Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PENDAHULUAN

OKULI SINISTRA (OS) EKSENTRASI


A. Definisi
Menurut American Society of Ophthalmic Plastic and Reconstructive Surgery
(ASOPRS) pada tahun 2005 bahwa Eksenterasi orbita adalah pembedahan destruktif yang
dilakukan pada situasi klinis yang genting sebagai upaya menyelamatkan jiwa.
Eksenterasi terutama dilakukan pada kondisi keganasan orbita dan kadang-kadang untuk
infeksi dan inflamasi orbita yang mengancam nyawa.
Eksentrasi adalah prosedur operasi dimana semua isi dari orbita bersama-sama dengan
periorbita dikeluarkan melalui sayatan yang dibuat sepanjang tepi orbita.
Eksentrasi adalah tindakan pengankatan seluruh orbita termasuk bolamata, jaringan
lunak orbita, serta kelopak mata dan adnexa mata.
Pada artikel berjudul Eksenterasi Orbita pada Tumor Ganas Mata yang terbit pada
tahun 2006 di Majalah Kedokteran Indonesia (MKI) didapatkan definisi eksenterasi orbita
adalah tindakan pengangkatan seluruh orbita, termasuk bola mata, jaringan lunak orbita,
serta kelopak mata.
B. Indikasi
Indikasi dilakukan eksentrasi adalah adanya tumor ganas di orbita atau yang metastase
tumor yang telah mengenai seluruh bagian orbita termasuk bola mata
C. Manfaat
Manfaat dari tindakan Eksentrasi adalah untuk mengurangi inflamasi akibat infeksi
yang berada di bagian orbita dan menghentikan rantai metastase tumor ganas
D. Prosedur
1) Instrumen dan Bahan
a. Instrumentasi Dasar
Jumlah
No Jenis Instrument
(Buah)
1 Arteri klem pean bengkok besar 4
2 Arteri klem pean bengkok sedang 8
3 Arteri klem Kocher 6
4 Elles Klem Besar 2
5 Elis Klem Sedang 2
6 Bebkock/ Ellis cabang 2
7 Doek Klem 10
8 Desinfektan klem 2
9 Gunting Metzebaum 1
10 Gunting preparer 1
11 Gunting Benang 1
12 Pincet anatomi 2
13 Hand Vad Mes 1
14 Spatel 1
15 Canule Zuig aparat 2
16 Wound hag stom 1
17 Wound hag vormeg 1
18 Nald voelder 1
19 Wound hag langen back 1
20 Pinset chest 1
21 Pincet chirurgie 2

b. Instrumentasi Penunjang
Jumlah
No Jenis Instrument
(Buah)
1 Waskom 3
2 Bengkok 2
3 Cucing 2
4 Couter 1

c. Set Linen
No Jenis Linen Jumlah (Buah)
1 Scort steril 4
2 Duk besar 4
3 Duk kecil 4
4 Sarung meja mayo 1
5 Handuk steril 4

d. Bahan habis pakai


No Jenis Bahan Jumlah (Buah)
1 Plat diatermi 1
2 Hand scoen steril ukuran 6,5 / 7,5 / 8 4/4/4
3 Tulle Dressing (Sofra-Tulle) 1
4 Mess 15 1
5 Underpad steril 2
6 Underpad on 1
7 Benang polipropilene ukuran 4-0 1
8 Benang poliglikolic acid 3-0 3
9 Benang silk ukuran 2-0 tanpa jarum / dengan1 / 1
jarum
10 NaCl 0,9 % Secukupnya
11 Deppers 5
12 Kasa Steril 30
13 Povidone iodine 10 % 50 cc
14 Plester 1
15 Spuit 10 cc 1
16 Jarum no.23 1
17 Marker 1

e. Persiapan
a) Dilakukan CT-SCAN dan cek laboratorium.
b) Mempuasakan pasien 6 - 8 jam sebelumnya.
c) Mengganti baju pasien dengan baju operasi saat pasien berada di
premedikasi.
d) Melepas semua perhiasan pasien termasuk jika pasien memiliki gigi palsu.
e) Periksa rekam medik pasien terutama nomor register dan lembar inform
consent tindakan operasi.
f. Pelaksanaan
a) Sebelum tindakan operasi, dilakukan pembiusan general.
b) Dalam posisi terlentang, dokter memulai operasi dengan terlebih dahulu
menentukan tanda atau menentukan lebar daerah pembedahan
c) Dokter akan membuat sayatan sesuai ukuran yang telah ditentukan.
d) Supaya lebih cepat dalam insisi menggunakan alat diatermi lebih cepat dan
mengurangi resiko perdarahan
e) Selanjutnya operator mencari dan mengangkat seluruh orbita dan
bolamata.
f) Waktu operasi untuk tindakan operasi dapat berlangsung 1-2jam.

