I. PENDAHULUAN
1
II. PEMBAHASAN
A. DEFINISI
Brown-Séquard Syndrome adalah kumpulan gejala yang timbul oleh
karena lesi inkomplit pada anatomi sumsum tulang belakang pada bagian lateral
yang ditandai dengan paralisis upper motor neuron ipsilateral dan kehilangan
sensasi proprioseptif dengan kehilangan sensasi rasa sakit serta suhu
kontralateral.3
B. EPIDEMIOLOGI
Berdasarkan hasil penelitian di Amerika Serikat, Brown-
Séquard Syndrome adalah sesuatu yang langka walaupun insiden pastinya tidak
diketahui. Tidak ada data yang menunjukkan sindrom yang disebabkan oleh
trauma maupun yang nontrauma. Namun, dapat diperkirakan insiden dari trauma
sumsum tulang belakang di Amerika Serikat mencapai 11.000 buah kasus untuk
setiap tahunnya dengan Brown-Séquard Syndrome terdiri dari 2–4% di antaranya.
Prevalensi dari kerusakan sumsum tulang belakang secara kesuluruhan mencapai
247.000 orang untuk setiap tahunnya. Insiden jumlah penderita dari sindrom ini
secara internasional belum diketahui.1
Menurut insiden secara umum sejak tahun 2000, sindrom ini mengenai
populasi orang berkulit putih sebesar 63%, ras Afrika-Amerika sebesar 22,7%,
dan ras Amerika Latin sebesar 11,8%, dan ras lain sebesar 2,4%. Berdasarkan
berbagai penelitian demografis, sindrom ini lebih banyak mengenai laki-laki
daripada perempuan. Namun, epidemiologi yang satu ini hanya berdasarkan pada
kasus yang disebabkan oleh trauma saja. Berdasarkan penelitian populasi,
kerusakan pada sumsum tulang belakang pada umumnya terjadi di rentang umur
16-30 tahun, tapi umur rata-rata telah bergeser ke atas setelah beberapa dekade.
Sejak tahun 2000, umur rata-rata dari penderita yang mengalami Brown-
Séquard Syndrome yang diakibatkan oleh trauma adalah 38 tahun. Umur rata-rata
dari mereka yang mengalami Brown-Séquard Syndrome itu sendiri adalah 40
tahun.1
2
C. ANATOMI
3
D. ETIOLOGI
1. Trauma
2. Non-Trauma
b. Multiple sclerosis
c. Herniasi diskus
d. Spondilosis servikal
f. Epidural hematom
h. Myelitis transversal
i. Radiasi
l. Tuberculosis
4
n. Meningitis
o. Empyema
p. Herpes zoster
q. Herpes simpleks
r. Sifilis
s. Iskemik
E. PATOFISIOLOGI
Brown-Séquard Syndrome terjadi karena adanya trauma pada traktus
ascenden dan atau descendens medula spinalis yang mengenai salah satu sisi
medulla spinalis. Perdarahan berupa bintik-bintik peteki di grey matter akan
meluas dan menyatu dalam 1 jam setelah trauma terjadi. Perkembangan
selanjutnya berupa nekrosis hemoragik terjadi dalam waktu 24-36 jam setelah
trauma. Peteki pada white matter terjadi pada 3-4 jam setelah trauma. Serat
myelin akan mengalami kerusakan yang ekstensif.1
F. GEJALA KLINIS
Gejala-gejala yang muncul pada keadaan ini adalah sebagai berikut :
1. Pada sisi lesi jaras motorik desenden terganggu, dan setelah syok spinal awal
menghilang, maka akan menyebabkan paralisis spastik ipsilateral dibawah tingkat
lesi dengan hiperrefleksia dan refleks abnormal pada jari-jari kaki. Ipsilateral
karena traktus telah menyilang pada tingkat yang lebih tinggi, dan spastik karena
traktus tersebut juga mengandung serat ekstrapiramidal.
5
2. Cedera funiculus menghilangkan rasa untuk posisi, getaran, dan diskriminasi
taktil di bawah tingkat lesi.
3. Ataksia seharusnya dapat ditemukan, tapi tidak terlihat karena adanya paralisis
ipsilateral.
4. Rasa nyeri dan suhu tidak menghilang di bawah tingkat cedera, karena di sini
serat traktus spinotalamikus telah menyeberang ke sisi yang “sehat”. Sebaliknya,
rasa nyeri dan suhu menghilang pada sisi kontralateral di bawah tingkat lesi.
