Anda di halaman 1dari 16

A.

Pengertian
Hipertensi adalah penyakit kelainan jantung atau pembuluh darah yang ditandai
dengan peningkatan tekanan pembuluh darah. Oganisasi Kesehatan Dunia (WHO),
memberikan batasan tekanan darah normal adalah 140/90 mmHg dan tekanan darah sama
atau diatas 160/95 dinyatakan sebagai hipertensi.
Hipertensi darurat (emergency hypertension) adalah kenaikan tekanan darah
mendadak (sistolik ≥ 180 mmHg dan / atau diastolik ≥ 120 mmHg) dengan kerusakan
organ target yang bersifat progresif, sehingga tekanan darah harus diturunkan segera,
dalam hitungan menit sampai jam agar dapat membatasi kerusakan yang terjadi.

B. Klasifikasi
Hipertensi juga keadaan yang disebut krisis hipertensi. Keadaan ini terbagi 2 jenis:
1. Hipertensi emergensi: hipertensi gawat darurat, tekanan darah melebihi 180/120
mmHg disertai salah satu ancaman gangguan fungsi organ, seperti otak, jantung,
paru, dan eklamsia atau lebih rendah dar 180/120 mmHg, tetapi dengan salah satu
gejala gangguan organ yang sudah nyata timbul.
2. Hiperetensi urgensi: tekanan darah sangat tinggi (> 180/120 mmHg) tetapi belum ada
gejala seperti di atas. Tekanan darah tidak harus diturunkan dalam hitungan menit,
tetapi dalam hitungan jam bahkan hitungan hari dengan obat oral.

C. Etiologi / predisposisi
Hipertensi emergensi merupakan spektrum klinis dari hipertensi dimana terjadi
kondisi peningkatan tekanan darah yang tidak terkontrol yang berakibat pada kerusakan
organ target yang progresif. Berbagai sistem organ yang menjadi target pada hipertensi
emergensi adalah sistem saraf yang dapat mengakibatkan hipertensi ensefalopati, infark
serebral, perdarahan subarakhnoid, perdarahan intrakranial; sistem kardiovaskuler yang
dapat mengakibatkan infark miokard, disfungsi ventrikel kiri akut, edema paru akut,
diseksi aorta; dan sistem organ lainnya seperti gagal ginjal akut, retinopati, eklamsi, dan
anemia hemolitik mikroangiopatik.
Faktor risiko krisis hipertensi:
1. Penderita hipertensi tidak minum obat atau tidak teratur minum obat
2. Kehamilan
3. Penderita hipertensi dengan penyakit parenkim ginjal
4. Penggunaan NAPZA
5. Penderita dengan rangsangan simpatis tinggi (luka bakar, trauma kepala, penyakit
vaskular/ kolagen).