2) Perawatan Perioperatif
Perawatan pre operatif merupakan tahap pertama dari perawatan perioperatif
yang dimulai sejak pasien diterima masuk di ruang terima pasien dan berakhir ketika
pasien dipindahkan ke meja operasi untuk dilakukan tindakan pembedahan. Perawatan
intra operatif dimulai sejak pasien ditransfer ke meja bedah dan berakhir bila pasien di
transfer ke wilayah ruang pemulihan. Perawatan post operasi merupakan tahap
lanjutan dari perawatan pre dan intra operatif yang dimulai saat klien diterima di
ruang pemulihan pasca anaestesi dan berakhir sampai evaluasi selanjutnya.
I. Kompetensi Pre Operatif

Persiapan pembedahan dapat dibagi menjadi 2 bagian, yang meliputi persiapan


psikologi baik pasien maupun keluarga dan persiapan fisiologi (khusus pasien).
A. Persiapan Psikologi
Pada Pre Operatis Psikologis dilakukan Inform consent maka hal hal yang perlu
dikaji sebagai berikut
1. Pengetahuan tentang peristiwa prosedural tindakan sebelum operasi.
2. Pengetahuan alat alat khusus yang diperlukan.
3. Pengetahun prosedur pembedahan dan lingkungan operasi (meliputi dokter
operator, dokter anastesi, dan perawat).
4. Pengetahuan pengobatan setelah operasi.
B. Persiapan Fisiologi
1. Diet sebelum tindakan pembedahan.
2. Persiapan Perut / Pemberian lavement.
3. Persiapan Kulit (pembersihan area bedah dari rambut atau bulu badan)
4. Hasil Pemeriksaan (Meliputi hasil laboratorium, foto roentgen, ECG, USG dan
lain-lain.
5. Persetujuan Operasi / Informed Consent
C. Persiapan Akhir Sebelum Operasi Di Kamar Operasi (Serah terima dengan perawat
OK) maka dilakukan Inform to consent dengan hal-hal sebagai berikut
1. Mencegah Cidera
a. Cek daerah kulit / persiapan kulit dan persiapan perut (lavement).
b. Cek gelang identitas / identifikasi pasien.
c. Lepas tusuk konde dan wig dan tutup kepala / peci.
d. Lepas perhiasan
e. Bersihkan cat kuku.
f. Kontak lensa harus dilepas dan diamankan.
g. Protesa (gigi palsu, mata palsu) harus dilepas.
h. Alat pendengaran boleh terpasang bila pasien kurang / ada gangguan
pendengaran.
i. Kaus kaki anti emboli perlu dipasang pada pasien yang beresiko terhadap
tromboplebitis.
j. Kandung kencing harus sudah kosong.
k. Catatan tentang persiapan kulit (tanda lokasi pembedahan).
a) Tanda-tanda vital (suhu, nadi, respirasi, TN)
b) Pemberian premedikasi
c) Pengobatan rutin.
d) Data antropometri (BB, TB)
e) Pemeriksan laboratorium.
2. Pemberian Obat Premedikasi ( Profilasis)
D. Pengkajian Keperawatan Pra Bedah
A. Data Subyektif
a) Pengetahuan dan Pengalaman Terdahulu.
1. Pengertian tentang bedah yang duanjurkan
1. Tempat
2. Bentuk operasi yang harus dilakukan.
3. Informasi dari ahli bedah lamanya dirawat dirumah sakit, keterbatasan
setelah di bedah.
4. Kegiatan rutin sebelum operasi.
5. Kegiatan rutin sesudah operasi.
6. Pemeriksaan-pemeriksaan sebelum operasi.
2. Pengalaman bedah terdahulu
1. Bentuk, sifat, roentgen
2. Jangka waktu
b) Kesiapan Psikologis Menghadapi Bedah
1. Penghayatan-penghayatan dan ketakutan-ketakutan menghadapi bedah
yang dianjurkan.
2. Metode-metode penyesuaian yang lazim.
3. Agama dan artinya bagi pasien.
4. Kepercayaan dan praktek budaya terhadap bedah.
5. Keluarga dan sahabat dekat
1. Dapat dijangkau (jarak)
2. Persepsi keluarga dan sahabat sebagai sumber yang memberi bantuan.
6. Perubahan pola tidur
7. Peningkatan seringnya berkemih.
c) Status Fisiologi
1. Obat-obat yang dapat mempengaruhi anaesthesi atau yang mendorong
komplikasi-komplikasi pascabedah.
2. Berbagai alergi medikasi, sabun, plester.
3. Penginderaan : kesukaran visi dan pendengaran.
4. Nutrisi : intake gizi yang sempurna (makanan, cairan) mual, anoreksia.
5. Motor : kesukaran ambulatori, gerakan tangan dan kaki, arthritis, bedah
orthopedi yang terdahulu (penggantian sendi, fusi spinal).
6. Alat prothesa : gigi, mata palsu, dan ekstremitas.
7. Kesantaian : bisa tidur, terdapat nyeri atau tidak nyaman, harapan
mengenai terbebas dari nyeri setelah operasi.

