PEKERJAAN
CONSTRUCTION
(AHLI STRUKTUR PEKERJAAN JEMBATAN)
MODUL
STEBC – 05 : GAMBAR KERJA
PEKERJAAN JEMBATAN
2006
MyDoc/Pusbin-KPK/Draft1
STEBC-05: Gambar Kerja Pekerjaan Jembatan
KATA PENGANTAR
Modul ini berisi bahasan tentang Gambar Kerja Pekerjaan Jembatan mencakup
gambar rencana, gambar kerja (shop drawing) maupun gambar hasil pelaksanaan
(as built drawing).
Gambar rencana adalah gambar yang dibuat untuk mempersiapkan suatu proyek
sampai dengan tahap pelelangan. Gambar ini belum merupakan gambar lengkap
karena hanya terdiri dari gambar yang pokok-pokok saja, misalnya gambar denah
dilengkapi dengan gambar konstruksi dan gambar pelengkap lainnya untuk
keperluan pelelangan.
Gambar kerja (shop drawing) adalah gambar rencana yang dilengkapi dengan
gambar-gambar detail dan gambar tambahan agar pelaksanaan
pembangunannya sesuai dengan spesifikasi yang telah ditetapkan dalam
dokumen tender. Gambar kerja tersebut harus mendapatkan persetujuan dari
Direksi Pekerjaan terlebih dahulu sebelum digunakan di lapangan.
LEMBAR TUJUAN
NOMOR : STEBC – 05
TUJUAN PELATIHAN :
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR ..................................................................................... i
LEMBAR TUJUAN ....................................................................................... ii
DAFTAR ISI ................................................................................................... iv
DESKRIPSI SINGKAT PENGEMBANGAN MODUL PELATIHAN AHLI
STRUKTUR PEKERJAAN JEMBATAN (Structure Engineer of
Bridge Construction) ................................................................... v
DAFTAR MODUL .......................................................................................... v
PANDUAN INSTRUKTUR ............................................................................ vi
RANGKUMAN
DAFTAR PUSTAKA
HAND OUT
DAFTAR MODUL
Ahli Struktur Pekerjaan Jembatan
Jabatan Kerja :
(Structure Engineer of Bridge Construction/STEBC)
Nomor
Kode Judul Modul
Modul
1 STEBC – 01 UUJK, K3 dan Pemantauan Lingkungan
PANDUAN INSTRUKTUR
A. BATASAN
B. KEGIATAN PEMBELAJARAN
Waktu = 30 menit
Waktu = 90 menit
Waktu = 60 menit
BAB I
PENDAHULUAN
Modul ini disusun dalam rangka membekali peserta pelatihan dalam mengenali prinsip-
prinsip penyiapan Gambar Kerja pekerjaan jembatan. Penyiapan Gambar Kerja tersebut
perlu dibuat sesuai dengan metode pelaksanaan yang akan digunakan dalam upaya
memenuhi Spesifikasi Teknis yang telah ditetapkan.
Dalam pelaksanaan lapangan pekerjaan jembatan, ada 3 (tiga) hal yang saling berkaitan
satu sama lain yaitu :
Jika kurang memahami spesifikasi teknis, tidak mampu menyiapkan gambar kerja,
dan tidak mempunyai SDM (Sumber Daya Manusia) lapangan yang tangguh,
kontraktor akan sulit menghindar dari kesalahan/kelalaian pelaksanaan lapangan.
Modul ini akan menguraikan prinsip-prinsip penyiapan Gambar Kerja yang secara umum
dapat dikelompokkan ke dalam bagian-bagian sebagai berikut :
Gambar Kerja pada akhirnya harus didistribusikan kepada unit-unit kerja yang memang
memerlukannya, mulai dari kelompok pelaksana, pengawas maupun pemilik (pemberi
kerja). Para pihak yang berkepentingan dengan Gambar Kerja tersebut perlu
mempelajarinya dengan cara yang seksama, kalau ada hal-hal yang meragukan dalam
Gambar Kerja tersebut perlu segera memberitahukannya kepada kontraktor untuk
mendapatkan koreksi-koreksi seperlunya.
Khusus untuk lingkungan pelaksana, berikut ini adalah para pelaku yang memerlukan
adanya Gambar Kerja ;
BAB II
GAMBAR KERJA
Idealnya, seluruh gambar kerja yang disiapkan oleh Kepala Urusan Penyiapan Gambar
Kerja diperiksa dengan cermat oleh Asisten Pelaksana Struktur Jembatan.
Permasalahannya sekarang, dimana Structure Engineer of Bridge Construction
mempunyai peranan di dalam pemeriksaan gambar kerja? Modul ini memberikan
gambaran bahwa Structure Engineer of Bridge Construction perlu mencermati prinsip-
prinsip metode pelaksanaan pekerjaan pada bagian-bagian pekerjaan yang dinilai
mengandung risiko-risiko konstruksi, kemudian bagaimana gambar kerja yang dibuat
ditinjau dari aspek metode pelaksanaan pekerjaan konstruksi. Dengan demikian akan
diperoleh jaminan bahwa ”pesan teknis” yang dikehendaki oleh Spesifikasi Teknis dapat
tercermin dalam gambar kerja yang telah disiapkan.
Berikut ini diberikan prinsip-prinsip dasar yang perlu digunakan di dalam melakukan
pemeriksaan gambar kerja :
Pembuatan gambar kerja pekerjaan pondasi sumuran perlu diperiksa apakah secara
prinsip mengikuti urutan pelaksanaan berdasarkan metode kerja pelaksanaan sebagai
berikut :
TANAH DASAR
Memotong tanah asli sampai dengan elevasi dasar abutment, kemudian dicor
lantai kerja di luar area untuk penempatan sumuran.
