH rendah /
osmolaritas tinggi misal: phenitoin, vancomicyn, eritimycin dan
nafcilin.
4) Hematom
Terjadi karena kebocoran darah ke jaringan sekitar area insersi,
disebabkan oleh pecahnya dinding vena.
5) Trombophlebitis
Menggambarkan adanya bekuan di tambah peradangan dalam
vena. Karakteristik trombophlebitis adalah nyeri terlokalisasi,
kemerahan, rasa hangat, dan pembengkakan di sekitar area insersi
atau sepanjang vena, demam, malaise dan luekositosis.
6) Trombosis
Di tandai dengan nyeri, kemerahan, bengkak, pada vena dan aliran
infus berhenti disebabkan oleh injuri sel endotel dinding vena dan
perlekatan platelet.
7) Oklusi
Di tandai dengan tidak adanya penembahan aliran ketika botoldi
naikan, aliran balik darah di selang infus dan rasa tidak nyaman
pada area pemasangan / insersi. Oklusi disebabkan oleh gangguan
aliran intra vena, aliran balik darah ketika pasien berjalan dan
selang infus di klem terlalu lama.
8) Spasme vena
Ditandai dengan nyeri sepanjang vena, kulit pucat disekitar vena,
aliran berhenti meskipun klem sudah dibuka, ini terjadi karena
pemberian cairan atau darah yang dingin atau iritasi oleh obat yang
sifatnya mudah mengiritasi vena dan aliranyang terlalu cepat.
9) Reaksi vasovagal
19
7. Teknik Pemasangan
Prinsip pemasangan terapi intravena memperhatikan prinsip steril,
hal ini yang paling penting dilakukan tindakan untuk mencegah
kontaminasi jarum intravena (Potter & Perry, 2006)
Langkah-langkah dalam pemasangan terapi intravena menurut
Hidayat (2013) adalah sebagai berikut :
1) Cuci tangan
2) Penjelasan tindakan yang akan dilakukan dan jaga privacy klien
3) Mengisi selang infuse:
a) Buka plastik infus set dengan benar
b) Jaga ujung selang tetap steril
c) Gantungkan infus set dengan cairan infus di standar cairan infuse
d) Isi kompartemen infus set dengan cara menekan (tapi jangan
sampai terendam)
e) Tutup ujung selang dan tutup dengan mempertahankan keseterilan
f) Jaga supaya tidak ada udara dalam selang
4) Pasang sarung tangan
5) Pilih posisi yang tepat untuk memasang infuse
6) Letakan perlak dan pengalas dibawah bagian yang akan dipungsi
7) Pilih vena yang tepat dan benar
8) Pasang tourniquet
9) Desinfeksi vena dengan tekhnik yang benar dengan alkohol dengan
tekhnik sirkuler ataudari atas ke bawah sekali hapus
10) Buka kateter ( abocath ) dan periksa apakah ada kerusakan
11) Tusukkan kateter / abocath pada vena yang telah dipilih dengan
lubang jarum menghadap keatas
12) Perhatikan adanya darah dalam kompartemen darah dalam kateter,
bila ada maka mandrin sedikit demi sedikit ditarik keluar sambil
kateter dimasukan perlahan-lahan
13) Torniquet dilepas
14) Hubungkan dengan ujung selang yang telah terlebih dahulu
dikeluarkan cairannya sedikit, dan sambil dibiarkan menetes sedikit
15) Pasang plester pada ujung plastik kateter / abocath tapi tidak
menyentuh area penusukan untuk fiksasi
21
E. Kerangka Teori
Pemasangan Infus
Faktor-faktor Yang
Mempengaruhi Phlebitis Komplikasi lokal
Faktor Internal
a. Usia
b. Status Gizi PHLEBITIS
c. Stres
d. Keadaan vena
e. Faktor penyakit
f. Jenis Kelamin
g. Kepatuhan Pasien
Faktor Eksternal
Faktor Eksternal
Jenis
a. Jenis cairan (faktor
cairan (faktor
kimiawi)
kimiawi)
b.
b. Lokasi
Lokasi pemasangan
pemasangan
(faktor mekanis)
(faktor mekanis)
c. Aseptik dressing (faktor
c. Aseptik dressing
bakterial)
(faktor bakterial)
Gambar 2.3
Kerangka Teori
Sumber : Modifikasi peneliti dari Hinlay (2014) dan Genders (2013)
Keterangan :
: Diteliti
METODOLOGI PENELITIAN
A. Variabel Penelitian
Variabel adalah ciri-ciri individu, objek, gejala, peristiwa yang dapat
diukur secara kuantitatif maupun kualitatif (Notoatmodjo, 2010).
