Pengertian
Hipertensi adalah penyakit kelainan jantung atau pembuluh darah yang ditandai
dengan peningkatan tekanan pembuluh darah. Oganisasi Kesehatan Dunia (WHO),
memberikan batasan tekanan darah normal adalah 140/90 mmHg dan tekanan darah sama
atau diatas 160/95 dinyatakan sebagai hipertensi.
Hipertensi darurat (emergency hypertension) adalah kenaikan tekanan darah
mendadak (sistolik ≥ 180 mmHg dan / atau diastolik ≥ 120 mmHg) dengan kerusakan
organ target yang bersifat progresif, sehingga tekanan darah harus diturunkan segera,
dalam hitungan menit sampai jam agar dapat membatasi kerusakan yang terjadi.
B. Klasifikasi
Hipertensi juga keadaan yang disebut krisis hipertensi. Keadaan ini terbagi 2 jenis:
1. Hipertensi emergensi: hipertensi gawat darurat, tekanan darah melebihi 180/120
mmHg disertai salah satu ancaman gangguan fungsi organ, seperti otak, jantung,
paru, dan eklamsia atau lebih rendah dar 180/120 mmHg, tetapi dengan salah satu
gejala gangguan organ yang sudah nyata timbul.
2. Hiperetensi urgensi: tekanan darah sangat tinggi (> 180/120 mmHg) tetapi belum ada
gejala seperti di atas. Tekanan darah tidak harus diturunkan dalam hitungan menit,
tetapi dalam hitungan jam bahkan hitungan hari dengan obat oral.
C. Etiologi / predisposisi
Hipertensi emergensi merupakan spektrum klinis dari hipertensi dimana terjadi
kondisi peningkatan tekanan darah yang tidak terkontrol yang berakibat pada kerusakan
organ target yang progresif. Berbagai sistem organ yang menjadi target pada hipertensi
emergensi adalah sistem saraf yang dapat mengakibatkan hipertensi ensefalopati, infark
serebral, perdarahan subarakhnoid, perdarahan intrakranial; sistem kardiovaskuler yang
dapat mengakibatkan infark miokard, disfungsi ventrikel kiri akut, edema paru akut,
diseksi aorta; dan sistem organ lainnya seperti gagal ginjal akut, retinopati, eklamsi, dan
anemia hemolitik mikroangiopatik.
Faktor risiko krisis hipertensi:
1. Penderita hipertensi tidak minum obat atau tidak teratur minum obat
2. Kehamilan
3. Penderita hipertensi dengan penyakit parenkim ginjal
4. Penggunaan NAPZA
5. Penderita dengan rangsangan simpatis tinggi (luka bakar, trauma kepala, penyakit
vaskular/ kolagen).
D. Patofisiologi
Bentuk manapun dari hipertensi yang menetap, baik primer maupun sekunder,
dapat dengan mendadak mengalami percepatan kenaikan dengan tekanan diastolik
meningkat cepat sampai di atas 130 mmHg dan menetap lebih dari 6 jam. Hal ini dapat
menyebabkan nekrosis arterial yang lama dan tersebar luas, serta hiperplasi intima
arterial interlobuler nefron – nefron. Perubahan patologis jelas terjadi terutama pada
retina, otak dan ginjal. Pada retina akan timbul perubahan eksudat, perdarahan dan udem
papil. Gejala retinopati dapat mendahului penemuan klinis kelainan ginjal dan merupakan
gejala paling terpercaya dari hipertensi maligna.
Otak mempunyai suattu mekanisme otoregulasi terhadap kenaikan ataupun
penuruan tekanan darah. Batas perubahan pada organ normal adalah sekitar 60 – 160
mmHg. Apabila tekanan darah melampaui tonus pembuluh darah sehingga tidak mampu
lagi menahan kenaikan tekanan darah maka akan terjadi udem otak. Tekanan darah
diastolik yang sangat tinggi memungkinkan pecahnya pembuluh darah otak yang dapat
mengakibatkan kerusakan otak yang irreversible.