Posisi tepi atas sumuran pada dasar abutment dapat ditentukan, sehingga
penurunan dinding sumuran dapat dimulai.
TANAH DASAR
Pondasi sumuran harus dibuat memenuhi ketentuan dimensi dan fungsinya, dengan
mempertimbangkan kondisi pelaksanaan yang diberikan.
Unit beton pracetak harus dicor pada landasan pengecoran yang sebagaimana
mestinya. Cetakan harus memenuhi garis dan elevasi yang tepat dan terbuat
dari logam. Cetakan harus kedap air dan tidak boleh dibuka paling sedikit 3 hari
setelah pengecoran. Unit beton pracetak yang telah selesai dikerjakan harus
bebas dari segregasi, keropos, atau cacat lainnya dan harus memenuhi dimensi
yang disyaratkan.
Unit beton pracetak tidak boleh digeser paling sedikit 7 hari setelah pengecoran,
atau sampai pengujian menunjukkan bahwa kuat tekan beton telah mencapai 70
persen dari kuat tekan beton rancangan dalam 28 hari.
Unit beton pracetak tidak boleh diangkut atau dipasang sampai beton tersebut
mengeras paling sedikit 14 hari setelah pengecoran, atau sampai pengujian
menunjukkan kuat tekan mencapai 85 persen dari kuat tekan rancangan dalam
28 hari.
Beton pracetak yang pertama dibuat harus ditempatkan sebagai unit yang
terbawah. Bilamana beton pracetak yang pertama dibuat telah diturunkan, beton
pracetak berikut-nya harus dipasang di atasnya dan disambung sebagimana
mestinya dengan adukan semen untuk memperoleh kekakuan dan stabilitas
Cetakan untuk dinding sumuran yang dicor di tempat harus memenuhi garis dan
elevasi yang tepat, kedap air dan tidak boleh dibuka laing sedikit 3 hari setelah
pengecoran. Beton harus dicor dan dirawat sesuai dengan ketentuan dari
Spesifikasi ini. Penurunan tidak boleh dimulai paling sedikit 7 hari setelah
pengecoran atau sampai pengujian menunjukkan bahwa kuat tekan beton
mencapai 70 persen dari kuat tekan rancangan dalam 28 hari.
ii) Air dalam sumuran umumnya tidak boleh dikeluarkan setelah pengecoran
beton untuk sumbat dasar sumuran.
Diisi
Beton Tanah Muka air sungai
K-175 keras
1) Pengisian Sumuran
Sumuran harus diisi dengan beton siklop K175 sampai elevasi satu meter di
bawah pondasi telapak. Sisa satu meter tersebut harus diisi dengan beton K250,
atau sebagaimana yang ditunjukkan dalam Gambar.
2) Beton Siklop
Pengecoran beton siklop terdiri dari campuran beton kelas K175 dengan batu-
batu pecah ukuran besar. Batu-batu ini diletakkan dengan hati-hati, tidak boleh
dijatuhkan dari tempat yang tinggi atau ditempatkan secara berlebihan yang
dikhawatirkan akan merusak bentuk acuan atau pasangan-pasangan lain yang
berdekatan. Semua batu-batu pecah harus cukup dibasahi sebelum
ditempatkan. Volume total batu pecah tidak boleh melebihi sepertiga dari total
volume pekerjaan beton siklop.
Dinding penahan rembesan (cut-off wall) harus kedap air dan harus mampu
menahan gaya-gaya dari luar seperti tekanan tanah dan air selama proses
penurunan dinding sumuran, dan harus ditarik setelah pelaksanaan sumuran
selesai dikerjakan.
Bagian atas dinding sumuran yang telah terpasang yang lebih tinggi dari sisi
dasar pondasi telapak harus dibongkar. Pembongkaran harus dilaksanakan
dengan menggunakan alat pemecah bertekanan (pneumatic breakers).
Peledakan tidak boleh digunakan dalam setiap pembongkaran ini.
Baja tulangan yang diperpanjang masuk ke dalam pondasi telapak harus mem-
punyai panjang paling sedikit 40 kali diameter tulangan.
5) Pengendalian Keselamatan
Berikut ini adalah pemasangan abutment setelah pondasi sumuran terpasang dan
baja tulangan sudah disiapkan pada posisi minimal 40 kali diameter tulangan untuk
disiapkan menjadi bagian dari pembesian abutment sebelum beton untuk abutment
dicor.
Pembuatan abutment
Pembesian untuk
backwall sementara Pengecoran abutment beton
ditekuk dulu karena bertulang;
pengecorannya masih Back wall belum dicor, agar
menunggu selesainya tidak menghalang-halangi
pemasangan pemasangan bangunan atas.
bangunan atas
Muka
air
sungai
Bagian dari abutment yang belum boleh dicor adalah “backwall”, dimana backwall
ini baru boleh dicor setelah bangunan atas terpasang.
a) Seluruh telapak pondasi, pondasi dan galian untuk pekerjaan beton harus dijaga
agar senatiasa kering dan beton tidak boleh dicor di atas tanah yang berlumpur
atau bersampah atau di dalam air. Atas persetujuan Direksi beton dapat dicor di
dalam air dengan cara dan peralatan khusus untuk menutup kebocoran seperti
pada dasar sumuran atau cofferdam.
b) Sebelum pengecoran beton dimulai, seluruh acuan, tulangan dan benda lain
yang harus dimasukkan ke dalam beton (seperti pipa atau selongsong) harus
sudah dipasang dan diikat kuat sehingga tidak bergeser pada saat pengecoran.
c) Bila disyaratkan atau diperlukan oleh Direksi Pekerjaan, bahan landasan untuk
pekerjaan beton harus dihampar sesuai dengan ketentuan dari Spesifikasi.