1. Variabel Independent / Bebas
Adalah variabel yang timbul akibat bebas / respon dari variabel bebas.
(Notoatmodjo, 2010). Variabel independent dalam penelitian ini adalah
lokasi pemasangan kateter infus dari persendian.
2. Variabel Dependent / Terikat
Adalah variabel perlakuan / sengaja dimanipulasi untuk diketahui
pengaruhnya terhadap variabel terikat (Notoatmodjo, 2010). Variabel
dependent dalam penelitian ini adalah kejadian phlebitis.
B. Hipotesis Penelitian
25
26
Gambar 3.1
Kerangka Konsep
D. Rancangan Penelitian
1. Jenis Penelitian
Penelitian ini menggunakan jenis korelasi yaitu penelitian
hubungan dua variabel atau lebih pada suatu situasi atau kelompok
subyek (Notoatmodjo, 2010).
Tujuan penelitian korelasional adalah untuk mendeteksi sejauh
mana variasi-variasi pada suatu faktor berkaitan dengan variasi-variasi
pada satu atau lebih faktor lain berdasarkan koefesien korelasi
(Notoatmodjo, 2010).Pada penelitian ini peneliti mencari hubungan
lokasi pemasangan kateter infus dari sendi dengan kejiadian phlebitis.
2. Pendekatan Waktu Pengumpulan Data
Penelitian ini menggunakan pendekatan cross sectional yaitu
suatu penelitian dimana data yang menyangkut variabel bebas atau
resiko dan variabel terikat akan dikumpulkan dalam waktu yang
bersamaan (Notoatmodjo, 2005). Berdasarkan pendekatan tersebut
maka data tentang lokasi pemasangan kateter infus dari sendi dengan
kejadian phlebitis akan dikumpulkan dalam kurun waktu bersamaan.
3. Metode Pengumpulan Data
Pengumpulan data yang dilakukan peneliti adalah dengan dibantu
oleh asisten peneliti yaitu orang yang memenuhi kualifikasi dalam
pengumpulan data. Kualifikasi asieten peneliti antara lain :
a. Pendidikan minimal D3 Keperawatan
b. Masa kerja minimal 5 tahun
27
6. Definisi Operasional
Definisi
Variabel Alat Ukur Kategori Skala
Operasional
2) Analisis Bivariat
Analisa bivariat yaitu analisa data yang dilakukan pada dua
variabel yang diduga mempunyai hubungan atau korelasi
(Notoatmodjo, 2013).
Dalam penelitian ini menggunakan uji statistik Kendall’s Tau
karena pada penelitian ini masing-masing menggunakan skala
ordinal.Kendall’s Taujuga digunakan untuk mencari hubungan dan
menguji hipotesis antara dua variabel atau lebih dengan skala
ordinal atau ranking (Sugiyono, 2004). Rumus dasar yang
digunakan :
:2 S
n (n-1)
Keterangan :
= koefisien korelasi Kendal Tau yang besarnya
S = Selisih jumlah rank X dan Y
n = Banyaknya sampel
Taraf kesalahan (α) yang ditentukan dalam penelitian ini adalah
sebesar 5 %.
E. Etika Penelitian
Setelah penyusunan penelitian disetujui oleh kedua pembimbing dan
diujikanSTIKES Muhammadiyah Kudus membuat permohonan kepada di
Direktur RSUD dr. R. Soetrasno Rembang untuk mengadakan penelitian dan
mengeluarkan ijin melakukan penelitian. Menurut Hidayat (2007) etika
penelitian kepada calon responden meliputi :
1. Informed consent (lembar persetujuan)
Setelah responden mengerti dan jelas tentang tujuan penelitian
dan hak-haknya, maka lembar persetujuan disampaikan kepada calon
responden untuk ditanda tangani.