D. Patofisiologi
Bentuk manapun dari hipertensi yang menetap, baik primer maupun sekunder,
dapat dengan mendadak mengalami percepatan kenaikan dengan tekanan diastolik
meningkat cepat sampai di atas 130 mmHg dan menetap lebih dari 6 jam. Hal ini dapat
menyebabkan nekrosis arterial yang lama dan tersebar luas, serta hiperplasi intima
arterial interlobuler nefron – nefron. Perubahan patologis jelas terjadi terutama pada
retina, otak dan ginjal. Pada retina akan timbul perubahan eksudat, perdarahan dan udem
papil. Gejala retinopati dapat mendahului penemuan klinis kelainan ginjal dan merupakan
gejala paling terpercaya dari hipertensi maligna.
Otak mempunyai suattu mekanisme otoregulasi terhadap kenaikan ataupun
penuruan tekanan darah. Batas perubahan pada organ normal adalah sekitar 60 – 160
mmHg. Apabila tekanan darah melampaui tonus pembuluh darah sehingga tidak mampu
lagi menahan kenaikan tekanan darah maka akan terjadi udem otak. Tekanan darah
diastolik yang sangat tinggi memungkinkan pecahnya pembuluh darah otak yang dapat
mengakibatkan kerusakan otak yang irreversible.
Pada jantung kenaikan tekanan darah yang cepat dan tinggi akan menyebabkan
kenaikan afterload, sehingga terjadi payah jantung. Sedangkan pada hipertensi kronis hal
ini akan terjadi lebih lambat karena ada mekanisme adaptasi. Penderita feokromositoma
dengan krisis hipertensi akan terjadi pengeluaran norefinefrin yang menetap atau berkala.
Aliran darah ke otak pada penderita hipertensi kronis tidak mengalami perubahan
bila Mean Arterial Pressure (MAP) 120 mmHg – 160 mmHg, sedangkan pada penderita
hipertensi baru dengan MAP diantara 60 – 120 mmHg. Pada keadaan hiper kapnia,
autoregulasi menjadi lebih sempit dengan batas tertinggi 125 mmHg, sehingga perubahan
yang sedikit saja dari tekanan darah menyebabkan asidosis otak akan mempercepat
timbulnya udema otak. Meningkatnya tekanan darah di dalam arteri bisa terjadi melalui
beberapa cara:
1. Meningkatnya tekanan darah di dalam arteri bisa terjadi sehingga mengalirkan lebih
banyak cairan pada setiap detiknya.
2. Arteri besar kehilangan kelenturannya dan menjadi kaku, sehingga tidak dapat
mengembangkan pada saat jantung memompa darah melalui arteri tersebut. Karena
itu darah pada setiap denyut jantung dipaksa untuk melalui pembuluh yang sempit
dari pada biasanya dan naiknnya tekanan. Ini terjadi pada usia lanjut, di mana dinding
arterinya telah menebal dan kaku karena arteriosklerosis. Dengan cara yang sama,
tekanan darah juga meningkat pada saat terjadi vasokonstriksi, yaitu jika arteri kecil
(arteriola) untuk sementara waktu mengerut karena perangsangan saraf atau hormon
di dalam darah.
3. Bertambahnya cairan dalam sirkulasi bisa menyebabkan meningkatnya tekanan darah.
Hal ini terjadi jika terdapat kelainan fungsi ginjal sehingga tidak mampu membuang
sejumlah garam dan air dari dalam tubuh. Volume darah dalam tubuh meningkat,
sehingga tekanan darah juga meningkat. Sebaliknya, jika aktivitas memompa jantung
berkurang, arteri mengalami pelebaran, dan banyak cairan keluar dari sirkulasi maka
tekanan darah akan menurun.

E. Manifestasi klinik
Gambaran klinis krisis hipertensi umumnya adalah gejala organ target yang
terganggu, diantaranya nyeri dada dan sesak napas pada gangguan jantung dan diseksi
aorta; mata kabur dan edema papila mata; sakit kepala hebat, gangguan kesadaran dan
lateralisasi pada gangguan otak; gagal ginjal akut pada gangguan ginjal; di samping sakit
kepala dan nyeri tengkuk pada kenaikan tekanan darah umumnya.

F. Komplikasi
Hipertensi merupakan faktor resiko utama untuk terjadinya penyakit jantung,
gagal jantung kongesif, stroke, gangguan penglihatan dan penyakit ginjal. Tekanan darah
yang tinggi umumnya meningkatkan resiko terjadinya komplikasi tersebut. Hipertensi
yang tidak diobati akan mempengaruhi semua sistem organ dan akhirnya memperpendek
harapan hidup sebesar 10-20 tahun.
Mortalitas pada pasien hipertensi lebih cepat apabila penyakitnya tidak terkontrol
dan telah menimbulkan komplikasi ke beberapa organ vital. Sebab kematian yang sering
terjadi adalah penyakit jantung dengan atau tanpa disertai stroke dan gagal ginjal.
Dengan pendekatan sistem organ dapat diketahui komplikasi yang mungkin
terjadi akibat hipertensi. Komplikasi yang terjadi pada hipertensi ringan dan sedang
mengenai mata, ginjal, jantung dan otak. Pada mata berupa perdarahan retina, gangguan
penglihatan sampai dengan kebutaan. Gagal jantung merupakan kelainan yang sering
ditemukan pada hipertensi berat selain kelainan koroner dan miokard. Pada otak sering
terjadi perdarahan yang disebabkan oleh pecahnya mikroaneurisma yang dapat
mengakibakan kematian. Kelainan lain yang dapat terjadi adalah proses tromboemboli
dan serangan iskemia otak sementara (Transient Ischemic Attack/TIA). Gagal ginjal
sering dijumpai sebagai komplikasi hipertensi yang lama dan pada proses akut seperti
pada hipertensi maligna. Risiko penyakit kardiovaskuler pada pasien hipertensi
ditentukan tidak hanya tingginya tekanan darah tetapi juga telah atau belum adanya
kerusakan organ target serta faktor risiko lain seperti merokok, dislipidemiadan diabetes
melitus. (Tekanan darah sistolik melebihi 140 mmHg pada individu berusia lebih dari 50
tahun, merupakan faktor resiko kardiovaskular yang penting. Selain itu dimulai dari
tekanan darah 115/75 mmHg, kenaikan setiap 20/10 mmHg meningkatkan risiko
penyakit kardiovaskuler sebanyak dua kali (Anggraini, Waren, et. al, 2009).

