Anda di halaman 1dari 14

leh : Teater SUA Surabaya

Sinopsis :

“Sebuah perbandingan tentang semangat kepemudaan di era perjuangan dengan era teknologi
modern, sebuah semangat nasionalisme yang coba untuk direfleksikan dengan keadaan zaman yang
telah dikepung oleh berbagai kecanggihan teknologi dan informasi yang masuk secara bebas ke
dalam sendi-sendi kehidupan”. Masih adakah nasionalisme 1928 itu di jiwa pemuda sekarang ini?.

Adegan I :

Lampu panggung mulai membuka matanya menyorot ke sosok manusia membawa payung yang
kemudian mengarahkan paying itu kea rah penonton, tampaklah tulisan di paying itu terbaca oleh
penonton (Tulisan: 1928). Sosok itu kemudian hilang bersama menutupnya mata lampu panggung.

Adegan II :

Lampu kembali membuka matanya pas di tengah2 panggung, perlahan tampak sang merah putih
yang tegak berdiri. Tak lama kemudian dari arah belakang penonton tiga sosok muncul dengan
pakaian berbeda yang mencirikan daerah masing2 sosok. Ketiga sosok itu berjalan bersamaan di atas
bakiak panjang menuju ke sang merah putih.
Sosok I, II, III : (tangan kiri memegang bendera tangan kanan mengepal)
Kami Putra dan Putri Indonesia Mengaku Berbangsa Satu Bangsa Indonesia
Kami Putra dan Putri Indonesia Mengaku Bertanah air satu tanah air Indonesia
Kami Putra dan Putri Indonesia Mengaku Berbahasa satu bahasa Indonesia
Lampu panggung kembali menutup adegan dengan menghilangkan pelitanya.

Adegan III :

Sosok pembawa paying kembali terlihat ketika panggung disorot oleh cahaya lampu. Kembali paying
itu diarahkan ke penonton namun kali ini tulisan yang tampak adalah “2011)”. Panggung kembali
gelap.

Adegan IV :

Lampu menyinari setiap sudut panggung dari luar masuk 3 pemuda telanjang dada dengan sebotol
minuman di tiap2 tangan kanan sosok itu. Mereka masuk bersamaan dengan menggunakan bakiak
panjang menuju tengah-tangah panggung.
Pemuda I : (berlagak seperti komandan) Siap gerak… luruskan…
Pemuda I, II, III : (berbaris, mengangkat tangan kanannya yang memegang botol)
Kami Pemabuk Indonesia bersumpah :
Satu tiada hari tanpa miras
Dua berbuat onar sebagai kebiasaan
Tiga Anarki adalah penyelesaian setiap masalah
Pemuda III : Empat Wanita adalah mainan kami
Pemuda I : He cukup 3 saja sumpah pemuda saja 3 masak sumpah pemabuk 4
Pemuda II : Setuju…
Pemuda III : Tapi yang keempat menarik bos
Pemuda II : Setuju…
Pemuda I : Terserah kalian lah yang penting hepi…
Tak lama kemudian ketika pemuda itu tersungkur ke tanah tak kuat menahan kepala mereka yang
sudah mabuk berat.

Adegan V :

Sebuah ranjang tampak ditengah panggung begitu lampu menyinari setiap bagian panggung.
Seorang anak SMA masuk dengan menggendong seorang gadis yang juga berpakaian SMA.
Membopongnya ke ranjang
Pelajar I : (berbaring di atas ranjang dengan pose menggoda Ayo sayang sudah gak tahan lagi
ini…(memegang bajunya) aku buka ya…
Pelajar II : (meraih tasnya mengambil HP) sebentar sayang momen indah semacam ini saying
kalau tidak diabadikan…(mengarahkan kamera HP ke pelajar I) ayo saying buka perlahan-lahan…
bagus sekali sayang …
Keduanya pun terlibat dalam pergumulan sepasang suami istri dengan kamera HP sebagai saksi
bisu. Lampu padam disertai dengan jeritan (Pelajar I : Oh … yes…ohhh!!!).

