Anda di halaman 1dari 14

‫سللم لعلميمكم ورمحمةم ا ل‬

‫ل لوبَلبلرلكاَمتهُم‬ ‫م لل ل‬ ‫ال س م‬
‫لل‬ ‫ل‬ ‫ل‬ ‫ل ل‬ ‫لل‬ ‫لل‬ ‫ل‬ ‫ل‬ ‫لل‬
‫ لممن يلبمهده الم‬،َ‫إلسن الملحمملد للسهُ نلمحلممدهم لونلمستل معيبنمهُم لونلمستلبغمفمرمه لونلمستلبمهديمهُ لونلبمعوُذم لبَاَل ممن مشمرمولر ألنمبمفسلناَ لوممن لسيلئاَت ألمعلماَللنا‬
‫ل‬ ‫ضسل لهُ ومن ي م ل‬ ‫فللل م ل‬
‫ُ لاللسمهسم ل‬.ُ‫ُ ألمشلهمد ألمن لل إللهُل إللس ال لوألمشلهمد ألسن مملحسمددا لعمبمدهم لولرمسموُلممه‬.ُ‫ي لمه‬
‫صيل لولسليمم‬ ‫ضلمل فللل لهاَد ل‬ ‫م لل م م‬ ‫م‬
‫صمحبللهُ لولملن امهتللدىَ بَلمهلداهم إلللىَ يلبموُلم الملقلياَلملة‬ ‫لل‬ ‫د‬
‫لولبَاَلرمك لعللىَ مملحسمد لولعللىَ آلهُ لو ل‬
ُ‫ألسماَ بَلبمعمد؛‬
Yang saya hormati Bapak / ibu hadirin sekalian
Dan yang saya sayangi rekan-rekan generasi bangsa.
Baiklah tanpa memperpanjang pembukaan pidato saya, langsung saja judul pidato saya yaitu tentang Akhlakul Karimah.

Karimah adalah kunci untuk memperoleh kerukunan, kebahagiaan, ketenangan, dan sebagainya dalam hidup. Dengan
akhlakul karimah kita dapat menciptakan kerukunan antara sesama dan juga untuk menciptakan kebahagiaan dunia / akhirat.
Akhlakul karimah adalah suatu perbuatan / tingkah laku yang baik, seperti misalnya saling hormat menghormati, tolong
menolong dan hal hal lain yang berbentuk baik untuk diri kita pribadi dan untuk orang lain secara umum. Berbuat baik
kepada sesama adalah kewajiban bagi setiap manusia, sebagaimana firmankan oleh Allah SWT, dalam al-Quran surat al
baqoroh ayat 83 yang Artinya :

Perintah tersebut memewajibkan kepada kita untuk senantiasa selalu berbuat baik kepada kedua orang tua, wajib berbuat baik
terhadap sesama, berbuat baik terhadap anak yatim dan berbuat baik terhadap orang – orang miskin atau orang yang tidak
mampu. Selain itu kita juga di wajibkan untuk senantiasa selalu mengucapkan kata – kata yang baik dengan sesama manusia.
Jadi pada ayat tersebut dijelaskan bahwa selain memerintahkan kita untuk melaksanakan sholat dan membayar berzakat, ayat
tersebut memerintahkan kepada kita untuk senantiasa selalu berbuat baik dengan sesama manusia.

Hadirin sekalian yang dirahmati Allah


Dari keterangan pada ayat tersebut diatas sudah terlihat jelas bahwasanya kenyataan dalam hidup ini kita harus senantiasa
selalu melakukan hal yang terbaik, baik itu untuk diri kita sendiri pribadi ataupun untuk orang lain “masyarakat umum”.
Didalam Al-quran Allah SWT juga befirman yang artinya :

"…dan berbuat baiklah karena sesungguhnya Allah SWT menyukai orang – orang yang berbuat baik.." (QS. al-baqoroh, 195)

Hadirin hadirat yang dimuliyakan oleh Allah SWT


Marilah kita selalu membiasakan diri untuk berbuat baik kepada diri sendiri dan sesama, meningkatkan ketaqwaan kita
dengan senantiasa selalu berbuat baik, saling menghargai, saling menghormati, menjalankan segala yang telah di perintahkan
oleh Allah SWT dan menjauhi segala hal yang dilarangnya.

Saya kira sampai disinilah pidato yang bisa saya sampaikan pada kesempatan kali ini. Terima kasih atas perhatian anda
semua dan mohon maaf atas segala kekurangan.

‫ق يو اللةهيد ا ييةة يو الرر ي‬


‫ضىَ يو الةعيناَ ييةة‬ ‫يو ةباَ لة التتلو فةلي ة‬

ُ‫يو ا لتسلي تم يعليليتكلم يو يرلحيمةت اة يو بييريكاَ تته‬


‫سللم لعلميمكم ورمحمةم ا ل‬
‫ل لوبَلبلرلكاَمتهُم‬ ‫م لل ل‬ ‫ال س م‬
‫لل‬ ‫ل‬ ‫ل‬ ‫ل ل‬ ‫لل‬ ‫لل‬ ‫ل‬ ‫ل‬ ‫لل‬
‫ لممن يلبمهده الم‬،َ‫إلسن الملحمملد للسهُ نلمحلممدهم لونلمستل معيبنمهُم لونلمستلبغمفمرمه لونلمستلبمهديمهُ لونلبمعوُذم لبَاَل ممن مشمرمولر ألنمبمفسلناَ لوممن لسيلئاَت ألمعلماَللنا‬
‫ل‬ ‫ضسل لهُ ومن ي م ل‬ ‫فللل م ل‬
‫ُ لاللسمهسم ل‬.ُ‫ُ ألمشلهمد ألمن لل إللهُل إللس ال لوألمشلهمد ألسن مملحسمددا لعمبمدهم لولرمسموُلممه‬.ُ‫ي لمه‬
‫صيل لولسليمم‬ ‫ضلمل فللل لهاَد ل‬ ‫م لل م م‬ ‫م‬
‫صمحبللهُ لولملن امهتللدىَ بَلمهلداهم إلللىَ يلبموُلم الملقلياَلملة‬ ‫لل‬ ‫د‬
‫لولبَاَلرمك لعللىَ مملحسمد لولعللىَ آلهُ لو ل‬
ُ‫ألسماَ بَلبمعمد؛‬
Hadirin yang saya hormati.
Lidah yang kita pakai untuk berbicara memang tak bertulang, tak berbahaya jika kita lihat dengan kasat mata. Tetapi jika
lidah itu mulai memaki, mencela dan mengeluarkan perkataan kotor lainnya yang terlihat menjadi berbeda. Suatu
perumpamaan yang sering kita dengar ialah “mulutmu harimaumu”. Dalam istilah tersebut tersirat bahwa senjata manusia
adalah lidahnya, jika lidah itu dipakai untuk perkataan yang baik maka akan membawa kebaikan. Dan jika lidah itu dipakai
untuk perkataan yang kotor maka akan membawa keburukan untuk kita. Rasulullah SAW bersabda : yang artinya :

“Barang siapa yang menjaga anggota tubuhnya yang terletak antara kedua tulang rahangnya dan antara kedua pahanya,
niscaya aku memberinya jaminan masuk Surga”[HR. Al. Bukhari]

Setiap tutur kata yang keluar dari lisan kita menunjukkan ekspresi isi hati dan pikiran kita. Jika kita mampu menahan diri,
menahan lisan kita, sehingga dalam keadaan marahpun kita tak harus menyakiti orang lain sungguh kita termasuk orang-
orang yang berjiwa besar. Bukan berarti kita menjadi orang yang tak jujur dengan hati kita sendiri, tetapi dalam keadaan
emosi pintu untuk setan masuk terbuka lebar. Jika kita mengikuti hawa nafsu dan mengeluarkan kata-kata keji maka setan
yang akan menang. Ia akan merasuk terus menerus bukan hanya mempengaruhi lisan kita tapi akan berlanjut mengotori hati
kita.

