Anda di halaman 1dari 16

ASUHAN KEPERAWATAN NYERI

DI SUSUN OLEH :
HERLIA DIAN PERMATA, AMK
NIP : 198106212006042014

RUMAH SAKIT UMUM DAERAH


Dr.LOEKMONO HADI KUDUS
2018
1
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Secara umum nyeri adalah suatu rasa yang tidak nyaman, baik ringan maupun berat.
Nyeri adalah pengalaman perasaan emosional yang tidak menyenangkan akibat terjadinya
kerusakan aktual maupun potensial, atau menggambarkan kondisi terjadinya kerusakan.
Setiap individu pasti pernah mengalami nyeri dalam tingkatan tertentu. Nyeri merupakan
alasan yang paling umum orang mencari perawatan kesehatan. Walaupun merupakan salah satu
dari gejala yang paling sering terjadi di bidang medis, nyeri merupakan salah satu yang paling
sedikit dipahami. Individu yang merasakan nyeri merasa menderita dan mencari upaya untuk
menghilangkannya.
Perawat meggunakan berbagai intervensi untuk dapat menghilangkan nyeri tersebut dan
mengembalikan kenyamanan klien. Perawat tidak dapat melihat dan merasakan nyeri yang
dialami oleh klien karena nyeri bersifat subjektif. Nyeri dapat diekspresikan melalui menangis,
pengutaraan, atau isyarat perilaku. Nyeri yang bersifat subjektif membuat perawat harus
mampu dalam memberikan asuhan keperawatan secara holistic dan menanganinya.

B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Tujuan dari laporan pendahuluan ini untuk mengetahui masalah kebutuhan dasar manusia
khususnya masalah gangguan rasa nyaman (nyeri).
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui defenisi nyeri
b. Mengetahui etiologi nyeri
c. Mengetahui manifestasi klinik dari nyeri
d. Mengetahui patofisioligi nyeri
e. Mengetahui pemeriksaan yang dilakukan pada pasien nyeri
f. Mengetahui komplikasi nyeri
g. Mengathui penatalaksanaan nyeri
h. Mengetahui asuhan keperawatan pada pasien nyeri

2
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Pengertian nyeri
Nyeri adalah sensori yang bersifat emosional dan subyektif berupa keadaan yang tidak
menyenangkan yang diakibatkan oleh kerusakan jaringan yang benar – benar telah rusak
ataupun yang berpotensi untuk rusak (IASP – International Association for study of pain).
Nyeri merupakan kondisi berupa perasaan tidak menyenangkan bersifat sangat
subyektif karena perasaan nyeri berbeda pada setiap orang dalam hal skala atau tingkatannya,
dan hanya orang tersebutlah yang dapat menjelaskan atau mengevaluasi rasa nyeri yang
dialaminya (Aziz Alimul, 2006).
Nyeri didefinisikan sebagai suatu keadaan yang mampu mempengaruhi keberadaan
seseorang yang mengalaminya (Tamsuri, 2007).

B. Klasifikasi nyeri
Nyeri dapat diklasifikasikan kedalam beberapa golongan berdasarkan pada tempat, sifat , berat
ringannya nyeri, dan waktu lamanya serangan.
a. Nyeri berdasarkan tempatnya :
1. Pheriperal pain : nyeri yang terasa pada permukaan tubuh misalnya pada kulit,
mukosa.
2. Deep pain : nyeri yang terasa pada permukaan tubuh yang lebih dalam
atau pada organ-organ tubuh visceral.
3. Refered pain : nyeri dalam yang disebabkan karena penyakit organ/struktur
dalam tubuh yang ditransmisikan kebagian tubuh di daerah
yang berbeda, bukan daerah asal nyeri.
4. Centrai pain : nyeri yang terjadi karena perangsangan pada sistem saraf
pusat, spinal cord, batang otak, thalamus, dan lainnya.
b. Nyeri berdasarkan sifatnya :
1. Incidental pain : nyeri tumbuh sewaktu-waktu lalu hilang.
2. Steady pain : nyeri yang timbul dan menetap dirasakan dan dalam waktu
yang lama.