G. Penatalaksanaan
Tujuan pengobatan pada keadaan darurat hipertensi ialah menurunkan tekanan
darah secepat dan seaman mungkin yang disesuaikan dengan keadaan klinis penderita.
Pengobatan biasanya diberikan secara parenteral dan memerlukan pemantauan yang ketat
terhadap penurunan tekanan darah untuk menghindari keadaan yang merugikan atau
munculnya masalah baru.
Obat yang ideal untuk keadaan ini adalah obat yang mempunyai sifat bekerja
cepat, mempunyai jangka waktu kerja yang pendek, menurunkan tekanan darah dengan
cara yang dapat diperhitungkan sebelumnya, mempunyai efek yang tidak tergantung
kepada sikap tubuh dan efek samping minimal.
Penurunan tekanan darah harus dilakukan dengan segera namun tidak terburu-
buru. Penurunan tekanan darah yang terburu-buru dapat menyebabkan iskemik pada otak
dan ginjal. Tekanan darah harus dikurangi 25% dalam waktu 1 menit sampai 2 jam dan
diturunkan lagi ke 160/100 dalam 2 sampai 6 jam. Medikasi yang diberikan sebaiknya
per parenteral (Infus drip, BUKAN INJEKSI). Obat yang cukup sering digunakan adalah
Nitroprusid IV dengan dosis 0,25 ug/kg/menit. Bila tidak ada, pengobatan oral dapat
diberikan sambil merujuk penderita ke Rumah Sakit. Pengobatan oral yang dapat
diberikan meliputi Nifedipinde 5-10 mg, Captorpil 12,5-25 mg, Clonidin 75-100 ug,
Propanolol 10-40 mg. Penderita harus dirawat inap.
Alogaritma untuk Evaluasi Krisis Hipertensi
Hipertensi Mendesak
Parameter Hipertensi Darurat
Biasa Mendesak Biasa Mendesak
TD >180/110 >180/110 >220/140
Gejala Sakit kepala, kecemasan, Sakit kepala hebat, sesak Sesak napas, nyeri dada,
sering kali tanpa gejala napas nokturia, dysarthria,
kelemahan, kesadaran
menurun
Pemeriksaan Tidak ada kerusakan organ Kerusakan organ target, Enselopati, edema paru,
target, tidak ada penyakit muncul klinis penyakit insufisiensi ginjal, iskemia
kardiovaskular kardiovaskular, stabil jantung
Terapi Awasi 1-3 jam, memulai/ Awasi 3-6 jam, obat oral Pasang jalur IV, periksa
teruskan obat oral, naikkan berjangka kerja pendek laboratorium standar,
dosis terapi obat IV
Rencana Periksa ulang dalam 3 hari Periksa ulang dalam 24 jam Rawat ruangan/ICU