5. Rasa taktil sederhana tidak menurun karena serat yang mengirim rasa ini
menggunakan dua jaras, yaitu funikuli posterior dan traktus spinotalamikus
anterior.1, 6
1. Paralisis LMN ipsilateral pada segmen dari lesi dan atrofi otot. Keadaan ini
disebabkan kerusakan neuron dalam kolum anterior dan mungkin juga diikuti
oleh kerukasakan dari serabut saraf pada segmen yang sama.
3. Anestesi ipsilateral kulit. Ini akibat kerusakan terletak pada jalan masuknya,
pada daerah lesi.
6
G. DIAGNOSIS
1. Anamnesis
Pada anamnesis ke pasien biasa dikeluhkan adanya lumpuh separuh badan,
rasa panas dan kulit memerah pada separuh badan, kehilangan sensasi
proprioseptif dan vibrasi, atrofi otot segmental dan lumpuh layu, dan anastesia
dan analgesia segmental. Selain itu, pasien juga biasanya mengeluhkan hilangnya
sensasi nyeri dan sensasi suhu pada separuh badan di sebelahnya.8
2. Pemeriksaan Fisik
a. Fungsi Kortikal Luhur
Minta pasien untuk mengidentifikasi bau yang umum seperti kopi dan vanilla
dengan mata tertutup.10
Dengan cara pergerakan bola mata dan meminta pasien untuk menggerakkan
bola mata mengikuti tangan pemeriksa tanpa menggerakkan kepala.10
- Nervus V
Sensasi pada dahi, pipi, dan rahang. Untuk motorik mengobservasi terbuka
tertutupnya mulut. Pada kornea goreskan sehelai kapas secara pelan melewati
permukaan lateral mata dari sklera ke kornea. Saat rangsangan mencapai daerah
7
sensitif kornea pasien akan berkedip jika kedua nervus V dan VII intak.
Bandingkan sisi yang lainnya.10
- Nervus VII
Minta pasien untuk menekan mata tertutup rapat, kemudian tekan bibir erat,
kemudian menyimpan udara di pipi. Jika kekuatan normal, seseorang tidak
mampu membuka kelopak mata, memaksa bibir terpisah, atau secara paksa
membuang udara dari mulut (dengan menekan pipi).10
- Nervus VIII
Pegang dasar yang bergetar ringan bernada tinggi (512-Hz) garpu tala
pada processus mastoid sampai suara tidak lagi dirasakan, kemudian bawa garpu
yang masih bergetar sampai dekat (tidak menyentuh) telinga. Biasanya atau jika
kehilangan pendengaran sensorineural adalah udara konduksi lebih besar dari
konduksi tulang dan pasien dapat mendengar nada. Jika ada kerusakan konduktif
signifikan, pasien tidak akan dapat mendengar nada yang dikonduksikan melalui
udara dilakukan lebih lama dari nada yang dikonduksikan melalui tulang.10
8
b). Tes Webber
Fungsi vestibular perlu diuji hanya jika ada keluhan pusing atau vertigo atau
bukti nistagmus. The Nylen-Bárány (Dix-Hallpike) merupakan manuver tes untuk
positional vertigo dan nystagmus posisi. Di gangguan ini, seperti pada jenis lain
dari vertigo perifer, nystagmus akan datang setelah setidaknya 3-5 detik, akan
menurun seiring waktu, dan akan menjadi kurang menonjol dengan pengulangan
tes.10
- Nervus IX dan X
Minta pasien untuk mengatakan "ah." Carilah keutuhan dan simetris dari
elevasi palatum (bukan penyimpangan dari uvula). Jika salah satu sisi lemah,
maka akan gagal untuk mengangkat dan akan ditarik ke sisi yang kuat.10
Sentuh dengan lembut setiap sisi dinding faring posterior dengan kapas dan
membandingkan tenaga dari refleks muntah.10
9
- Nervus XI
Sternocleidomastoid
Tekan tangan terhadap rahang pasien dan buat pasien memutar kepala
terhadap perlawanan. Penekanan rahang yang tepat menguji sternokleidomastoid
kiri dan sebaliknya.10
- Nervus XII
10
berlawanan dengan tumit, dan berirama menekan tumit pada tulang kering adalah
tes koordinasi yang perlu dilakukan di tempat tidur. Kekuatan kaki dapat juga
diuji, baik dengan terlentang di mana posisi pasien dengan kaki tertekuk di
pinggul dan lutut.8
e. Tes Sensoris
Ini tidak diragukan lagi merupakan bagian yang paling sulit dari pemeriksaan
neurologis. Biasanya pengujian sensorik disediakan untuk akhir pemeriksaan dan
jika tes ini bisa diandalkan, tidak boleh diperpanjang selama lebih dari beberapa
menit. Diadakan survei pada leher, wajah, lengan, badan, dan kaki dengan jarum.