3
3. Paroxymal pain : nyeri yang dirasakan berintensitas tinggi dan kuat sekali.
Nyeri tersebut biasanya menetap kurang lebih 10-15 menit,
lalu menghilang kemudian timbul lagi.
c. Nyeri berdasarkan berat ringannya
1. Nyeri ringan : nyeri dengan intensitas rendah
2. Nyeri sedang : nyeri yang menimbulkan reaksi
3. Nyeri berat : nyeri dengan intensitas yang tinggi
d. Nyeri berdasarkan waktu lamanya serangan
1. Nyeri akut : nyeri yang dirasakan dalam waktu singkat dan berakhir kurang dari
enam bulan, sumber dan daerah nyeri diketahui dengan jelas.Rasa
nyeri mungkin sebab akibat dari luka,seperti luka oprasi ataupun pada
suatu penyakit arteriosclerosis pada arteri koroner.
2. Nyeri kronis : nyeri yang dirasakan lebih dari enam bulan. Nyeri kronis polanya
beragam dan berlangsung berbulan-bulan bahkan bertahun-tahun.
Ragam pola tersebut ada yang nyeri timbul dengan periode yang
diselingi interval bebas dari nyeri lalu timbul kembali lagi nyeri,dan
begitu seterusnya. Ada pula pola nyeri kronis yang konstan, artinya
rasa nyeri yang dirasakan secara terus-menerus, semakin lama semakin
meningkat intensitasnya walaupun telah diberikan pengobatan.
Misalnya, nyeri karena neoplasma.

C. Etiologi Nyeri
a. Trauma
1. Mekanik, rasa nyeri timbul akibat ujung – ujung syaraf bebas mengalami kerusakan
misalnya akibat benturan, gesekan, luka, dll
2. Thermis, nyeri timbul akibat ujung syaraf reseptor mendapat rangsangan akibat panas
dingin. misalnya terkena api.
3. Khemis, nyeri timbul karena kontak dengan zat kimia yang bersifat asam atau basa
akut.
4. Elektrik, nyeri timbul karena aliran listrik yang kuat mengenai reseptor rasa nyeri yang
menimbulkan kekejangan otot dan luka bakar
b. Neoplasma (jinak, ganas)
c. Peradangan, nyeri karena kerusakan ujung-ujung syaraf reseptor akibat adanya peradangan
atau terjepit oleh pembengkakan.
d. Gangguan sirkulasi darah dan kelainan pembuluh darah
e. Trauma psikologis

4
D. Manifestasi Klinik
Tanda dan Gejala
a. Nyeri Akut (Carpenito, 2012)
Mayor :
Individu memperlihatkan atau melaporkan ketidaknyamanan tentang kualitas nyeri dan
intensitasnya
Minor :
1. Tekanan darah meningkat
2. Nadi meningkat
3. Pernafasan meningkat
4. Diaphoresis
5. Pupil dilatasi
6. Posisi berhati-hati
7. Raut wajah kesakitan
8. Menangis, merintih
b. Nyeri Kronis (Carpenito, 2012)
Mayor :
Individu melaporkan bahwa nyeri telah ada lebih dari 6 bulan.
Minor :
1. Gangguan hubungan social dan keluarga.
2. Peka rangsangan
3. Ketidakaktifan fisik dan imobilitas
4. Depresi
5. Menggosok kebagian yang nyeri.
6. Ansietas
7. Tampak lunglai
8. Berfokus pada diri sendiri
9. Tegangan otot rangka
10. Agitasi
11. Keletihan
12. Penurunan libido
13. Gelisah

5
E. Faktor-faktor yang mempengaruhi nyeri
1) Usia. Anak belum bisa mengungkapkan nyeri, sehingga perawat harus mengkaji respon
nyeri pada anak. Pada orang dewasa kadang melaporkan nyeri jika sudah patologis dan
mengalami kerusakan fungsi. Pada lansia cenderung memendam nyeri yang dialami, karena
mereka mengangnggap nyeri adalah hal alamiah yang harus dijalani dan mereka takut kalau
mengalami penyakit berat atau meninggal jika nyeri diperiksakan.

2) Jenis kelamin. laki-laki dan wanita tidak berbeda secara signifikan dalam merespon nyeri,
justru lebih dipengaruhi faktor budaya (ex: tidak pantas kalo laki-laki mengeluh nyeri,
wanita boleh mengeluh nyeri).

3) Kultur. Orang belajar dari budayanya, bagaimana seharusnya mereka berespon terhadap
nyeri misalnya seperti suatu daerah menganut kepercayaan bahwa nyeri adalah akibat yang
harus diterima karena mereka melakukan kesalahan, jadi mereka tidak mengeluh jika ada
nyeri.

4) Makna nyeri. Berhubungan dengan bagaimana pengalaman seseorang terhadap nyeri dan
dan bagaimana mengatasinya.