Adapun obat hipertensi oral yang dapat dipakai untuk hipertensi mendesak
(urgency) dapat dilihat pada tabel di bawah ini:
Obat hipertensi oral
Obat Dosis Efek Perhatian khusus
Captopril 12,5-25 mg PO; ulangi/ 30 15-30 mnt/ 6-8 jam; SL Hipotensi, gagal ginjal,
mnt; SL, 25 mg 10-20 mnt/ 2-6 jam stenosis arteri renalis
Clonidine PO 75-150µg, ulangi/jam 30-60 mnt/ 8-16 jam Hipotensi, mengantuk, mulut
kering
Propanolol 10-40 mg PO; ulangi 15-30 mnt/ 3-6 jam Bronkokonstruksi, blok
setiap 30 mnt jantung, hipotensi ortostatik
Nifedipine 5-10 mg PO; ulangi setiap 5-15 mnt/ 4-6 jam Takikardi, hipotensi,
15 mnt gangguan koroner
SL : sublingual; PO: peroral
Sedangkan untuk hipertensi darurat (emergency) lebih dianjurkan untuk
pemakaian parenteral, daftar obat hipertensi parenteral yang dapat dipakai dapat dilihat
pada tabel di bawah:
Obat hipertensi parental
Obat Dosis Efek /Laman Kerja Perhatian khusus
Sodium 0,25-10 mg / kg / langsung/2-3 mnt Mual, muntah, penggunaan jangka panjang
Nitroprusside mnt sebagai infus setelah infus dapat menyebabkan keracunan tiosianat,
IV methemoglobinemia, asidosis, keracunan
sianida. Selang infus lapis perak
Nitrogliserin 500-100 mg sebagai 2-5 mnt /5-10 mnt Sakit kepala, takikardia, muntah, ,
infus IV methemoglobinemia; membutuhkan sistem
pengiriman khusus karena obat mengikat
pipa PVC
Nicardipine 5-15 mg / jam 1-5 mnt/15-30 mnt Takikardi, mual, muntah, sakit kepala,
sebagai infus IV peningkatan tekanan intrakranial; hipotensi
Klonidin 150 ug, 6 amp/250 30-60 mnt/ 24 jam Ensepalopati dengan gangguan koroner
cc Glukosa 5%
mikrodrip
Diltiazem 5-15 ug/kg/mnt 1-5 mnt/ 15- 30 mnt Takikardi, mual, muntah, sakit kepala,
sebagi infus IV peningkatan tekanan intrakranial; hipotensi

Pada hipertensi darurat (emergency) dengan komplikasi seperti hipertensi


emergensi dengan penyakit payah jantung, maka memerlukan pemilihan obat yang tepat
sehingga tidak memperparah keadaannya. Pemilihan obat untuk hipertensi dengan
komplikasi dapat dilihat pada tabel di bawah:
Obat yang dipilih untuk Hipertensi darurat dengan komplikasi
Komplikasi Obat Pilihan Target Tekanan Darah
Diseksi aorta Nitroprusside + esmolol SBP 110-120 sesegera mungkin
AMI, iskemia Nitrogliserin, nitroprusside, nicardipine Sekunder untuk bantuan iskemia
Edema paru Nitroprusside, nitrogliserin, labetalol 10% -15% dalam 1-2 jam
Gangguan Ginjal Fenoldopam, nitroprusside, labetalol 20% -25% dalam 2-3 jam
Kelebihan katekolamin Phentolamine, labetalol 10% -15% dalam 1-2 jam
Hipertensi ensefalopati Nitroprusside 20% -25% dalam 2-3 jam
Subarachnoid hemorrhage Nitroprusside, nimodipine, nicardipine 20% -25% dalam 2-3 jam
Stroke Iskemik Nicardipine 0% -20% dalam 6-12 jam
AMI, infark miokard akut; SBP, tekanan sistolik bood.