Adegan VI :

Seorang reporter dan kameraman berdiri di samping panggung sementara di sisi lain tampak Pelajar
I dan II duduk tertunduk lesu…
Reporter : (menghampiri pelajar I dan II) pemirsa saat ini kami berada dengan dua
pelaku video mesum yang beredar luas di internet… (mengarahkan microphone ke pelajar II) apa
tanggapan anda mengenai video anda berdua yang sekarang tersebar luas di Internet?
Pelajar II : kami tidak tahu menahu tentang penyebar video tersebut…kami hanya membuatnya
saja
Reporter : lalu mengapa anda sampai membuat video semacam itu?
Pelajar II : ya…namanya juga anak muda yah wajar lah jika kami ingin mengekspresikan cinta
Pelajar I : memang apa salah kami toh kami melakukannya suka sama suka bukan pemerkosaan
Reporter : tapi perbuatan anda berdua kan bertentangan dengan kesopanan dan adapt
ketimuran
Pelajar II : kalo nuruti adat istiadat terus kapan majunya negara ini… lagian mana ada orang
dihukum karena melanggar norma kesopanan jadi polisi salah jika menangkap kami
Pelajar I : ya … cari saja siapa yang menyebarkan dan mengganggu privasi kami
Reporter : (menghadap ke kameraman) pemirsa demikian wawancara kami dengan kedua
pelaku video mesum yang kini lagi marak di kalangan pelajar dari TKP Indah Purwanti melaporkan.
Panggung Kembali hening dan senyap…

Adegan VII :

Di dalam panggung tampak 4 orang Mahasiswa yang duduk di sisi-sisi panggung dengan
laptop di depannya …
Mahasiswa I : (terlihat seperti mengetik seseuatu kemudian memandang kea rah penonton)
Status… sudah malam mata belum juga mau terpejam
Mahasiswa II : Komentar…kenapa bro banyak nyamuk ya?
Mahasiswa I : Komentar ...bukan bang…wajahnya selalu terbayang
Mahasiswa III : Komentar…e..e..e..yang sedang jatuh cinta…siapa sih?
Mahasiswa I : Komentar…biasa Wulan teman sekelas wajahnya seakan memenuhi lamunan q
selalu
Mahasiswa II : komentar …emang kayak gimana si Wulan itu…cantik ya… bagi donk
Mahasiswa III : komentar… kue kali dibagi
Mahasiswa I : komentar …sebenarnya gak sih anaknya gendut…pendek…pesek lagi tapi gak tau
yach kenapa aku suka sama dia
Mahasiswa IV : Komentar…Begitulah cinta jika panahnya sudah menembus hati kita tak ada yang
mampu menolaknya
Mahasiswa III : Komentar …eit sapa bilang Wulan tuh cantik lho! Tapi jangan patah hati ya dia dah
punya pacar
Mahasiswa I : Komentar…cantikan juga kamu tapi sayang cerewet…tapi aku gak peduli aku dah
tergila-gila sama Wulan jadi yang kedua atau ketiga pun aku mau
Mahasiswa IV : Komentar…lebai!!!mana ada cowok jadi yang ke 2
Masuk Mahasiswa V dengan menenteng laptop yang menyala di tangannya
Mahasiswa V : Status …Sekolah pada ambruk di tengah limpahan dana pendidikan
Mahasiswa I, II, III, IV mengacungkan jempolnya (koor : suka…)
Mahasiswa V : komentar … dananya mengalir ke kantong pejabat
Mahasiswa I, II, III, IV mengacungkan jempolnya (koor : suka…)
Mahasiswa V : Komentar …kapan negeri ini bebas dari tikus2 koruptor?
Mahasiswa I, II, III, IV mengacungkan jempolnya (koor : suka…)
Mahasiswa V : Komentar …Jancok komentaro ojo suka tok!
Mahasiswa II : Komentar…Status gak menarik…males
Mahasiswa I : Komentar…mending mikir Wulan
Kelima mahasiswa terus sibuk dengan face book mereka dengan komentar-komentar yang semakin
tak karuan…Tiba-tiba dari kursi paling depan salah seorang penonton berdiri
Penonton : Stop…stop (seketika itu pemain di panggung tablo) tontonan apa ini gak mendidik
blas…diulang ae dari awal (mengerahkan remote ke panggung)
Seketika itu pemain yang ada di panggung berjalan ke belakang begitu juga pemain-pemain di
adegan sebelumnya berjalan mundur dari panggung sampai pada gadis pembawa payung
menunjukkan payung yang bertuliskan 2011
Penonton : Nah diulang dari sini saja… mulai!
Adegan VIII :