Pada jantung kenaikan tekanan darah yang cepat dan tinggi akan menyebabkan
kenaikan afterload, sehingga terjadi payah jantung. Sedangkan pada hipertensi kronis hal
ini akan terjadi lebih lambat karena ada mekanisme adaptasi. Penderita feokromositoma
dengan krisis hipertensi akan terjadi pengeluaran norefinefrin yang menetap atau berkala.
Aliran darah ke otak pada penderita hipertensi kronis tidak mengalami perubahan
bila Mean Arterial Pressure (MAP) 120 mmHg – 160 mmHg, sedangkan pada penderita
hipertensi baru dengan MAP diantara 60 – 120 mmHg. Pada keadaan hiper kapnia,
autoregulasi menjadi lebih sempit dengan batas tertinggi 125 mmHg, sehingga perubahan
yang sedikit saja dari tekanan darah menyebabkan asidosis otak akan mempercepat
timbulnya udema otak. Meningkatnya tekanan darah di dalam arteri bisa terjadi melalui
beberapa cara:
1. Meningkatnya tekanan darah di dalam arteri bisa terjadi sehingga mengalirkan lebih
banyak cairan pada setiap detiknya.
2. Arteri besar kehilangan kelenturannya dan menjadi kaku, sehingga tidak dapat
mengembangkan pada saat jantung memompa darah melalui arteri tersebut. Karena
itu darah pada setiap denyut jantung dipaksa untuk melalui pembuluh yang sempit
dari pada biasanya dan naiknnya tekanan. Ini terjadi pada usia lanjut, di mana dinding
arterinya telah menebal dan kaku karena arteriosklerosis. Dengan cara yang sama,
tekanan darah juga meningkat pada saat terjadi vasokonstriksi, yaitu jika arteri kecil
(arteriola) untuk sementara waktu mengerut karena perangsangan saraf atau hormon
di dalam darah.
3. Bertambahnya cairan dalam sirkulasi bisa menyebabkan meningkatnya tekanan darah.
Hal ini terjadi jika terdapat kelainan fungsi ginjal sehingga tidak mampu membuang
sejumlah garam dan air dari dalam tubuh. Volume darah dalam tubuh meningkat,
sehingga tekanan darah juga meningkat. Sebaliknya, jika aktivitas memompa jantung
berkurang, arteri mengalami pelebaran, dan banyak cairan keluar dari sirkulasi maka
tekanan darah akan menurun.
E. Manifestasi klinik
Gambaran klinis krisis hipertensi umumnya adalah gejala organ target yang
terganggu, diantaranya nyeri dada dan sesak napas pada gangguan jantung dan diseksi
aorta; mata kabur dan edema papila mata; sakit kepala hebat, gangguan kesadaran dan
lateralisasi pada gangguan otak; gagal ginjal akut pada gangguan ginjal; di samping sakit
kepala dan nyeri tengkuk pada kenaikan tekanan darah umumnya.
F. Komplikasi
Hipertensi merupakan faktor resiko utama untuk terjadinya penyakit jantung,
gagal jantung kongesif, stroke, gangguan penglihatan dan penyakit ginjal. Tekanan darah
yang tinggi umumnya meningkatkan resiko terjadinya komplikasi tersebut. Hipertensi
yang tidak diobati akan mempengaruhi semua sistem organ dan akhirnya memperpendek
harapan hidup sebesar 10-20 tahun.
Mortalitas pada pasien hipertensi lebih cepat apabila penyakitnya tidak terkontrol
dan telah menimbulkan komplikasi ke beberapa organ vital. Sebab kematian yang sering
terjadi adalah penyakit jantung dengan atau tanpa disertai stroke dan gagal ginjal.