2. Anonimity (tanpa nama)
Untuk menjaga identitas responden peneliti tidak mencantumkan
nama, namun menulis kode nama dengan nomor.
33
3. Confidentialitiy (kerahasiaan)
Peneliti menjamin kerahasiaan semua informasi yang diberikan
oleh responden dan akan dijaga, hanya digunakan untuk kepentingan
peneliti.
F. Jadwal Penelitian
(Terlampir)
BAB IV
HASIL PENELITIAN
A. Karakteristik Responden
1. Umur Responden
Tabel 4.1
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan UmurResponden
Di Ruang Teratai RSUD dr. R. Soetrasno Bulan November 2017
2. Pendidikan
Tabel 4.2
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pendidikan
Responden Di Ruang Teratai RSUD dr. R. Soetrasno
Bulan November 2017
Pendidikan Frekuensi %
SD 12 23,1
SMP 22 42,3
SMA 14 26,9
PT 4 7,7
Total 52 100,0
Sumber : Data Primer, 2017
34
35
B. Analisa Univariat
1. Lokasi Pemasangan Intravena
Tabel 4.3
Distribusi Frekuensi Lokasi Pemasangan Intravena Responden
Di Ruang Teratai RSUD dr. R. Soetrasno
Bulan November 2017
2. Kejadian Phlebitis
Tabel 4.4
Distribusi Frekuensi Kejadian Phlebitis Responden
Di Ruang Teratai RSUD dr. R. Soetrasno
Bulan November 2017
C. Analisa Bivariat
1. Hubungan lokasi pemasangan terapi intravena dari persendian
dengan kejadian phlebitis di Ruang Teratai RSUD dr R. Soetrasno
Rembang
Tabel 4.5
Hubungan Lokasi Pemasangan Terapi Intravena Dari
Persendian Dengan Kejadian Phlebitis Di Ruang Teratai RSUD
dr R. Soetrasno Rembang Bulan November 2017
Kejadian Phlebitis
Lokasi Tidak Ringan Sedang Berat Total
Pemasangan Phlebitis
f % F % f % f % f %
Basilika 6 11,5 6 11,5 3 5,8 1 1,9 16 30,8
Sefalika 1 1,9 5 9,6 11 21,2 1 1,9 18 34,6
Metacarpal 0 0 3 5,8 10 19,2 5 9,6 18 34,6
Total 7 13,5 14 26,9 24 46,2 7 13,5 52 100
Sumber : Data Primer, 2017
Tabel 4.6
Hasil Uji StatistikHubungan Lokasi Pemasangan Terapi Intravena
Dari PersendianDengan Kejadian Phlebitis Di Ruang Teratai RSUD
dr R. Soetrasno Rembang Bulan November 2017
Variabel R ρ value N
Lokasi Pemasangan Dengan 0,472 0,000 52
Kejadian Phlebitis
A. Analisa Univariat
1. Lokasi Pemasangan Intravena
Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa responden yang
lokasi pemasangan intravena di vena basilika sebanyak 16 orang
(30,8%). responden yang lokasi pemasangan intravena di vena sefalika
sebanyak 18 orang (34,6%). Sedangkan responden yang lokasi
pemasangan intravena di vena metacarpal sebanyak 18 orang (34,6%).
Pemasangan infus yaitu tindakan yang dilakukan pada pasien
yang memerlukan masukan cairan atau obat, langsung ke dalam
pembuluh darah vena, dalam jumlah dan waktu tertentu dengan
menggunakan infus set. Pemasangan infus merupakan prosedur invasif
dan merupakan tindakan yang sering dilakukan di rumah sakit. Namun,
hal ini tinggi resiko terjadinya infeksi yang akan menambah tingginya
biaya perawatan dan waktu perawatan. Tindakan pemasangan infus akan
berkualitas apabila dalam pelaksanaannya selalu mengacu pada standar
yang telah ditetapkan oleh rumah sakit (Priharjo, 2013).
