Anda di halaman 1dari 8

Pestisida merupakan bahan yang banyak memberikan manfaat sehingga banyak dibutuhkan masyarakat

pada bidang pertanian (pangan, perkebunan, perikanan, peternakan), penyimpanan hasil pertanian,
kehutanan (tanaman hutan dan pengawetan hasil hutan), rumah tangga dan penyehatan lingkungan,
pemukiman, bangunan, pengangkutan dan lain-lain.

Pemberian tambahan pestisida pada suatu lahan, merupakan aplikasi suatu teknologi yang
diharapkan dapat membantu meningkatkan produktivitas, membuat pertanian lebih efisien dan
ekonomis. Namun di sisi lain pemakaian pestisida yang berlebihan dan dilakukan secara terus-menerus
pada setiap musim tanam akan berpotensi menyebabkan kerugian antara lain residu pestisida akan
terakumulasi dalam produk-produk pertanian, pencemaran pada lingkungan pertanian dan perairan,
penurunan produktivitas serta keracunan pada manusia dan hewan

Bahaya pestisida bagi kesehatan manusia dapat terjadi akibat keracunan Pestisida karena penggunaan
yang tidak tepat dan tidak aman maupun akibat residu pestisida pada bahan makanan.

Sifat penting yang dimiliki pestisida adalah daya racun atau toksisitas. Meski bahan kimia tersebut
hanya dimaksudkan untuk mematikan suatu jenis hama tertentu tetapi pada hakekatnya bersifat racun
untuk semua mahluk hidup. Hampir semua jenis pestisida tidak bersifat selektif dan mempunyai
spektrum yang luas sebagai racun sehingga merupakan sumber pencemaran yang potensial khususnya
bagi sumberdaya dan lingkungan perairan.

Pengertian Pestisida

Pestisida adalah zat untuk membunuh atau mengendalikan hama. Senyawa ini merupakan senyawa
persisten yang sangat sulit diuraikan dan akan terakumulasi dalam lemak suatu organisme. Pestisida
adalah zat untuk mengendalikan, menolak, memikat atau membasmi organisme pengganggu atau hama.
Ada beberapa jenis hama seperti serangga, tikus, gulma, burung, mamalia, ikan atau mikrobia
pengganggu. Tergantung pada sasaran yang akan dibasmi, pestisida dapat berupa insektisida untuk
membasmi serangga, fungisida ( jamur), rodentisida (hewan pengerat), herbisida (gulma), akarisida
(tungau) dan bakterisida (bakteri).

Penggolongan Pestisida

Pestisida terbagi menjadi dua yakni pestisida organik dan anorganik. Pestisida organik cukup
efektif namun kurang berpengaruh pada binatang berdarah panas, contohnya Pyrethrum pada bunga
tanaman Chrisantheum cinerari aefoliumdan rotenone/derris pada racun ikan sedangkan pada pestisida
anorganik memiliki sifat racun yang sangat tinggi dan memiliki residu persisten terhadap lingkungan,
contonya SO2 dan CuSO4.

Berdasarkan sasarannya, pestisida dikelompokkan menjadi beberapa jenis yakni sebagai berikut :
1. Insektisida, yang digunakan untuk mengendalikan hama berupa serangga, Kelompok insektisida
dibedakan menjadi dua yaitu ovisida (mengendalikan telur serangga) dan larvasida (mengendalikan larva
serangga).

2. Akarisida, yang digunakan untuk mengendalikan akarina (tungau atau mites).

3. Moluskasida, yang digunakan untuk mengendalikan hama dari bangsa siput (moluska).

4. Rodentisida, yang digunakan untuk mengendalikan hewan pengerat (tikus).

5. Nematisida, digunakan untuk mengendalikan nematode

6. Fungisida, digunakan untuk mengendalikan penyakit tanaman yang disebabkan oleh cendawan (jamur
atau fungi).

7. Bakterisida, yang digunakan untuk mengendalikan penyakit yang disebabkan oleh bakteri.

8. Algisida, digunakan untuk mengendalikan ganggang (algae).

9. Piskisida, digunakan untuk mengendalikan ikan buas.

10. Herbisida, digunakan untuk mengendalikan gulma (tumbuhan pengganggu).

11. Avisida, digunakan untuk meracuni burung perusak hasil pertanian.

12. Repelen, pestisida yang tidak bersifat membunuh, hanya mengusir hama.

13. Altraktan, digunakan untuk menarik atau mengumpulkan serangga

14. ZPT, digunakan untuk mengatur pertumbuhan tanaman yang efeknya bias memacu pertumbuhan
atau menekan pertumbuhan.

15. Plant activator, digunakan untuk merangsang timbulnya kekebalan tumbuhan sehingga tahan
terhadap penyakit tertentu.

Pengetahuan mengenai pengelompokkan pestisida berdasarkan organisme sasaran sangat penting


sebagai pengetahuan dasar untuk memilih pestisida yang tepat. Misalnya, menggunakan fungsida untuk
mengendalikan hama berupa serangga tentu tidak ada gunanya.

