Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Keperawatan sebagai pelayanan profesional, dalam aplikasinya harus dilandasi
oleh dasar keilmuan keperawatan yang kokoh. Dengan demikian perawat harus
mampu berfikir logis dan kritis dalam menelaah dan mengidentifikasi fenomena
respon manusia. Banyak bentuk-bentuk pengetahuan dan ketrampilan berfikir kritis
harus dilakukan pada setiap situasi klien antara lain dengan menggunakan model-
model keperawatan dalam proses keperawatan dan tiap model dapat digunakan
dalam praktek keperawatan sesuai dengan kebutuhan.
Model konsep menurut Dorothea Orem yang dikenal dengan model self care
(perawatan diri) memberikan pengertian jelas bahwa bentuk pelayanan
keperawatan dipandang dari suatu pelaksanaan kegiatan dapat dilakukan individu
dalam memenuhi kebutuhan dasar dengan tujuan mempertahankan kehidupan,
kesehatan, kesejahteraan sesuai dengan keadaan sehat dan sakit, yang ditekankan
pada kebutuhan klien tentang perawatan diri sendiri.
Model Self Care (perawatan diri) ini memiliki keyakinan dan nilai yang ada dalam
keperawatan di antaranya dalam pelaksanaan berdasarkan tindakan atas
kemampuan. Self Care didasarkan atas kesengajaan serta dalam pengambilan
keputusan dijadikan sebagai pedoman dalam tindakan, setiap manusia
menghendaki adanya Self Care (perawatan diri) dan sebagai bagian dari kebutuhan
dasar manusia. Self Care (perawatan diri) merupakan perubahan tingkah laku
secara lambat dan terus menerus didukung atas pengalaman sosial sebagai
hubungan interpersonal (hubungan antara satu individu dengan individu lain),
hubungan interpersonal dimana ketika kita berkomunikasi, kita bukan sekedar
menyampaikan isi pesan, tetapi juga menentukan sekedar hubungan interpesonal.
Jadi ketika kita berkomunikasi kita tidak hanya menentukan conten (isi pesan)
melainkan juga menentukan relationship (hubungan).
Tujuan Makalah
Untuk mengetahui aplikasi self care dari tahap pengkajian sampai tahap evaluasi.
Manfaat Makalah
Agar mahasiswa mampu mengaplikasikan konsep Dorothea Orem dalam proses
keperawatan.
BAB II
ISI
1. Tahap Pengkajian
2. Pengkajian data dasar (nama, umur, sex, status kesehatan, status
perkembangan, orientasi sosio-kultural, riwayat diagnostik dan pengobatan,
faktor sistem keluarga), pola hidup, faktor lingkungan.
3. Observasi status kesehatan klien Untuk menemukan masalah keperawatan
berdasarkan self-care defisit,maka perawat perlu melakukan pengkajian
kepada klien melalui observasi berdasarkan klasifikasi tingkat
ketergantungan klien yang terdiri dari Minimal Care, Partial Care, Total
Care.
4. Pengembangan teori Orem dengan masalah fisiologis. Secara rinci
pengembangan teori Orem mengenai kebutuhan dasar adalah sebagai
berikut:
5. Pemenuhan kebutuhan udara/oksigen.
6. Pemeliharaan kebutuhan air/cairan.
7. Pemeliharaan kebutuhan makanan/nutrisi.
8. Perawatan proses eliminasi dan ekskresi.
9. Pemeliharaan keseimbangan aktifitas dan istirahat.
10. Pemeliharaan keseimbangan privasi dan interaksi sosial.
11. Pencegahan resiko yang mengancam kehidupan, kesehatan, dan
kesejahteraan.
12. Peningkatan kesehatan dan pengembangan potensi dalam hubungan sosial.
13. Tahap Diagnosa
Diagnosa keperawatan sesuai dengan self care defisit yang dialami oleh klien.
Mengacu pada diagnosa keperawatan yang aktual, resiko tinggi dan kemungkinan.
Teori Orem masih lebih berfokus pada masalah fisiologis, namun diagnosa dapat
dikembangkan ke masalah lain sesuai hirarki kebutuhan dasar yang dikembangkan
Maslow.
3. Tahap Intervensi
Dibuat sesuai dengan dignosa keperawatan, berdasarkan self care demand dan
meningkatkan kemampuan self care. Membuat metode yang sesuai untuk
membantu klien.
4. Tahap Implementasi
1. Merumuskan,memberikan dan mengatur bantuan langsung pada klien dan
orang-orang terdekat dalam bantuan keperawatan.
2. Membimbing dan mengarahkan.
3. Memberi dukungan fisik dan psikologis
4. Memberikan dan mempertahankan lingkungan yang mendukung
perkembangan individu
5. Pendidikan
6. Berespon terhadap permintaan, keinginan dan kebutuhan klien akan kontak
bantuan keperawatan.