Biasanya yang dicari adalah perbedaan antara kedua sisi tubuh (lebih baik untuk
bertanya apakah rangsangan di sisi berlawanan dari tubuh merasakan hal yang
sama daripada menanyakan apakah mereka merasa ada perbedaan), tingkat di
mana sensasi mulai terasa hilang, dan zona relatif atau absolut analgesia
(kehilangan sensibilitas nyeri) atau anestesi (loss sensibilitas sentuh). Daerah
defisit sensorik kemudian dapat diuji lebih hati-hati dan dipetakan. Memindahkan
stimulus dari suatu daerah di mana sensasi berkurang ke daerah yang normal
meningkatkan persepsi dari perbedaan sensasi tersebut. Rasa getaran dapat diuji
dengan membandingkan ambang di mana pasien dan pemeriksa kehilangan
persepsi dengan menggunakan garpu tala. 9
11
3. Pemeriksaan Penunjang
a. Radiologi
b. MRI
c. CT Scan
Pada orang yang tidak mampu memiliki MRI scan dilakukan sebuah
myelogram CT sebagai pemeriksaan lain. Pencitraan ini diharapkan untuk
mengungkapkan kerusakan jaringan saraf terlokalisasi pada satu sisi dari sumsum
tulang belakang. 1
H. DIAGNOSIS BANDING
Adapun diagnosis banding dari Brown Sequard Syndrome, antara lain:1, 11
1. Multiple Sclerosis
12
Penyebab MS masih belum diketahui sampai sekarang. Ini merupakan
suatu penyakit autoimun, dimana dicurigai MS melibatkan kombinasi dari
kerentanan genetik dan faktor pemicu non genetik, seperti infeksi, yang pada
akhirnya menyebabkan terjadinya autoimun.12
a. Gangguan visual
b. Kelemahan otot
Biasanya, penyakit yang timbul cukup ringan, tetapi pada beberapa orang
yang menderita MS, akan kehilangan kemampuan untuk menulis, berbicara atau
berjalan. Sampai saat ini, belum ada obat untuk MS. Tetapi, penggunaan obat-
obatan seperti imunomodulator terapi (IMT). Dalam hal ini, IMT diarahkan dalam
hal mengurangi frekuensi kambuh dan memperlambat perkembangan penyakit.12
2. Poliomielitis Akut
13
Gambar 2. Tipe kontraktur pada penderita Polio13
Seorang carrier infeksi virus polio merupakan salah satu sumber utama
penyebaran virus dari orang ke orang. Cara penularan virus ini adalah melalui
feco-oral. Penyebaran virus terbesar terjadi dalam keluarga dengan sanitasi yang
buruk dan keadaan yang ramai atau padat.13
14
dari Guillain Barre Syndrome timbul. Tidak ada obat untuk sindrom Guillain
Barre Syndrome. Namun, banyak perawatan yang tersedia untuk membantu
mengurangi gejala, mengobati komplikasi, dan mempercepat pemulihan. Salah
satu metode ini disebut plasmapheresis, yang digunakan untuk menghilangkan
antibodi dari darah. Proses ini melibatkan mengambil darah dari tubuh, biasanya
dari lengan, memompa ke dalam mesin yang menghilangkan antibodi, dan
kemudian memasukkannya kembali ke dalam tubuh. Metode kedua adalah dengan
memblokir antibodi menggunakan terapi imunoglobulin dosis tinggi. Dalam hal
ini, imunoglobulin ditambahkan ke darah dalam jumlah besar, untuk memblokir
antibodi yang menyebabkan peradangan. Pengobatan lain digunakan untuk
mencegah komplikasi, antara lain:
d. Posisi tubuh yang tepat atau slang dapat digunakan untuk mencegah tersedak
saat makan jika otot-otot yang digunakan untuk menelan yang lemah.
