PENDAHULUAN
1
hidup seseorang atau menyebabkan anemia. Ini tidak berubah jadi anemia sel
sabit. Namun, selama pemajanan pada lingkungan dengan oksigen sangat rendah,
seperti pada saat anestasi, di tempat ketinggian, penerbangan tanpa tekanan dan
pada penyakit paru obstruktif kronis (COPD), SDM dari individu dengan sel sabit
dapat membentuk sabit yang menyebabkan hipoksia jaringan sementara SDM
kembali ke bentuk normal setelah individu kembali ke lingkungan dengan oksigen
normal.
Kebanyakan individu dengan penyakit sel sabit menikmati tingkat fungsi
yang sesuai bila mereka tidak mengalami komplikasi. Rata-rata lama hidup untuk
individu dengan anemia sel sabit adalah 42 tahun (Martinelli, 1991). Stroke, gagal
ginjal, dan kerusakan jantung adalah penyebab dari kematian.
a. Tujuan umum
b. Tujuan khusus
2
4. Mampu menyusun rencana keperawatan untuk pasien yang menderita anemia
sel sabit
BAB II
PEMBAHASAN
3
A. KONSEP DASAR PENYAKIT
Anemia sel sabit adalah sejenis anemia kongenital dimana sel darah merah
berbentuk menyerupai sabit, karena adanya hemoglobin abnormal S (HbS). (Buku
Ajar Penyakit Dalam:534)
Anemia sel sabit adalah anemia hemolitika berat akibat adanya defek pada
molekul hemoglobin dan disertai dengan serangan nyeri.(Suzanne C. Smeltzer,
2002) Anemia Sel Sabit (Sickle cell anemia).Disebut juga anemia drepanositik,
meniskositosis, penyakit hemoglobin S.
Penyakit Sel Sabit (sickle cell disease) adalah suatu penyakit keturunan
yang ditandai dengan sel darah merah yang berbentuk sabit dan anemia hemolitik
kronik.
Pada penyakit sel sabit, sel darah merah memiliki hemoglobin (protein
pengangkut oksigen) yang bentuknya abnormal, sehingga mengurangi jumlah
oksigen di dalam sel dan menyebabkan bentuk sel menjadi seperti sabit. Sel yang
berbentuk sabit menyumbat dan merusak pembuluh darah terkecil dalam limpa,
ginjal, otak, tulang dan organ lainnya; dan menyebabkan berkurangnya pasokan
oksigen ke organ tersebut. Sel sabit ini rapuh dan akan pecah pada saat melewati
pembuluh darah, menyebabkan anemia berat, penyumbatan aliran darah,
kerusakan organ dan mungkin kematian.
4
adalah protein hemoglobin (Hb) yang mengangkut O2 dan CO2 dan
mempertahankan pH normal melalui serangkaian dapar intraselluler. Molekul-
molekul Hb terdiri dari 2 pasang rantai polipeptida (globin) dan 4 gugus heme,
masing-masing mengandung sebuah atom besi. Konfigurasi ini memungkinkan
pertukaran gas yang sangat sempurna.
2.4 Patofisiologi
Defeknya adalah satu substitusi asam amino pada rantai beta hemoglobin
karena hemoglobin A normal mengandung dua rantai α dan dua rantai β, maka
terdapat dua gen untuk sintesa tiap rantai. Trait sel sabit hanya mendapat satu gen
normal, sehingga SDM masih mampu mensintesa kedua rantai β dan βs, jadi
mereka mempunyai hemoglobin A dan S sehingga mereka tidak menderita anemia
dan tampak sehat. Apabila dua orang dengan trait sel sabit sama menikah,
beberapa anaknya akan membawa dua gen abnormal dan hanya mempuntai rantai
βs dan hanya hemoglobin S, maka anak akan menderita anemia sel sabit.