H. Pengkajian fokus
1. Pengkajian primer
a. Airway
1) Yakinkan kepatenan jalan napas
2) Berikan alat bantu napas jika perlu (guedel atau nasopharyngeal)
3) Jika terjadi penurunan fungsi pernapasan segera kontak ahli anestesi dan bawa
segera mungkin ke ICU
b. Breathing
1) Kaji saturasi oksigen dengan menggunakan pulse oximeter, untuk
mempertahankan saturasi >92%.
2) Berikan oksigen dengan aliran tinggi melalui non re-breath mask.
3) Pertimbangkan untuk mendapatkan pernapasan dengan menggunakan bag-
valve-mask ventilation
4) Lakukan pemeriksaan gas darah arterial untuk mengkaji PaO2 dan PaCO2
5) Kaji jumlah pernapasan / Auskultasi pernapasan
6) Lakukan pemeriksan system pernapasan
7) Dengarkan adanya bunyi krakles / Mengi yang mengindikasikan kongesti paru
c. Circulation
1) Kaji heart rate dan ritme, kemungkinan terdengan suara gallop
2) Kaji peningkatan JVP
3) Monitoring tekanan darah
4) Pemeriksaan EKG mungkin menunjukan:
a) Sinus tachikardi
b) Adanya Suara terdengar jelas pada S4 dan S3
c) Right bundle branch block (RBBB)
d) Right axis deviation (RAD)
5) Lakukan IV akses dekstrose 5%
6) Pasang Kateter
7) Lakukan pemeriksaan darah lengkap
8) Jika ada kemungkina KP berikan Nifedipin Sublingual
9) Jika pasien mengalami Syok berikan secara bolus Diazoksid, Nitroprusid
d. Disability
1) Kaji tingkat kesadaran dengan menggunakan AVPU
2) Penurunan kesadaran menunjukan tanda awal pasien masuk kondisi ekstrim
dan membutuhkan pertolongan medis segera dan membutuhkan perawatan di
ICU.
e. Eksposure
1) Selalu mengkaji dengan menggunakan test kemungkinan KP
2) Jika pasien stabil lakukan pemeriksaan riwayat kesehatan dan pemeriksaan
fisik lainnya.
3) Jangan lupa pemeriksaan untuk tanda gagal jantung kronik
2. Pengkajian sekunder
Pengkajian sekunder meliputi anamnesis dan pemeriksaan fisik. Anamnesis dapat
meggunakan format AMPLE (Alergi, Medikasi, Post illnes, Last meal, dan Event/
Environment yang berhubungan dengan kejadian). Pemeriksaan fisik dimulai dari
kepala hingga kaki dan dapat pula ditambahkan pemeriksaan diagnostik.
3. Pemeriksaan penunjang
a. Riwayat dan pemeriksaan fisik secara menyeluruh
b. Pemeriksaan retina
c. Pemeriksaan laboratorium untuk mengetahui kerusakan organ seperti ginjal dan
jantung
d. EKG untuk mengetahui hipertropi ventrikel kiri
e. Urinalisa untuk mengetahui protein dalam urin, darah, glukosa
f. Pemeriksaan : renogram, pielogram intravena arteriogram renal, pemeriksaan
fungsi ginjal terpisah dan penentuan kadar urin.
g. Foto dada dan CT scan
I. Pathways keperawatan
J. Diagnosa keperawatan
1. Penurunan curah jantung berhubungan dengan peningkatan afterload, vasokonstriksi,
iskemia miokard, hipertropi ventricular
2. Nyeri ( sakit kepala ) berhubungan dengan peningkatan tekanan vaskuler serebral
3. Resiko perubahan perfusi jaringan: serebral, ginjal, jantung berhubungan dengan
adanya tahanan pembuluh darah
4. Intoleransi aktifitas berhubungan penurunan cardiac output
5. Gangguan pola tidur berhubungan adanya nyeri kepala
6. Kurangnya perawatan diri berhubungan dengan adanya kelemahan fisik
7. Kecemasan berhubungan dengan krisis situasional sekunder adanya hipertensi yang
diderita pasien
8. Kurangnya pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi tentang proses
penyakit