Pelatihan Structure Engineer of Bridge Construction (STEBC) II-7
STEBC-05: Gambar Kerja Pekerjaan Jembatan Bab II: Gambar Kerja
2) Acuan
a) Acuan dari tanah, bilamana disetujui oleh Direksi Pekerjaan, harus dibentuk
dari galian, dan sisi-sisi samping serta dasarnya harus dipangkas secara
manual sesuai dimensi yang diperlukan. Seluruh kotoran tanah yang lepas
harus dibuang sebelum pengecoran beton.
b) Acuan dapat dibuat dari kayu atau baja dengan sambungan dari adukan
yang kedap dan kaku untuk mempertahankan posisi yang diperlukan selama
pengecoran, pemadatan dan perawatan.
3) Pengecoran
c) Segera sebelum pengecoran beton dimulai, acuan harus dibasahi dengan air
atau diolesi minyak di sisi dalamnya dengan minyak yang tidak meninggalkan
bekas.
d) Tidak ada campuran beton yang boleh digunakan bilamana beton tidak dicor
sampai posisi akhir dalam cetakan dalam waktu 1 jam setelah pencampuran,
Pelatihan Structure Engineer of Bridge Construction (STEBC) II-8
STEBC-05: Gambar Kerja Pekerjaan Jembatan Bab II: Gambar Kerja
atau dalam waktu yang lebih pendek sebagaimana yang dapat diperintahkan
oleh Direksi Pekerjaan berdasarkan pengamatan karakteristik waktu
pengerasan (setting time) semen yang digunakan, kecuali diberikan bahan
tambah (aditif) untuk memperlambat proses pengerasan (retarder) yang
disetujui oleh Direksi.
f) Beton harus dicor sedemikian rupa hingga terhindar dari segregasi partikel
kasar dan halus dari campuran. Beton harus dicor dalam cetakan sedekat
mungkin dengan yang dapat dicapai pada posisi akhir beton untuk mencegah
pengaliran yang tidak boleh melampaui satu meter dari tempat awal
pengecoran.
g) Bilamana beton dicor ke dalam acuan struktur yang memiliki bentuk yang
rumit dan penulangan yang rapat, maka beton harus dicor dalam lapisan-
lapisan horisontal dengan tebal tidak melampuai 15 cm. Untuk dinding beton,
tinggi pengecoran dapat 30 cm menerus sepanjang seluruh keliling struktur.
h) Beton tidak boleh jatuh bebas ke dalam cetakan dengan ketinggian lebih dari
150 cm. Beton tidak boleh dicor langsung dalam air.
Bilamana beton dicor di dalam air dan pemompaan tidak dapat dilakukan
dalam waktu 48 jam setelah pengecoran, maka beton harus dicor dengan
metode Tremi atau metode drop-bottom-bucket, dimana bentuk dan jenis
yang khusus digunakan untuk tujuan ini harus disetujui terlebih dahulu oleh
Direksi Pekerjaan.
Tremi harus kedap air dan mempunyai ukuran yang cukup sehingga
memung-kinkan pengaliran beton. Tremi harus selalu diisi penuh selama
pengecoran. Bilamana aliran beton terhambat maka Tremi harus ditarik
sedikit dan diisi penuh terlebih dahulu sebelum pengecoran dilanjutkan.
j) Bidang-bidang beton lama yang akan disambung dengan beton yang akan
dicor, harus terlebih dahulu dikasarkan, dibersihkan dari bahan-bahan yang
lepas dan rapuh dan telah disiram dengan air hingga jenuh. Sesaat sebelum
pengecoran beton baru ini, bidang-bidang kontak beton lama harus disapu
dengan adukan semen dengan campuran yang sesuai dengan betonnya
k) Air tidak boleh dialirkan di atas atau dinaikkan ke permukaan pekerjaan beton
dalam waktu 24 jam setelah pengecoran.
a) Jadwal pengecoran beton yang berkaitan harus disiapkan untuk setiap jenis
struktur yang diusulkan dan Direksi Pekerjaan harus menyetujui lokasi
sambungan konstruksi pada jadwal tersebut, atau sambungan konstruksi
tersebut harus diletakkan seperti yang ditunjukkan pada Gambar.
Sambungan konstruksi tidak boleh ditempatkan pada pertemuan elemen-
elemen struktur terkecuali disyaratkan demikian.
5) Konsolidasi
a) Beton harus dipadatkan dengan penggetar mekanis dari dalam atau dari luar
yang telah disetujui. Bilamana diperlukan, dan bilamana disetujui oleh Direksi
Pekerjaan, penggetaran harus disertai penusukan secara manual dengan
alat yang cocok untuk menjamin pemadatan yang tepat dan memadai.
Penggetar tidak boleh digunakan untuk memindahkan campuran beton dari
satu titik ke titik lain di dalam cetakan.
e) Alat penggetar mekanis yang digerakkan dari dalam harus dari jenis pulsating
(berdenyut) dan harus mampu menghasilkan sekurang-kurangnya 5000
putaran per menit apabila digunakan pada beton yang mempunyai slump 2,5
cm atau kurang, dengan radius daerah penggetaran tidak kurang dari 45 cm.
f) Setiap alat penggetar mekanis dari dalam harus dimasukkan ke dalam beton
basah secara vertikal sedemikian hingga dapat melakukan penetrasi sampai
ke dasar beton yang baru dicor, dan menghasilkan kepadatan pada seluruh
keda-laman pada bagian tersebut. Alat penggetar kemudian harus ditarik
pelan-pelan dan dimasukkan kembali pada posisi lain tidak lebih dari 45 cm
jaraknya. Alat penggetar tidak boleh berada pada suatu titik lebih dari 30
detik, juga tidak boleh digunakan untuk memindah campuran beton ke lokasi
lain, serta tidak boleh menyentuh tulangan beton.