Hati diciptakan suci untuk membawa kita kejalan kebenaran. Tetapi jika kita tak mampu menjauhkannya dari hal-hal yang
dapat mengotorinya, maka hati kita akan tercemar oleh keburukan. Naudzubillah…. Maka dari itu, menjaga lisan kita sama
dengan menjaga hati kita tetap suci dan mencerminkan kepribadian yang luhur. Setiap perkataan yang keluar dari lisan kita
senantiasa akan terlebih dahulu dipikirkan dan ditimbang baik-baik. Maka semakin lemah kontrol terhadap buah lisan
menjadi bukti nyata akan buruknya jiwa kita.

Dalam menjalani kehidupan ini, kita mempunyai dua hubungan yang harus dijaga sebaik-baiknya yaitu Habbluminallah
(Kepada Allah) dan Habluminannas (Kepada Sesama Manusia). Hubungan dengan Allah dilakukan dengan beriman dan
bertakwa, mentaati perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya. Dan hubungan dengan manusia adalah bagaimana kita
menjaga hubungan baik dengan keluarga, tetangga, teman, rekan kerja, atau bahkan orang yang belum kita kenal sama sekali.
Semua itu bisa kita raih dengan tutur kata yang baik, orang mana yang akan tahu jika kita bermaksud baik jika kita tidak
berkata-kata. Bertutur kata yang baik dan keramahan yang kita tunjukan ketika kita berinteraksi dimasyarakat akan
memudahkan kita untuk diterima dilingkungan masyarakat manapun. Inilah nikmat dari menjaga lisan selain surga sebagai
jaminannya. Semoga kita semua termasuk kedalam golongan orang-orang yang menjaga lisannya. Amin Ya Rabbal Alamin.

Saya kira sampai disinilah pidato yang bisa saya sampaikan pada kesempatan kali ini. Terima kasih atas perhatian anda
semua dan mohon maaf atas segala kekurangan.

‫ق يو اللةهيد ا ييةة يو الرر ي‬


‫ضىَ يو الةعيناَ ييةة‬ ‫يو ةباَ لة التتلو فةلي ة‬

ُ‫يو ا لتسلي تم يعليليتكلم يو يرلحيمةت اة يو بييريكاَ تته‬


‫ل‬
‫السسللمم لعلميمكمم لولرمحلةم ال لوبَلبلرلكاَتمهم‬
‫َنْ ألمشلهمد المن للإللهل إللس الل لومحلدهم لللشبلريم ل‬،‫ي لعللىَ أممممولر الددنمبلياَ لوالبديملن‬ ‫ل ل‬ ‫الممد لللله ر ب ل‬
‫ك لبهم لوألمشبلهمد‬ ‫َنْ لوبَله نلمستلع م م‬،‫ي‬
‫ب اللعاَلم م ل‬ ‫ل‬ ‫لم‬
‫َنْ لسب بيبلدلناَ لولمموللنلبباَ مملسمب بدد لولعلببىَ آللبل بله‬،‫ف اللنمبليلبباَلء لوالمرلسب بللمي‬
‫صب بللةم والسسب بللم علب بىَ ألمشب بر ل‬
‫ل‬ ‫ل‬ ‫ل‬ ‫م‬ ‫ل‬ ‫َنْ لوال س‬،‫السن مملسمب بددا لعمبب بمدهم لولرمسب بمولمهم‬
‫م‬ ‫ل ل‬
‫صلحاَبَله ألمجلع م ل‬
ُ.‫ي ألسماَ بَلبمعمد‬ ‫لوأل م‬

Pengertian Musibah dalam Agama Islam mempunyai pengertian tersendiri. Musibah yang Allah berikan terhadap
mahkluknya tidak selamanya dapat diartikan sebagai kemarahan Allah, begitu pula dengan nikmat yang diberikan-Nya, tidak
selamanya sebagai pertanda mendapat keridhaan-Allah SWT. Tetapi, bahagia dan musibah kedua-duanya akan kita akan
rasakan, semua itu dimaksudkan untuk menguji iman seorang mukmin dengan kebaikan dan kejelekan, agar dengan ujian ini
Allah dapat mengetahui sampai di mana kebenaran imannya. Sebagaimana Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

‫ط فيليهُت التسيخطت‬
‫ضاَ يويملن يسةخ ي‬
‫ضيي فيليهُت الرر ي‬ ‫اي إةيذا أييح ت‬
‫ب قيلومماَ البتيليهتلم فييملن ير ة‬ ‫إةتن ت‬
“Sesungguhnya jika Allah mencintai suatu kaum maka Dia akan menguji mereka. Barang siapa yang ridho (terhadap ujian
tersebut) maka baginya ridho Allah dan barang siapa yang marah (terhadap ujian tersebut) maka baginya murka-Nya.” (HR.
Tirmidzi dan Ibnu Majah At Tirmidzi berkata bahwa hadits ini Hasan Ghorib)

Dari Mush’ab bin Sa’id (seorang tabi’in) dari ayahnya berkata,


“Wahai Rasulullah, siapakah yang paling berat ujiannya?” Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab,
“Para Nabi, kemudian yang semisalnya dan semisalnya lagi. Seseorang akan diuji sesuai dengan kondisi agamanya. Apabila
agamanya begitu kuat (kokoh), maka dia akan mendapat ujian begitu kuat. Apabila agamanya lemah, maka dia akan diuji
sesuai dengan agamanya. Senantiasa seorang hamba akan mendapatkan cobaan hingga dia berjalan di bumi dalam keadaan
bersih dari dosa.” (HR. Tirmidzi. At Tirmidzi mengatakan bahwa hadits ini hasan shohih)