Dengan pendekatan sistem organ dapat diketahui komplikasi yang mungkin
terjadi akibat hipertensi. Komplikasi yang terjadi pada hipertensi ringan dan sedang
mengenai mata, ginjal, jantung dan otak. Pada mata berupa perdarahan retina, gangguan
penglihatan sampai dengan kebutaan. Gagal jantung merupakan kelainan yang sering
ditemukan pada hipertensi berat selain kelainan koroner dan miokard. Pada otak sering
terjadi perdarahan yang disebabkan oleh pecahnya mikroaneurisma yang dapat
mengakibakan kematian. Kelainan lain yang dapat terjadi adalah proses tromboemboli
dan serangan iskemia otak sementara (Transient Ischemic Attack/TIA). Gagal ginjal
sering dijumpai sebagai komplikasi hipertensi yang lama dan pada proses akut seperti
pada hipertensi maligna. Risiko penyakit kardiovaskuler pada pasien hipertensi
ditentukan tidak hanya tingginya tekanan darah tetapi juga telah atau belum adanya
kerusakan organ target serta faktor risiko lain seperti merokok, dislipidemiadan diabetes
melitus. (Tekanan darah sistolik melebihi 140 mmHg pada individu berusia lebih dari 50
tahun, merupakan faktor resiko kardiovaskular yang penting. Selain itu dimulai dari
tekanan darah 115/75 mmHg, kenaikan setiap 20/10 mmHg meningkatkan risiko
penyakit kardiovaskuler sebanyak dua kali (Anggraini, Waren, et. al, 2009).
G. Penatalaksanaan
Tujuan pengobatan pada keadaan darurat hipertensi ialah menurunkan tekanan
darah secepat dan seaman mungkin yang disesuaikan dengan keadaan klinis penderita.
Pengobatan biasanya diberikan secara parenteral dan memerlukan pemantauan yang ketat
terhadap penurunan tekanan darah untuk menghindari keadaan yang merugikan atau
munculnya masalah baru.
Obat yang ideal untuk keadaan ini adalah obat yang mempunyai sifat bekerja
cepat, mempunyai jangka waktu kerja yang pendek, menurunkan tekanan darah dengan
cara yang dapat diperhitungkan sebelumnya, mempunyai efek yang tidak tergantung
kepada sikap tubuh dan efek samping minimal.
Penurunan tekanan darah harus dilakukan dengan segera namun tidak terburu-
buru. Penurunan tekanan darah yang terburu-buru dapat menyebabkan iskemik pada otak
dan ginjal. Tekanan darah harus dikurangi 25% dalam waktu 1 menit sampai 2 jam dan
diturunkan lagi ke 160/100 dalam 2 sampai 6 jam. Medikasi yang diberikan sebaiknya
per parenteral (Infus drip, BUKAN INJEKSI). Obat yang cukup sering digunakan adalah
Nitroprusid IV dengan dosis 0,25 ug/kg/menit. Bila tidak ada, pengobatan oral dapat
diberikan sambil merujuk penderita ke Rumah Sakit. Pengobatan oral yang dapat
diberikan meliputi Nifedipinde 5-10 mg, Captorpil 12,5-25 mg, Clonidin 75-100 ug,
Propanolol 10-40 mg. Penderita harus dirawat inap.