7. Kalaborasi, pelimpahan wewenamg.
8. Melibatkan anggota masyarakat.
9. Lingkungan
5. Tahap Evaluasi
Evaluasi dilakukan untuk mengetahui perkembangan pasien atas tindakan yang
telah dilakukan sehingga dapat disimpulkan apakah tujuan asuhan keperawatan
tercapai atau belum. Menilai keefektifan tindakan perawatan dalam: meningkatkan
kemampuan self care, memenuhi kebutuhan self care, dan menurunkan self
care deficitnya.
Kasus
Keluarga Tuan Dodi merupakan keluarga besar yang terdiri dari ayah, ibu, 2 anak
dan nenek. Nenek sering mengeluh pusing dan kaku di tengkuk. Jika mengeluh
pusing nenek hanya minum obat yang beli di warung. Nenek dulu pernah periksa
di puskesmas dan didiagnosa hipertensi. Sekarang nenek jarang periksa ke
puskesmas karena jarak puskesmas dan rumah sangat jauh.
Pembahasan
Pengkajian dan Diagnosa
Ada seorang nenek yang bernama sulatri berusia 65 tahun dan bertempat tinggal di
menyumbung Kalimantan barat . suatu hari nenek sulastri mengalami sakit dan
dibawa kepuskesmas oleh keluarganya. Saat sampai dipuskesmas nenek ditanyai
oleh perawat tentang keluhan yang dirasakan oleh nenek , nenek menjawab jika
beliau sering merasa pusing dan kaku tengkuknya. Dan perawat juga bertanya
kepada keluarganya sejak kapan nenek mengeluh sakit itu , ternyata keluarganya
juga baru mengetahui jika nenek merasa sakit yang tak tertahan , ketika perawat itu
bertanya kepada nenek kembali ternyata nenek merasakan sakit itu sudah lama
tetapi nenek hanya membelikan obat diwarung. Setelah perawat mengkaji data dari
nenek dan keluarganya ternyata perawat dapat menarik kesimpulan bahwa nenek
didiagnosa hipertensi.
Implementasi
Setelah alat siap , perawat mengukur tekanan darah nenek sulastri dan ternyata
tensinya , setelah perawat mengetahui jika ternyata tekanan darahnya nenek tinggi
kemudian perawat memberitahukan kepada dokter dan dokter memberikan resep
obat . setelah perawat memberikan resepnya kepada nenek kemudian perawat
memberikan penyuluhan pendidikan tentang hipertensi. Didalam penyuluhan itu
perawat menganjurkan kepada nenek dan kelurganya bahwa nenek tidak
diperbolehkan mengkonsumsi garam berlebihan , makanan berlemak , perbanyak
makan ketimun , dan buah mengkudu .
Evaluasi
Setelah perawat memberikan penyuluhan kepada nenek dan keluarganya kemudian
perawat mengajukan beberapa pertanyaan kepada nenek dan keluarganya supaya
perawat mengetahui seberapa jauh nenek dan keluarganya mengerti tentang
penyuluahan yang diberikan. Dan mereka bias menjawab dengan benar.
Kesimpulan kasus
Menurut penulis menyimpulkan bahwa kasus diatas termasuk tingkat kebutuhan
the supportive-educative system (kebutuhan mandiri). The supportive-educative
system adalah dukungan pendidikan yang dibutuhkan oleh klien yang
memerlukannya untuk dipelajari, agar mampu melakukan perawatan mandiri.
Metode bantuan : perawat membantu klien dengan menggunakan system ini dan
melalui 5 (lima) metode bantuan yang meliputi acting atau melakukan sesuatu
untuk klien, mengajarkan klien, mengarahkan klien, mensuport klien, menyediakan
lingkungan untuk klien agar dapat tumbuh dan berkembang.asuhan keperawatn
mandiri dilakukan dengan memeperhatikaan tingkat ketergantungan atau
kebutuhan klien dan kemampuan klien.Karena, nenek hampir tidak memerlukan
bantuan dan Pasien mampu melakukan aktifitas hidupnya sendiri.
Ketidakseimbangan baik secara fisik maupun mental yang dialami oleh klien
dengan DM menurut Orem disebut dengan self-care deficit. Menurut Orem peran
perawat dalam hal ini yaitu mengkaji klien sejauh mana klien mampu untuk merawat
dirinya sendiri dan mengklasifikasikannya sesuai dengan klasifikasi kemampuan klien
yang telah kami sebutkan sebelumnya.
Setelah mengkaji dan mendapatkan informasi yang lengkap barulah perawat
mulai bekerja untuk mengembalikan kemampuan self-care klien secara optimal sesuai
dengan kondisi aktual klien yang berhubungan dengan Diabetes Mellitus yang diderita
oleh klien.