Sebelum dilakukan pemasangan infus atau terapi intravena,
sebaiknya perawat harus paham terlebih dahulu bagaimana anatomi
pembuluh darah vena. Dengan memahami letak dan lokasi pembuluh-
pembuluh darah vena pada tubuh, akan semakin mempermudah perawat
untuk memilih vena yang tepat untuk melakukan pemasangan infus
(Perry & Potter, 2012).
Pada vena basilika ditemukan pada sisi ulnaris lengan bawah.
Vena ini berjalan ke atas pada bagian posterior atau belakang lengan dan
kemudian melengkung ke arah permukaan anterior atau region antekubiti.
Vena ini kemudian berjalan lurus ke atas dan memasuki jaringan yang
lebih dalam.
Keuntungan memilih vena basalika ini adalah sama seperti vena sefalika,
biasanya lebih lurus dari vena sefalika sedangkan Kerugiannya adalah
vena ini cenderung berputar yang menyebabkan posisi pasien mungkin
agak kurang nyaman selama pungsi vena (Hidayat, 2013).
38
39
2. Kejadian Phlebitis
Berdasarkan hasil penelitian bahwa responden yang tidak
phlebitis sebanyak 7 orang (13,5%). Responden yang phlebitis ringan
sebanyak 14 orang (26,9%). Responden yang phlebitis sedang sebanyak
40
B. Analisa Bivariat
1. Hubungan lokasi pemasangan terapi intravena dari persendian
dengan kejadian phlebitis di Ruang Teratai RSUD dr R. Soetrasno
Rembang
Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan hasil hipotesis
menggunakan uji Kendall Taudidapatkan nilai ρ value adalah 0,000 ( ≤
0,005) yang artinya signifikan ada hubungan.Dalam penelitian ini ada
hubungan lokasi pemasangan terapi intravena dari persendian dengan
kejadian phlebitis di Ruang Teratai RSUD dr R. Soetrasno Rembang.
Pada perhitungan korelasi juga didapatkan nilai r sebesar 0,472
(0,400-0,599) yang bermakna mempunyai korelasi yang cukup antara
variabel lokasi pemasangan intravena dengan kejadian phlebitis.Dari hasil
perhitungan tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa ada hubungan yang
cukup lokasi pemasangan terapi intravena dari persendian dengan
kejadian phlebitis di Ruang Teratai RSUD dr R. Soetrasno Rembang.
Faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya phlebitis diantaranya
obat yang dimasukkan dalam suntikan, kecepatan aliran infus serta
bahan kateter yang digunakan, ukuran kateter infus dan lokasi penusukan
yang tidak sesuai. Hasil penelitian didapatkan perawat yang patuh dalam
melaksanakan SOP pemasangan infus tetapi masih ada yang terjadi
phlebitis hal ini disebabakan karena faktor lain seperti tindakan
pengobatan yang dilakukan, penggunaan kateter infus yang kurang
sesuai dan pergerakan ekstermitas yang dipasang infus.
Phlebitis merupakan salah satu infeksi nosokomial yang sering
terjadi di rumah sakit. Ditandai dengan inflamasi vena yang disebabkan
oleh iritasi kimia, mekanik maupun bakteri. Hal ini ditunjukkan dengan
adanya daerah yang merah, nyeri dan pembengkakan di daerah
penusukan atau sepanjang vena. Di RSUD dr. R. Soetrasno Rembang
phlebitis merupakan infeksi nosokomial yang paling tinggi dibanding
infeksi nosokomial lainnya. didapatkan data infeksi nosokomial phlebitis
43
sebanyak 3,3 %, yang mana hasil ini masih termasuk tinggi karena
menurut standar Depkes RI angka phlebitis kurang atau sama dengan 1,5
%. Kejadian phlebitis masih sering terjadi di RSUD dr. R. Soetrasno
Rembang disebabkan karena lokasi pemasangan intravena yang kurang
sesuai.