g) Jumlah minimum alat penggetar mekanis dari dalam diberikan dalam Tabel
tersebut di bawah :
b) Bilamana tinggi timbunan satu meter atau kurang, dasar pondasi timbunan harus
dipadatkan (termasuk penggemburan dan pengeringan atau pembasahan bila
diperlukan) sampai 15 cm bagian permukaan atas dasar pondasi memenuhi
kepadatan yang disyaratkan untuk timbunan yang ditempatkan diatasnya.
c) Bilamana timbunan akan ditempatkan pada lereng bukit atau ditempatkan di atas
timbunan lama atau yang baru dikerjakan, maka lereng lama harus dipotong
bertangga dengan lebar yang cukup sehingga memungkinkan peralatan pemadat
Pelatihan Structure Engineer of Bridge Construction (STEBC) II-12
STEBC-05: Gambar Kerja Pekerjaan Jembatan Bab II: Gambar Kerja
dapat beroperasi di daerah lereng lama sesuai seperti timbunan yang dihampar
horizontal lapis demi lapis.
2) Penghamparan Timbunan
c) Timbunan di atas atau pada selimut pasir atau bahan drainase porous, harus
diperhatikan sedemikian rupa agar kedua bahan tersebut tidak tercampur. Dalam
pembentukan drainase sumuran vertikal diperlukan suatu pemisah yang
menyolok di antara kedua bahan tersebut dengan memakai acuan sementara
dari pelat baja tipis yang sedikit demi sedikit ditarik saat pengisian timbunan dan
drainase porous dilaksanakan.
e) Bilamana timbunan badan jalan akan diperlebar, lereng timbunan lama harus
disiapkan dengan membuang seluruh tetumbuhan yang terdapat pada
permukaan lereng dan dibuat bertangga sehingga timbunan baru akan terkunci
pada timbunan lama sedemikian sampai diterima oleh Direksi Pekerjaan.
Selanjutnya timbunan yang diperlebar harus dihampar horizontal lapis demi lapis
sampai dengan elevasi tanah dasar, yang kemudian harus ditutup secepat
mungkin dengan lapis pondasi bawah dan atas sampai elevasi permukaan jalan
lama sehingga bagian yang diperlebar dapat dimanfaatkan oleh lalu lintas
3) Pemadatan Timbunan
b) Pemadatan timbunan tanah harus dilaksanakan hanya bilamana kadar air bahan
berada dalam rentang 3 % di bawah kadar air optimum sampai 1% di atas kadar
air optimum. Kadar air optimum harus didefinisikan sebagai kadar air pada
kepadatan kering maksimum yang diperoleh bilamana tanah dipadatkan sesuai
dengan SNI 03-1742-1989.
c) Seluruh timbunan batu harus ditutup dengan satu lapisan atau lebih setebal 20
cm dari bahan bergradasi menerus dan tidak mengandung batu yang lebih besar
dari 5 cm serta mampu mengisi rongga-rongga batu pada bagian atas timbunan
batu tersebut. Lapis penutup ini harus dilaksanakan sampai mencapai kepadatan
timbunan tanah yang disyaratkan.
e) Timbunan harus dipadatkan mulai dari tepi luar dan bergerak menuju ke arah
sumbu jalan sedemikian rupa sehingga setiap ruas akan menerima jumlah usaha
pemadatan yang sama. Bilamana memungkinkan, lalu lintas alat-alat konstruksi
dapat dilewatkan di atas pekerjaan timbunan dan lajur yang dilewati harus terus
menerus divariasi agar dapat menyebarkan pengaruh usaha pemadatan dari lalu
lintas tersebut.
f) Bilamana bahan timbunan dihampar pada kedua sisi pipa atau drainase beton
atau struktur, maka pelaksanaan harus dilakukan sedemikian rupa agar timbunan
pada kedua sisi selalu mempunyai elevasi yang hampir sama.
g) Bilamana bahan timbunan dapat ditempatkan hanya pada satu sisi abutment,
tembok sayap, pilar, tembok penahan atau tembok kepala gorong-gorong, maka
tempat-tempat yang bersebelahan dengan struktur tidak boleh dipadatkan secara
berlebihan karena dapat menyebabkan bergesernya struktur atau tekanan yang
berlebihan pada struktur.
i) Timbunan pada lokasi yang tidak dapat dicapai dengan peralatan pemadat mesin
gilas, harus dihampar dalam lapisan horizontal dengan tebal gembur tidak lebih
dari 15 cm dan dipadatkan dengan penumbuk loncat mekanis atau timbris
(tamper) manual dengan berat minimum 10 kg. Pemadatan di bawah maupun di
tepi pipa harus mendapat perhatian khusus untuk mencegah timbulnya rongga-
rongga dan untuk menjamin bahwa pipa terdukung sepenuhnya.
TANAH DASAR
1) Pemancangan tiang pancang dimulai dari titik pancang yang terletak paling
dekat dengan sungai.
a). Umum
Tiang pancang dapat dipancang dengan setiap jenis palu, asalkan tiang
pancang tersebut dapat menembus masuk pada ke dalaman yang telah
ditentukan atau mencapai daya dukung yang telah ditentukan, tanpa
kerusakan.
Kepala tiang pancang baja harus dilindungi dengan bantalan topi atau
mandrel dan kepala tiang kayu harus dilindungi dengan cincin besi tempa
atau besi non-magnetik sebagaimana yang disyaratkan dalam Spesifikasi ini.
Palu, topi baja, bantalan topi, katrol dan tiang pancang harus mempunyai
sumbu yang sama dan harus terletak dengan tepat satu di atas lainnya.