Hadirin yang berbahagia

Lalu seperti apakah kita ketika mendapat musibah yang sangat menyakitkan hati, semisal kejadian tsunami di Aceh yang
membuat keluarga dan sanak sodara kita meninggal. Apa yang akan kita katakan kepada Allah SWT? Apakah kita akan
marah-marah? Menuding Allah tidak menyayangi kita hingga mengambil orang-orang yang kita sayang? Renungkanlah
hadist yang telah kita bahas tadi. Apakah masih pantas kita memaki karena musibah yang kita dapatkan? Jika musibah ini
ternyata membuat dosa kita dihapuskan?. Sungguh Maha Besar Allah dengan segala nikmat-Nya. Ketika seseorang bisa
bersabar atas musibah atau ujian yang Allah berikan padanya sungguh orang tersebuta adalah orang beruntung. Allah SWT
berfirman,

” Dan sungguh, Kami benar-benar menguji kalian dengan sedikit dari rasa takut, lapar, krisis moneter, krisis jiwa dan krisis
buah-buahan. Sampaikanlah kabar gembira bagi orang-orang yang sabar. Yaitu orang-orang yang apabila ditimpa musibah,
mereka berkata, ‘Innalilahi wa ina ilaihi rajiun (Kami milik Allah dan hanya kepada-Nya lah kami akan kembali)’. Mereka
lah orang-orang yang mendapatkan keberkahan dan kasih sayang dari Rabb mereka dan mereka itulah orang-orang yang
mendapatkan petunjuk.” (QS. Al Baqarah:155-157).

Apabila seorang hamba bersabar dan imannya tetap tegar maka akan ditulis namanya dalam daftar orang-orang yang sabar.
Apabila kesabaran itu memunculkan sikap ridha maka ia akan ditulis dalam daftar orang-orang yang ridha. Dan jikalau
memunculkan pujian dan syukur kepada Allah maka dia akan ditulis namanya bersama-sama orang yang bersyukur. Jika
Allah mengaruniai sikap sabar dan syukur kepada seorang hamba maka setiap ketetapan Allah yang berlaku padanya akan
menjadi baik semuanya

Saya kira sampai disinilah pidato yang bisa saya sampaikan pada kesempatan kali ini. Terima kasih atas perhatian anda
semua dan mohon maaf atas segala kekurangan.

‫ق يو اللةهيد ا ييةة يو الرر ي‬


‫ضىَ يو الةعيناَ ييةة‬ ‫يو ةباَ لة التتلو فةلي ة‬

ُ‫يو ا لتسلي تم يعليليتكلم يو يرلحيمةت اة يو بييريكاَ تته‬


‫ل‬
‫السسللمم لعلميمكمم لولرمحلةم ال لوبَلبلرلكاَتمهم‬
‫ك لبهم لوألمشبلهمد السن‬ ‫َنْ ألمشلهمد المن للإللهل إللس الل لومحلدهم لللشبلريم ل‬،‫ي لعللىَ أممممولر الددنمبلياَ لوالبديملن‬ ‫ل ل‬
‫َنْ لوبَله نلمستلع م م‬،‫ي‬
‫ل‬ ‫َنْ اللمممد لللله لر ب‬،‫بَسم ال الرحن الرحيم‬
‫ب اللعاَلم م ل‬
‫يب لولمبمن تلبللعمهبمم بَللإمحلسباَدن‬ ‫ل ل‬ ‫لل‬ ‫د‬ ‫ل‬ ‫ل‬ ‫ل‬ ‫ل‬
‫صبلحاَبَله ألمجلع م ل‬
‫َنْ لسيبدلناَ لولممولللناَ مملسمد لولعللىَ آلله لوأل م‬،‫صللةم لوالسسللمم لعللىَ ألمشلرف اللنمبللياَء لوالممرلسلمي‬ ‫َنْ لوال س‬،‫مملسمددا لعمبمدهم لولرمسمولمهم‬
ُ.‫ُ ألسماَ بَلبمعمد‬.‫ل يلبمولم البديملن‬
‫إل‬
‫ل‬

Segala puji dan syukur marilah bersama-sama kita panjatkan kehadirat Allah subhanahu wata'ala atas segala limpahan nikmat
dan karunia-Nya, sehingga kita bisa berkumpul di tempat ini bersama-sama. Berkumpul dalam sebuah kondisi yang kita
idam-idamkan, yaitu berada dalam keadaan bertakwa kepada Allah.

Shalawat dan salam semoga senantiasa tercurah kepada Nabi Muhammad saw. Dialah panutan ummat muslim sedunia, suri
tauladan, panutan yang patur dicontoh oleh setiap muslim tanpa memandang suku, ras dan golongan. Beliau juga panutan
bagi setiap muslim dimana saja ia berada, dan patut untuk diteladani perilakunya kapan saja.

Hadirin yang berbahagia...


Begitu banyak nikmat yang telah Allah anugerahkan kepada manusia. Sangat banyak dan tak terbilang jumlahnya. Saking
banyaknya, tak ada seorangpun yang mampu untuk menghitungnya. Dari sekian banyak nikmat Allah itu, hanya satu hal
yang Allah tuntut atas manusia, yaitu bersyukur.

Menjadi manusia yang pandai bersyukur. Bersyukur atas nikmat rejeki, nikmat kesehatan, nikmat hidup, nikmat berupa
ketenangan jiwa, nikmat atas pemanfaatan alam lingkungan, dan lain sebagainya. Sudahkah kita berusaha untuk menjadi
hamba yang pandai bersyukur?

Kita ambil contoh kecil saja. Allah karuniakan kepada kita sepasang mata. Dengan mata itu, kita bisa melihat indahnya dunia
ini. Dengan mata itu pula kita bisa membaca, berjalan tanpa salah arah dan berbagai hal lainnya. Nikmat Allah itu memang
baru akan terasa begitu besar dan bernilainya, ketika nikmat itu telah hilang dari diri kita.

Hadirin yang berbahagia...


Andai saja, Allah mencabut nikmat sepasang mata ini, sungguh apapun akan manusia korbankan agar nikmat mata itu bisa
kembali ada pada dirinya. Berobat kesana-kemari, dengan tenaga dokter ahli yang berbayar mahal, di rumah sakit dengan
peralatan yang serba canggih. Tidak terbayangkan, berapa banyak biaya yang harus ia keluarkan untuk itu.

Nah, hari ini Allah memberikan nikmat berupa kedua mata ini kepada kita secara gratis. Tanpa harus membeli atau menyewa.
Semua itu Allah berikan secara cuma-cuma. Hanya saja, kebanyakan manusia itu memang lalai. Mata digunakan untuk
melihat kemaksiatan dan kemungkaran.

Itu baru satu contoh kecil nikmat Allah yang ada pada manusia. Padahal, selain mata, masih banyak sekali nikmat Allah yang
ada pada tubuh kita. Belum lagi nikmat-nikmat lain yang Allah berikan kepada manusia.

Untuk itu, dalam kesempatan yang baik ini, marilah kita instrospeksi diri kita masing-masing. Sudahkah kita bersuyukur
kepada Allah? Mata digunakan melihat hal-hal yang bermanfaat, mulut digunakan untuk mengagungkan asma Allah, nasehat
menasehati manusia agar senantiasa taat kepada Allah. Telinga digunakan untuk mendengarkan ayat-ayat suci Al Quran dan
hal-hal lain yang bermanfaat. begitu juga dengan tangan kita, kaki kita, tubuh kita dan lain sebagainya.