Tiga orang Pemuda masuk bersama dengan bakiak panjang dengan botol di tangan kanan, namun
kali ini mereka tidak minum akan tetapi menaruh botol itu di tengah panggung menabuhnya dan
menjadikannya alat musik…mereka pun memainkan musik dengan botol-botol itu… hingga lampu
padam

Adegan IX :

Masuk Pelajar II dengan membopong Pelajar I namun ditubuh gadis itu terbungkus oleh kardus dan
kabel-kabel yang menghubungkan dan keliatan menjulur ke luar. Kemudian Pelajar II memegang
remote yang diarahkan ke tubuh pelajar I yang kemudian bergerak seperti robot mengikuti perintah
dari Pelajar II. Kemudian masuk reporter beserta kameraman
Reporter : Pemirsa yang anda saksikan ini adalah demonstrasi pelajar dengan robot ciptaannya
yang telah mengharumkan nama bangsa dengan memenangkan kontes robot internasional
Lampu perlahan padam mengakhiri adegan

Adegan X:

Semua pemain masuk dengan karakternya masing-masing


Pemuda I : Wahai kau yang berada di singgasana lihatlah anak-anak negeri ini berkarya
Pemuda II : Kami bukanlah pembuat onar sebagaimana yang kau tuduhkan
Pelajar II : Sudah saatnya kamu turun dari kursimu yang sudah karatan itu
Pelajar I : (bergaya seperti robot) Biar..kami… menggantikanmu
Mahasiswa I : Sudah saatnya Pemuda berbicara
Mahasiswa II : Biarkan kami buktikan pada dunia di pundak kamilah bangsa ini maju ke depan…
Seluruh Pemain : (tangan terkepal ke atas) mengucapkan sumpah pemuda…
Berakhirnya sumpah menandai berakhirnya adegan namun pemain masih di dalam panggung. Tiba-
tiba penonton yang berda didepan maju
Penonton : (tepuk tangan) Aplaus untuk pementasan ini…inilah pementasan yang
mendidik…tapi adegan main face booknya kok gak diganti?
Mahasiswa I : yo wajarlah face book an buat curhat2 an masak gitu aja gak boleh…
Pernyataan itu diringi dengan tertawa dan tepukan dari semua pemain yang menandai berakhirnya
kisah ini.

Drama Tragedi Trisakti 1998 (Unjuk Rasa


Mahasiswa)
TRAGEDI TRISAKTI
Pemeran:

- Pak Soeharto: Andre

- Pak Habibie: Yudhistira

- Ajudan: Putri

- Perwakilan Menteri: Hamka

- Perwakilan Ulama: Doni

- Tokoh Masyarakat: Yola

- Mahasiswa 1: Mila

- Mahasiswa 2: Wayan

- Mahasiswa 3: Hanifa

- Mahasiswa lain: Yanti, Vira, Panca, Komang, Ketut

- Hery: Rimba

- Hafidhin: Agita

- Ketua: Retma

- Hendriawan: Susan

- Aparat 1: Nanang

- Aparat 2: Rama

- Aparat lain: Ummu, Aulia, Vani, Estri, Farida, Astrilia, Usman

- Komandan: Apit

- Ketua MPR: Zulia

Assalamualaikum wr.wb
Pada mei 1998, Indonesia mengalami pukulan terberat krisis ekonomi yang menerpa
Asia Timur. Meningkatnya inflasi dan pengangguran menciptakan penderitaan di mana-
mana. Ketidakpuasan terhadap pemerintah yang lamban dan merajalelanya korupsi juga
meningkat. April 1998 segera setelah Suharto terpilih kembali sebagai presiden, mahasiswa
dari berbagai Universitas di seluruh tanah air menyelenggarakan demonstrasi besar-besaran.
Mereka menuntut pemilu ulang dan tindakan efektif pemerintah untuk mengatasi krisis. Ini
adalah insiden terbaru, ketika mahasiswa Indonesia meneriakkan aspirasi rakyat dan dipukuli
karena dianggap menimbulkan kekacaun.

Gerakan Mahasiswa di Indonesia

(12 mei 1998-17 desember 1998)

10 Mei 1998

Mahasiswa 2: Hei Hei .. (memasuki halaman Universitas dengan lari tergopoh-gopoh)

Ketua dan lain-lain sedang mendiskusikan tugas di halaman

Mahasiswa 1: Ada apa? Kenapa kau berlari seperti itu?

Mahasiswa 2: Hosh hoshhh. Aku baru saja melihat televisi di warung depan. Suharto terpilih
lagi menjadi presiden!

Mahasiswa 1: Benar begitu?!

Mahasiswa 2: Iya.

Mahasiswa 3: Gila! Ini benar-benar situasi rumit! Kawan, sudah lelah kita dipimpin oleh
pemerintahan kolot seperti dia!!! Hah! Aku benar-benar tak habis pikir!

Ketua: Suharto dipilih lagi oleh para perut besar itu?! Ya Allah! Ini benar-benar sudah
menyalahi aturan. Kita harus segera berontak!!

Mahasiswa 1: Apa yang harus kita lakukan sekarang?

Ketua: Tidak ada cara lain lagi.


Mahasiswa 2: Sejujurnya , kita lelah dengan semua ini. Pemerintah yang tak pernah
memperhatikan nasib rakyat di berbagai wilayah menjadi bukti. Saya merasa kasihan melihat
mereka. (tatapan muka sedih)

Hery: Itu benar. Kita harus segera berontak!

Ketua: Siapkan poster dan perlengkapan lainnya kecuali senjata tajam. Tanggal 12 mei nanti
kita semua berkumpul di halaman Universitas ini untuk berdemo. Apa yang kita lakukan
nanti yang pasti untuk masa depan Indonesia.

Hafidhin: Kenapa tidak boleh membawa senjata tajam?

Ketua: Niat kita hanya untuk berdemo, bukan untuk membunuh. Kita hanya menyampaikan
aspirasi untuk meruntuhkan rezim kakek tua biadab itu.

Hafidhin: Oke. Nanti aku, Elang, Hery, dan Hendriawan Sie akan mempersiapkan poster.

Ketua: Baiklah. Dan untuk mahasiswa lain, hubungi anak-anak dari Universitas di seluruh
Indonesia untuk melakukan demonstrasi bersama.

Seluruh mahasiswa: Baik.

11 Mei 1998

Saat mentari belum sepenuhnya bangun dari peraduan, seluruh mahasiswa Trisakti sudah
berkumpul di halaman kampus. Poster-poster dan suara-suara mahasiswa yang dituangkan
dalam tulisan tangan rapuh menjadi saksi bisu kekecewaan mahasiswa kepada para wakil
rakyat. Tujuan mereka hanya satu. Mereka hanya ingin membangun Negara Indonesia
menjadi Negara demokrasi.

Mahasiswa 3: Selamat pagi semuanya.

