Anda di halaman 1dari 7

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Anak usia pra sekolah adalah anak yang berada direntang usia 3-5

tahun atau 36-72 bulan, yang memiliki ciri khas tersendiri dalam segi

pertumbuhan dan perkembangannya (Wong, 2008). Kecemasan pada anak

merupakan kekhawatiran yang tidak jelas, yang berkaitan dengan perasaan

yang tidak pasti dan tidak berdayaan. Keadaan emosi anak yang masih labil

dan perubahan suasana hati yang tidak menentu, Hospitalisasi pada anak

merupakan suatu proses karena suatu alasan yang direncanakan atau darurat

mengharuskan anak untuk tinggal di rumah sakit, menjalani terapi dan

perawatan sampai anak dapat dipulangkan kembali kerumah. Selama proses

tersebut, anak dapat mengalami berbagai kejadian berupa pengalaman yang

sangat traumatik dan penuh dengan kecemasan (Supartini, 2012).

Kecemasan akibat hospitalisasi di akibatkan karena suasana rumah

sakit dapat menjadi suatu tempat yang menakutkan dilihat dari sudut

pandang anak - anak. Suasana rumah sakit yang tidak familiar, wajah-wajah

yang asing, berbagai macam bunyi dari mesin yang digunakan, dan bau

yang khas, dapat menimbulkan kecemasan dan ketakutan baik bagi anak

ataupun orang tua. (Norton-Westwood, 2012). Reaksi anak terhadap cemas

yang muncul akibat hospitalisasi pada semua rentang usia anak masing-

masing berbeda. Pada anak usia pra sekolah, reaksi yang muncul adalah

1
2

merintih dan merengek, marah, menarik diri, bermusuhan, tetapi sudah

mampu mengkomunikasikan nyerinya secara verbal ( Hockenberry &

Wilson, 2009. Wong’s esensial pediatric nursing).

Berdasarkan survey World Health Organiation (WHO) pada tahun

2008, hampir 80% anak mengalami perawatan dirumah sakit. Anak-anak di

Amerika Serikat diperkirakan lebih dari 5 juta mengalami hospitalisasi dan

lebih dari 50% dari jumlah tersebut anak mengalami kecemasan dan stress

(Apriliawati, 2011).

Sedangkan di Indonesia berdasarkan survey kesehatan ibu dan anak

tahun 2010 didapatkan hasil bahwa dari 1.425 anak mengalami dampak

hospitalisasi.(Wicaksane, 2014). Hasil survei Riset Kesehatan Dasar

(RISKESDAS) tahun 2013 didapatkan data rata-rata anak yang menjalani

rawat inap di rumah sakit di seluruh Indonesia adalah 2,8% dari total jumlah

anak 82.666 orang. Data dari Dinas Kesehatan Jawa Timur menunjukkan

peningkatan jumlah pasien anak rawat inap yaitu 5.440 pada tahun 2010

menjadi 6.736 pada bulan Oktober 2011.

Di RSUD Jombang tahun 2010 menunjukkan dari 30 anak 36,7%

anak mengalami cemas berat, 31,2% cemas sedang, 23,3% cemas ringan

dan 6,7% anak tidak cemas. Hasil penelitian lain oleh Inggrith Kaluas

(2015) di ruangan anak RS R.W. Mongisidi Manado, didapatkan data

jumlah pasien anak yang dirawat 184 pasien anak dan anak yang berusia 3-5

tahun sebanyak 57 pasien anak yang mengalami kecemasan sebanyak 56

pasien (98%). Dari penelitian sebelumnya oleh Winda Fitriyani 2012 di


3

Ruang Anak RSUD Blambangan Banyuwangi tentang tingkat kecemasan

menunjukkan bahwa dari 11 pasien usia prasekolah yang di rawat inap

terdapat 2 pasien (18%) mengalami kecemasan tingkat berat, 8 pasien

(73%) mengalami kecemasan tingkat sedang, dan 1 pasien (9%) mengalami

kecemasan tingkat ringan. Anak mengalami kecemasan atau takut terhadap

tindakan medis, kecemasan fisik yang dialami oleh anak seperti menangis,

wajah tegang, gemetar.

Dari hasil studi pendahuluan di RSUD Blambangan Banyuwangi

pada tanggal 30 Desember 2016 melalui observasi pada 10 pasien anak

umur 3 – 6 tahun dan wawancara dengan orangtua di Ruang Anak Mas

Alit RSUD Blambangan didapatkan data bahwa semua anak mengalami

gelisah, rewel, selalu ingin ditemani oleh orang tua, memeluk ibu,

mengajak pulang, meronta dan berteriak, dan takut saat dilakukan tindakan

medis selama masa hospitalisasi.

