Biologi Oral II
Oleh :
Universitas Airlangga
Alat:
1. Kit ELISA
4. Microplate shacker
5. Microtube (1-1.5 mL )
6. Microplate washer
7. Baker glass
Bahan :
2. Micro assay plate (96 sumur yang dindingnya sudah dilapisi antigen)
3. Kontrol negatif : 1vial serum saliva dalam phospat buffer dengan protein
stabilizer.
8. Coating buffer
9. PBS-T casein 1%.
11. Aquades
B. Pengujian
4. Plate dicuci sebanyak 4 kali dan masukkan pelarut kojugat 100 l ke setiap
lubang plate.
4. Hasil Praktikum
Pada foto di atas, nampak hasil saliva milik kelompok A1, A2, A3, dan A4
yang telah diberi perlakuan pada praktikum ELISA. Pada hasil praktikum
ELISA didapatkan perubahan warna menjadi warna biru pudar pada semua
well plate. Namun, warna biru paling pekat didapatkan pada well plate milik
kelompok A1 (keempat dari kanan). Hal tersebut menunjukkan adanya reaksi
antara antigen dan antibody pada keempat well plate tersebut tetapi dengan
tingkat reaksi yang berbeda. Yaitu milik kelompok A1 memiliki tingkat
reaksi yang paling tinggi dibanding ketiga well plate lainnya.
5. Tinjauan Pustaka
a. Direct ELISA
b. Indirect ELISA
c. Sandwich ELISA
Gambar 3.1 Prinsip Dasar Kerja ELISA dengan penempelan non spesifik
a. Jenis antibodi yang dapat digunakan pada uji dengan teknik ELISA
ini hanya jenis antibodi monoklonal (antibodi yang hanya mengenali
satu antigen) (Yadi et al, 2009)
b. Harga antibodi monoklonal relatif lebih mahal daripada antibodi
poliklonal, sehingga pengujian teknik ELISA ini membutuhkan
biaya yang relatif cukup mahal
6. Pembahasan
d. Plate dicuci, dan antibodi pendeteksi yang spesifik untuk antigen yang
diuji dimasukkan dalam lubang. Antibodi ini hanya akan mengikat
antigen terimobilisasi pada permukaan lubang, bukan pada protein serum
yang lain atau protein yang terbloking.
Metode yang dilakukan pada praktikum kali ini adalah indirect ELISA.
Saliva digunakan sebagai antigen dimasukkan dalam wheel atau sumuran
kemudian ditambahkan antibody sebanyak 1 mL, antibody tersebut akan
membentuk ikatan dengan antigen dalam saliva (ikatan Ag-Ab). Kemudian
dilakukan inkubasi selama 10 menit. Tahap selanjutnya yaitu mencuci
menggunakan larutan buffer. Kemudian dilakukan pencucian sebanyak 1 kali.
Selanjutnya ditambahkan antibody 2 berlabel enzim yang berfungsi
memperkuat ikatan antara antigen dengan antibody karena adanya proses
fisiologi yang berbeda antara dalam tubuh dengan diluar tubuh. Selajutnya
ditambahkan substrat untuk memunculkan warna. Kemudian dilakukan
pencucian untuk menghilangkan sisa yang tidak berikatan. Kemudian di atas
permukaan tersebut dicampurkan suatau substrat yang dapat bereaksi dengan
enzim signal. Pada saat substrat tersebut dicampurkan ke permukaan, enzim
yang bertaut dengan antibodi atau antigen spesifik yang berinteraksi dengan
antibodi atau antigen sampel akan bereaksi dengan substrat dan menimbulkan
suatu signal yang dapat dideteksi.
Pada praktikum uji Elisa yang telah dilakukan didapatkan hasil tidak
timbulnya warna pada salah satu sumuran, dan sumuran yang lain terdapat
timbulnya warna. Tidak timbulnya warna pada sumuran disebabkan karena
tidak adanya ikatan spesific anatar antibodi dan antigen. Sedangkan
timbulnya warna pada sumuran yang lain disebabkan karena adanya reaksi
spesifik antara antibodi dan antigen yang menggunakan enzim sebagai
penanda (marker), kemudian enzim akan bereaksi dengan adanya
penambahan substrat dan akan menghasilkan warna. Warna yang timbul
dapat ditentukan secara kualitatif dengan pandangan mata atau kuantitatif
dengan pembacaan nilai absorbansi (OD) pada ELISA plate reader. Namun
pada praktikum yang dilakukan tidak dilakukan pembacaan nilai OD
sehingga untuk mengamati hasil uji Elisa menggunakan metode kualitatif
yaitu dengan pandangan mata.
Setelah diamati, warna yang dihasilkan pada uji Elisa yang dilakukan
adalah biru dan intensitas warnanya samar-samar tidak terlalu jelas. Intensitas
warna yang dihasilkan merupakan indikasi jumlah ikatan antibodi atau
antigen. Hal tersebut menggambarkan bahwa jumlah ikatan spesifik antara
antibodi dan antigen jumlahnya sedikit. Hasil tersebut dapat disebabkan oleh
berbagai hal, salah satunya yaitu kemungkinan karena metode yang dilakukan
tidak sesuai dengan standar yang ada. Yaitu pada proses dilakukan inkubasi
antigen dan antibodi selama 10 menit, sedangkan pada standar yang ada
seharusnya dilakukan inkubasi selama 60 menit. Hal ini menyebabkan hanya
sebagian antigen yang berikatan dengan antibody sehingga intensitas warna
yang dihasilkan rendah.
7. Daftar Pustaka