Tiang pancang termasuk tiang pancang miring harus dipancang secara
sentris dan diarahkan dan dijaga dalam posisi yang tepat. Semua pekerjaan
pemancangan harus dihadiri oleh Direksi Pekerjaan atau wakilnya, dan palu
pancang tidak boleh diganti dan dipindahkan dari kepala tiang pancang tanpa
persetujuan dari Direksi Pekerjaan atau wakilnya.
Alat pancang yang digunakan dapat dari jenis gravitasi, uap atau diesel.
Untuk tiang pancang beton, umumnya digunakan jenis uap atau diesel. Berat
palu pada jenis gravi-tasi sebaiknya tidak kurang dari jumlah berat tiang
beserta topi pancangnya, tetapi sama sekali tidak boleh kurang dari setengah
jumlah berat tiang beserta topi pancangnya, dan minimum 2 ton untuk tiang
pancang beton. Untuk tiang pancang baja, berat palu harus dua kali berat
tiang beserta topi pancangnya.
Tinggi jatuh palu tidak boleh melampaui 2,5 meter atau sebagaimana yang
diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan. Alat pancang dengan jenis gravitasi,
uap atau diesel yang disetujui, harus mampu memasukkan tiang pancang
tidak kurang dari 3 mm untuk setiap pukulan pada 15 cm dari akhir
pemancangan dengan daya dukung yang diinginkan sebagaimana yang
ditentukan dari rumus pemancangan yang disetujui, yang digunakan oleh
Kontraktor. Enerji total alat pancang tidak boleh kurang dari 970 kgm per
pukulan, kecuali untuk tiang pancang beton sebagaimana disyaratkan di
bawah ini.
Alat pancang uap, angin atau diesel yang dipakai memancang tiang pancang
beton harus mempunyai enerji per pukulan, untuk setiap gerakan penuh dari
pistonnya tidak kurang dari 635 kgm untuk setiap meter kubik beton tiang
pancang tersebut.
Setiap perubahan yang mendadak dari kecepatan penetrasi yang tidak dapat
dianggap sebagai perubahan biasa dari sifat alamiah tanah harus dicatat dan
penyebabnya harus dapat diketahui, bila memungkinkan, sebelum
pemancangan dilanjutkan.
Bilamana tiang pancang mungkin naik akibat naiknya dasar tanah, maka
elevasi kepala tiang pancang harus diukur dalam interval waktu dimana tiang
pancang yang berdekatan sedang dipancang. Tiang pancang yang naik
sebagai akibat pemancangan tiang pancang yang berdekatan, harus
dipancang kembali sampai ke dalaman atau ketahanan semula, kecuali jika
pengujian pemancangan kembali pada tiang pancang yang berdekatan
menunjukkan bahwa pemancangan ulang ini tidak diperlukan.
Banyaknya pancaran, volume dan tekanan air pada nosel semprot haruslah
sekedar cukup untuk melonggarkan bahan yang berdekatan dengan tiang
pancang, bukan untuk membongkar bahan tersebut. Tekanan air harus 5
kg/cm2 sampai 10 kg/cm2 tergantung pada kepadatan tanah. Perlengkapan
harus dibuat, jika diperlukan, untuk mengalirkan air yang tergenang pada
permukaan tanah. Sebelum penetrasi yang diperlukan tercapai, maka
pancaran harus dihentikan dan tiang pancang dipancang dengan palu
sampai penetrasi akhir. Lubang-lubang bekas pancaran di samping tiang
pancang harus diisi dengan adukan semen setelah pemancangan selesai.
Sebuah catatan yang detil dan akurat tentang pemancangan harus disimpan
oleh Direksi Pekerjaan dan Kontraktor harus membantu Direksi Pekerjaan
dalam menyimpan catatan ini yang meliputi berikut ini : jumlah tiang pancang,
posisi, jenis, ukuran, panjang aktual, tanggal pemancangan, panjang dalam
pondasi telapak, penetrasi pada saat penumbukan terakhir, enerji pukulan
palu, panjang perpanjangan, panjang pemotongan dan panjang akhir yang
dapat dibayar.
Prinsip pekerjaan butir c di atas sama dengan penjelasan yang diberikan dalam butir
2.1.1.1. dan setelah selesai dilaksanakan, gambar skematis pondasi, bangunan
bawah jembatan dan oprit jembatan menjadi sebagai berikut :
Perkerasan jalan
Timbunan pilihan
Abutment
Tiang
pancang
Pembuatan gambar kerja pekerjaan pemasangan jembatan rangka baja perlu diperiksa
apakah secara prinsip mengikuti urutan pelaksanaan berdasarkan metode kerja
pelaksanaan tersebut di bawah. Ada 2 (dua) metode pemasangan sebagai berikut :
Catatan
Merupakan metode peluncuran kantilever dengan rol.
Jembatan rangka dirakit dari satu sisi sungai kemudian diluncurkan pada
posisinya dengan menggunakan bentang pemberat dan peralatan khusus untuk
meluncurkan jembatan.
Kemudian diturunkan ke perletakan dengan dongkrak.
Tidak diperlukan perancah yang melintasi sungai.
Ketinggian dari rangka baja jembatan pada saat peluncuran dikaitkan dengan
ketinggian akhir lantai jembatan, dan diusahakan agar posisi balok peluncur lebih
tinggi dari abutment.
Metode ini dapat digunakan untuk bentang tunggal atau bentang pertama dari
bentang banyak.
Catatan
Merupakan sistem perakitan rangka baja secara bertahap, komponen per
komponen.
Dimulai dari abutment hingga posisi akhir (bisa abutment, bisa pilar tergantung
span) dengan cara :
Menambahkan dan memasang masing-masing komponen pada sebagian
bentang yang telah terpasang sebelumnya sehingga membentuk kantilever
berikutnya sampai posisi akhir.