K. Fokus intervensi dan rasional


1. Penurunan curah jantung berhubungan dengan peningkatan afterload, vasokonstriksi,
iskemia miokard, hipertropi ventricular
Tujuan : Tidak terjadi penurunan curah jantung setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama 3 x 24 jam.
Kriteria hasil :
a. Berpartisipasi dalam aktivitas yang menurunkan TD
b. Mempertahankan TD dalam rentang yang dapat diterima
c. Memperlihatkan irama dan frekuensi jantung stabil
Intervensi :
a. Pantau TD, ukur pada kedua tangan, gunakan manset dan tehnik yang tepat
b. Catat keberadaan, kualitas denyutan sentral dan perifer
c. Auskultasi tonus jantung dan bunyi napas
d. Amati warna kulit, kelembaban, suhu dan masa pengisian kapiler
e. Catat edema umum
f. Berikan lingkungan tenang, nyaman, kurangi aktivitas, batasi jumlah pengunjung.
g. Pertahankan pembatasan aktivitas seperti istirahat ditempat tidur/kursi
h. Bantu melakukan aktivitas perawatan diri sesuai kebutuhan
i. Lakukan tindakan yang nyaman spt pijatan punggung dan leher, meninggikan
kepala tempat tidur.
j. Anjurkan tehnik relaksasi, panduan imajinasi, aktivitas pengalihan
k. Pantau respon terhadap obat untuk mengontrol tekanan darah
l. Berikan pembatasan cairan dan diit natrium sesuai indikasi
m. Kolaborasi untuk pemberian obat-obatan sesuai indikasi
2. Nyeri ( sakit kepala ) berhubungan dengan peningkatan tekanan vaskuler serebral
Tujuan : Nyeri atau sakit kepala hilang atau berkurang setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama 2 x 24 jam
Kriteria hasil :
a. Pasien mengungkapkan tidak adanya sakit kepala
b. Pasien tampak nyaman
c. TTV dalam batas normal
Intervensi :
a. Pertahankan tirah baring, lingkungan yang tenang, sedikit penerangan
b. Minimalkan gangguan lingkungan dan rangsangan
c. Bantu pasien dalam ambulasi sesuai kebutuhan
d. Hindari merokok atau menggunkan penggunaan nikotin
e. Beri tindakan nonfarmakologi untuk menghilangkan sakit kepala seperti kompres
dingin pada dahi, pijat punggung dan leher, posisi nyaman, tehnik relaksasi,
bimbingan imajinasi dan distraksi
f. Hilangkan / minimalkan vasokonstriksi yang dapat meningkatkan sakit kepala
misalnya mengejan saat BAB, batuk panjang, membungkuk
g. Kolaborasi pemberian obat sesuai indikasi : analgesik, antiansietas (lorazepam,
ativan, diazepam, valium )
3. Resiko perubahan perfusi jaringan: serebral, ginjal, jantung berhubungan dengan
adanya tahanan pembuluh darah
Tujuan : Tidak terjadi perubahan perfusi jaringan : serebral, ginjal, jantung setelah
dilakukan tindakan keperawatan selama 2 x 24 jam.
Kriteria hasil :
a. Pasien mendemonstrasikan perfusi jaringan yang membaik seperti ditunjukkan
dengan : TD dalam batas yang dapat diterima, tidak ada keluhan sakit kepala,
pusing, nilai-nilai laboratorium dalam batas normal.
b. Haluaran urin 30 ml/ menit
c. Tanda-tanda vital stabil
Intervensi :
a. Pertahankan tirah baring
b. Tinggikan kepala tempat tidur
c. Kaji tekanan darah saat masuk pada kedua lengan; tidur, duduk dengan pemantau
tekanan arteri jika tersedia
d. Ambulasi sesuai kemampuan; hindari kelelahan
e. Amati adanya hipotensi mendadak
f. Ukur masukan dan pengeluaran
g. Pertahankan cairan dan obat-obatan sesuai program
h. Pantau elektrolit, BUN, kreatinin sesuai program
4. Intoleransi aktifitas berhubungan penurunan cardiac output
Tujuan : Tidak terjadi intoleransi aktifitas setelah dilakukan tindakan keperawatan
selama 2 x 24 jam
Kriteria hasil :
a. Meningkatkan energi untuk melakukan aktifitas sehari – hari
b. Menunjukkan penurunan gejala – gejala intoleransi aktifitas
Intervensi :
a. Berikan dorongan untuk aktifitas / perawatan diri bertahap jika dapat ditoleransi.
Berikan bantuan sesuai kebutuhan
b. Instruksikan pasien tentang penghematan energy
c. Kaji respon pasien terhadap aktifitas
d. Monitor adanya diaforesis, pusing
e. Observasi TTV tiap 4 jam
f. Berikan jarak waktu pengobatan dan prosedur untuk memungkinkan waktu
istirahat yang tidak terganggu, berikan waktu istirahat sepanjang siang atau sore
5. Gangguan pola tidur berhubungan adanya nyeri kepala
Tujuan : Tidak terjadi gangguan pola tidur setelah dilakukan tindakan keperawatan
selama 2 x 24 jam
Kriteria hasil :
a. Mampu menciptakan pola tidur yang adekuat 6 – 8 jam per hari
b. Tampak dapat istirahat dengan cukup
c. TTV dalam batas normal
Intervensi :
a. Ciptakan suasana lingkungan yang tenang dan nyaman
b. Beri kesempatan klien untuk istirahat / tidur