5) Perhatian. Tingkat seorang klien memfokuskan perhatiannya pada nyeri dapat


mempengaruhi persepsi nyeri. Menurut Gill (1990), perhatian yang meningkat dihubungkan
dengan nyeri yang meningkat, sedangkan upaya distraksi dihubungkan dengan respon nyeri
yang menurun. Tehnik relaksasi, guided imagery merupakan tehnik untuk mengatasi nyeri.

6) Ansietas. Cemas meningkatkan persepsi terhadap nyeri dan nyeri bisa menyebabkan
seseorang cemas.

7) Pengalaman masa lalu. Seseorang yang pernah berhasil mengatasi nyeri dimasa lampau,
dan saat ini nyeri yang sama timbul, maka ia akan lebih mudah mengatasi nyerinya. Mudah
tidaknya seseorang mengatasi nyeri tergantung pengalaman di masa lalu dalam mengatasi
nyeri.

8) Pola koping. Pola koping adaptif akan mempermudah seseorang mengatasi nyeri dan
sebaliknya pola koping yang maladaptive akan menyulitkan seseorang mengatasi nyeri.

6
9) Support keluarga dan sosial. Individu yang mengalami nyeri seringkali bergantung kepada
anggota keluarga atau teman dekat untuk memperoleh dukungan dan perlindungan

F. Patofisiologi
Pada saat sel saraf rusak akibat trauma jaringan, maka terbentuklah zat-zat kimia seperti
Bradikinin, serotonin dan enzim proteotik. Kemudian zat-zat tersebut merangsang dan merusak
ujung saraf reseptor nyeri dan rangsangan tersebut akan dihantarkan ke hypothalamus melalui
saraf asenden. Sedangkan di korteks nyeri akan dipersiapkan sehingga individu mengalami
nyeri. Selain dihantarkan ke hypothalamus nyeri dapat menurunkan stimulasi terhadap reseptor
mekanin sensitif pada termosensitif sehingga dapat juga menyebabkan atau mengalami nyeri
(Wahit Chayatin, N.Mubarak, 2007).

G. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan laboratorium klinik
b. Sinar – X (Rontgen)
c. CT-Scan
d. MRI

H. Komplikasi
a. Oedema Pulmonal
b. Kejang
c. Masalah Mobilisasi
d. Hipertensi
e. Hipertermi
f. Gangguan pola istirahat dan tidur

I. Penatalaksanaan
1. Penatalaksanaan Keperawatan
a. Monitor TTV
b. Kaji adanya infeksi atau peradangan nyeri
c. Manajemen nyeri non farmakologik
1. Mengajarkan teknik distraksi
Distraksi adalah suatu metode untuk menghilangkan nyeri dengan cara
mengalihkan perhatian pasien pada hal-hal lain sehingga pasien akan lupa terhadap
nyeri yg dialami Tehnik distraksi:
1. Bernapas secara pelan-pelan
2. Massase sambil menarik napas pelan-pelan

7
3. Mendengarkan lagu sambil menggerakan jari
4. Membayangkan hal-hal indah sambil tutup mata
5. Menonton TV
2. Kompres hangat dan kompres dingin
Kompres hangat dapat diberikan melalui handuk yang telah direndam dalam air
hangat, botol yang berisi air hangat, atau bantal pemanas yang khusus dirancang
untuk mengompres. Suhu yang digunakan untuk mengompres harus diperhatikann
agar tidak terlalu panas. Suhu yang disarankan untuk kompres hangat adalah
sekitar 40-50 derajat celcius. Biasakan untuk tidak megompres lebih dari 20 menit,
kecuali jika dokter menyarankan demikian. Pastikan pula Anda tidak langsung
meletakkan sumber panas ke kulit karena dapat menyebabkan luka bakar atau
iritasi.
Kompres hangat biasa digunakan untuk meredakan nyeri otot atau sendi yang
sudah berlangsung lama (kronik). Selain itu, kompres hangat juga merupakan
metode yang tepat untuk menurunkan demam. Pembuluh darah yang melebar
akibat suhu hangat dapat membantu mempermudah pengeluaran panas dari tubuh.
Walau digunakan untuk mengurangi nyeri, akan tetapi perlu diperhatikan bahwa
kompres hangat tidak dianjurkan digunakan pada luka yang baru atau kurang dari
48 jam karena akan memperburuk kondisi luka akibat penumpukan cairan pada
lokasi yang cedera dan meningkatkan nyeri. Kompres hangat juga tidak boleh
digunakan pada luka terbuka dan luka yang masih terlihat bengkak
Kompres dingin biasa digunakan dalam 24 hingga 48 jam setelah terjadinya
cedera dengan tujuan untuk meminimalisir terjadinya inflamasi. Metode ini paling
baik digunakan untuk cedera olahraga seperti terkilir, terbentur, atau memar.
Bungkus kompres terlebih dulu dengan handuk agar suhu dingin tidak menyentuh
kulit secara langsung. Sama seperti pada kompres hangat, sebaiknya Anda tidak
menempelkan kompres dingin lebih dari 20 menit. Angkat kompres setelah 20
menit, dan berikan jeda selama 10 menit sebelum kemudian mulai mengompres
lagi.
3. Mengajarkan teknik relaksasi nafas dalam
Ada 3 hal utama yang harus diperhatikan dalam tehnik relaksasi, yaitu:
1. Posisi pasien yang tepat
2. Pikiran beristirahat
3. Lingkungan yang tenang
Cara:
1. Posisi pasien diatur sedemikian serupa sehingga rileks, tanpa beban fisik.
Posisi dapat duduk atau berbaring telentang