Hadirin yang dimulyakan Allah..


Dalam kesempatan kali ini, kami kembali menghimbau pada diri kami pribadi, juga kepada hadirin semua, marilah kita
selalu berupaya dan berusaha untuk menjadi hamba Allah yang pandai bersyukur. Beruntunglah aorang-orang yang pandai
bersyukur dan amat merugilah aorang-orang yang mengkufuri nikmat Alah itu.

Sekian pidato singkat tentang mensyukuri nikmat Allah ini kami sampaikan. Yang benar datangnya dari Allah dan yang salah
maka itu datangnya dari diri kami pribadi dan juga bisikan syetan yang selalu menggoda.

‫ق يو اللةهيد ا ييةة يو الرر ي‬


‫ضىَ يو الةعيناَ ييةة‬ ‫يو ةباَ لة التتلو فةلي ة‬

ُ‫يو ا لتسلي تم يعليليتكلم يو يرلحيمةت اة يو بييريكاَ تته‬


Hari akhirat adalah hari setelah kematian yang wajib diyakini kebenarannya oleh setiap orang yang beriman kepada Allah
Azza wa Jalla dan kebenaran agama-Nya. Hari itulah hari pembalasan semua amal perbuatan manusia, hari perhitungan yang
sempurna dan hari ditampakkannya semua perbuatan yang tersembunyi sewaktu di dunia. Juga pada hari itu orang-orang
yang melampaui batas akan berkata penuh penyesalan:

‫ييتقوتل يياَ ليليتيةني قيتدلم ت‬


‫ت لةيحيياَةتي‬

“Duhai, alangkah baiknya kiranya aku dahulu mengerjakan (amal shalih) untuk hidupku ini.”[al-Fajr/89:24]

Maka hendaknya setiap Muslim yang mementingkan keselamatan dirinya benar-benar memberikan perhatian besar dalam
mempersiapkan diri dan mengumpulkan bekal untuk menghadapi hari yang kekal abadi ini. Karena pada hakikatnya, hari
inilah masa depan bagi manusia yang sesungguhnya. Kedatangan hari tersebut sangat cepat seiring dengan cepat berlalunya
usia manusia. Allah Azza wa Jalla berfirman:

“JADILAH KAMU DI DUNIA SEPERTI ORANG ASING…”


Dunia adalah tempat persinggahan sementara dan sebagai ladang akhirat tempat kita mengumpulkan bekal untuk menempuh
perjalanan menuju negeri yang kekal abadi itu. Barangsiapa yang mengumpulkan bekal yang cukup, maka dengan izin Allah
Azza wa Jalla dia akan sampai ke tujuan dengan selamat, dan barang siapa yang bekalnya kurang maka dikhawatirkan dia
tidak akan sampai ke tujuan.

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam mengajarkan sikap yang benar dalam kehidupan di dunia dengan sabdanya: “Jadilah
kamu di dunia seperti orang asing atau orang yang sedang melakukan perjalanan” [5]

Hadits ini sebagai nasehat bagi orang beriman, bagaimana seharusnya dia menempatkan dirinya dalam kehidupan di dunia.
Karena orang asing (perantau) atau orang yang sedang melakukan perjalanan adalah orang yang hanya tinggal sementara;
tidak terikat hatinya pada tempat persinggahannya, serta terus merindukan kembali ke kampung halamannya. Demikianlah
keadaan seorang Mukmin di dunia yang hatinya, selalu terikat dan rindu kembali ke kampung halaman yang sebenarnya,
yaitu surga tempat tinggal pertama kedua orang tua kita, Adam Alaihissallam dan istrinya Hawa, sebelum mereka berdua
diturunkan ke dunia.

Sikap hidup ini menjadikan seorang Mukmin tidak panjang angan-angan dan terlalu muluk dalam menjalani kehidupan
dunia, karena “barangsiapa yang hidup di dunia seperti orang asing, maka dia tidak punya keinginan kecuali mempersiapkan
bekal yang bermanfaat baginya ketika kembali ke akhirat. Dia tidak berambisi dan berlomba bersama orang-orang yang
mengejar kemewahan dunia, karena keadaannya seperti perantau, yaitu tidak merasa risau dengan kemiskinan dan rendahnya
kedudukannya.” [8].

Maka sesuai dengan keadaan seorang hamba di dunia dalam melakukan ketaatan kepada Allah Azza wa Jalla dan
meninggalkan perbuatan maksiat, begitu pula keadaannya di akhirat kelak. Semakin banyak dia berbuat baik di dunia akan
semakin banyak pula kebaikan yang akan di raihnya di akhirat nanti, yang berarti semakin besar pula peluangnya meraih
keselamatan menuju surga.

Termasuk peristiwa besar pada hari Kiamat adalah melintasi ash-Shirâth (jembatan) yang dibentangkan di atas permukaan
neraka Jahannam, di antara surge dan neraka. Dalam hadits yang shahîh [22] disebutkan bahwa keadaan orang yang melintasi
jembatan tersebut bermacam-macam; sesuai dengan amal perbuatan mereka sewaktu di dunia. “Ada yang melintasinya
secepat kedipan mata, ada yang secepat kilat, ada yang secepat angin, ada yang secepat kuda pacuan yang kencang, ada yang
secepat menunggang onta, ada yang berlari, ada yang berjalan, ada yang merangkak, dan ada yang disambar dengan pengait
besi kemudian dilemparkan ke dalam neraka Jahannam” [23] – na’ûdzu billâhi min dâlik – .

“BALASAN AKHIR YANG BAIK (SURGA) BAGI ORANG-ORANG YANG BERTAKWA”


Akhirnya, perjalanan manusia akan sampai pada ujungnya; surga yang penuh kenikmatan, atau neraka yang penuh dengan
siksaan yang pedih. Di sinilah Allah Azza wa Jalla akan memberikan balasan yang sempurna bagi manusia sesuai dengan
amal perbuatan mereka di dunia.