Pemulihan dapat mencapai minggu, bulan, atau tahun. Menurut Institut Nasional
Neurologis Gangguan dan Stroke, sekitar 30% dari pasien masih memiliki
beberapa kelemahan setelah 3 tahun. Perasaan lemah ringan bisa bertahan untuk
beberapa orang.14, 15
I. PENATALAKSANAAN
Penggunaan obat untuk Brown-Séquard Syndrome tergantung pada
etiologi dan onset akut. Pengobatan akut SCI traumatis melibatkan dosis langsung
metil prednisolon. Imobilitas akut yang tidak berhubungan dengan pendarahan
15
memerlukan terapi antikoagulasi, jika tidak kontraindikasi. Perlindungan
gastrointestinal sangat dianjurkan.1
Obat lain yang digunakan untuk mengelola gejala dan komplikasi yang
diperlukan, termasuk antibiotik, antispasmodik, obat nyeri, dan obat pencahar.1
Beberapa studi telah menunjukkan hasil yang lebih baik untuk pasien
dengan SCIs traumatis yang diberi steroid dosis tinggi di awal perjalanan klinis.
Obat-obat ini memiliki sifat anti-inflamasi dan menyebabkan efek metabolik yang
mendalam dan bervariasi. Kortikosteroid memodifikasi respon kekebalan tubuh
terhadap rangsangan yang beragam.1
Selain yang disebutkan diatas, berbagai rehabilitasi juga diperlukan, antara
lain terapi fisik, terapi okupasi, dan terapi rekreasi.1
Intervensi bedah di SCI traumatis telah menjadi kontroversi, dengan fokus
utama pada stabilitas tulang belakang. Kebutuhan untuk pengurangan cepat dari
setiap deformitas tulang belakang diterima dengan baik. Pengurangan dapat
dicapai baik secara postural maupun bedah. Stabilisasi tulang belakang lebih
kontroversial. Stabilitas dapat berasal dari perbaikan bedah langsung dengan
cangkok tulang dan (sering) instrumentasi atau dari penyembuhan alami. Cedera
tulang belakang stabil diperlakukan secara nonoperatif, sementara cedera tidak
stabil diperlakukan pembedahan. Dekompresi bedah dari tulang belakang
diindikasikan untuk incomplete syndrome di mana tampak kompresi sisa. Etiologi
nontraumatik dari Brown-Séquard Syndrome biasanya melibatkan kompresi
mekanis atau herniasi dari sumsum tulang belakang dan memerlukan dekompresi
bedah.1
J. KOMPLIKASI
Komplikasi dari penderita Brown-Séquard Syndrome disangkutpautkan
dengan umur dari penderita juga jenis trauma yang diperoleh. Walaupun demikian
komplikasi yang pada umumnya terjadi dapat berupa kehilangan fungsi motorik
dan sensorik serta fungsi otonom. Selain itu dapat pula terjadi ulcer, pneumonia,
infeksi saluran kemih, thrombosis vena, dan infeksi postoperasi.1
16
K. PROGNOSIS
Prognosis dari kembalinya fungsi motorik dari penderita Brown-
Séquard Syndrome adalah baik. Satu setengah hingga dua pertiga kasus dalam
satu tahun penyembuhan fungsi motorik kembali dalam 1-2 bulan setelah lesi
terjadi. Fungsi motorik akan kembali secara perlahan-lahan dalam 3-6 bulan dan
masih akan terus berlanjut membaik hingga mencapai 2 tahun setelah lesi terjadi.
Penyembuhan dari sindrom ini berlangsung secara bertahap mencakup:
1. Penyembuhan dari musculus ekstensor proksimal ipsilateral sebelum fleksor
distal ipsilateral.
2. Penyembuhan dari kelemahan ekstremitas dengan kehilangan sensoris sebelum
penyembuhan muncul di bagian ekstremitas yang berlawanan.
3. Penyembuhan dari kekuatan motorik volunter dan fungsi melangkah hingga 1-6
bulan.1
III. PENUTUP
Brown-Séquard Syndrome merupakan lesi inkomplit pada sumsum tulang
belakang yang ditandai dengan paralisis upper motor neuron ipsilateral dan
kehilangan sensasi proprioseptif dengan kehilangan sensasi rasa sakit dan suhu
kontralateral. Penyebab dari sindrom ini biasanya terjadi akibat trauma pada satu
sisi sumsum tulang belakang dan nontrauma. Penatalaksanaan dari sindrom ini
adalah bedah dan pemberian kortikosteroid serta rehabilitasi. Adapun komplikasi
yang ditimbulkan tergantung pada umur, tingkat kerusakan pada sumsum tulang
belakang, dan perawatan setelah operasi dilakukan. Bila penanganan dilakukan
dengan baik maka prognosis pun akan baik.
17