8
2. Instruksikan pasien untuk menghirup napas dalam sehingga rongga paru berisi
udara yang bersih
3. Pasien perlahan menghembuskan udara dan membiarkan keluar dari setiap
bagian anggota tubuh, pada saat itu pasien diminta untuk memusatkan
perhatian ‘’betapa nikmat rasanya’’
4. Pasien bernapas dengan irama yang normal beberapa saat (sekitar 1-2 menit)
5. Pasien bernapas dalam kemudian menghembuskan perlahan, dan merasakan
saat ini udara mengalir dari tangan kaki menuju paru, kemudian udara
dibuang keluar. Pasien diminta untuk memusatkan perhatian pada kaki tangan,
udara yang dikeluarkan dan merasakan kehagatan.
6. Pasien mengulang no.5 dengan memusatkan perhatian pada kaki tangan,
punggung, perut, bagian tubuh yg lain
7. Setelah pasien merasa rileks, perlahan-lahan irama pernapasan ditambah.
Gunakan pernapasan dada atau abdomen. Bila frekuensi nyeri bertambah,
gunakan pernapasan dangkal dg frekuensi yg lebih cepat.
4. pemijatan
Tujuan :
1. Mengurangi ketegangan otot
2. Meningkatkan relaksasi fisik dan psikologis
3. Mengkaji kondisi kulit
4. Meningkatkan sirkulasi/peredaran darah pada area yang dimassase
Peralatan
1. Pelumas (miyak hangat / lotion)
2. Handuk
Cara :
1. Siapkan alat-alat yang dibutuhkan
2. Identitas pasien
3. Memberitahukan pasien tindakan yang akan dilakukan
4. Mencuci tangan
5. Atur pasien dalam posisi pronasi. Bila tidak bisa, diatur dengan posisi miring
6. Letakan sebuah bantal kecil dibawah perut pasien untuk menjaga posisi yang
tepat
7. Tuangkan sedikit lotion ke tangan perawat. Usap kedua tangan sehingga lotion
merata di permukaan
8. Lakukan massase pada punggung . Massase dilakukan dengan jari, dan telapak
tangan; tekanan yang halus

9
2. Penatalaksaan Medis
a. Pemberian analgesik
Analgesik akan lebih efektif diberikan sebelum pasien merasakan nyeri yang berat
dibandingkan setelah mengeluh nyeri.
b. Plasebo
Plasebo adalah istilah obat yang dibuat tanpa bahan kimia yang kadang hanya berisi
larutan garam/normal saline, atau air. Terapi ini dapat menurunkan rasa nyeri, hal ini
karena faktor persepsi kepercayaan pasien.