Pestisida dalam Kegiatan Budidaya Perairan

Pestisida tidak hanya digunakan dalam ruang lingkup pertanian namun digunakan pula dalam ruang
lingkup kegiatan budidaya perairan. Maksud dari penggunaan pestisida dalam kegiatan budidaya yakni
membunuh hama serta penyakit yang dapat menggangu pertumbuhan serta kelangsungan hidup biota
air yang dibudidayakan.
Berdasarkan peraturan menteri pertanian nomor : 24/permentan/SR.140/4/2011 pasal 4 ayat 4 bahwa
bidang penggunaan perikanan adalah pestisida yang digunakan untuk mengendalikan organisme
sasaran/mencegah hama-hama air pada budidaya perikanan (antara lain tambak ikan, tambak udang).
Penggunaan pestisida diperlukan juga untuk pemberantasan hama dan udang. Aplikasi pestisida pada
udang dilakukan saat persiapan tambak dan sebelum benur ditebar.

Dampak Pestisida

1. Dampak Pestisida bagi Biota Air

Ikan serta biota air lain yang hidup di lingkungan perairan yang tercemar pestisida dapat menyerap
bahan aktif pestisida dan akan tersimpan dalam tubuh. Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa
bioakumulasi pestisida (endosulfan) semakin meningkat dengan bertambahnya konsentrasi dan waktu
pemaparan hingga tercapainya kondisi steady state. Selain itu, pengaruh lanjut dari bioakumulasi
pestisida secara signifikan dapat menurunkan laju pertumbuhan dan berdampak terhadap kondisi
hematologis ikan.

Masuknya pestisida ke dalam tubuh hewan dapat terjadi secara langsung dari lingkungan fisik atau dari
penyerapan gastrointestinal. Untuk organisme air, kontaminasi pestisida dapat melalui proses oleh: (1)
makan makanan yang terkontaminasi, (2) pengambilan dari air yang melewati membran insang saat
bernafas, (3) difusi kutikular, dan (4) penyerapan langsung dari sedimen.

Residu pestisida oleh hewan air dapat terakumulasi di dalam jaringan tubuh karena pestisida tersebut
memiliki sifat lipofitas yang tinggi sehingga mudah terikat dalam jaringan lemak dan akumulasi residu
pestisida organoklorin pada ikan dipengaruhi oleh kandungan lemak. Dengan kata lain, ikan yang
memiliki kandungan lemak yang tinggi (seperti ikan mas) akan lebih mudah mengakumulasi insektisida
golongan organoklorin.

Ikan yang terkena kontaminasi subletal dari berbagai jenis pestisida akan memperlihatkan perubahan
dalam aksi fisiologis, kegagalan dalam perkembangbiakan, ketahanan, kerentanan, biokimia, morfologi,
dan pengaruh lainnya termasuk laju pertumbuhan.

2. Dampak Pestisida bagi Manusia

Penggunaan pestisida oleh masyarakat yang semakin luas dapat berdampak negatif pada masyarakat
itu sendiri. Keracunan pestisida terjadi bila ada bahan pestisida yang mengenai dan/atau masuk ke dalam
tubuh dalam jumlah tertentu. Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi keracunan pestisida
antara lain:a. Dosis.
Dosis pestisida berpengaruh langsung terhadap bahaya keracunan pestisida, karena itu dalam melakukan
pencampuran pestisida untuk penyemprotan petani hendaknya memperhatikan takaran atau dosis yang
tertera pada label. Dosis atau takaran yang melebihi aturan akan membahayakan penyemprot itu sendiri.

b. Toksisitas senyawa pestisida. Kesanggupan pestisida untuk membunuh sasarannya.

