Latar Belakang
Mie basah adalah jenis mie yang mengalami proses perebusan setelah tahap
pemotongan. Biasanya mie basah dipasarkan dalam keadaan segar. Kadar air mie
basah dapat mencapai 52% sehingga daya simpannya relatif singkat (40 jam pada
suhu kamar). Proses perebusan dapat menyebabkan enzim polifenol-oksidase
terdenaturasi, sehingga mie basah tidak mengalami perubahan warna selama
distribusi. Di Cina, mie basah biasa dibuat dari 8 terigu jenis lunak dan ditambahkan
Kan-sui. Yang dimaksud kan-sui adalah larutan alkali yang tersusun oleh garam
natrium dan kalium karbonat. Larutan ini digunakan untuk menggantikan fungsi
natrium klorida dalam formula. Garam karbonat ini membuat adonan bersifat alkali
yang menghasilkan mie yang kuat dengan warna kuning yang cerah. Warna tersebut
muncul akibat adanya pigmen flavonoid yang berwarna kuning pada keadaan alkali
(Hoseney, 1994).
Pada Peraturan Menteri Kesehatan RI No.722/Menkes/Per/IX/88 dijelaskan
bahwa BTP adalah bahan yang biasanya tidak digunakan sebagai makanan dan
biasanya bukan merupakan ingredient khas makanan, mempunyai atau tidak
mempunyai nilai gizi, yang dengan sengaja ditambahkan ke dalam makanan untuk
maksud teknologi pada pembuatan, pengolahan, penyiapan, perlakuan, pengepakan,
pengemasan, penyimpanan atau pengangkutan makanan untuk menghasilkan suatu
komponen atau mempengaruhi sifat khas makanan tersebut (Cahyadi, 2006).
Bahan pengawet adalah senyawa yang menghambat dan menghentikan proses
pembusukan akibat aktivitas mikroorganisme. Bahan pengawet merupakan salah satu
bahan tambahan yang digunakan untuk mempertahankan kualitas dan daya simpan
bahan pangan (Sulami, 2009).
Bahan pewarna secara sederhana dapat didefinisikan sebagai suatu benda
berwarna yang memiliki afinitas kimia terhadap benda yang diwarnainya. Bahan
pewarna pada umumnya memiliki bentuk cair dan larut di air. Pada berbagai situasi,
proses pewarnaan menggunakan mordant untuk meningkatkan kemampuan
menempel bahan pewarna (Winarno, 2004).
Kunyit (C. domestica Val.) merupakan salah satu tanaman obat potensial,
selain sebagai bahan baku obat juga dipakai sebagai bumbu dapur dan zat warna
alami. Berdasarkan hasil survey tahun 2003, kebutuhan rimpang kunyit berdasarkan
jumlahnya yang diserap oleh industri obat tradisional di Jawa Timur menduduki
peringkat pertama dan di Jawa Tengah termasuk lima besar bersama-sama dengan
bahan baku obat lainnya. Rimpangnya sangat bermanfaat sebagai antikoagulan,
menurunkan tekanan darah, obat cacing, obat asma, penambah darah, mengobati sakit
perut, penyakit hati, karminatif, stimulan, gatal-gatal, gigitan serangga, diare, rematik.
Kandungan utama dalam rimpang kunyit yaitu minyak atsiri, kurkumin, resin,
oleoresin, desmetoksikurkumin, bidesmetoksikurkumin, damar, gom, lemak, protein,
kalsium, fosfor dan besi. Zat warna kuning (kurkuminoid) pada kunyit dimanfaatkan
sebagai pewarna untuk makanan manusia dan ternak (Rahardjo, 2005).
Tujuan
Praktikum kali ini dilaksanakan pada tanggal 30 November 2016 pukul 10.00
sampai selesai. Bertempat di Laboratorium Analisis Kimia Fakultas Pertanian
Universitas Lambung Mangkurat.
Bahan-bahan yang digunakan dalam kegiatan praktikum kali ini ialah rimpang
kunyit, tepung terigu cakra, air, dan Na2CO3.
Alat-alat yang digunakan dalam kegiatan praktikum kali ini ialah baskom,
machine noodle, timbangan, panic perebus, dan penyaring.
Prosedur Kerja
1. Ekstraksi Kunyit
Penyaringan
Hasil
2. Pembuatan Mie Basah
Disiapkan Bahan
Dilakukan Pengamatan
Hasil
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
1. Sample mie yang paling cepat terlihat perubahannya adalah sample mie
kunyit matang + rebus yang perubahannya terjadi pada jam 12 dengan tekstur
lembek sedikit berlendir.
2. Sample mie yang paling lambat terlihat perubahannya adalah mie kunyit rebus
+ mentah yang perubahannya terjadi pada jam ke-48 dengan berbau asam.
3. Faktor-faktor yang mempengaruhi umur simpan sample mie, yaitu kandungan
air dan penggunaan kunyit sebagai bahan pengawet alami.
4. Kunyit memiliki zat pengawet yang dapat menghambat pertumbuhan
mikroorganisme pada sample mie.
5. Zat warna kuning (kurkuminoid) pada kunyit dimanfaatkan sebagai pewarna
untuk makanan manusia dan ternak.
6. Kandungan air dalam bahan makanan mempengaruhi daya tahan bahan
makanan terhadap serangan mikroba yang dinyatakan Aw yaitu jumlah air
bebas yang dapat digunakan oleh mikroorganisme untuk pertumbuhannya.
DAFTAR PUSTAKA
Cahyadi, S,. 2006. Analisis dan Aspek Kesehatan Bahan Tambahan Pangan.
Cetakan. Pertama . PT. Bumi Aksara. Jakarta .
Harisna, 2010. Pengaruh ekstrak kunyit (Curcuma domestica) dengan konsentrasi
yang berbeda terhadap mikroba pada isolat ikan nila (Oreochromis
niloticus). http://etd.Eprints.ums. ac.id/7637/1/J31005009. pdf
Hoseney, R.C. 1994. Principles of Ceral Science and Technology. American Assoc.
of Cereal Chemists, Inc. St. Paul, MN. 378 pp.
Kristina, dkk. 2008. Perilaku Pengobatan Sendiri yang Rasional pada Masyarakat
Kecamatan Depok dan Cangkringan Kabupaten Sleman. Jakarta: Majalah
Farmasi Indonesia.
Raharjo, M. Rostiana, O. 2005. Budiddaya Tanaman Kunyit. Badan Penelitian dan
Pengembangan Pertanian Balai Penelitian tanaman Obat dan
Aromatika. Sirkuler No. 11, 2005.
Rukmana, R., 2004. Temu-temuan apotik hidup di perkarangan. Kanisius.
Yogyakarta.
Sulami, E. (2009). Sehatkah Bahan Tambahan Makananmu?. Klaten: PT Intan
Pariwara.
Winarno, F. G. 1992. Kimia Pangan dan Gizi. Gramedia. Jakarta.
Winarno F.G. 2004. Kimia Pangan dan Gizi. PT Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.
LAPORAN PRAKTIKUM
TEKNOLOGI FLAVOR DAN FOOD ADDITIVE
Penggunaan Zat Pewarna dan Pengawet Alami Kunyit pada Mie Basah
Oleh:
SYAHMINAN RIDHANI
E1F114204
Oleh:
LISTIANA NINGRUM
E1F114034