(Smeltzer C Suzanne, 2002)
PATHWAY
Anoreksia Kadar HB ↓
Resti Gg
nutrisi kurang
dari kebutuhan
Pengangkutan oksigen
Lemas oleh darah ke sel
terhambat
Cepat lelah
Gg perfusi jaringan
Intoleransi
aktifitas
2.5 Gejala
6
(misalnya olah raga berat, mendaki gunung, terbang di ketinggian tanpa oksigen
yang cukup atau penyakit) bisa menyebabkan terjadinya krisis sel sabit, yang
ditandai dengan:
Nyeri perut bisa sangat hebat dan penderita bisa mengalami muntah;
gejala ini mirip dengan apendisitis atau suatu kista indung telur.
Pada anak-anak, bentuk yang umum dari krisis sel sabit adalah sindroma
dada, yang ditandai dengan nyeri dada hebat dan kesulitan bernafas.
Penyebab yang pasti dari sindroma dada ini tidak diketahui tetapi diduga
akibat suatu infeksi atau tersumbatnya pembuluh darah karena adanya bekuan
darah atau embolus (pecahan dari bekuan darah yang menyumbat pembuluh
darah).Sebagian besar penderita mengalami pembesaran limpa selama masa
kanak-kanak. Pada umur 9 tahun, limpa terluka berat sehingga mengecil dan
tidak berfungsi lagi. Limpa berfungsi membantu melawan infeksi, karena itu
penderita cenderung mengalami pneumonia pneumokokus atau infeksi
lainnya. Infeksi virus bisa menyebabkan berkurangnya pembentukan sel
darah, sehingga anemia menjadi lebih berat lagi. Lama-lama hati menjadi
lebih besar dan seringkali terbentuk batu empedu dari pecahan sel darah
merah yang hancur.
Jantung biasanya membesar dan sering ditemukan bunyi murmur.
Anak-anak yang menderita penyakit ini seringkali memiliki tubuh yang relatif
pendek, tetapi lengan, tungkai, jari tangan dan jari kakinya panjang.
Perubahan pada tulang dan sumsum tulang bisa menyebabkan nyeri tulang,
terutama pada tangan dan kaki. Bisa terjadi episode nyeri tulang dan demam,
dan sendi panggul mengalami kerusakan hebat sehingga pada akhirnya harus
diganti dengan sendi buatan.
Sirkulasi ke kulit yang jelek dapat menyebabkan luka terbuka di tungkai,
terutama pada pergelangan kaki. Kerusakan pada sistem saraf bisa
7
menyebabkan stroke. Pada penderita lanjut usia, paru-paru dan ginjal
mengalami penurunan fungsi. Pria dewasa bisa menderita priapisme (nyeri
ketika mengalami ereksi).
8
trimester ketiga. Kadar Hb perlu dinaikkan hingga 12-14 g/dl sebelum operasi.
Penyuluhan sebelum memilih pasangan hidup adalah untuk mencegah keturunan
yang homozigot dan mengurangi kemungkinan heterozigot.(Noer Sjaifullah,
1999)
2.8 Pengobatan
Sampai saat ini belum diketahui ada pengobatan yang dapat memperbaiki
pembentukan sabit, karena itu pengobatan secara primer ditujukan untuk
pencegahan dan penunjang. Karena infeksi tampaknya mencetuskan krisis sel
sabit, pengobatan ditekankan pada pencegahan infeksi, deteksi dini dan
pengobatan segera setiap ada infeksi pengobatan akan mencakup pemberian
antibiotik dan hidrasi dengan cepat dan dengan dosis yang besar. Pemberian
oksigen hanya dilakukan bila penderita mengalami hipoksia. Nyeri hebat yang
terjadi secara sendiri maupun sekunder terhadap adanya infeksi dapat mengenai
setiap bagian tubuh. Transfusi hanya diperlukan selama terjadi krisis aplastik atau
hemolitis. Transfusi juga diperlukan selama kehamilan. Penderita seringkali cacat
karena adanya nyeri berulang yang kronik karena adanya kejadian-kejadian oklusi
pada pembuluh darah.
B. ASUHAN KEPERAWATAN
1. PENGKAJIAN KEPERAWATAN
a. Pengumpulan data
9
1) Identifikasi Pasien : nama pasien, jenis kelamin, status perkawinan,
agama, suku/ bangsa, pendidikan, pekerjaan, dan alamat.