Cara pemasangan sistem cantilever ini :
Membutuhkan bentang pemberat (anchor span) dan rangka penghubung
(link set).
Tidak memerlukan perancah karena untuk mencapai tempat pemasangan
komponen berikutnya dapat dilakukan melalui jalan kerja yang dipasang di
atas konstruksi baja yang telah dipasang sebelumnya.
c. Pelaksanaan
1) Umum
Atas permintaan Kontraktor, dukungan teknis tambahan oleh personil Pemilik yang
berpengalaman, dapat dikirim ke lapangan dalam periode terbatas, untuk memberi
pengarahan kepada insinyur dan teknisi pemasangan dari Kontraktor tentang
prinsip-prinsip perakitan dan pemasangan struktur jembatan rangka baja.
Struktur jembatan rangka baja yang disediakan oleh Pemilik dirancang untuk
dirakit dan dipasang di lapangan hanya dengan menggunakan baut penghubung.
Pengelasan di lapangan yang tidak diijinkan kecuali secara jelas diperintahkan
oleh Direksi Pekerjaan.
2) Pekerjaan Sipil
Pekerjaan sipil untuk abutment dan pier yang mungkin terbuat dari kayu,
pasangan batu atau beton sesuai dengan Gambar atau yang diperintahkan oleh
Direksi Pekerjaan harus dikerjakan sesuai dengan Seksi yang berkaitan dengan
Spesifikasi ini atau spesifikasi lainnya yang diterbitkan oleh Direksi Pekerjaan.
Semua pekerjaan sipil harus selesai di tempat dan diterima oleh Direksi Pekerjaan
sebelum operasi perakitan dimulai.
Kontraktor harus menyiapkan dan menentukan titik pengukuran pada salah satu
oprit jembatan yang cocok untuk merakit suatu rangka jangkar untuk pengimbang
dimana pemasangan dengan cara perakitan bertahap akan dikerjakan, atau,
bilamana pema-sangan dengan cara peluncuran, struktur jembatan rangka baja
yang telah lengkap bersama dengan struktur rangka pengimbang dan ujung
peluncur.
Komponen baja harus dirakit dengan akurat sesuai dengan tanda yang
ditunjukkan pada gambar kerja pabrik pembuat jembatan dan sesuai dengan
prosedur urutan pemasangan yang benar yang dirinci dalam prosedur
pemasangan. Selama perakitan bahan-bahan harus ditangani dengan hati-hati
sedemikian rupa sehingga tidak terdapat bagian yang melengkung, retak atau
kerusakan lainnya. Pemaluan yang dapat melukai atau menyebabkan distorsi
terhadap elemen-elemen tidak diijinkan.
Sebelum perakitan semua bidang kontak harus dibersihkan, bebas dari kotoran,
minyak, kerak yang lepas, bagian yang tajam seperti duri akibat pemotongan atau
pelubangan, bintik-bintik, dan cacat lainnya yang akan menghambat pemasangan
yang rapat atas komponen-komponen yang dirakit.
Baut penghubung harus dipasang dengan panjang dan diameter yang benar
sebagai-mana yang ditunjukkan dalam daftar baut dari pabrik pembuat jembatan.
Ring harus ditempatkan di bawah elemen-elemen (mur atau kepala baut) yang
berputar dalam pengencangan. Bilamana permukaan luar bagian yang dibaut
mempunyai kelandaian 1 : 20 terhadap bidang tegak lurus sumbu baut, maka ring
serong yang halus harus dipakai untuk mengatasi ketidaksejajarannya. Dalam
segala hal, hanya boleh terdapat satu permukaan tanpa kelandaian, elemen yang
diputar harus berbatasan dengan permukaan ini.
6) Prosedur Pemasangan
1) Penerimaan Unit-unit
Bilamana unit-unit difabrikasi di luar tempat kerja, maka Kontraktor harus memeriksa
mutu dan kondisi pada saat barang tiba di tempat dan harus segera melapor secara
tertulis kepada Direksi Pekerjaan untuk setiap cacat atau kerusakan. Kontraktor
bertang-gungjawab atas semua kerusakan yang terjadi pada unit-unit setelah barang
tiba di tempat.
Semua baut yang tertanam dan lubang untuk tulangan melintang, dan sebagainya
harus diluruskan dengan hati-hati selama pemasangan unit-unit tersebut. Batang
baja harus dipasang pada lubang untuk tulangan melintang sewaktu perakitan
berlangsung, agar dapat menjamin penempatan lubang dengan tepat.
Pemeriksaan gambar kerja yang diberikan dalam Sub Bab 2.1. memberikan gambaran
bagaimana gambar kerja yang disiapkan harus disesuaikan dengan metode kerja yang
telah ditetapkan atau dipilih. Penjelasan yang ditulis di dalam Sub bab 2.1. hanyalah
merupakan sebagian dari uraian tentang pemeriksaan gambar kerja. Tentu tidak mungkin
menulis seluruh jenis pemeriksaan gambar kerja yang ada pada pelaksanaan pekerjaan
jembatan karena gambar kerja pada dasarnya memiliki kekhususan masing-masing,
tergantung pada desain teknis, lokasi jembatan maupun karakteristik bahan, material,
kondisi lingkungan dan lain sebagainya.
Oleh karena itu setiap rencana pelaksanaan jembatan akan memerlukan rencana gambar
kerja yang sifatnya spesifik oleh karena memang memerlukan pertimbangan-
pertimbangan khusus disesuaikan dengan kondisi yang dihadapi : lokasi jembatan,
bahan-bahan yang tersedia, karakteristik lapangan di sekitar lokasi pekerjaan, peralatan
yang dapat disediakan, dan lain-lain.