Mahasiswa: Pagi.

Mahasiswa 1: Sesuai dengan perjanjian kemarin, kita semua berkumpul di halaman


Universitas ini untuk berdemo menuntut agar Suharto turun dari kursi pemerintahan.

Mahasiswa 2: Ya, demo yang kita lakukan ini bukan untuk aksi sepele. Hari ini masa depan
bangsa ada di tangan kita semua.

Ketua: Apapun hasil yang telah kita capai, yang pasti kita hanya ingin keselamatan. Apakah
kalian semua siap untuk berdemo?! Apakah kalian semua siap untuk masa depan bangsa?!
Apakah kalian siap untuk mengorbankan nyawa kalian, jika terjadi sesuatu?!

Mahasiswa: Siap!!!
Hery: Bagaimana dengan perlengkapaan yang dibutuhkan?

Hafidhin: Seluruh bahan perlengkapan sudah siap.

Ketua: Bagus. Kita tinggal meminta izin kepada aparat untuk berdemo. Ayo!

Hendriawan: Ayo. Kita berdua saja.

……………………………

Hendriawan: Pak, maaf menggangu waktu bapak. Kedatangan kami kemari untuk meminta
izin bapak untuk berdemo di halaman gedung MPR.

Aparat 1: Apa? Bukankah Kepala Universitas Trisakti sudah mengatakan, bahwa kalian
hanya boleh berdemonstasi di halaman Universitas saja.

Ketua: Iya sudah. Kami sudah mendengar penjelasan dari bapak Kepala Universitas. Tapi ini
masalah Hak asasi manusia pak. Kami hanya ingin menyampaikan aspirasi kami. Kami hanya
ingin berdemo di depan gedung MPR agar para wakil rakyat bisa langsung mendengar kami!
Kami tidak ingin dikekang!

Aparat 2: Sesuai anjuran atasan kami, kalian hanya boleh berdemo di halaman Universitas.
Tidak boleh melanggar lebih dari itu. Atau kalian akan tahu akibatnya nanti.

Hafidhin: Apapun yang akan bapak nyatakan, kami akan membantah jika hal itu memaksa
kami untuk melakukan sesuatu. Kita lihat saja besok.

12 Mei 1998

(Halaman gedung MPR)

Ketua: NIAT KAMI BAIK UNTUK MENYAMPAIKAN ASPIRASI!

Mahasiswa 2 (diikuti oleh mahasiswa lain): TURUN SUHARTO! TURUN SUHARTO!


TURUN SUHARTO SEKARANG JUGA!

Aparat 1: Jika mahasiswa bertindak lebih dari ini, kita harus cepat melakukan sesuatu.
(berbisik kepada kawannya)

Aparat 2: Iya. Komandan juga menyatakan hal yang sama.

Ketua: KAMI INGIN BERDEMO DI DEPAN GEDUNG MPR!

Aparat 1: Apa yang akan menjadi tanggung jawab kami akan terus kami emban. Kalian tetap
tidak boleh berdemo di depan gedung MPR.

Hery: Maafkan kami, jika kami membantah bapak pelindung masyarakat!


Ketua: Siap-siap bergerak kawan! Insyaallah kita bisa mewujudkan reformasi! Apa yang kita
lakukan hari ini untuk masa depan Indonesia! Untuk anak cucu kita! Panjatkan doa dalam
hati! Jangan takut! Ada Tuhan di samping kita! MAJU!!!