Maka balasan akhir yang baik hanya Allah Azza wa Jalla peruntukkan bagi orang-orang yang bertakwa dan membekali
dirinya dengan ketaatan kepada-Nya, serta menjauhi perbuatan yang menyimpang dari agama-Nya.
KONSEP PERSAUDARAAN DALAM ISLAM

"Sesungguhnya orang-orang mu'min itu bersaudara kerena itu damaikanlah antara kedua saudaramu dan bertakwalah
kepada Allah SWT supaya kamu mendapat rahmat."
(Al-Hujurat : 10)
Semua muslim adalah bersaudara. Karena itu, jika bertengkar mereka harus bersatu kembali dan bersaudara seperti biasanya.
Hal ini diperkuat oleh larangan Rasulullah SAW terhadap permusuhanantar muslim. Abu Ayyub Al-Anshary meriwayatkan
bahwa Rasulullah saw bersabda, "Tidak seorang muslim memutuskan silaturrahmi dengan saudara muslimnya lebih dari
tiga malam yang masing-masingnya saling membuang muka bila berjumpa. Yang terbaik diantara mereka adalah yang
memulai mengucapkan salam kepada yang lain." (H.R. Bukhari dan Muslim).
Persaudaraan yang dimaksudkan adalah bukan menurut ikatan geneologi, tapi menurut ikatan iman dan agama. Hal tersebut
diisyarakat dalam larangan Allah SWT mendoakan orang yang bukan Islam setelah kematian mereka. Firman Allah
SWT : "Tiadalah sepatutnya bagi nabi dan orang-orang yang beriman meminta ampun (kepada Allah SWT) bagi orang-
orang musyrik, walaupun orang-orang musyrik itu adalah kerabatnya." (At-Taubah : 113)
Ini sama sekali tidak berarti bahwa seorang muslim diijikankan mengabaikan ikatan keluarganya walaupun dengan kerabat
non muslim. Dasar kebajkan kepada orang tua dan keluarga dapat ditemukan dalam Al-Qur'an sendiri. Firman Allah
SWT : "Dan kami wajibkan manusia (berbuat) kebaikan kepada kedua ibu bapaknya." (QS. Al-Ankabut : 8)
Mengutamakan persaudraan Islam lebih dari yang lain sama sekali tidak mempengaruhi ikatan darah, biarpun dengan kerabat
non-Muslim.
Nabi SAW menekankan pentingnya membangun persaudaraan Islam dalam batasan-batasan praktis dalam bentuk saling
peduli dan tolong menolong. Sebagai contoh, Beliau bersabda,"Allah SWT menolong hamba-Nya selama hamba itu
menolong saudaranya" (H.R. Muslim). Bodoh sekali seorang muslim yang mengharapkan belas kasih khusus dari Allah
SWT jika ia tidak memiliki kepedulian terhadap kesejahteraan muslim lainnya. Sebagai akibatnya, persaudaraan kaum
muslim tidak saja merupakan aspek teoritis ideologi Islam, tapi telah terbukti dalam praktek aktual pada kaum muslim
terdahulu (salaf) ketika mereka menyebarkan Islam kepenjuru dunia. Kemanapun orang-orang Arab muslim pergi, apakah itu
ke Afrika, India, atau daerah-daerah terpencil Asia, mereka akan disambut hangat oleh orang-orang yang telah memeluk
Islam tanpa melihat warna kulit, ras, atau agama lamanya. Tidak ada tempat dalam Islam bagi pemisahan kelas maupun
kasta.Tata cara melaksanakan shalat tidak ada tempat istimewa, dan semua harus berdiri bahu membahu dalam baris-baris
lurus. Demikian pula dalam pemilihan imam (pemimpin Shalat) tidak didasarkan status sosialnya dalam masyarakat, namun
atas kemampuannya dalam menghafal al-Qur'an. Itulah mengapa seorang imam dapat di tunjuk dari anak yang berusia enam
tahun sebagaimana kejadian pada seorang shahabat muda, Salamah. Nabi SAW. mengatakan pada kabilahnya, "Jika waktu
shalat tiba, slah seorang dari kalian harus mengumandangkan adzan (panggilan shalat)". Ketika mereka mencari diantara
mereka sendiri, mereka tidak menemukan orang yang tahu tentang Al-Qur'an lebih dari Salamah sehingga mereka
menunjuknya sebagai imam walaupun ia baru berusia enam atau tujuh tahun pada saat itu. (Diriwayatkan oleh salamah dan
dikeluarkan oleh al-Bukhari, dan Abu Dawud).
Pilar ketiga dalam Islam, zakat, berupa kewajiban atas orang-orang kaya atau relatif kaya untuk menyerahkan sebagian dari
simpanan tahunan mereka kepada orang-orang miskin, merupakan perwujudan tanggung jawab sosial ekonomi dari
persaudaraan itu. Sebab,walaupun kedermawanan amat dianjurkan oleh Islam sebagai mana oleh agama lain, tanggung jawab
ini dalam Islam dilembagakan dan dipungut oleh negara untuk menjamin kelangsungan hidup ekonomi orang-orang miskin.
Sebenarnya, semua hukum-hukum ekonomi dalam islam selalu menekankan perlindungan atas hak-hak
persaudaraan.Praktek-praktek ekonomi yang dengan suatu cara menarik keuntungan atau merugikan anggota-angota
masyarakat adalah terlarang keras.Makanya pinjaman yang diaku dalam Islam adalah pinjaman tanpa bunga, sebab pinjaman
dengan bunga pada umumnya mengambil keuntungan yang tidak adil dari orang lainketika mereka dalam posisi yang secara
ekonomis lemah.
Demikian pula pilar terbesar Islam, haji, yang mengandung esensi pilar-pilar lainnya, menekankan persaudaraan orang-orang
beriman dalam semua ritus-ritusnya. Pakaian bagi orang-orang lali-laki yang sedang haji, dikenal dengan Ihram terdiri dari
dua lembar kain, selembar dipakai seputar pinggang, selembar yang lain diselempangkan di atas bahu. Kesederhanaan pakain
in dikenakan oleh jutaan jamaah haji dari berbagai penjuru dunia menunjukan hakekat persatuan dan persamaan dalam
persaudaraan Islam.
Keaslian prinsip persaudaraan yang meliputi segala upacara keagamaan dan hukum-hukum dalam Islam telah dan terus
menjadi faktor kunci dalam menarik manusia di seluruh dunia untuk masuk Islam. Namun, patut dicatat, bahwa prinsip
persaudaraan ini telah ditantang dalam prakteknya oleh munculnya nasionalisme diantara kaum muslimin. Walaupun Allah
SWT dan Rasul-Nya dengan tegas menentang segala bentuk tribalisme (kesukuan), nasionalisme dan rasisme. Nasionalisme
telah ditimbul dikalangan kaum muslim setelah tumbangnya generasi awal (salaf) Berabad-abad setelah wafatnya Nabi saw,
nasionalisme arab, Persia dan Turki meruntuhkan umat muslim ketika kepemmpinan terus berpindah tangan diantara mereka
selama masa-masa itu. Bentuk awal nasionalisme ini kemudian diperberat oleh kolonialisme Eropa yang meninggalkan umat
Islam terpecah belah ke dalam seribu satu kesatuaan-kesatuan nasional yang berskala kecil dan dangkal. Walaupun ikatan
umum Islam tetap berlanjut menyatukan umat dalam persaudaraan, pemerintah mereka masing-masing mengeksploitasi
segala kesempatan yang dapat membangkitkan perasaan-perasaan nasionalisme agar massa muslim tetap terpecah-pecah,
sehingga pemerintahan mereka yang pada sebagian besar kasus anti Islam dapat terus terpelihara.
Kelemahan yang menghantam kehidupan umat Islam sekarang ini, mulai dari runtuhnya khilafah Islamiyah sampai
terpuruknya negeri-negeri Islam sehingga harus menjadi bagian dunia ketiga, merupakan satu indikasi yang paling jelas
menurunnya rasa persaudaraan dikalangan umat Islam itu sendiri. Perpecahan dikalangan umat yang mempunyai
kepentingan-kepentingan golongan ikut meluluh lantahkan pilar-pilar persaudaraan itu. Maka kata kunci untuk mampu
menegakan Islam di seentero jagad ini, adalah dengan pererat persaudaraan diantara sesama umat Islam dan menyingkirkan
jauh-jauh rasa ta'asubiyah (kelompok), dan keyakinan penuh bahwa nasionalisme bukan dari bagian kita sedikitpun.