Jadi prinsipnya : ada metode kerja yang telah dipilih/ditetapkan, kemudian dari metode
kerja tersebut ditentukan bagaimana cara melaksanakannya, ini dituangkan ke dalam
gambar kerja dengan referensi utama gambar rencana, hasil survey lapangan dan hasil
review design jembatan yang telah dibuat oleh konsultan. Gambar kerja harus
disesuaikan dengan metode kerja oleh karena metode kerja yang dibuat dasarnya adalah
pencapaian konstruksi sesuai dengan ketentuan-ketentuan teknis yang diatur di dalam
Spesifikasi.
BAB III
PENDISTRIBUSIAN GAMBAR KERJA
Untuk mengetahui, kemana Gambar Kerja perlu didistribusikan, terlebih dahulu harus
dikenali struktur penyelenggaraan pekerjaan baik di lingkungan pelaksana, pengawas
maupun pemilik pekerjaan. Paling tidak tipikal organisasi baik pada tingkatan pelaksana,
tingkatan pengawas maupun tingkatan pemberi pekerjaan harus diketahui oleh structure
engineer of bridge construction.
Pada struktur organisasi di atas, unit kerja yang perlu mendapatkan gambar kerja
adalah Satker Civil Works (dulu disebut Pemimpin Proyek atau Pemimpin Bagian
Proyek) dan Satker P2JJ (Perencanaan dan Pengawasan Jalan dan Jembatan).
Satker Civil Works perlu mendapatkan Gambar Kerja oleh karena unit kerja inilah
yang bertanggung jawab baik teknis maupun administratif terhadap
penyelenggaraan pekerjaan. Dalam penyelenggaraan pekerjaan, Kepala Satuan
Kerja Civil Works diperankan sebagai Wakil Pemilik atau Direksi Pekerjaan atau
Engineer dengan cakupan tanggung jawab dan wewenang sebagai berikut :
Sebagai atasan langsung Konsultan Supervisi (sebagai Direksi Pekerjaan /
Engineer)
Sbg penanggung jawab pengendalian/pengawasan mutu hasil pekerjaan
(sebagai Direksi Pekerjaan / Engineer)
Sbg penanggung jawab pengendalian kuantitas pekerjaan (sebagai Direksi
Pekerjaan / Engineer)
Berwenang mengadakan perubahan kontrak ( Sebagai Wakil Pemilik)
Menanda tangani Kontrak (Sebagai Pejabat Pembuat Komitmen / Wakil
Pemilik)
Melakukan Pembayaran (Sebagai Pejabat Pembuat Komitmen / Wakil
Pemilik)
Satker P2JJ juga perlu mendapatkan gambar kerja yang dibuat oleh kontraktor
oleh karena tanggung pengawasan yang dilakukan oleh konsultan ada pada
Kepala Satuan Kerja Perencanaan dan Pengawasan Jalan dan Jembatan. Jadi
harus mempunyai file gambar kerja yang dapat digunakan untuk mengawasi
pelaksanaan pekerjaan di lapangan, apakah sudah sesuai dengan metode kerja
yang telah disepakati serta memenuhi persyaratan-persyaratan yang ditentukan
dalam Spesifikasi Teknis atau belum. Jadi secara formal, jika terjadi
penyimpangan-penyimpangan pelaksanaan pekerjaan di lapangan (bisa
berdasarkan laporan konsultan atau bisa juga ditemukan sendiri oleh Kasatker
P2JJ) maka gambar kerja dapat dijadikan acuan untuk menentukan sikap dalam
menyelesaikan persoalan-persoalan lapangan.
KEPALA
PROYEK
Manajer
Lapangan
Structure Engineer of
Bridge Construction
Asisten
Penyiapan Sumber Daya
Asisten
Survey Lap dan Pengujian
Tanah/ Material
Kepala Urusan
Survey Lapangan
Kepala Urusan
Pengujian Tanah & Material
Asisten
Pelaksana Struktur Jembatan
Kepala Urusan
Penyiapan Jadwal
Pelaksanaan Pekerjaan
Kepala Urusan
Penyiapan Gambar Kerja
Kepala Urusan
Metode Pelaks Jembatan
Urusan
Pelaks Pek Pondasi
Urusan
Pelaks Pek Bang Bawah
Urusan
Pelaks Pek Bang Atas
Urusan
Pelaks Pek Jln Pendekat,
Bang Pelengk dan Perlengkp
Pada struktur organisasi di atas dapat dilihat bahwa yang bertanggung jawab
menyiapkan gambar kerja adalah Kepala Urusan Penyiapan Gambar Kerja.
Pertanyaannya sekarang, di lingkungan pelaksana, kepada siapa Gambar Kerja
perlu didistribusikan? Dalam hal ini, Gambar Kerja perlu didistribusikan kepada :
(a). Kepala Proyek
(b). Manajer Lapangan
(c). Structure Engineer of Bridge Construction
(d). Asisten Survey Lapangan dan Pengujian Material
(e). Asisten Pelaksana Struktur Jembatan
(f). Kepala Urusan Penyiapan Gambar Kerja
(g). Kepala Urusan Metode Pelaksanaan Jembatan
(h). Kepala Urusan Penyiapan Jadwal Pelaksanaan Pekerjaan
(i). Kepala Urusan Pengujian Tanah & Material
(j). Urusan Pelaksanaan Pekerjaan Pondasi
(k). Urusan Pelaksanaan Pekerjaan Bangunan Bawah
(l). Urusan Pelaksanaan Pekerjaan Bangunan Atas
(m). Urusan Pelaksanaan Pekerjaan Jalan Pendekat, Bangunan Pelengkap dan
Perlengkapan Jembatan
Site
Engineer
Gambar Kerja dapat dikelompokkan ke dalam jenis-jenis gambar kerja sebagai berikut :
(1). Gambar Kerja Pekerjaan Pondasi Jembatan;
(2). Gambar Kerja Pekerjaan Bangunan Bawah Jembatan;
(3). Gambar Kerja Pekerjaan Bangunan Atas Jembatan;
(4). Gambar Kerja Pekerjaan Jalan Pendekat, Bangunan Pelengkap dan Perlengkapan
Jalan.