B. Data Obyektif
1. Pola berbicara : mengulang-ulang tema, perubahan topik tentang perasaan
(cemas), kemampuan berbahasa Inggris.
2. Tingkat interaksi dengan orang lain.
3. Perilaku : gerakan tangan yang hebat, gelisah, mundur dari aktifitas yang
sibuk (cemas).
4. Tinggi dan berat badan.
5. Gejala vital.
6. Penginderaan : kemampuan penglihatan dan pendengaran.
7. Kulit : turgor, terdapat lesi, merah atau bintik-bintik.
8. Mulut : gigi palsu, kondisi gigi dan selaput lendir.
9. Thorak : bunyi nafas (terdapat, sisanya) pemekaran dada, kemampuan
bernafas dengan diafragma, bunyi jantung (garis dasar untuk perbandingan
pada pasca bedah).
10. Ekstremitas : kekuatan otot (terutama) kaki, karakteristik nadi perifer sebelum
bedah vaskuler atau tubuh.
11. Kemampuan motor : adalah keterbatasan berjalan, duduk, atau bergerak di
tempat duduk, koordinasi waktu berjalan.
C. Masalah Keperawatan Yang Lazim Muncul
a. Cemas
b. Resiko infeksi
c. Resiko injury
d. Kurang pengetahuan
D. Intervensi Keperawatan

Ansietas berhubungan dengan tindakan operasi Setelah dilakukan tindakan keperawatan 1. Gunakan pendekatan yang menenangkan
2. Jelaskan prosedur selama tindakan operasi
atau pembedahan selama 1 x 15 menit diharapkan klien tidak cemas
3. Temani pasien untuk memberikan keamanan
lagi dengan kriteria hasil :
dan mengurangi takut
1) Mengidentifikasi, mengungkapkan dan
4. Identifikasi tingkat kecemasan
menunjukkan tehnik untuk mengontol cemas 5. Dengarkan dengan penuh perhatian
2) Vital sign dalam batas normal 6. Anjurkan kepada pasien menggunakan teknik
- TD : 120/80 mmHg
relaksasi (nafas dalam)
- RR : 15-20 x/menit.
7. Anjurkan kepada pasien untuk selalu berdoa
- N : 80-100 x/menit
3) Ekspresi wajah menunjukkan berkurangnya sesuai agamanya.
cemas.
II. Kompetensi Intra Operatif
Pada Intraoperatif petugas kesehatan yang ada di rungan operasi salah satu melkukan
Time Out yaitu kegiatan pada setiap anggota tim operasi memperkenalkan diri dan peran
masing-masing. Tim operasi memastikan bahwa semua orang di ruang operasi saling
kenal. Sebelum melakukan sayatan pertama pada kulit tim mengkonfirmasi dengan suara
yang keras mereka melakukan operasi yang benar, pada pasien yang benar. Mereka juga
mengkonfirmasi bahwa antibiotik profilaksis telah diberikan dalam 60 menit sebelumnya.