Assalamu’alaikum wr. Wb.


Hadirin rahimah kumullah, pertama-tama marilah kita panjatkan puji dan syukur ke hadirat Illahi Rabbi baahwasan-
Nya pada kesempatan ini kita bisa berkumpul bersama di tempat yang mulia ini. Shalawat dan salam semoga terlimpah
curahkan kepada Nabi besar Muhammad saw.
Saudaraku.
Ukhuwah atau persaudaraan dalam Islam bukan saja mencirikan kualitas ketaatan seseorang terhadap ajaran Allah
dan Rasul-Nya, tetapi juga sekaligus merupakan salah satu kekuatan perekat sosial untuk memperkokoh kebersamaan.
Fenomena kebersamaan ini dalam banyak hal dapat memberikan inspirasi solidaritas sehingga tidak ada lagi jurang yang
dapat memisahkan silaturahmi di antara sesamanya.
Meskipun demikian, dalam perjalanan sejarahnya, bangunan kebersamaan ini seringkali terganggu oleh godaan-
godaan kepentingan yang dapat merusak keutuhan komunikasi dan bahkan mengundang sikap dan prilaku yang saling
berseberangan.
Karena itu, semangat ukhuwah ini secara sederhana dapat terlihat dari ada atau tidak adanya sikap saling memahami
untuk menumbuhkan interaksi dan komunikasi. Ukhuwah Islamiyah sendiri menunjukkan jalan yang dapat ditempuh untuk
membangun komunikasi di satu sisi, dan di sisi lain, ia juga memberikan semangat baru untuk sekaligus melaksanakan ajaran
sesuai dengan petunjuk al-Qur'an serta teladan dari para NabidanRasul-Nya.
Hadarin...
Sekurang-sekurangnya ada dua pernyataan Nabi SAW, yang menggambarkan persaudaraan yang Islami. Pertama,
persaudaraan Islam itu mengisyaratkan wujud tertentu yang dipersonifikasikan ke dalam sosok jasad yang utuh, yang apabila
salah satu dari anggota badan itu sakit, maka anggota lainnya pun turut merasakan sakit.Kedua, persaudaraan Islam itu juga
mengilustrasikan wujud bangunan yang kuat, yang antara masing-masing unsur dalam bangunan tersebut saling memberikan
fungsi untuk memperkuat dan memperkokoh.
saudaraku
Ilustrasi pertama menunjukkan pentingnya unsur solidaritas dan kepedulian dalam upaya merakit bangunan
ukhuwah menurut pandangan Islam. Sebab Islam menempatkan setiap individu dalam posisi yang sama. Masing-masing
memiliki kelebihan, lengkap dengan segala kekurangannya. Sehingga untuk menciptakan wujud yang utuh, diperlukan
kebersamaan untuk dapat saling melengkapi. Sedangkanilustrasi kedua menunjukkan adanya faktor usaha saling tolong
menolong, saling menjaga, saling membela dan saling melindungi.
Hadirin yang dimuliakan Allah
Pernyataan al-Qur'an: Innama al-mu'minuuna ikhwatun(sesungguhnya orang-orang mu'min itu bersaudara)
memberikan kesan bahwa orang mu'min itu memang mestinya bersaudara. Sehingga jika sewaktu-waktu ditemukan
kenyataan yang tidak bersaudara, atau adanya usaha-usaha untuk merusak persaudaraan, atau bahkan mungkin adanya
suasana yang membuat orang enggan bersaudara, maka ia berarti bukan lagi seorang mu'min. sebab penggunaan
kata"innama" dalam bahasa Arab menunjukkan pada pengertian "hanya saja."
Tuntutan normatif seperti tertuang dalam al-Qur'an di atas memang seringkali tidak menunjukkan kenyataan yang
diinginkan. Kesenjangan ini terjadi, antara lain, sebagai akibat dari semakin memudarnya penghayatan terhadap pesan-pesan
Tuhan khususnya berkaitan dengan tuntutan membina persaudaraan. Bahkan, lebih celaka lagi apabila umat mulai berani
memelihara penyakit ambivalensi sikap: antara pengetahuan yang memadai tentang al-Qur'an di satu sisi, dengan
kecenderungan menolak pesan-pesan yang terkandung di dalamnya di sisi lain, hanya karena terdesak tuntutan pragmatis,
khususnya menyangkut kepentingan sosial, politik ataupun ekonomi. Karena itu, bukan hal yang mustahil, jika seorang
pemuka agama sekalipun, rela meruntuhkan tatanan ukhuwah hanya karena pertimbangan kepentingan-kepentingan
primordial.
Karena tarik menarik antara berbagai kepentingan itulah, sejarah umat Islam selain diwarnai sejumlah prestasi yang
cukup membanggakan, juga diwarnai oleh sejumlah konflik yang tidak kurang memprihatinkan. Nilai-nilai ukhuwah tidak
lagi menjadi dasar dalam melakukan interaksi sosial dalam bangunan masyarakat tempat hidupnya sehari-hari. Konflik yang
bersumber pada masalah-masalah yang tidak prinsip menurut ajaran, dapat membongkar bangunan kebersamaan dalam
seluruh tatanankehidupannya.
Perbedaan interprestasi tentang imamah pada akhir periode kepemimpinan shahabat, misalnya, telah berakibat pada
runtuhnya kebesaran peradaban Islam yang telah lama dirintis bersama. Lalu sejarah itu pun berlanjut, seolah ada keharusan
suatu generasi untuk mewarisi tradisi konflik yang mewarnai generasi sebelumnya. Akhirnya, nuansa kekuasaan pada masa-
masa berikutnya hampir selalu diwarnai oleh politik balas dendam" yang tidak pernah berujung.
Al-Qur'an memang memberikan peluang kepada ummat manusia untuk bersilang pendapat dan berbeda pendirian. Tetapi
al-Qur'an sendiri sangat mengutuk percekcokan dan pertengkaran. Interprestasi terhadap ayat-ayat yang mujmal (umum),
pemaknaan terhadap keterikatan sesuatu ayat dengan asbab nuzul, atau sesuatu hadits dengan asbab wurud-nya, seringkali
melahirkan adanya sejumlah perbedaan. Lebih-lebih perbedaan itu telah memasuki wilayah ijtihadiyah.
Dalil-dalil dzanny yang biasa menjadi rujukan beramal memang memiliki potensi untuk melahirkan perbedaan. Tetapi
perbedaan itu sendiri seharusnya dapat melahirkan hikmah, baik dalam bentuk kompetisi positif, mempertajam daya kritis,
maupun dalam membangun semangat mencari tahu sesuai dengan anjuran memperbanyak ilmu. Sayangnya, dalam
kenyataan, perbedaan itu justru seringkali melahirkan hancurnya nilai-nilai ukhuwah, hanya karena ketidaksiapan untuk
memahami cara berpikir yang lain, atau karena keengganan menerima perbedaan
sebagai buah egoisme yang tidak sehat.
Dan, yang lebih celaka lagi, apabila potensi konflik itu telah dipengaruhi variabel-variabel politik dan ekonomi
seperti apa yang saat ini tengah dialami oleh bangsa kita yang semakin lelah ini. Ikatan agama telah pudar oleh kepentingan
kekuasaan. Kehangatan persaudaraan pun semakin menipis karena desakan-desakan materialisme ataupun kepentingan
primordialisme. Perbedaan paham politik sangat potensial untuk melahirkan suasana ketidakakraban yang cenderung
membawa kepada suasana batin yang tidak menunjang tegaknya ukhuwah. Demikian juga perbedaan tingkah kekayaan
sering melahirkan kecemburuan yang juga sangat potensial untuk mengundang suasana
bathin yang tidak menunjang tegaknya ukhuwah.
Subhanallah, ukhuwah kini telah menjadi barang antik yang sulit dinikmati secara bebas dan terbuka. Karena
ukhuwah memang hanya akan dapat terwujud apabila masyarakat sudah mampu memiliki dan menghayati prinsip-
prinsip tasamuh (toleransi), sekaligus terbuka untuk melakukan tausiyah (saling mengingatkan).
Hadirin rahimah kumullah.
Sekian uraian dari saya. Semoga bermanfaat. Mohon maaf atas segala kekurangan, terima kasih atas perhatiannya.
Jalan jalan ke pangandaran
Janganlah lupa beli hiasan.
Mari kita rakit persaudaraan
Lupakanlah semua perbedaan