DUAR DUARR DDUARRR DUARRRR (tembakan dari aparat menjadi pembuka


demonstrasi mahasiswa)

13 Mei 1998

(Di dalam Istana Negara)

Suharto: Sebelumnya assalamualaikum wr. wb (dijawab salam). Terima kasih atas


kedatangan anda disini. Tujuan saya untuk mengumpulkan para menteri, tokoh masyarakat,
dan para ulama adalah untuk membantu saya dalam mempertahankan pemerintahan 5 tahun
mendatang. Pastinya kita semua tahu bahwa para mahasiswa telah berdemo di halaman
gedung MPR untuk menurunkan saya dari jabatan presiden. Apa yang mereka sebut dengan
korupsi,kolusi,nepotisme dan lain-lain ini tidak sepenuhnya benar. Buktinya banyak
masyarakat mayoritas mengatakan bahwa dalam pemerintahan saya, mereka sejahtera.
Nah,yang saya inginkan adalah mendapat dukungan dari anda sekalian. Karena anda adalah
orang-orang terpercaya yang saya pilih untuk tetap mendampingi saya.

(hening sejenak)

Suharto: (tersenyum kecil) Sudah saya duga, pasti anda sekalian tetap mendukung saya untuk
pemerintahan mendatang.

Ulama: Maaf, kami tidak dapat mendukung bapak. Bukan saya membela mahasiswa, tapi ini
masalah hati nurani. Saya rela jika saya dibunuh setelah ini. (sambil menundukkan
kepalanya)

Tokoh masyarakat: Kami juga. Banyak masyarakat dan mahasiswa mengadu kepada saya
bahwasannya mereka menginginkan pemerintahan bapak turun. (menundukkan kepala)

Suharto: Apa?! (Pak Suharto memijit kepalanya yang terasa pusing)

Menteri: Kami juga sudah membuat keputusan pak.

Suharto: Saya yakin kalian akan membantu saya untuk meyakinkan mahasiswa bahwa saya
tidak seperti apa yang mereka kira selama ini.

Menteri: Saya dan 13 kementerian lain akan mengundurkan diri. Terima kasih. (menteri
meninggalkan ruang utama)

(suasana penuh ketegangan)

Tokoh masyarakat dan ulama: Terima kasih pak. Kami permisi dahulu.
Suharto:Ajudan! (dengan wajah penuh amarah)

Ajudan: Siap!

Suharto: Apa yang harus saya lakukan sekarang? Apakah saya benar-benar harus
mengundurkan diri?!!

Ajudan: Ti..tidak ada jalan lain pak. (dengan wajah penuh kecemasan dan gugup)

Suharto: Saya bahkan baru menjabat presiden bulan lalu.

Ajudan: …..

Suharto: Namun, jika saya terus menjalankan roda pemerintahan siapa yang akan membantu
saya?. 14 kementerian sudah mengundurkan diri. Apa saya harus mengangkat para menteri
yang baru?. Bahkan, saya tidak memecat mereka. Ini keputusan yang sangat sulit.

Ajudan: Bapak Presiden yang terhormat, jika saya boleh memberi saran, bapak ikuti saja
kemauan mahasiswa, selain untuk kebaikan bapak yang saya lihat akhir-akhir ini sering lelah
, keputusan bapak pasti dapat membuat mereka mematahkan persepsi bahwa bapak tidak
seperti apa yang mereka pikirkan. Lagipula, bukankah ada bapak B.J.Habibie yang nantinya
akan menggantikan bapak?

Suharto: BRAKKK! (memukul menja) Jadi kau membela para mahasiswa tengik itu?!

Ajudan: B..Bukan begitu p..pak. Maaf.. maafkan saya. (membungkuk beberapa kali)

Suharto: Saya masih belum rela melepas jabatan saya sebagai kepala Negara dan
pemerintahan. (nada bicaranya melunak). Saya tidak ikhlas jika Negara Indonesia yang kaya
raya ini jatuh ke tangan B.J.Habibie. (memijit kepalanya). Para mahasiswa itu memang
pantas dibunuh!!

14 Mei 1998

DUARRR DUARRRRR

Mahasiswa banyak berjatuhan. Mereka mati syahid dalam membela kebenaran. Pemimpin
dari aksi demonstrasi ini menghampiri salah seorang mahasiswa yang masih saja
mengumandangkan suara-suara anak bangsa.