Semua pestisida toksik. Perbedaan toksisitas adalah pada derajat atau tingkat toksisitas. Pestisida akan
berbahaya jika tejadi paparan yang berlebih. Pada label kemasan pestisida terdapat 4 tanda-tanda
peringatan yang menunjukkan derajat pestisida tersebut. Tanda peringatan ini menunjukkan potensi
resiko pengguna pestisida bukan keampuhan produk pestisida. Berikut ini merupakam tanda peringatan
pada label kemasan pestisida :

No. Tanda Peringatan Label Kemasan

1 I.a. Sangat berbahaya sekali Coklat tua

2 I.b. Sangat berbahaya Merah tua

3 II. Berbahaya Kuning tua

4 III. Cukup berbahaya Biru muda

Peraturan Penggunaan Pestisida

Berikut ini merupakan Batas Maksimum Residu (BMR) pestisida pada kolam budidaya perikanan
berdasarkan Standar Nasional Indonesia (SNI) No. 01-6366-200 :

Pestisida Batas Maximum Residu (mg/l)

Organofosfat :

Diazinon 0,1

Kloropirifos 0,1

Organoklorin :

Y-BHC (linden) 0,1

Aldrin 0,2

Heptaklor 0,2
Dieldrin 0,2

Piretroid

Sipermetrin 0,1

Penvalerat 0,1

Karbamat

MIPC 0,5

BPMC 0,5

Karbofuran 0,5

2.3 Akumulasi Pestisida Pada Biota Laut

LI et al. (2006) juga menyatakan bahwa penyebaran pestisida ke suatu lingkungan selain kontak langsung,
juga dapat melalui air. Pestisida yang terdapat dalam air akan mengendap di permukaan sedimen dan
mengkontaminasi organisme yang hidup dalam kolom air maupun pada sedimen. REINECKE & REINECKE
(2007) menyatakan bahwa hujan yang turun setelah penyemprotan pestisida organoklorin akan
membawa pestisida organoklorin ini mengalir ke permukaan air sungai maupun laut, dan membawa
dampak terhadap organisme non target di lokasi penyemprotan maupun daerah sekitarnya.

Senyawa kimia utama pestisida adalah organokhlorin yang telah diketahui mengkontaminasi lingkungan
secara global seperti dalam air dan tanah (RAMESH et al. 1990a), udara (RAMESH et al. 1989), serta
kerang hijau (RAMESH et al. 1990b). Di India bahkan residu pestisida organoklorin ditemukan dalam air
susu ibu (TANABE et al. 1990) sedangkan di Indonesia pestisida organoklorin juga ditemukan di kerang-
kerangan (RAZAK 1991; RAZAK & MUNAWIR 1994).

Pestisida organoklorin yang terdapat dalam kerang hijau akan terakumulasi dalam rantai makanan,
sedangkan pestisida yang terdapat dalam air dan sediment dalam jangka panjang akan berpengaruh
terhadap kesehatan berbagai burung dan mamalia laut, (LUDWIG et al. dalam LOGANATHAN et al. 1993)
serta menghambat pertumbuhan dan reproduksi ikan dan organisme yang hidup dalam suatu perairan
(YELENA et al. 2004; HOSSAIN et al. 2001). Seluruh bahan kimia untuk pembuatan senyawa pestisida
organoklorin ini adalah bahan sintetik buatan manusia (“man-made”) dengan tujuan untuk membasmi
hama tanaman, pertanian, perkebunan maupun kehutanan (RAZAK & GUNAWAN 2004) .
Senyawa organoklorin ini mempunyai dampak nyata terhadap kesehatan manusia karena bersifat
persisten dalam jangka waktu yang lama dan bersifat bioakumulasi karena tidak mudah terurai (CONNEL
& MILLER 1995).

Masalah pencemaran yang dikaitkan dengan pertanian adalah sedimentasi pestisida dan pupuk. Aliran
air hujan dari daerah pertanian juga mengandung bahan makanan yang besar seperti senyawa nitrogen
yang jika sampai ke laut dapat menyebabkan masalah eutrofikasi. Pestisida digunakan dengan maksud
untuk pembasmian hama dalam pertanian. Hanya saja, sifat toksisitas pestisida telah diketahui dapat
menimbulkan kanker. Selain itu, bahaya utama yang telah diketahui dari sisa pestisida adalah
kemampuan untuk merusak biota laut dikarenakan daya akumulasinya pada biota laut.