Alogaritma untuk Evaluasi Krisis Hipertensi
Hipertensi Mendesak
Parameter Hipertensi Darurat
Biasa Mendesak Biasa Mendesak
TD >180/110 >180/110 >220/140
Gejala Sakit kepala, kecemasan, Sakit kepala hebat, sesak Sesak napas, nyeri dada,
sering kali tanpa gejala napas nokturia, dysarthria,
kelemahan, kesadaran
menurun
Pemeriksaan Tidak ada kerusakan organ Kerusakan organ target, Enselopati, edema paru,
target, tidak ada penyakit muncul klinis penyakit insufisiensi ginjal, iskemia
kardiovaskular kardiovaskular, stabil jantung
Terapi Awasi 1-3 jam, memulai/ Awasi 3-6 jam, obat oral Pasang jalur IV, periksa
teruskan obat oral, naikkan berjangka kerja pendek laboratorium standar,
dosis terapi obat IV
Rencana Periksa ulang dalam 3 hari Periksa ulang dalam 24 jam Rawat ruangan/ICU
Adapun obat hipertensi oral yang dapat dipakai untuk hipertensi mendesak
(urgency) dapat dilihat pada tabel di bawah ini:
Obat hipertensi oral
Obat Dosis Efek Perhatian khusus
Captopril 12,5-25 mg PO; ulangi/ 30 15-30 mnt/ 6-8 jam; SL Hipotensi, gagal ginjal,
mnt; SL, 25 mg 10-20 mnt/ 2-6 jam stenosis arteri renalis
Clonidine PO 75-150µg, ulangi/jam 30-60 mnt/ 8-16 jam Hipotensi, mengantuk, mulut
kering
Propanolol 10-40 mg PO; ulangi 15-30 mnt/ 3-6 jam Bronkokonstruksi, blok
setiap 30 mnt jantung, hipotensi ortostatik
Nifedipine 5-10 mg PO; ulangi setiap 5-15 mnt/ 4-6 jam Takikardi, hipotensi,
15 mnt gangguan koroner
SL : sublingual; PO: peroral
Sedangkan untuk hipertensi darurat (emergency) lebih dianjurkan untuk
pemakaian parenteral, daftar obat hipertensi parenteral yang dapat dipakai dapat dilihat
pada tabel di bawah:
Obat hipertensi parental
Obat Dosis Efek /Laman Kerja Perhatian khusus
Sodium 0,25-10 mg / kg / langsung/2-3 mnt Mual, muntah, penggunaan jangka panjang
Nitroprusside mnt sebagai infus setelah infus dapat menyebabkan keracunan tiosianat,
IV methemoglobinemia, asidosis, keracunan
sianida. Selang infus lapis perak
Nitrogliserin 500-100 mg sebagai 2-5 mnt /5-10 mnt Sakit kepala, takikardia, muntah, ,
infus IV methemoglobinemia; membutuhkan sistem
pengiriman khusus karena obat mengikat
pipa PVC
Nicardipine 5-15 mg / jam 1-5 mnt/15-30 mnt Takikardi, mual, muntah, sakit kepala,
sebagai infus IV peningkatan tekanan intrakranial; hipotensi
Klonidin 150 ug, 6 amp/250 30-60 mnt/ 24 jam Ensepalopati dengan gangguan koroner
cc Glukosa 5%
mikrodrip
Diltiazem 5-15 ug/kg/mnt 1-5 mnt/ 15- 30 mnt Takikardi, mual, muntah, sakit kepala,
sebagi infus IV peningkatan tekanan intrakranial; hipotensi
H. Pengkajian fokus
1. Pengkajian primer
a. Airway
1) Yakinkan kepatenan jalan napas
2) Berikan alat bantu napas jika perlu (guedel atau nasopharyngeal)
3) Jika terjadi penurunan fungsi pernapasan segera kontak ahli anestesi dan bawa
segera mungkin ke ICU
b. Breathing
1) Kaji saturasi oksigen dengan menggunakan pulse oximeter, untuk
mempertahankan saturasi >92%.
2) Berikan oksigen dengan aliran tinggi melalui non re-breath mask.