Mahasiswa 1: SUARA-SUARA RAKYAT DIBUNGKAM PELURU! PARA DOSEN


MERASA SEAKAN TEMBOK BERISI WAJAH-WAJAH TNI! DAN, AKSI
DEMONSTRASI MAHASISWA DIJEGAL DENGAN TANK-TANK BESI!
BANGKITLAH KAWANKU! AYO KITA MAJU! MERDEKA!
Mahasiswa: Merdeka!!! (Satu Nusa Satu Bangsa’s Song)

Ketua: Berapa banyak korban terlukan dan tewas?

Mahasiswa 1: Ratusan.

Ketua: Dimana mereka dirawat?

Mahasiswa: Di Rumah Sakit Sumber Waras. Mereka sedang mendapat perawatan. Hery,
Hafidhin,Elang,dan Hendriawan juga salah satunya.

Ketua: Lanjutkan perjuangan kawan! Saya akan menengok keadaan mereka.

Seluruh Mahasiswa: TURUNKAN SUHARTO! TURUNKAN SUHARTO! TURUNKAN


SUHARTO! TURUNKAN SUHARTO SEKARANG JUGA!!

……………………………………………………………………

(Di dalam gedung MPR)

Suharto: Untuk memperhatikan ketentuan pasal 8 dengan itu saya memutuskan untuk
menyatakan berhenti. Untuk menghindari kekosongan pemerintahan, posisi presiden akan
digantikan oleh wakilnya.

Mahasiswa: Indonesia Merdeka!!!! (mahasiswa bersorak-sorai setelah Suharto turun dari


jabatannya)

B.J.Habibie: Demi Allah saya bersumpah akan memenuhi kewajiban Presiden RI dengan
sebaik-baiknya.

Mahasiswa: Indonesia Merdeka!!

Mahasiswa 1: Yang mau tolak Habibie tepuk tangan (prok prok prok) 3X

Mahasiswa 2: Habibie pun tak luput dari tindak KKN! BELIAU JUGA MELAKUKAN
KKN! APA KITA INGIN, BANGSA KITA DIPIMPIN OLEH PEMIMPIN KKN?!

Ketua: Sumpah mahasiswa Indonesia! Kami mahasiswa Indonesia bersumpah! Bertanah air
satu! Tanah air tanpa penindasan! Kami mahasiswa Indonesia bersumpah! Berbangsa satu!
Bangsa penuh keadilan! Kami mahasiswa Indonesia bersumpah! Berbahasa satu! Bahasa
tanpa kebohongan! Hidup rakyat!! HIDUP RAKYAT!!!

(Kembali ke mahasiswa 1 dan mahasiswa 2)

Ketua: Negeri ini dikuasai oleh fasis, militer yang sewenang-wenang menginjak-injak hak
rakyat, menginjak-injak kita semua. ABRI! ABRI! Tugasnya dwifungsi! Harusnya
melindungi rakyat kini tak ubahnya seperti NAZI! Tidak ubahnya seperti fasis Itali!!.
Angkatan Bersenjata Republik Indonesia. Tidak berguna. Bubarkan saja (song)
20 Mei 1998

Seminggu kemudian mahasiswa berhasil menduduki gedung MPR tanpa perlawanan


berarti dari aparat keamanan.

DUARRR DUARRRRR

Ketua: Hari ini kita berhasil menduduki gedung MPR. Namun, selain membawa berita
menggembirakan ini, ada hal lain yang tak kalah menyedihkan. Ke empat sahabat baik kita
Hery, Hafidhin,Elang,dan Hendriawan meninggal di rumah sakit Sumber Waras karena
tertembak peluru karet. Kemarin, setelah saya sampai di rumah sakit, tubuh mereka sudah
tertutupi selimut. Mari kawan kita doakan mereka di hari Kebangkitan Nasional ini. Kawan,
kita lanjutkan perjuangan yang telah mereka bayar dengan nyawa. Kita harus bisa bangkit!
Jangan takut untuk mati! Ingatlah, bawa Tuhan Yang Maha Esa selalu berada di sisi kalian!
MERDEKA!!