c. Evaluasi tingkat stress
d. Monitor keluhan nyeri kepala
e. Lengkapi jadwal tidur secara teratur
f. Berikan makanan kecil sore hari dan / susu hangat
g. Lakukan masase punggung
h. Putarkan musik yang lembut
i. Kolaborasi pemberian obat sesuai indikasi
6. Kurangnya perawatan diri berhubungan dengan adanya kelemahan fisik
Tujuan : Perawatan diri klien terpenuhi setelah dilakukan tindakan keperawatan
selama 1 x 24 jam.
Kriteria hasil :
a. Mampu melakukan aktifitas perawatan diri sesuai kemampuan
b. Dapat mendemonstrasikan tehnik untuk memenuhi kebutuhan perawatan diri
Intervensi :
a. Kaji kemampuan klien untuk melakukan kebutuhan perawatan diri
b. Beri pasien waktu untuk mengerjakan tugas
c. Bantu pasien untuk memenuhi kebutuhan perawatan diri
d. Berikan umpan balik yang positif untuk setiap usaha yang dilakukan klien / atas
keberhasilannya
7. Kecemasan berhubungan dengan krisis situasional sekunder adanya hipertensi yang
diderita klien
Tujuan: Kecemasan hilang atau berkurang setelah dilakukan tindakan keperawatan
selama 1 x 24 jam.
Kriteria hasil :
a. Klien mengatakan sudah tidak cemas lagi / cemas berkurang
b. Ekspresi wajah rileks
c. TTV dalam batas normal
Intervensi :
a. Kaji keefektifan strategi koping dengan mengobservasi perilaku misalnya
kemampuan menyatakan perasaan dan perhatian, keinginan berpartisipasi dalam
rencana pengobatan
b. Catat laporan gangguan tidur, peningkatan keletihan, kerusakan konsentrasi, peka
rangsang, penurunan toleransi sakit kepala, ketidakmampuan untuk
menyelesaikan masalah.
c. Bantu klien untuk mengidentifikasi stressor spesifik dan kemungkinan strategi
untuk mengatasinya.
d. Libatkan pasien dalam perencanaan perawatan dan beri dorongan partisipasi
maksimum dalam rencana pengobatan.
e. Dorong pasien untuk mengevaluasi prioritas atau tujuan hidup.
f. Kaji tingkat kecemasan klien baik secara verbal maupun non verbal
g. Observasi TTV tiap 4 jam.
h. Dengarkan dan beri kesempatan pada klien untuk mengungkapkan perasaanya
i. Berikan support mental pada klien.
j. Anjurkan pada keluarga untuk memberikan dukungan pada klien
8. Kurangnya pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi tentang proses
penyakit
Tujuan : Klien terpenuhi dalam informasi tentang hipertensi setelah dilakukan
tindakan keperawatan selama 1 x 24 jam
Kriteria hasil:
a. Pasien mengungkapkan pengetahuan akan hipertensi
b. Melaporkan pemakaian obat-obatan sesuai program
Intervensi :
a. Jelaskan sifat penyakit dan tujuan dari pengobatan dan prosedur
b. Jelaskan pentingnya lingkungan yang tenang, tidak penuh dengan stress
c. Diskusikan tentang obat-obatan : nama, dosis, waktu pemberian, tujuan dan efek
samping atau efek toksik
d. Jelaskan perlunya menghindari pemakaian obat bebas tanpa pemeriksaan dokter
e. Diskusikan gejala kambuhan atau kemajuan penyulit untuk dilaporkan dokter :
sakit kepala, pusing, pingsan, mual dan muntah.
f. Diskusikan pentingnya mempertahankan berat badan stabil
g. Diskusikan pentingnya menghindari kelelahan dan mengangkat berat
h. Diskusikan perlunya diet rendah kalori, rendah natrium sesuai program
i. Jelaskan penetingnya mempertahankan pemasukan cairan yang tepat, jumlah yang
diperbolehkan, pembatasan seperti kopi yang mengandung kafein, teh serta
alcohol.
j. Jelaskan perlunya menghindari konstipasi dan penahanan.
k. Berikan support mental, konseling dan penyuluhan pada keluarga klien
DAFTAR PUSTAKA

Hani, Sharon EF, Colgan R.Hypertensive Urgencies and Emergencies. Prim Care Clin Office
Pract 2010;33:613-23.

Vaidya CK, Ouellette CK. Hypertensive Urgency and Emergency. Hospital Physician 2009:43-
50

Anggaraini, Ade Dian, et.al (2009). Faktor – Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian
Hipertensi Pada Pasien Yang Berobat di Poliklinik Dewasa Puskesmas Bangkinang
Periode Januari sampai Juni 2008. Diakses 03 Oktober 2016
:Http://yayanakhyar.wordpress.com

Dewi, Sofia dan Digi Familia (2010). Hidup Bahagia dengan Hipertensi. A+Plus Books,
Yogyakarta
Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah (2010). The 4th Scientific Meeting on Hypertension.
Diakses 03 Oktober 2016 : http://www.dinkesjatengprov.go.id

Elsanti, Salma (2009). Panduan Hidup Sehat : Bebas Kolesterol, Stroke, Hipertensi, &
Serangan Jantung. Araska, Yogyakarta

Ganong, William F (2009). Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. EGC, Jakarta

Anda mungkin juga menyukai