Pada penelitian ini didapatkan ada responden yang mengalami
phlebitis berat sebanyak 7 orang, penangan awal yang dilakukan jika ada
timbul tanda-tanda phlebitis adalah mepaskan alat intravena,
meninggikan ekstremitas, mengkaji nadi distal terhadap area yang
phlebitis, menghindari pemasangan intravena berikutnya di bagian distal
vena yang meradang.
Penelitian yang sejalan dilakukan oleh Kamma (2010) dengan
judul hubungan antara pemasangan infus dengan kejadian phlebitis di
Rumah Sakit Prikasih Jakarta Selatan didapatkan hasil ada hubungan
yang bermakan antara lokasi pemasangan infus (pvalue = 0,042), jenis
cairan infus yang diberikan (pvalue = 0,001) dan pemasangan infus
(pvalue =0,011).
Hal ini juga sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh
Pasaribu, M (2008) dengan judul Analisis Pelaksanaan Standar
Operasional Prosedur Pemasangan Infus Terhadap Kejadian phlebitis Di
Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Haji Medan didapatkan hasil ada
hubungan antara perawat yang melaksanakan pemasangan infus sesuai
SOP dengan kejadian phlebitis pada pasien, hal ini terlihat dari p value
0,008. Dari 100 orang sampel yang di observasi terdapat kejadian
phlebitis sebanyak 52 orang (52%) dan yang tidak phlebitis 48 orang
(48%).
Penelitian yang sama yang dilakukan oleh Wayunah (2009)
tentang hubungan pengetahuan perawat tentang terapi infus dengan
kejadian phlebitis dan kenyamanan pasien di ruang rawat inap RSUD
Indramayu didapatkan hasil sebanyak 50.8% jumlah responden perawat
memiliki pengetahuan kurang baik, angka kejadian phlebitis sebesar 40%,
dan sebanyak 53.8% responden pasien merasa nyaman dengan
pemasangan infus yang dilakukan oleh perawat pelaksana. Hasil analisis
lanjut menunjukkan ada hubungan yang signifikan antara pengetahuan
44
perawat tentang terapi infus dengan kejadian phlebitis (p=0.000), dan ada
hubungan yang signifikan antara pengetahuan perawat tentang terapi
infus dengan kenyamanan (p=0.000).
Berdasarkan hasil penelitian didapatkan bahwa responden yang
mengalami phlebitis berat sebanyak 7 orang. Hal ini ditandai dengan
adanya bengkak pada daerah pemasangan dan teraba nyeri yang terjadi
muncul akibat aliran cairan infus tertahan pada daerah insersi yang
kemungkinan disebabkan oleh karena perubahan posisi abocath dalam
pembuluh darah vena. Sedangkan nyeri muncul akibat adanya bengkak
pada daerah insersi infus. Kemerahan serta teraba hangat merupakan
tanda peradangan lanjut setelah bengkak dan nyeri. Kemerahan serta
teraba hangat merupakan indikasi telah terjadinya peradangan dalam
waktu yang lama (Prajoko, 2011).
Hasil penelitian ini sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh
Perry dan Potter (2012) yang menyebutkan bahwa kejadian phlebitis
terjadi disebabkan karena tehnik insersi intravena yang tidak dilakukan
dengan benar dapat menyebabkan perlukaan pada lokasi insersi yang
dapat dijadikan sebagai port de entry bagi mikroorganisme. Adanya luka
menyebabkan mikroorganisme berkembang dan menyebabkan adanya
tanda-tanda phlebitis yang ditunjukkan dengan adanya bengkak pada
daerah pemasangan, teraba nyeri, kemerahan dan teraba hangat.
Menurut Perry dan Potter (2012) banyak faktor yang
mempengaruhi terjadinya phlebitis, yaitu faktor internal dan faktor
eksternal. Salah satu faktor eksternal adalah lokasi pemasangan infus.