J. Pengkajian
1. Perilaku non Verbal
Beberapa perilaku non verbal yang dapat kita amati antara lain ekspresi wajah, gemeretak
gigi, menggigit bibir bawah, dll
2. Kualitas
Deskripsi menolong orang mengkomunikasikan kualitas dan nyeri. Anjurkan pasien
menggunakan bahasa yang dia ketahui.
3. Faktor Persepsi
Beberapa faktor presipitasi yang meningkatkan nyeri antara lain lingkungan, suhu ekstrim,
kegiatan yang tiba-tiba.
4. intensitas
Nyeri dapat berupa ringan, sedang, berat atau tak tertahankan. Untuk menentukan
tingkat rasa nyeri tersebut, para praktisi kesehatan menggunakan berbagai skala atau charta
yang disebut Comperative Pain Scale. Ada lebih dari 30 jenis pengukuran skala nyeri yang
diciptakan dan dikembangkan oleh berbagai ahli medis dan lembaga kesehatan.
Kebanyakan memakai tingkat skala 0-10, dan ada juga dari 0-100.
Nah, dari beragam jenis skala nyeri tersebut, yang paling populer adalah Wong-
Baker FACES Pain Rating Scale, Visual analog scale (VAS), McGill Pain Questionnaire
(MPQ), Face Legs Activity Cry Consolability scale, Dolorimeter Pain Index (DPI),
Clinical Global Impression (CGI), Brief Pain Inventory (BPI), dan OSWESTRY Index.
Wong-Baker FACES Pain Rating Scale tergolong mudah untuk dilakukan karena hanya
dengan melihat ekspresi wajah pasien pada saat bertatap muka tanpa kita menanyakan
keluhannya. Skala Nyeri ini adalah skala kesakitan yang dikembangkan oleh Donna Wong
dan Connie Baker. Skala ini menunjukkan serangkaian wajah mulai dari wajah gembira
pada 0, “Tidak ada sakit ” sampai wajah menangis di skala 10 yang menggabrkan “Sakit
terburuk”. Pasien harus memilih wajah yang paling menggambarkan bagaimana perasaan
mereka. Penilaian skala nyeri ini dianjurkan untuk usia 3 tahun ke atas. Berikut skala nyeri

10
yang kita nilai berdasarkan ekspresi wajah:

Di beberapa metode pengukur rasa nyeri, paling sering menggunakan rentang skala
dari 0 sampai 10. Dalam skala nyeri ini, kita bisa mengetahui tingkat rasa sakit yang kita
hadapi dengan melihat tabel kondisi yang kita rasakan.

5. Waktu dan Lama


Perawat perlu mengetahui, mencatat kapan nyeri mulai, berapa lama, bagaimana timbulnya,
juga interval tanpa nyeri, kapan nyeri terakhir timbul
6. Hal yang perlu dikaji lainnya adalah karakteristik nyeri (PQRST)
a. P (Provokatif) : Faktor yang mempengaruhi gawat dan ringannya nteri.
b. Q (quality) : seperti apa nyeri tersebut (tajam, tumpul, tersayat)
c. R (region) : daerah perjalanan penyakit
d. S (skala nyeri) : keperahan/intensitas nyeri
e. T (time) : lama/waktu serangan/frekuensi nyeri

K. Diagnose Keperawatan yang mungkin muncul


1. Nyeri Akut
Batasan karakteristik :
a. Mengkomunikasikan descriptor nyeri (misalnya rasa tidak aman nyaman, mual, keram
otot)
b. Menyeringai
c. Rentang perhatian terbatas
d. Pucat
e. Menarik diri

11
Faktor yang berhubungan :
a. Biologis
b. Kimia
c. Fisik
d. Psikologis
2. Nyeri Kronis
Batasan karakteristik :
a. Subyektif
1) Depresi
2) Keletihan
3) Takut kembali cidera
b. Obyektif
a. Perubahan kemampuan untuk meneruskan aktivitas sebelumnya
b. Anoreksia
c. Perubahan pola tidur
d. Perilaku melindungi
e. Iritabilitas
f. Perilaku protektif yang dapat diamati
g. Penutupan interaksi dengan orang lain
h. Gelisah
i. Berfokus pada diri sendiri
j. Respon yang dimediasi oleh saraf simpatis (suhu, dingin, perubahan posisi tubuh)
k. Perubahan berat badan
c. Faktor yang berhubungan
a. Kanker metastasis
b. Cidera
c. Neurologi
d. Arthritis

L. Intervensi
1. Nyeri Akut
berhubungan dengan:
- Agen injuri (biologi, kimia, fisik, psikologis), kerusakan jaringan
DS: Laporan secara verbal
DO:

12
- Posisi untuk menahan nyeri
- Tingkah laku berhati-hati
- Gangguan tidur (mata sayu, tampak capek, sulit atau gerakan kacau, menyeringai)
- Terfokus pada diri sendiri
- Fokus menyempit (penurunan persepsi waktu, kerusakan proses berpikir, penurunan
interaksi dengan orang dan lingkungan)
- Tingkah laku distraksi, contoh : jalan-jalan, menemui orang lain dan/atau aktivitas,
aktivitas berulang-ulang)
- Respon autonom (seperti diaphoresis, perubahan tekanan darah, perubahan nafas, nadi
dan dilatasi pupil)
- Perubahan autonomic dalam tonus otot
Tujuan dan kriteria hasil :
NOC :
- Pain Level,
- pain control,
- comfort level
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama …. Pasien tidak mengalami nyeri, dengan
kriteria hasil:
- Mampu mengontrol nyeri (tahu penyebab nyeri, mampu menggunakan tehnik
nonfarmakologi untuk mengurangi nyeri, mencari bantuan)
- Melaporkan bahwa nyeri berkurang dengan menggunakan manajemen nyeri
- Mampu mengenali nyeri (skala, intensitas, frekuensi dan tanda nyeri)
- Menyatakan rasa nyaman setelah nyeri berkurang
- Tanda vital dalam rentang normal

- Tidak mengalami gangguan tidur


Intervensi :
NIC :
- Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif termasuk lokasi, karakteristik, durasi,
frekuensi, kualitas dan faktor presipitasi
- Observasi reaksi nonverbal dari ketidaknyamanan
- Bantu pasien dan keluarga untuk mencari dan menemukan dukungan
- Kontrol lingkungan yang dapat mempengaruhi nyeri seperti suhu ruangan, pencahayaan
dan kebisingan
- Kurangi faktor presipitasi nyeri
- Kaji tipe dan sumber nyeri untuk menentukan intervensi
- Ajarkan tentang teknik non farmakologi: napas dala, relaksasi, distraksi, kompres hangat/
dingin

13
- Kolab medis pemberian analgetik untuk mengurangi nyeri: ……...
- Tingkatkan istirahat
- Berikan informasi tentang nyeri seperti penyebab nyeri, berapa lama nyeri akan berkurang
dan antisipasi ketidaknyamanan dari prosedur
- Monitor vital sign sebelum dan sesudah pemberian analgesik pertama kali

2. Nyeri Kronis
berhubungan dengan ketidakmampuan fisik-psikososial kronis (metastase kanker, injuri
neurologis, artritis)
DS:
- Kelelahan
- Takut untuk injuri ulang
DO:
- Atropi otot
- Gangguan aktifitas
- Anoreksia
- Perubahan pola tidur
- Respon simpatis (suhu dingin, perubahan posisi tubuh , hipersensitif, perubahan berat
badan)
Tujuan dan kriteria hasil
NOC:
- Comfort level
- Pain control
- Pain level
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama …. nyeri kronis pasien berkurang dengan
kriteria hasil:
- Tidak ada gangguan tidur
- Tidak ada gangguan konsentrasi
- Tidak ada gangguan hubungan interpersonal
- Tidak ada ekspresi menahan nyeri dan ungkapan secara verbal
- Tidak ada tegangan otot
Intervensi
NIC :
- Pain Manajemen
- Monitor kepuasan pasien terhadap manajemen nyeri
- Tingkatkan istirahat dan tidur yang adekuat
- Kelola anti analgetik ...........

14
- Jelaskan pada pasien penyebab nyeri
- Lakukan tehnik nonfarmakologis (relaksasi, masase punggung).
DAFTAR PUSTAKA

- Asmadi. 2008. Tehnik Prosedural Keperawatan: Konsep Aplikasi Kebutuhan Dasar Klien.
Jakarta : Salemba Medika.
- Aziz. 2006. Nursing Interventions Classification (NIC). Solo: Mosby An Affiliate Of Elsefer.
- Herlman, T. Heather.2012. NANDA International Diagnosis Keperawatan : Definisi dan
Klasifikasi 2012-2014. Jakarta : EGC.
- Herlman, T. Heather, dkk. 2015. NANDA International Diagnosis Keperawatan : Definisi dan
Klasifikasi 2015-2017. Jakarta: EGC.
- Muhammad,Wahit Iqbal dkk. 2007.Buku Ajar Kebutuhan Dasar Manusia. Jakarta : EGC
- Wartonah. 2006.Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses Keperawatan. Jakarta:
Salemba Medika.

15
Kudus, 9 April 2018

Mengetahui,

Kepala Ruang Bougenvile 3 Pelaksana

MUHAJIR, S.Kep.Ners HERLIA DIAN PERMATA, AMK

NIP : 1972 0413 1996 03 1 002 NIP : 198106212006042014

16

Anda mungkin juga menyukai