Pada stase intra operatif terdapat beberapa hal yang harus dipahami oleh petugas kamar
operasi .
A. Anggota Tim Asuhan Keperawatan Intra Operatif
Anggota tim asuhan pasien intra operatif biasanya di bagi dalam dua bagian.
Berdasarkan kategori kecil terdiri dari anggota steril dan tidak steril :
1. Anggota steril
1) Ahli bedah utama / operator
2) Asisten ahli bedah.
3) Scrub Nurse / Perawat Instrumen
2. Anggota tim yang tidak steril, terdiri dari :
1) Ahli atau pelaksana anaesthesi.
2) Perawat sirkulasi
B. Prinsip Tindakan Keperawatan Selama Pelaksanaan Operasi.
1. Persiapan Psikologis Pasien
2. Pengaturan Posisi
 Posisi diberikan perawat akan mempengaruhi rasa nyaman pasien dan
keadaan psikologis pasien.
 Faktor yang penting untuk diperhatikan dalam pengaturan posisi pasien
adalah :
1) Letak bagian tubuh yang akan dioperasi.
2) Umur dan ukuran tubuh pasien.
3) Tipe anaesthesia yang digunakan.
4) Sakit yang mungkin dirasakan oleh pasien bila ada pergerakan (arthritis).
Prinsip-prinsip didalam pengaturan posisi pasien :
a. Atur posisi pasien dalam posisi yang nyaman.
b. Sedapat mungkin jaga privasi pasien, buka area yang akan dibedah dan
kakinya ditutup dengan duk.
c. Amankan pasien diatas meja operasi dengan lilitan sabuk yang baik yang
biasanya dililitkan diatas lutut. Saraf, otot dan tulang dilindungi untuk
menjaga kerusakan saraf dan jaringan.
d. Jaga pernafasan dan sirkulasi vaskuler pasien tetap adekuat, untuk
meyakinkan terjadinya pertukaran udara.
e. Hindari tekanan pada dada atau bagain tubuh tertentu, karena tekanan
dapat menyebabkan perlambatan sirkulasi darah yang merupakan faktor
predisposisi terjadinya thrombus.
f. Jangan ijinkan ekstremitas pasien terayun diluar meja operasi karena hal
ini dapat melemahkan sirkulasi dan menyebabkan terjadinya kerusakan
otot.
g. Hindari penggunaan ikatan yang berlebihan pada otot pasien.
h. Yakinkan bahwa sirkulasi pasien tidak berhenti ditangan atau di lengan.
i. Untuk posisi litotomi, naikkan dan turunkan kedua ekstremitas bawah
secara bersamaan untuk menjaga agar lutut tidak mengalami dislokasi.
3. Membersihkan dan Menyiapkan Kulit.
4. Penutupan Daerah Steril
5. Mempertahankan Surgical Asepsis
6. Menjaga Suhu Tubuh Pasien dari Kehilangan Panas Tubuh
7. Monitor dari Malignant Hyperthermia
8. Penutupan luka pembedahan
9. Perawatan Drainase
10. Pengangkatan Pasien Ke Ruang Pemulihan, ICU atau PACU.
C. Pengkajian
1. Selama dilaksanakannya operasi
a. Pengkajian mental (Bila pasien diberi anaesthesi lokal dan pasien masih sadar
/ terjaga maka sebaiknya perawat menjelaskan prosedur yang sedang
dilakukan terhadapnya dan memberi dukungan agar pasien tidak cemas/takut
menghadapi prosedur tersebut.)
b. Pengkajian fisik
- Tanda-tanda vital
- Infus
- Pengeluaran urin
- Transfusi
D. Masalah Keperawatan Yang Lazim Muncul
Diagnosa keperawatan yang mungkin sering muncul pada pasien selama
pelaksanaan operasi adalah sebagai berikut :
1. Cemas
2. Resiko perlukaan/injury
3. Resiko penurunan volume cairan tubuh
4. Resiko infeksi
5. Kerusakan integritas kulit
E. Intervensi Keperawatan