Lokasi pemasangan infus menjadi salah satu faktor resiko yang
mengakibatkan phlebitis. Lokasi yang berdekatan dengan sendi sangat
rentan terhadap aliran darah yang statis
Dibutuhkan peran perawat untuk memilih lokasi yang tepat dalam
melakukan pemasangan intravena. Dibandingkan dengan lokasi vena
metacarpal berdasarkan hasil penelitian lebih dianjurkan untuk memilih
vena sefalika dan vena basilika dalam memilih lokasi pemasangan infus
C. Keterbatasan Penelitian
45
A. Simpulan
1. nilai rata-rata umur responden adalah 46,5 tahun, umur tengah (median)
dari responden adalah 46 tahun, dengan standar deviasi 13. Rentang
jarak umur adalah 56 tahun. Umur responden yang sering muncul adalah
45 tahun. Umur terendah 19 tahun dan umur tertinggi 75 tahun. Sebagian
besar berpendidikan SMP yaitu sebanyak 22 orang (42,3%). Pendidikan
SD sebanyak 12 orang (23,1%), pendidikan SMA sebanyak 14 orang
(26,9%). Sedangkan yang berpendidikan Perguruan Tinggi yaitu
sebanyak 4 orang (7,7%).
2. Responden yang lokasi pemasangan intravena di vena basilika sebanyak
16 orang (30,8%). responden yang lokasi pemasangan intravena di vena
sefalika sebanyak 18 orang (34,6%). Sedangkan responden yang lokasi
pemasangan intravena di vena metacarpal sebanyak 18 orang (34,6%).
3. Responden yang tidak phlebitis sebanyak 7 orang (13,5%). Responden
yang phlebitis ringan sebanyak 14 orang (26,9%). Responden yang
phlebitis sedang sebanyak 24 orang (46,2%). Sedangkan responden
yang phlebitis berat sebanyak 7 orang (13,5%). Ada hubungan yang
signifikan lokasi pemasangan terapi intravena dari persendian dengan
kejadian phlebitis di Ruang Teratai RSUD dr R. Soetrasno Rembang
dengan p value 0,000.
B. Saran
1. Bagi Rumah Sakit
Hasil penelitian ini dapat digunakan bagi RSUD dr R. Soetrasno
Rembang sebagai acuan dalam meningkatkan mutu layanan kesehatan
khususnya tentang pencegahan infeksi nosokomial akibat tindakan invasif
pemasangan infus melalui pembaharuan SOP pemasangan infus dengan
lebih spesifik menentukan lokasi pemasangan infus.
2. Bagi Institusi Pendidikan
Sebagai bahan referensi dan sumber literatur bagi institusi
pendidikan mengenai kejadian phlebitis.
46
47
DAFTAR PUSTAKA
Brunner dan Sudarth (2012). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8
Volume 2. EGC: Jakarta.
Lee KE (2010) Efek Metode Aseptik Dressing dalam Plebitis. EGC : Jakarta.
JADWAL PENELITIAN
TAHUN 2017
No Keterangan
Maret April Mei Juni Juli Ags Sept Okt Nov Des Jan
1 KONSUL JUDUL
2 PENGAMBILAN DATA AWAL
3 KONSUL BAB I-III
4 UJIAN PROPOSAL
5 PENGUMPULAN DATA
PENELITIAN
6 BIMBINGAN BAB 4-6
7 UJIAN SKRIPSI
8 REVISI DAN PENGUMPULAN
SKRIPSI
Lampiran 6
Responden,
( )
Lampiran 7
Rembang,Desember 2017
Dengan hormat,
Yang bertanda tangan di bawah ini, saya:
Penelitian ini tidak menimbulkan akibat yang merugikan kepada semua pihak.
Kerahasiaan semua informasi yang diberikan akan dijaga dan hanya digunakan
untuk kepentingan penelitian. Guna keperluan tersebut saya mohon kesediaan
bapak/ibu/saudara menjadi responden dalam penelitian ini.
Demikian permohonan ini, atas bantuan dan kerjasamanya saya ucapkan terima
kasih.
Peneliti
Lampiran 8
Nama :
NIP :
Dengan ini bersedia sebagai asisten peneliti dalam penelitian yang berjudul
“HUBUNGAN LOKASI PEMASANGAN TERAPI INTRAVENA DARI
PERSENDIAN DENGAN KEJADIAN PHLEBITIS DI RUANG TERATAI RSUD dr.