2) Identitas penanggung
Keluhan utama: pada keluhan utama akan nampak semua apa yang dirasakan
pasien pada saat itu seperti kelemahan, nafsu makan menurun dan pucat.
Riwayat kesehatan masa lalu: riwayat kesehatan masa lalu akan
memberikan informasi kesehatan atau penyakit masa lalu yang pernah
diderita.
6) Pemeriksaan fisik
Aktivitas/ istirahat
Sirkulasi
10
Eliminasi
Integritas ego
Makanan/ cairan
Hygiene
Neurosensori
Nyeri/ kenyamanan
Pernapasan
Keamanan
11
Seksualitas
7) Pemeriksaan Penunjang
2. Diagnosa
12
c. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
kegagalan untuk mencerna, ketidakmampuan mencerna makanan/ absorpsi
nutrien yang diperlukan untuk pembentukan sel darah merah normal.
d. Risiko tinggi terhadap kerusakan integritas kulit berhubungan dengan
perubahan sirkulasi dan neurologis, gangguan mobilitas, defisit nutrisi.
e. Risiko tinggi terhadap infeksi berhubungan denagn penurunan hemoglobin,
prosedur invasif, penyakit kronis
3. INTERVENSI
13
curah hujan.
14
pusing dan 3). Meningkatkan
sebagainya). istirahat
untuk
3). Berikan menurunkan
lingkungan tenang. kebutuhan oksigen
Pertahankan tirah tubuh.
baring. Pantau dan
batasi pengunjung. 4). Hipotensi postural
atau hipoksia serebral
4). Ubah posisi dapat menyebabkan
klien dengan pusing, berdenyut dan
perlahan dan peningkatan risiko
pantau terhadap cedera.
pusing.
3. Setelah 1). Berat 1) Kaji riwayat 1). Mengidentifikasi
diberikan badan stabil nutrisi, termasuk definisi, menduga
tindakan kep 2). Membran makanan yang kemungkinan
selama ....x24 mukosa disukai. intervensi.
jam diharapkan lembab
klien dapat 3). 2) Observasi dan 2). Mengawasi
nutrisi klien Peningkatan catat masukan masukan kalori atau
toleransi
terpenuhi makanan klien. kualitas
aktivitas
kekurangan konsumsi
makanan.
15
makanan sedikit kelemahan dan
dan frekuensi meningkatkan
sering. pemasukan juga
mencegah distensi
gaster.
16
pertumbuhan
organisme patogenik
5. Setelah 1). Luka bebas 1). Tingkatkan cuci 1). Mencegah
tangan yang baik
diberikan drainase, kontaminasi silang.
oleh pemberi
tindakan kep purulen atau perawatan dan
Klien
selama ....x24 eritema dan
2). Pertahankan
jam diharapkan demam 2). Menurunkan risiko
teknik aseptik ketat infeksi bakteri.
tidak terjadi 2). Tanda-tanda
pada
infeksi vital normal
prosedur/perawatan
3). Hemoglobin
luka.
normal (14 – 16
3). Dorong
g%) 3). Meningkatkan
perubahan posisi
atau ambulasi yang ventilasi semua segmen
sering, latihan
batuk paru dan membatu
dan napas dalam.
memobilisasi sekresi
untuk mencegah
pneumonia.
4. IMPLEMENTASI
5. EVALUASI
17
Evaluasi adalah tindakan intelektual uintuk melengkapi proses keperawatan yang
menandakan seberapa jauh diagnosa keperawaatan, rencana tindakan dan pelaksanaan
sudah berhasil dicapai (Ignatanicius & Bayne, 1994).