No Diagnosa NOC NIC


1. Resiko defisit volume cairan b.d  Fluid balance Fluid management :
perdarahan aktif (berlangsungnya  Hydration 1. Monitor status hidrasi (kelembaban membran mukosa, nadi
 Nutritional Status : Food and Fluid Intake
proses pembedahan) adekuat, tekanan darah ortostatik)
2. Monitor vital sign
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1 3. Monitor masukan makanan / cairan selama proses
jam diharapkan defisit volume cairan tidak pembedahan
terjadi dengan 4. Monitor status perdarahan
5. Kolaborasi dokter jika tanda cairan berlebih muncul meburuk
Kriteria Hasil : 6. Atur kemungkinan tranfusi
1. Tekanan darah, nadi, suhu tubuh dalam batas 7. Persiapan untuk kemungkinan tranfusi

normal
2. Tidak ada tanda tanda dehidrasi, Elastisitas
turgor kulit baik, membran mukosa lembab, tidak
ada rasa haus yang berlebihan
2 Resiko infeksi berhubungan Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1 Infeksi control , intra operatif (6545)
dengan tindakan invasif : operasi x 30 menit diharapkan klien tidak mengalami 1. Gunakan sabun antimikrobia untuk cuci tangan
2. Cuci tangan setiap sebelum dan sesudah tindakan keperawatan
atau tinakan pembedahan resiko infeksi dengan kriteria hasil :
3. Gunakan baju, sarung tangan sebagai alat pelindung
1. Klien bebas dari tanda dan gejala infeksi 4. Pertahankan lingkungan aseptik selama proses pembedahan
2. Vital sign dalam batas normal 5. Berikan terapi antibiotik bila perlu
- TD : 120/80 mmHg 6. Monitor tanda dan gejala infeksi
- RR : 15-20 x/menit 7. Ispeksi kondisi luka / insisi bedah
- .N : 80-100 x/menit. 8. · Monitor tanda-tanda vital.
- S : 36,5 ºC -37ºC
3 Resiko cedera behubungan dengan Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1 x Surgical precousen Aktifitas
proses pembedahan 30 menit diharapkan klien tidak mengalami resiko 1. Tidurkan klien pada meja operasi dengan posisi sesuai
injuri/cedera dengan kriteria hasil : kebutuhan
2. Monitor penggunaan instrumen, jarum dan kasa
1. Klien terbebas dari cedera
3. Pastikantidak ada instrumen, jarum atau kasa yang tertinggal
2. Dapat mengetahui pemakaian intrumen, jarum
dalam tubuh klien
dan kasa. Dengan tertinggalnya benda asing
dapam tubuh klien dapat menimbulkan bahaya
III. Kompetensi Post Operasi

Pada Intraoperatif petugas kesehatan yang ada di rungan operasi salah satu melkukan
Sign Out yaitu Tindakan yang dilkukan olej=h tim bedah akan meninjau operasi yang telah
dilakukan. Dilakukan pengecekan kelengkapan spons, penghitungan instrumen, pemberian
label pada spesimen, kerusakan alat atau masalah lain yang perlu ditangani. Langkah akhir
yang dilakukan tim bedah adalah rencana kunci dan memusatkan perhatian pada
manajemen post operasi serta pemulihan sebelum memindahkan pasien dari kamar operasi
(Surgery & Lives, 2008).