R. SOETRASNO REMBANG”.
Kegiatan ini dilakukan atas dasar tanpa paksaan dan akan membantu melakukan
observasi dan melakukan pengisian observasi di lembar observasi responden
selama responden terpasang terapi intravena.
Mengetahui
Asisten Peneliti
Nama.........................
NIP.............................
Lampiran 9
Pihak I (Peneliti)
Memberikan hak dan wewenang dalam pelimpahan tugas untuk meneliti kepada
:
Nama :
NIP :
Unit Kerja : Ruang Teratai RSUD dr. R. Soetrasno Rembang
Pihak I Pihak II
LEMBAR OBSERVASI
Kode Responden :
A. Karakteristik Responden :
1. Umur : ........... tahun
2. Pendidikan :
a. SD
b. SMP
c. SMA
d. Perguruan Tinggi
B. Check List Lokasi Pemasangan Terapi Intravena
Hari : Lokasi Pemasangan Infus Kode
Tanggal : Metacarpal Sefalika Basilika 1 2 3 4 5
Jam :
Kode :
5. Tidak phlebitis : jika mendapat skor 0
6. Ringan : jika mendapat skor 1-2
7. Sedang : jika mendapat skor 3-4
8. Berat : jika mendapat skor 5
C. Check List Visual Phlebitis Score
b. Eritema
c. Indurasi
Semua dari berikut jelas:
Nyeri sepanjang kanula
Eritema
Indurasi
Venous cord teraba
Semua dari berikut jelas:
Nyeri sepanjang kanula
Eritema
Indurasi
Venous cord teraba
Demam
Lampiran 11.
Frequencies
Statistics
LOKASI
PEMASA KEJADIAN
UMUR PENDIDIKAN NGAN PHLEBITIS
N Valid 52 52 52 52
Missing 0 0 0 0
Mean 46,5962 2,1923 2,0385 2,5962
St d. Error of Mean 1,80419 ,12293 ,11310 ,12361
Median 46,0000 2,0000 2,0000 3,0000
Mode 45,00a 2,00 2,00a 3,00
St d. Deviation 13,01019 ,88647 ,81557 ,89134
Variance 169,265 ,786 ,665 ,794
Range 56,00 3,00 2,00 3,00
Minimum 19,00 1,00 1,00 1,00
Maximum 75,00 4,00 3,00 4,00
Sum 2423,00 114,00 106,00 135,00
Percentiles 10 28,6000 1,0000 1,0000 1,0000
20 34,6000 1,0000 1,0000 2,0000
25 37,2500 2,0000 1,0000 2,0000
30 39,9000 2,0000 1,0000 2,0000
40 44,2000 2,0000 2,0000 2,2000
50 46,0000 2,0000 2,0000 3,0000
60 50,8000 2,0000 2,0000 3,0000
70 55,0000 3,0000 3,0000 3,0000
75 55,7500 3,0000 3,0000 3,0000
80 58,0000 3,0000 3,0000 3,0000
90 64,5000 3,0000 3,0000 4,0000
a. Multiple modes ex ist. The smalles t value is shown
Frequency Table
UMUR
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid 19,00 1 1,9 1,9 1,9
20,00 1 1,9 1,9 3,8
23,00 1 1,9 1,9 5,8
28,00 2 3,8 3,8 9,6
30,00 2 3,8 3,8 13,5
31,00 1 1,9 1,9 15,4
34,00 2 3,8 3,8 19,2
35,00 2 3,8 3,8 23,1
37,00 1 1,9 1,9 25,0
38,00 1 1,9 1,9 26,9
39,00 1 1,9 1,9 28,8
40,00 1 1,9 1,9 30,8
41,00 1 1,9 1,9 32,7
43,00 2 3,8 3,8 36,5
44,00 2 3,8 3,8 40,4
45,00 3 5,8 5,8 46,2