KULTUM 009 – TANDA KEBESARAN DAN KEKUASAN ALLAH


BY FADHIL ZA · JUNE 22, 2009
Oleh Fadhil ZA

Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, silih bergantinya malam dan siang, bahtera yang berlayar di laut
membawa apa yang berguna bagi manusia, dan apa yang Allah turunkan dari langit berupa air, lalu dengan air itu
Dia hidupkan bumi sesudah mati (kering) -nya dan Dia sebarkan di bumi itu segala jenis hewan, dan pengisaran
angin dan awan yang dikendalikan antara langit dan bumi; Sungguh (terdapat) tanda-tanda (keesaan dan kebesaran
Allah) bagi kaum yang memikirkan. (Al Baqarah 164)

Ada satu anekdot tentang pengikut paham atheis yang tidak percaya dengan keberadaan Tuhan yang mengatur alam semesta.
Ketika itu ia sedang menumpang pesawat terbang dalam perjalanan kesuatu tempat, ketika ia melihat ke jendela tiba2 ia
melihat salah satu baling baling pesawat tersendat dan kemudian berhenti. Pesawat berjalan oleng tidak stabil, sebagian
penumpang panik dan mulai berdo’a. Penumpang yang atheis ini terkesiap, mukanya pucat, ia berseru:” Oh my God !! “.

Nah …itulah manusia, baru ingat Tuhan kalau terjepit dan kepepet. Secara naluri dalam lubuk hati nan dalam sebenarnya
semua orang mengakui adanya Tuhan yang berkuasa dialam semesta. Ego, gengsi, dan nafsu nyalah yang membutakan mata
hatinya sehingga tidak percaya pada kekuasaan mutlak Tuhan yang kuasa.

Bagi orang yang mau menggunakan akal dan fikirannya sebenarnya pada pergantian siang dan malam, kapal yang berlayar
dilaut, hujan yang tercurah dari langit, berbagai tumbuhan dan buah2an yang tumbuh dibumi, berbagai hewan dan binatang
ternak, perkisaran awan yang beredar antara langit dan bumi, disana ada ayat tanda kebesaran dan kekuasaan Allah penguasa
dan pencipta alam semesta.

Sejak zaman primitif manusia secara naluri telah mengakui tentang adanya kekuatan yang maha kuasa, yang maha mencipta
dan menjadikan serta memelihara alam semesta. Dalam pencarian secara naluri inilah manusia akhirnya menemukan Tuhan
menurut keyakinannya masing masing. Ada yang bertuhan pada patung,berhala, dewa, matahari, bulan, bintang, api, air, dan
lain sebagainya. Nabi Ibrahimpun dalam pencariannya pernah menyangka bintang, bulan, matahari sebagai Tuhan, namun
karena semua itu tidak kekal akhirnya ia menemukan Allah sebagai Tuhan yang Esa, yang maha kekal, abadi, maha kuat, dan
maha perkasa .

Selanjutnya Nabi Ibrahim menyebarkan ajaran tentang Allah Tuhan yang satu, ia berseteru dengan raja Namrudz yang
menyembah patung dan berhala. Nabi Ibrahim menghancurkan semua patung yang disembah Namrudz, hingga ia di bakar
oleh raja Namrudz, namun Allah menyelamatkan Ibrahim sehingga tidak terbakar oleh tersebut. Ajaran Nabi Ibrahim
diteruskan oleh anak cucunya, Ishak, Ya’kub, Yusuf yang dilanjutkan oleh Musa dengan kitab Tauratnya, Dawud dengan
kitab Mazmurnya, Isa denga Injilnya dan terakhir Nabi Muhammad dengan kitab Al Qur’annya.

Agama Tauhid yang ber-Tuhan satu adalah agama yang pertama di bawakan oleh Nabi Ibrahim, namun dalam perjalanannya
tetap saja banyak orang yang berusaha untuk menyimpangkannya hingga muncul kepercayaan yang menyamakan Allah
dengan mahluk-Nya, beranak, punya ibu, bapak, pembantu istimewa dan lain sebagainya.