Pengaruh langsung pollutan terutama pestisida terhadap ikan biasanya dinyatakan sebagai lethal (akut),
yaitu akibat yang timbul pada waktu kurang dari 96 jam atau sub lethal (kronis), yaitu akibat-akibat yang
timbul pada waktu lebih dari 96 jam (4 hari). Sifat toksik yang lethal dan sublethal dapat menimbulkan
efek genetik maupun tetatogenik terhadap biota yang bersangkutan. Pengaruh lethal disebabkan
gangguan saraf pusat sehingga ikan tidak bergerak atau bergerak akibatnya cepat mati. Pengaruh sub
lethal terjadi pada organ-organ tubuh menyebabkan kerusakan pada hati, mengurangi potensi untuk
perkembangbiakan, pertumbuhan (Sanusi,1980).

III. PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Pestisida juga diartikan sebagai substansi kimia dan bahan lain yang mengatur dan atau menstimulir
pertumbuhan tanaman atau bagian-bagian tanaman. Sesuai konsep Pengendalian Hama Terpadu (PHT),
penggunaan pestisida ditujukan bukan untuk memberantas atau membunuh hama, namun lebih
dititiberatkan untuk mengendalikan hama sedemikian rupa hingga berada dibawah batas ambang (Faizal,
2010).

Telah diketahui bahwa pestisida organoklorin yang terdapat dalam kerang hijau akan terakumulasi dalam
rantai makanan, sedangkan pestisida yang terdapat dalam air dan sediment dalam jangka panjang akan
berpengaruh terhadap kesehatan berbagai burung dan mamalia laut, (LUDWIG et al. dalam
LOGANATHAN et al. 1993) serta menghambat pertumbuhan dan reproduksi ikan dan organisme yang
hidup dalam suatu perairan (YELENA et al. 2004; HOSSAIN et al. 2001). Seluruh bahan kimia untuk
pembuatan senyawa pestisida organoklorin ini adalah bahan sintetik buatan manusia (“man-made”)
dengan tujuan untuk membasmi hama tanaman, pertanian, perkebunan maupun kehutanan (RAZAK &
GUNAWAN 2004) .

DAFTAR PUSTAKA

CONNEL, D.W. and G. J. MILLER 1995. Kimia dan ekotoksikologi pencemaran. Diterjemahkan oleh
Yanti Koestoer. UI Press, Jakarta.

MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP 2004. Keputusan Menteri Negara dan Lingkungan Hidup
Nomor: 51 Tahun 2004, tentang Baku Mutu Air Laut, untuk Kehidupan Biota Laut : 11 hal.

RAZAK, H. dan K.MUNAWIR 1994. Kadar pestisida organoklorin di perairan Teluk Jakarta. Dalam:
H.P.HUTAGALUNG, D. SETIAPERMANA

RAZAK, H dan I. GUNAWAN 2004. Kandungan pestisida organoklorin dalam sedimen dan kerang tahu
(Meretrix meretrix) di muara Sungai Citarum, Jawa Barat. J. Riset IPTEK Kelautan. 2(1): 25-35.

RAMESH, A, S. TANABE, R. TATSUKAWA, A. N. SUBRAMANIAN, S. PALANICHMY, D. MOHAN and V. K.


VENUGOPALAN 1989. Seasonal variation of persistent organochlorine insecticide residues in air
from Porto Novo. South India. Environment. Pollut. 62: 213-222.

YELENA, S., O.BAWARDI and D. SHCLENK 2004. Pesticides and PCBs in sediments and fish from the
Salton Sea, California, USA. Chemosphere 55: 797-809.
Faizal, Richie. 2010. Pestisida. Diakses : 20 April 2012

http://biodenti.wordpress.com/pencemaran-air/

Sutrisno, N, P. Setyanto, dan U. Kurnia. 2009. Perspektif Dan Urgensi Pengelolaan

Lingkungan Pertanian Yang Tepat. Diakses : 20 April 2012

http://www.pustaka-deptan.go.id/publikasi/ip024095.pdf

3. Cara Kerja Pestisida :

a. Pestisida kontak, berarti mempunyai daya bunuh setelah tubuh jasad terkena sasaran.

b. Pestisida fumigan, berarti mempunyai daya bunuh setelah jasad sasaran terkena uap atau gas

c. Pestisida sistemik, berarti dapat ditranslokasikan ke berbagai bagian tanaman melalui jaringan. Hama
akan mati kalau mengisap cairan tanaman.

d. Pestisida lambung, berarti mempunyai daya bunuh setelah jasad sasaran memakan pestisida.

Aa

Anda mungkin juga menyukai