Kecemasan dan masalah psikologi yang muncul pada anak dapat

dikurangi dengan diberikan terapi bermain pada saat perawatan dirumah

sakit. Menurut Supartini (2008), terapi bermain dapat menjadi salah satu

terapi pada anak yang menjalani hospitalisasi. Bermain adalah suatu

kegiatan yang dilakukan dengan atau tanpa mempergunakan alat yang

menghasilkan pengertian dan memberikan informasi, memberi kesenangan

maupun mengembangkan imajinasi anak (Sudono, 2009). Lego merupakan

sejenis alat permainan bongkah plastik kecil yang dapat disusun dan

dibongkar pasang menjadi bangunan atau bentuk lainnya. Lego termasuk

permainan konstruktif atau bangun membangun yang meningkatkan


4

kecerdasan dan kreativitas anak (Hidayat, 2007). Terapi bermain pada anak

usia 3 sampai 6 tahun menekankan pada pengembangan bahasa, mengasah

motorik halus, dan mengontrol emosi. Pemilihan lego sebagai salah satu

permainan edukatif karena dapat berperan dalam kecerdasan dan motorik

halus anak usia pra sekolah melalui permainan konstruktif atau bangun

membangun.

Peran perawat dapat membantu orang tua menghadapi permasalahan

yang berkaitan dengan perawatan anaknya dirumah sakit karena perawat

berada disamping pasien selama 24 jam. Salah satu intervensi keperawatan

dalam mengatasi dampak hospitalisasi pada anak adalah dengan

memberikan terapi bermain lego. Terapi bermain lego dapat mengalihkan

konsentrasi anak yang sebelumnya terfokus pada rasa cemas dan takut

akibat sakitnya. Hasil penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Nuryanto

(2010), tentang pemberian terapi bermain pada anak saat hospitalisasi

menunjukkan bahwa metode terapi bermain dapat menurunkan kecemasan

anak saat menjalani hospitalisasi dirumah sakit.

Salah satu alternatif untuk mengalihkan perhatian anak yang

dirumah sakit adalah dengan adanya dukungan sarana bermain yang dapat

memfasilitasi anak untuk mengurangi kecemasan dan ketakutan anak usia

pra sekolah yang dirawat dirumah sakit, karena anak usia pra sekolah masih

senang bermain-main. Berdasarkan uraian di atas, peneliti tertarik untuk

melakukan penelitian tentang “ Pengaruh Terapi Bermain Lego Terhadap

Penurunan Tingkat Kecemasan Hospitalisasi Pada Anak Usia Pra Sekolah (

3 – 6 tahun) di Ruang Anak RSUD Blambangan Tahun 2017”.


5

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah disusun maka

peneliti dapat menentukan rumusan masalah sebagai berikut : Adakah

Pengaruh Terapi Bermain Lego Terhadap Penurunan Tingkat Kecemasan

Hospitalisasi Pada Anak Usia Pra Sekolah (3-6 tahun) di Ruang Anak

RSUD Blambangan Tahun 2017 ?

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Mengetahui pengaruh terapi bermain lego terhadap

penurunan tingkat kecemasan hospitalisasi pada anak usia pra

sekolah (3-6 tahun) di Ruang Anak RSUD Blambangan Banyuwangi

Tahun 2017 .

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Mengidentifikasi tingkat kecemasan sebelum diberi terapi

bermain lego pada anak usia pra sekolah (3-6 tahun) di Ruang

Anak RSUD Blambangan Banyuwangi Tahun 2017.

2. Mengidentifikasi tingkat kecemasan sesudah diberi terapi

bermain lego pada anak usia pra sekolah (3-6 tahun) di Ruang

Anak RSUD Blambangan Banyuwangi Tahun 2017.

3. Menganalisis pengaruh terapi bermain lego pada anak usia pra

sekolah (3-6 tahun) di Ruang Anak RSUD Blambangan

Banyuwangi Tahun 2017.


6

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Manfaat Teoritis

Memberikan wawasan/informasi mengenai pentingnya

terapi bermain lego pada anak usia pra sekolah (3-6 tahun) di

Ruang Anak RSUD Blambangan Banyuwangi Tahun 2017.

1.4.2 Manfaat Praktis

1. Manfaat bagi responden

Penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi keluarga

terutama orangtua untuk mengurangi tingkat cemas pada anak

selama di rumah sakit, serta bermanfaat bagi anak yaitu

mengurangi ketakutan dan memberikan kenyamanan selama

hospitalisasi.

2. Manfaat bagi Peneliti selanjutnya

Penelitian ini dapat dijadikan referensi untuk dapat

melanjutkan atau mengembangkan penelitian tentang terapi

bermain lego dalam menurunkan tingkat cemas pada anak

selama hospitalisasi.

3. Manfaat bagi Rumah Sakit Blambangan

Bagi rumah sakit diharapkan hasil penelitian ini bisa

dijadikan acuan dalam menentukan kebijakan, sehingga hasil

penelitian ini dapat diterapkan di ruang perawatan anak. Hal ini

memberikan dampak positif bagi anak yang dirawat di rumah


7

sakit dengan menurunkan tingkat cemas anak akibat

hospitalisasi sehingga dapat mendukung koping yang efektif

dan mendukung kelancaran perawat dalam memberikan asuhan

keperawatan.

Anda mungkin juga menyukai