Ajaran Islam yang dibawakan Nabi Muhammad mengajarkan tauhid keyakinan kepada Allah yang satu, tidak beranak dan
dilahirkan sebagai anak. Dia maha Esa, maka kuasa, maha perkasa, maha mengetahui tidak ada satupun mahluk yang
menyamai dan menyerupai-Nya. Sistim yang ada dialam semesta yang tunduk hanya pada satu aturan telah membuktikan
bahwa Tuhan yang menciptakan dan memelihara alam semesta ini hanya satu. Jika Tuhan ada dua atau tiga niscaya sistim
dialam semesta akan kacau, karena Tuhan yang satu tidak berkenan dengan Tuhan yang lain. Tuhan-Tuhan itu tentu akan
saling mengalahkan satu dengan yang lainnya, sehingga keduanya akan binasa, demikian pula alam semesta ini . Perhatikan
firman Allah dalam Al Qur’an surat Al Anbiya ayat 22 :

Sekiranya ada di langit dan di bumi tuhan-tuhan selain Allah, tentulah keduanya itu telah rusak binasa. Maka Maha
Suci Allah yang mempunyai Arasy daripada apa yang mereka sifatkan. (Al Anbiya 22)

System di alam semesta yang teratur dan tunduk hanya pada satu aturan merupakan bukti nyata bahwa Tuhan itu hanya satu,
Dialah Allah yang maha Esa. Jika ada Tuhan yang lain selain Allah niscaya alam semesta akan kacau karena adanya aturan
yang berbeda beda. Masing masing Tuhan akan membuat aturan sendiri-sendiri yang mungkin saja saling bertentangan.
Tuhan yang satu akan berusaha mengalahkan Tuhan yang lainnya, masing masing Tuhan akan mengajak pengikutnya
memerangi pengikut Tuhan yang lain. Alam semesta akan penuh kekacauan dan kekalutan.
Nyatanya saat ini alam semesta hanya tunduk pada satu aturan yang sangat teratur, itulah bukti tanda kekuasaan Allah yang
Esa. Dilangit, bumi dan seluruh jagat semesta ada tanda kekuasaan dan keesaan Allah bagi orang yang mau menggunakan
akal dan fikirannya.

Popularity: 7% [?]

TEKS PILDACIL IMAN DAN TAQWA

IMAN DAN TAQWA


Assalam Wr Wb

Yang terhormat Para ‘alim ‘ulama serta Jajaran Asyatidz al-ladzi sami’na wa atha’na.

Yang terhormat Bapak / Ibu hadirin yang dirahmati Allah

Serta teman-teman senasip seperjuangan para penerus bangsa

Pengawal kata marilah kita ucapkan syukur kpd Allah SWT. krn berkat rahmat dan ma’unahnya kita bisa berkumpul bersama
di majlis yang penuh berokah ini.

Tidak lupa pula Lantunan Shalawat berangkaikan salam kita hadiahkan ke haribaan baginda Nabi Muhammad SAW. Semoga
dengan semakin banyak kita bershalawat kepada beliau kita akan medapatkan syafaatnya di hari pembalasan kelak. Amin ya
mujibassailin….

Hadirin yang dirahmati Allah….

Pada kesempatan kali ini izinkan saya menyampaikan beberapa nasihat tentang bagaimana menjadi orang yang bertaqwa dan
berbakti kepada kedua orang tua. Supaya kita menjadi orang yang shalih dan shalihah. Amin amin ya rabbal alamin….

Mau Tahu Tidak Teman-teman….? (pertanyaan diulangi smbl menunggu jawaban pendengar)

Kasih Tahu Nggak ya…..?!

Dan Nasihat ini jg berlaku kpd para Bapak dan para Ibu. Karena para Bapak dan para Ibu sekalian juga punya Bapak dan ibu.
Betul Apa Tidak….?

Hadirin Rahimakumullah….
Allah SWT berfirman : xxxxxxxxxx

Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatupun. Dan berbuat baiklah kepada dua
orang ibu-bapa, karib-kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin, tetangga yang dekat dan tetangga yang jauh , dan
teman sejawat, ibnu sabil dan hamba sahayamu. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong dan
membangga-banggakan diri. An Nisa Ayat 36

Jadi orang yang shalih dan shalihah adalah orang yang Menyembah atau beribadah kepada Allah, Malasanakan perintah-Nya
dan menjauhi larangan-Nya Serta Berbakti dan berbuat baik kpd kedua Orang Tua.

Hadirin yang dimulyakan Allah….

Sudahkah kita shalat dengan benar… ? sudahkah kita puasa dengan benar…. ? sudahkah kita menyisihkan sebagian harta
kita kpd yang membutuhkan…? Dan sudahkah kita melaksanakan rukun islam dan iman?

Itulah sebagian dari cara kita bertaqwa kdp Allah SWT.

Dan cara berbakti kepada kedua orang tua yaitu Mencintai keduanya dengan mematuhi perintahnya dan meninggalkan
larangan-Nya selagi bukan hal yang bertentangan dengan hukum yang ditetapkan Allah AWT. Serta selalu menyebutnya di
dalam doa-doa yang kita penjatkan kpd-Nya. Tidak membuat mereka sakit hati, selalu berbuat baik kepada mereka, dan
selalu berusaha untuk menyenangkan hati keduanya.

Hadirin Rahimakumullah….

Mungkin sampai disini dulu yang bisa saya sampaikan, semoga banyak manfaatnya.

Wa billahit-taufiq wal-hidayah war-ridho wal-‘inayah tsumma assalamu’alaikum Wr Wb


Assalamu’alaikum wr. wb.

Alhamdulillah wa syukurillah, kita semua masih diberikan rahmat sehat dan rahmat longgar sehingga kita dapat berkumpul
di majlis yang mulia ini.

Semoga kita termasuk hamba Allah yang senantiasa mengingat-Nya dan meneladani rasulullah Saw. Amiin ya rabbalalamin.

Sobat, siapa di antara kalian yang hafal rukun Islam yang lima itu? Yuk kita ingat kembali ya. Sambil mengingatkan, boleh
kah saya menyanyi? Boleh yaaa? Yang bisa lagunya boleh ikut nyanyi. Maaf kalau suara saya merdu.

(nada balonku ada lima)

Rukun islam ada lima

Syahadat
Sholat
Puasa
Zakat untuk si papa
Haji bagi yang kuasa
Nah, itu tadi rukun Islam. Sudah hafal??

Selain hafal kita harus mengamalkannya. Pertama adalah syahadat yang isinya kita bersaksi bahwa tidak ada tuhan selain
Allah dan Muhammad adalah utusan-Nya. Kedua adalah sholat, baik itu sholat sunah seperti sholat dhuha, sholat takyiatul
masjid sampai sholat wajib lima waktu.
Kemudian puasa di bulan ramadhan maupun puasa sunah seperti puasa senin-kamis ataupun puasa daud. Next, adalah zakat
fitrah sebelum sholat idul fitri maupun zakat harta. The last, berkunjung ke baitullah, melakukan thowaf hingga tahalul.
Sobat, itu lah kelima pondasi Islam. Rasulullah bersabda diriwayatkan muslim bahwa iman di dirikan oleh lima sendi, nah
lima sendi itu yang kita kenal dengan nama rukun islam.

Mari sebagai anak shalih-shalihah, generasi penerus bangsa dan agama, kita harus berlomba-lomba dalam kebaikan. Oke?

Demikian dari saya, bila ada salah kata sepurane nggeh. Wabillahi taufik walhidayah.
Wassalamu’alaikum wr. wb.

Anda mungkin juga menyukai