A. Fase Pasca Anaesthesi


Periode segera sesudah anaesthesi adalah gawat. Pasien harus diamati dengan jeli dan
harus mendapat bantuan fisik dan psikologis yang intensif sampai pengaruh utama dari
anaesthesi mulai berkurang dan kondisi umum mulai stabil. Banyaknya asuhan
keperawatan yang dilaksanakan segera setelah periode pasca anaesthesi tergantung
kepada prosedur bedah yang dilakukan. Hal-hal yang harus diperhatikan meliputi :
B. Mempertahankan ventilasi pulmonari
1. Mengatur posisi jalan napas aman.
2. Saluran nafas buatan.
Saluran nafas pada orofaring biasanya terpasang terus setelah pemberian anaesthesi
umum untuk mempertahankan saluran tetap terbuka dan lidah kedepan sampai reflek
faring pulih. Bila pasien tidak bisa batuk dan mengeluarkan dahak dan lendir harus
dibantu dengan suction.
3. Terapi oksigen
O2 sering diberikan pada pasca operasi, karena obat anaesthesi dapat menyebabkan
lyphokhemia. Selain pemberian O2 harus diberikan latihan nafas dalam setelah
pasien sadar.
C. Mempertahankan sirkulasi.
Hipotensi dan aritmia adalah merupakan komplikasi kardiovaskuler yang paling sering
terjadi pada pasien post anaesthesi. Pemantauan tanda vital dilakukan tiap 15 menit sekali
selama pasien berada di ruang pemulihan.
D. Mempertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit
Pemberian infus merupakan usaha pertama untuk mempertahankan keseimbangan
cairan dan elektrolit. Monitor cairan per infus sangat penting untuk mengetahui
kecukupan pengganti dan pencegah kelebihan cairan. Begitu pula cairan yang keluar juga
harus dimonitor.
E. Mempertahankan keamanan dan kenyamanan
Pasien post operasi atau post anaesthesi sebaiknya pada tempat tidurnya dipasang
pengaman sampai pasien sadar betul. Posisi pasien sering diubah untuk mencegah
kerusakan saraf akibat tekanan kepada saraf otot dan persendian. Obat analgesik dapat
diberikan pada pasien yang kesakitan dan gelisah sesuai dengan program dokter. Pada
pasien yang mulai sadar, memerlukan orientasi dan merupakan tunjangan agar tidak
merasa sendirian. Pasien harus diberi penjelasan bahwa operasi sudah selesai dan
diberitahu apa yang sedang dilakukan.
1. Perawatan Pasien Di Ruang Pemulihan/Recovery Room
Uraian diatas telah membahas tentang hal yang diperhatikan pada pasien post
anaesthesi. Untuk lebih jelasnya maka dibawah ini adalah petunjuk perawatan / observasi
diruang pemulihan :
1) Posisi kepala pasien lebih rendah dan kepala dimiringkan pada pasien dengan
pembiusan umum, sedang pada pasein dengan anaesthesi regional posisi semi fowler.
2) Pasang pengaman pada tempat tidur.
3) Monitor tanda vital : TN, Nadi, respirasi / 15 menit.
4) Penghisapan lendir daerah mulut dan trakhea.
5) Beri O2 2-3 liter sesuai program.
6) Observasi adanya muntah.
7) Catat intake dan out put cairan.

Beberapa petunjuk tentang keadaan yang memungkinkan terjadinya situasi krisis


- Tekanan sistolik < 90 –100 mmHg atau > 150 – 160 mmH, diastolik < 50 mmHg
atau > dari 90 mmHg.
- HR kurang dari 60 x menit > 10 x/menit
- Suhu > 38,3 o C atau kurang dari 35 o C.
- Meningkatnya kegelisahan pasien
- Tidak BAK + 8 jam post operasi.
2. Pengeluaran dari ruang pemulihan / Recovery Room
Kriteria umum yang digunakan dalam mengevaluasi pasien :
a. Pasien harus pulih dari efek anaesthesi.
b. Tanda-tanda vital harus stabil.
c. Tidak ada drainage yang berlebihan dari tubuh.
d. Efek fisiologis dari obat bius harus stabil.
e. Pasien harus sudah sadar kembali dan tingkat kesadaran pasien telah sempurna.
f. Urine yang keluar harus adekuat ( 1cc/ Kg/jam). Jumlahnya harus dicatat dan
dilaporkan.
g. Jika keadaan pasien membaik, pernyataan persetujuan harus dibuat untuk kehadiran
pasien tersebut oleh seorang perawat khusus yang bertugas pada unit dimana pasien
akan dipindahkan.
h. Komunikasi antar unit