(Indonesia Raya’s song)

28 Oktober 1998

Komandan: Sersan.

Aparat 2: Siap!

Pemimpin: Kerahkan seluruh serdadu untuk menghadapi demonstrasi mahasiswa.

Aparat 2: Siap!

Komandan : Siapkan juga ribuan peluru karet yang persediaannya semakin menipis.

Aparat 2: Siap!

Dalam pandangan pihak militer, anak-anak kelas menengah Indonesia ini adalah
musuh Negara yang tidak bisa diatur. Di dalam gedung MPR tengah dilaksanakan Sidang
Istimewa, namun beranggotakan era Suharto yang semakin membuat mahasiswa geram.

Mahasiswa: Pasti menang!! Pasti menang! Lawan, lawan,lawan dan menang! Kita semua
pasti kan menang!!!!!

(Di dalam gedung MPR)

Ketua MPR: Untuk membahas persiapan pemilu tahun 1999, Sidang Istimewa MPR dibuka!!
(seluruh peserta bertepuk tangan!!)

(Halaman MPR)

Ketua: Sia-sia pengorbanan kami, dibunuh, ditembaki semuanya jika pemerintah tetap tidak
menaruh perhatian seinci pun pada kami.

(Gugur Bunga’s song)

Ketua: Ucapan kami tidak pernah digubris oleh pemerintah!!! Kami benci! Kami benci
terhadap siapapun yang tidak diajari untuk menghargai pendapat orang lain! Kami dibunuh!
Kami ditembaki!!

(Satu Nusa Satu Bangsa’s song)

12 November 1998

Ketua: Siapkan bus-bus umum untuk mengangkut mahasiswa lain ke halaman gedung MPR.
Besok hari terakhir Sidang Paripurna.

Mahasiswa: Baik.

13 November 1998

Sepanjang sidang istimewa mahasiswa terus turun ke jalan. Pada hari ini mahasiswa berusaha
menembus garis batas 2 km dari gedung MPR dan harus menghadapi pemukulan yang
semakin kerap dan brutal. Malam semakin larut, tembakan makin menderas dan korban
semakin berjatuhan

Ketua+Mahasiswa: PEMBUNUH!! PEMBUNUH!!!

DUARRR DARRRRR DUARRRRRRRRRRRRRRRRRRR

BRUKKK

BRKKKK

BRKKKK (mahasiswa banyak yang tewas)

Aparat: Kita menang!! Kita menang!


Ayah seorang mahasiswa: Karena anak laki-laki saya terbunuh! Saya ingin mengatakan
kepada kalian. Para pejuang muda, jangan berhenti sampai disini!!!!! Lanjutkan perjuangan
kalian!!

(Gugur Bunga’s song)

(Kami menang… aparat meneriakkan kami menang terus menerus)

(Mahasiswa memberikan bungaa)

Drama ini didedikasikan kepada segenap mahasiswa dan rakyat Indonesia yang telah
menyumbangkan segalanya, bahkan jiwa mereka untuk berjuang membela kebenaran,
keadilan, dan demokrasi. Selamat jalan Elang Mulia Lesmana, Hafidhin Royan, Hery
Haryanto, dan Hendriawan Sie 4 mahasiswa Trisakti yang tewas dalam tragedi 1998. Semoga
Tuhan memberkati mereka. Dan juga untuk ABRI yang dengan gagah berani berupaya
memerangi segala kekuatan yang anarkis, bertempur mati-matian melawan mahasiswa yang
bersenjatakan poster dan megafon. Semoga Tuhan mengampuni mereka.

SELAMAT HARI PAHLAWAN UNTUK SEGENAP LAPISAN BANGSA!

Anda mungkin juga menyukai