Evaluasi harus dilakukan untuk mengetahui keefektifan dari rencana dan tindakan
keperawatan. Setiap diagnosa mempunyai kriteria yang harus dipenuhi :
a. Diagnosa perubahan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan penurunan
komponen seluler yang diperlukan untuk pengiriman oksigen/nutrien ke sel. Rencana
tindakan dikatakan berhasil bila mencapai kriteria hasil yang telah ditetapkan yaitu tanda
vital stabil, membran mukosa warna merah muda, pengisian kapiler baik.
b. Diagnosa intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidak-seimbangan antara suplai
oksigen dan kebutuhan. Rencana tindakan dikatakan berhasil bila mencapai kriteria hasil
yang telah ditetapkan yaitu tanda- tanda vital dalam batas normal, tak ada keluhan dalam
beraktivitas dan peningkatan aktivitas secara bertahap.
c. Diagnosa perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
kegagalan untuk mencerna, ketidakmampuan mencerna makanan/ absorpsi nutrien yang
diperlukan untuk pembentukan sel darah merah normal. Rencana tindakan dikatakan
berhasil bila mencapai kriteria hasil yang telah ditetapkan yaitu berat badan stabil,
membran mukosa lembab dan peningkatan toleransi aktivitas.
d. Diagnosa risiko terhadap kerusakan integritas kulit berhubungan dengan perubahan
sirkulasi dan neurologis, gangguan mobilitas defisit nutrisi. Rencana tindakan dikatakan
berhasil bila mencapai kriteria hasil yang telah ditetapkan yaitu membran mukosa
lembab, elastisitas kulit kembali dalam satu detik dan pengisian kapiler baik.
e. Diagnosa risiko tinggi infeksi berhubungan dengan penurunan hemoglobin, prosedur
invasif, penyakit kronis. Rencana tindakan dikatakan berhasil bila mencapai kriteria hasil
yang telah ditetapkan yaitu hemoglobin normal (14 – 16 g%), luka bebas drainase,
purulen atau eritema dan demam serta tanda-tanda vital normal.
18
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Anemia sel sabit adalah sejenis anemia kongenital dimana sel darah merah
berbentuk menyerupai sabit, karena adanya hemoglobin abnormal.Penyakit Sel
Sabit (sickle cell disease) adalah suatu penyakit keturunan yang ditandai dengan
sel darah merah yang berbentuk sabit dan anemia hemolitik kronik.
Pada penyakit sel sabit, sel darah merah memiliki hemoglobin (protein
19
pengangkut oksigen) yang bentuknya abnormal, sehingga mengurangi jumlah
oksigen di dalam sel dan menyebabkan bentuk sel menjadi seperti sabit.
Sel yang berbentuk sabit menyumbat dan merusak pembuluh darah terkecil dalam
limpa, ginjal, otak, tulang dan organ lainnya; dan menyebabkan berkurangnya
pasokan oksigen ke organ tersebut.
3.2 Saran
Karena penyakit dapat menimbulkan krisis yang berbahaya, mereka yang
mengidap anemia sel sabit perlu bekerja keras untuk mempertahankan kesehatan
yang baik. Mereka dapat melakukan hal ini dengan menjaga kebersiahn pribadi,
dengan menghindari aktivitas yang berat yang berkepanjangan, dan dengan
mengkonsumsi makanan yang seimbang dan baik.Para penderita anemia sel sabit
hendaknya juga melakukan pemeriksaan medis yang teratur. Jika penderita
anemia sel sabit sering melakukan pemeriksaan medis dengan teratur, maka ini
memungkinkan banyak penderita anemia sel sabit untuk hidup secara
normal.Dengan mengetahui konsep dasar dan asuhan keperawatan pada pasien
anemia sel sabit, diharapkan dalam memberikan pelayanan kesehatan harus secara
profesional dan komprehensif sehingga meminimalkan kemungkinan terjadi
komplikasi.
DAFTAR PUSTAKA
Engram, Barbara. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan Medikal Bedah Volume 2. EGC:
Jakarta
20
Smeltzer, Suzanne C. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah Volume 2. EGC:
Jakarta
http://harnawatiaj.wordpress.com/2008/03/27/askep.anemia-sel-sabit/
http://www.womenshealth.gov/faq/anemia-sel-sabit.cfm
http://www.indokado.com/
21