3) Pertimbangkan untuk mendapatkan pernapasan dengan menggunakan bag-
valve-mask ventilation
4) Lakukan pemeriksaan gas darah arterial untuk mengkaji PaO2 dan PaCO2
5) Kaji jumlah pernapasan / Auskultasi pernapasan
6) Lakukan pemeriksan system pernapasan
7) Dengarkan adanya bunyi krakles / Mengi yang mengindikasikan kongesti paru
c. Circulation
1) Kaji heart rate dan ritme, kemungkinan terdengan suara gallop
2) Kaji peningkatan JVP
3) Monitoring tekanan darah
4) Pemeriksaan EKG mungkin menunjukan:
a) Sinus tachikardi
b) Adanya Suara terdengar jelas pada S4 dan S3
c) Right bundle branch block (RBBB)
d) Right axis deviation (RAD)
5) Lakukan IV akses dekstrose 5%
6) Pasang Kateter
7) Lakukan pemeriksaan darah lengkap
8) Jika ada kemungkina KP berikan Nifedipin Sublingual
9) Jika pasien mengalami Syok berikan secara bolus Diazoksid, Nitroprusid
d. Disability
1) Kaji tingkat kesadaran dengan menggunakan AVPU
2) Penurunan kesadaran menunjukan tanda awal pasien masuk kondisi ekstrim
dan membutuhkan pertolongan medis segera dan membutuhkan perawatan di
ICU.
e. Eksposure
1) Selalu mengkaji dengan menggunakan test kemungkinan KP
2) Jika pasien stabil lakukan pemeriksaan riwayat kesehatan dan pemeriksaan
fisik lainnya.
3) Jangan lupa pemeriksaan untuk tanda gagal jantung kronik
2. Pengkajian sekunder
Pengkajian sekunder meliputi anamnesis dan pemeriksaan fisik. Anamnesis dapat
meggunakan format AMPLE (Alergi, Medikasi, Post illnes, Last meal, dan Event/
Environment yang berhubungan dengan kejadian). Pemeriksaan fisik dimulai dari
kepala hingga kaki dan dapat pula ditambahkan pemeriksaan diagnostik.
3. Pemeriksaan penunjang
a. Riwayat dan pemeriksaan fisik secara menyeluruh
b. Pemeriksaan retina
c. Pemeriksaan laboratorium untuk mengetahui kerusakan organ seperti ginjal dan
jantung
d. EKG untuk mengetahui hipertropi ventrikel kiri
e. Urinalisa untuk mengetahui protein dalam urin, darah, glukosa
f. Pemeriksaan : renogram, pielogram intravena arteriogram renal, pemeriksaan
fungsi ginjal terpisah dan penentuan kadar urin.
g. Foto dada dan CT scan
I. Pathways keperawatan
J. Diagnosa keperawatan
1. Penurunan curah jantung berhubungan dengan peningkatan afterload, vasokonstriksi,
iskemia miokard, hipertropi ventricular
2. Nyeri ( sakit kepala ) berhubungan dengan peningkatan tekanan vaskuler serebral
3. Resiko perubahan perfusi jaringan: serebral, ginjal, jantung berhubungan dengan
adanya tahanan pembuluh darah
4. Intoleransi aktifitas berhubungan penurunan cardiac output
5. Gangguan pola tidur berhubungan adanya nyeri kepala
6. Kurangnya perawatan diri berhubungan dengan adanya kelemahan fisik
7. Kecemasan berhubungan dengan krisis situasional sekunder adanya hipertensi yang
diderita pasien
8. Kurangnya pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi tentang proses
penyakit
Hani, Sharon EF, Colgan R.Hypertensive Urgencies and Emergencies. Prim Care Clin Office
Pract 2010;33:613-23.
Vaidya CK, Ouellette CK. Hypertensive Urgency and Emergency. Hospital Physician 2009:43-
50
Anggaraini, Ade Dian, et.al (2009). Faktor – Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian
Hipertensi Pada Pasien Yang Berobat di Poliklinik Dewasa Puskesmas Bangkinang
Periode Januari sampai Juni 2008. Diakses 03 Oktober 2016
:Http://yayanakhyar.wordpress.com
Dewi, Sofia dan Digi Familia (2010). Hidup Bahagia dengan Hipertensi. A+Plus Books,
Yogyakarta
Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah (2010). The 4th Scientific Meeting on Hypertension.
Diakses 03 Oktober 2016 : http://www.dinkesjatengprov.go.id
Elsanti, Salma (2009). Panduan Hidup Sehat : Bebas Kolesterol, Stroke, Hipertensi, &
Serangan Jantung. Araska, Yogyakarta