46,00 3 5,8 5,8 51,9
47,00 1 1,9 1,9 53,8
48,00 1 1,9 1,9 55,8
49,00 1 1,9 1,9 57,7
50,00 1 1,9 1,9 59,6
51,00 1 1,9 1,9 61,5
52,00 1 1,9 1,9 63,5
53,00 3 5,8 5,8 69,2
55,00 3 5,8 5,8 75,0
56,00 2 3,8 3,8 78,8
58,00 3 5,8 5,8 84,6
59,00 2 3,8 3,8 88,5
61,00 1 1,9 1,9 90,4
66,00 1 1,9 1,9 92,3
67,00 1 1,9 1,9 94,2
68,00 1 1,9 1,9 96,2
72,00 1 1,9 1,9 98,1
75,00 1 1,9 1,9 100,0
Total 52 100,0 100,0
PENDIDIKAN
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid SD 12 23,1 23,1 23,1
SMP 22 42,3 42,3 65,4
SMA 14 26,9 26,9 92,3
PT 4 7,7 7,7 100,0
Total 52 100,0 100,0
LOKASI PEMASANGAN
Cumulative
Frequency Percent Valid Perc ent Percent
Valid BASILIKA 16 30,8 30,8 30,8
SEFALIKA 18 34,6 34,6 65,4
METACARPAL 18 34,6 34,6 100,0
Total 52 100,0 100,0
KEJADIAN PHLEBITIS
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid TIDAK PHLEBITIS 7 13,5 13,5 13,5
RINGAN 14 26,9 26,9 40,4
SEDANG 24 46,2 46,2 86,5
BERAT 7 13,5 13,5 100,0
Total 52 100,0 100,0
Crosstabs
Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
LOKASI PEMASANGAN *
52 100,0% 0 ,0% 52 100,0%
KEJADIAN PHLEBITIS
KEJADIAN PHLEBITIS
TIDAK
PHLEBITIS RINGAN SEDANG BERAT Total
LOKASI BASILIKA Count 6 6 3 1 16
PEMASANGAN % of Total 11,5% 11,5% 5,8% 1,9% 30,8%
SEFALIKA Count 1 5 11 1 18
% of Total 1,9% 9,6% 21,2% 1,9% 34,6%
METACARPAL Count 0 3 10 5 18
% of Total ,0% 5,8% 19,2% 9,6% 34,6%
Total Count 7 14 24 7 52
% of Total 13,5% 26,9% 46,2% 13,5% 100,0%
Nonparametric Correlations
Corre lations
LOKASI
PEMASA KEJADIAN
NGAN PHLEBITIS
Kendall's t au_b LOKASI PEMASANGANCorrelation Coeffic ient 1,000 ,472**
Sig. (2-tailed) . ,000
N 52 52
KEJADIAN PHLEBITIS Correlation Coeffic ient ,472** 1,000
Sig. (2-tailed) ,000 .
N 52 52
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
Bar Chart
UMUR
3.0
2.5
2.0
Frequency
1.5
1.0
0.5
0.0
19 20 23 28 30 31 34 35 37 38 39 40 41 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52 53 55 56 58 59 61 66 67 68 72 75
,0 ,0 ,0 ,0 ,0 ,0 ,0 ,0 ,0 ,0 ,0 ,0 ,0 ,0 ,0 ,0 ,0 ,0 ,0 ,0 ,0 ,0 ,0 ,0 ,0 ,0 ,0 ,0 ,0 ,0 ,0 ,0 ,0 ,0
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
UMUR
PENDIDIKAN
25
20
Frequency
15
10
0
SD SMP SMA PT
PENDIDIKAN
LOKASI PEMASANGAN
20
15
Frequency
10
0
BASILIKA SEFALIKA METACARPAL
LOKASI PEMASANGAN
KEJADIAN PHLEBITIS
25
20
Frequency
15
10
0
TIDAK PHLEBITIS RINGAN SEDANG BERAT
KEJADIAN PHLEBITIS
Bar Chart
12
KEJADIAN PHLEBITIS
TIDAK PHLEBITIS
RINGAN
10 SEDANG
BERAT
8
Count
0
BASILIKA SEFALIKA METACARPAL
LOKASI PEMASANGAN