Jenis atau jenis-jenis gambar kerja yang akan diberikan kepada masing-masing unit kerja
akan tergantung dari fungsi masing-masing unit kerja di maksud. Berikut ini diberikan
rincian jenis-jenis gambar kerja yang perlu didistribusikan kepada berbagai unit kerja,
dengan mengambil contoh apabila struktur penyelenggaraan pekerjaan seperti dimaksud
dalam contoh-contoh di atas.
Berikut ini tabel yang menunjukkan jenis gambar kerja dan pendistribusiannya :
Gambar Kerja, yang proses penyiapannya menjadi tanggung jawab Kepala Urusan
Penyiapan Gambar Kerja, setelah selesai dibuat harus dimintakan persetujuan kepada
Asisten Pelaksana Struktur Jembatan. Setelah mempelajari Gambar Kerja dimaksud, dan
dilakukan koreksi-koreksi jika diperlukan, akan diperoleh Gambar Kerja yang siap
dilaporkan kepada Structure Engineer of Bridge Construction. Setelah Structure Engineer
of Bridge Construction memberikan paraf pada Gambar Kerja tersebut, maka Gambar
Kerja dilaporkan kepada Manajer Lapangan, dan apabila Manajer Lapangan dapat
menyetujui, laporan tentang Gambar Kerja tersebut dilanjutkan kepada Kepala Proyek.
Jadi pada akhirnya, Kepala Proyek menandatangani Gambar Kerja final yang telah
diparaf oleh Structure Engineer of Bridge Construction dan Manajer Lapangan di tempat
yang telah disediakan dalam lembar-lembar gambar dan diberi tanggal.
Selain tempat untuk tanda tangan Kepala Proyek pada lembar-lembar gambar kerja
tersebut, juga harus disediakan tempat untuk tanda tangan konsultan (Site Engineer) dan
diberi tanggal. Dengan demikian sebelum digunakan untuk pelaksanaan, Gambar Kerja
sudah ditandatangani oleh Kepala Proyek (kontraktor) dan Site Engineer (konsultan) dan
dipastikan bahwa gambar kerja tersebut adalah gambar kerja terbaru, dibuktikan dengan
tanggal yang dibubuhkan pada kedua tanda tangan dimaksud.
RANGKUMAN
Untuk dapat menyiapkan gambar kerja, data utama yang dijadikan pegangan adalah
gambar rencana atau yang di dalam dokumen kontrak disebut drawings. Gambar
rencana ini adalah produk perencanaan teknis yang digunakan oleh pemilik untuk
menjadi bagian dari dokumen lelang.
Idealnya, seluruh gambar kerja yang disiapkan oleh Kepala Urusan Penyiapan Gambar
Kerja diperiksa dengan cermat oleh Asisten Pelaksana Struktur Jembatan.
Permasalahannya sekarang, dimana Structure Engineer of Bridge Construction
mempunyai peranan di dalam pemeriksaan gambar kerja? Modul ini memberikan
gambaran bahwa Structure Engineer of Bridge Construction perlu mencermati prinsip-
prinsip metode pelaksanaan pekerjaan pada bagian-bagian pekerjaan yang dinilai
mengandung risiko-risiko konstruksi, kemudian bagaimana gambar kerja yang dibuat
ditinjau dari aspek metode pelaksanaan pekerjaan konstruksi. Dengan demikian akan
diperoleh jaminan bahwa ”pesan teknis” yang dikehendaki oleh Spesifikasi Teknis dapat
tercermin dalam gambar kerja yang telah disiapkan.
Pada prinsipnya ada metode kerja yang telah dipilih/ditetapkan, kemudian dari metode
kerja tersebut ditentukan bagaimana cara melaksanakannya, ini dituangkan ke dalam
gambar kerja dengan referensi utama gambar rencana, hasil survey lapangan dan hasil
review design jembatan yang telah dibuat oleh konsultan. Gambar kerja harus
disesuaikan dengan metode kerja oleh karena metode kerja yang dibuat dasarnya adalah
pencapaian konstruksi sesuai dengan ketentuan-ketentuan teknis yang diatur di dalam
Spesifikasi.
Untuk mengetahui, kemana Gambar Kerja perlu didistribusikan, terlebih dahulu harus
dikenali struktur penyelenggaraan pekerjaan baik di lingkungan pelaksana, pengawas
maupun pemilik pekerjaan. Paling tidak tipikal organisasi baik pada tingkatan pelaksana,
tingkatan pengawas maupun tingkatan pemberi pekerjaan harus diketahui oleh structure
engineer of bridge construction.
Gambar Kerja pada akhirnya harus didistribusikan kepada unit-unit kerja yang memang
memerlukannya, mulai dari kelompok pelaksana, pengawas maupun pemilik (pemberi
kerja). Para pihak yang berkepentingan dengan Gambar Kerja tersebut perlu
mempelajarinya dengan cara yang seksama, kalau ada hal-hal yang meragukan dalam
Gambar Kerja tersebut perlu segera memberitahukannya kepada kontraktor untuk
mendapatkan koreksi-koreksi seperlunya.
DAFTAR PUSTAKA
7. Mekanika Tanah & Teknik Pondasi, Ir. Suyono sosrodarsono – Kazuto Nakazawa –
Ir. Taulu dkk. 1981.