3. Pengangkutan Pasien keruangan


Hal-hal yang harus diperhatikan selama membawa pasien ke ruangan antara lain :
- Keadaan penderita serta order dokter.
- Usahakan pasien jangan sampai kedinginan.
- Kepala pasien sedapat mungkin harus dimiringkan untuk menjaga bila muntah
sewaktu-waktu, dan muka pasien harus terlihat sehingga bila ada perubahan sewaktu-
waktu terlihat.
4. Asuhan Keperawatan Pada Pasien Post Operasi
1) Pengkajin awal
a. Status Respirasi Melipuiti :
- Kebersihan jalan nafas
- Kedalaman pernafasaan.
- Kecepatan dan sifat pernafasan.
- Bunyi nafas
b. Status sirkulatori Meliputi :
- Nadi
- Tekanan darah
- Suhu
- Warna kulit
c. Status neurologis
Meliputi : tingkat kesadaran
d. Balutan Meliputi :
- Keadaan drain
- Terdapat pipa yang harus disambung dengan sistem drainage.
e. Kenyamanan Meliputi :
- Terdapat nyeri
- Mual
- Muntah
f. Keselamatan Meliputi :
- Diperlukan penghalang samping tempat tidur.
- Kabel panggil yang mudah dijangkau.
- Alat pemantau dipasang dan dapat berfungsi.
g. Perawatan Meliputi :
- Cairan infus, kecepatan, jumlah cairan, kelancaran cairan.
- Sistem drainage : bentuk kelancaran pipa, hubungan dengan alat penampung,
sifat dan jumlah drainage.
h. Nyeri Meliputi :
- Waktu
- Tempat.
- Frekuensi
- Kualitas
- Faktor yang memperberat / memperingan
2) Data Subyektif
Tanyakan apa yang dirasakan setelah pulih sadar meliputi mual, pusing, lemas, dan
nyeri.
3) Data Objektif
1. Sistem Respiratori
2. Status sirkulatori
3. Tingkat Kesadaran
4. Balutan
5. Posisi tubuh
6. Status Urinari / eksresi.
4) Pengkajian Psikososial
Yang perlu diperhatikan : umur, prosedur pembedahan, efek samping dari
prosedur pembedahan dan pengobatan, body image dan pola/gaya hidup. Juga tanda
fisik yang menandakan kecemasan termasuk denyut nadi, tekanan darah, dan
kecepatan respirasi serta ekspresi wajah.
5) Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium berdasarkan pada prosedur pembedahan, riwayat
medis, dan manifestasi klinik post operasi.
Pemeriksaan laboratorium lab post operasi secara umum anatara lain :
1. Analisa serum dan elektrolit, glukosa dan pemeriksaaan darah lengkap.
2. Pemeriksaann urine sekitar setiap 4 jam untuk klien dengan resiko dehidrasi
dan insufisisensi ginjal.
6) Masalah Keperawatan Yang Lazim Muncul
A. Diagnosa Umum
a. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan efek samping dari anaesthesi.
b. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan luka post operasi.
c. Nyeri akut berhubungan dengan proses pembedahan.
d. Resiko injury berhubungan dengan kelemahan fisik, efek anaesthesi, obat-
obatan (penenang, analgesik) dan imobil terlalu lama.
B. Diagnosa Tambahan
a. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan peningkatan produksi
sekret.
b. Resiko retensi urine berhubungan dengan anaesthesi, bedah pelvis, dan kurang
gerak.
c. Kurang pengetahuan berhubungan dengan salah memahami informasi.
d. Cemas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan tentang prosedur
pembedahan.
e. Nausea berhubungan dengan efek anaesthesi, narkotika, ketidaseimbangan
elektrolit.
f. Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri.
g. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan
anoreksoia, lemah, nyeri, mual.
h. Konstipasi berhubungan dengan efek anaesthesi.
7) Intervensi Keperawatan

Diagnosa NOC NIC


Resiko jatuh berhubungan Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1 x Environment Management
dengan kondisi post operasi 15 menit diharapkan klien tidak mengalami resiko 1. Sediakan lingkungan yang aman untuk klien
2. Identifikasi kebutuhan keamanan klien, sesuai dengan kondisi
jatuh dengan kriteria hasil :
fisik dan fungsi kognitif klien dan riwayat penyakit terdahulu
1. Klien terbebas dari Fall Risk klien
2. Menggunakan fasilitas kesehatan yang ada 3. Pasang side rail tempat tidur
Semaksimal mungkin 4. Menyediakan tempat tidur yang nyaman dan bersih
3. Mampu mengenali perubahan status kesehatan 5. Pindahkan barang-barang yang dapat membahayakan
6. Berikan penjelasan pada klien atau pengunjung adanya
atau tindakan operasi
perubahan status kesehatan dan penyebab penyakit.
DAFTAR PUSTAKA

Diakses dari https://doktermuslim.com/tes-tes-pemeriksaan-penunjang-mata/. Pada tanggal 20


November 2017 pukul 17.00 WIB
Diakses dari https://www.slideshare.net/Rizal_mz/pembedahan-pada-mata. Pada tanggal 20
November 2017 pukul 17.00 WIB
Santosa, Budi. 2007. Panduan Diagnosa Keperawatan NANDA 2005-2006. Jakarta: Prima
Medika.

Diakses pada tanggal 27 November 2017 pukul 21.05 WIB


http://pkbswadaya.blogspot.co.id/2016/06/beda-eviserasi-enukleasi-eksenterasi.html

Caraspot. 2010. Proses Keperawatan NANDA, NOC &NIC. Yogyakarta: mocaMedia.

Anda mungkin juga menyukai