Anda di halaman 1dari 33

1

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED


INSTRUCTION TERHADAP HASIL BELAJAR DAN SIKAP
KEPEDULIAN SISWA KELAS X SMA PGRI 1 LUBUKLINGGAU
TAHUN PELAJARAN 2017/2018

1. Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan kebutuhan mutlak yang harus dipenuhi

sepanjang hayat. Pendidikan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari

manusia. Dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20

Tahun 2003 yang menyatakan, pendidikan adalah sebagai usaha sadar dan

terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar

peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki

kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan,

akhlak mulia serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa

dan negara.

Institusi pendidikan harus menjadi benteng yang tangguh untuk

menginternalisasi dan menanamkan nilai-nilai budaya peduli lingkungan

hidup kepada anak-anak bangsa yang kini tengah gencar menuntut ilmu. Nilai-

nilai kearifan lokal masyarakat setempat perlu terus digali dan dikembangkan

secara kontekstual untuk selanjutnya disemaikan ke dalam dunia pendidikan

melalui proses pembelajaran yang aktif, inovatif, kreatif, efektif, dan

menyenangkan. Pola dan gaya penyajiannya pun tidak bercorak teoretis dan

dogmatis seperti orang berkhotbah, tetapi harus lebih interaktif dan dialogis

dengan mengajak siswa didik untuk berdiskusi dan bercurah pikir melalui

topik-topik lingkungan hidup yang menarik dan menantang. Peduli lingkungan


2

hidup yang disemaikan melalui dunia pendidikan tidak harus menjadi mata

pelajaran tersendiri, tetapi dapat disajikan lintas mata pelajaran melalui materi

yang relevan, contohnya melalui mata pelajaran fisika.

Fisika merupakan ilmu yang berkaitan dengan alam. Fisika sebagai

salah satu cabang ilmu merupakan tujuan peradaban manusia yang memegang

peranan penting dalam perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.

Namun pembelajaran fisika masih dirasa cukup sulit karena selain

perhitungannya yang rumit, juga keterkaitan tiap kejadian dengan kenyataan

yang telah dipelajari sebelumnya.

Mengintegrasikan materi-materi yang berkaitan dengan lingkungan,

diharapkan mampu melahirkan generasi masa depan yang sadar lingkungan

dan memiliki kepekaan terhadap persoalan yang dihadapi masyarakat dan

bangsanya. Karena merekalah yang kelak akan menjadi penentu kebijakan

mengenai penanganan dan pengelolaan lingkungan hidup yang baik.

Menanamkan nilai-nilai budaya peduli lingkungan kepada anak-anak bangsa

melalui pendidikan sama saja menyelamatkan lingkungan hidup dari

kerusakan yang semakin parah.

Berdasarkan hasil wawancara pada tanggal 21 Febuari 2018 antara

peneliti dengan Bapak Irwansyah S.Pd., selaku guru fisika SMA PGRI 1

Lubuklinggau, terdapat beberapa permasalahan yaitu pembelajaran yang

digunakan masih menggunakan metode tanya jawab, diskusi, dan ceramah,

siswa cenderung pasif. Hanya sekitar 40% siswa yang ikut aktif dalam

pembelajaran. Selain itu hasil belajar siswa pada mata pelajaran fisika belum

sesuai dengan yang diharapkan. Hal ini terlihat dari nilai Ulangan Tengan
3

Semester (UTS) pada semester II tahun pelajaran 2016/2017 dari 50 siswa.

Hanya 10 siswa (20 %) yang sudah mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal

(KKM) sedangkan 40 siswa (80 %) belum mencapai KKM yang ditetapkan

oleh sekolah yaitu 70. Pada dasarnya, guru fisika di SMA PGRI 1

Lubuklinggau sudah mengupayakan perbaikan dalam proses pembelajaran

akan tetapi hasil yang diperoleh belum optimal.

Tenaga kependidikan memikul tanggung jawab yang berat, sehingga

menuntut profesionalitas tinggi dalam proses pembelajaran. Melalui

profesionalnya, guru harus mampu mewujudkan langkah-langkah

pembelajaran inovatif, progresif, dan kreatif serta menumbuhkan kepedulian

terhadap lingkungan. Dalam mengajar fisika, guru perlu memiliki strategi

pembelajaran yang tepat. Selain itu agar pelajaran fisika dapat diserap baik

oleh siswa maka seorang guru perlu menerapkan salah satu model atau metode

pembelajaran yang dipandang tepat untuk mengatasi masalahyang ada dalam

pembelajaran di sekolah, sehingga diharapkan dapat meningkatkan hasil

pembelajaran. Untuk mengatasi masalah tersebut, salah satu model yang dapat

dijadikanalternatif adalah model pembelajaran Problem Based Intrustion

(PBI).

Triyanto (2010:90) menyatakan PBI merupakan suatu model

pembelajaran yang didasarkan pada banyaknya permasalahan yang

membutuhkan penyelidikan autentik yaitu penyelidikan yang membutuhkan

penyelesaian nyata dari permasalahan yang nyata. Tan (dalam Rusman,

2010:229) menyimpulkan PBI merupakan inovasi dalam pembelajaran karena

dalam PBI kemampuan berfikir siswa betul-betul dioptimalkan melalui proses


4

kerja kelompok atau tim yang sistematis, sehingga siswa dapat

memberdayakan mengasah, menguji, dan mengembangkan kemampuan

secara berkesinambungan.

Berdasarkan uraian tersebut, maka peneliti tertarik untuk melakukan

penelitian yang berjudul “Pengaruh Model Pembelajaran Problem Based

Intruction (PBI) Terhadap Hasil Belajar dan Sikap Kepedulian Siswa SMA

PGRI 1 Lubuklinggau”.

2. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian di atas, maka rumusan masalah pada penelitian ini

adalah:

a. Apakah ada pengaruh model pembelajaran Problem Based Instruction

(PBI)terhadap hasil belajar siswa SMA Negeri 4 Lubuklinggau Tahun

Pelajaran 2013/2014?

b. Apakah ada pengaruh model pembelajaran Problem Based Instruction

(PBI)terhadap sikap kepedulian siswa SMA Negeri 4 Lubuklinggau Tahun

Pelajaran 2013/2014?

3. Ruang Lingkup Penelitian

Mengingat keterbatasan peneliti serta untuk lebih memfokuskan

pembahasannya, maka dilakukan pembatasan masalah sebagai berikut:

a. Hasil belajar yang akan diteliti dalam penelitian adalah hasil belajar yang

bersifat kognitif yang diperoleh melalui tes setelah penyajian materi.


5

b. Sikap kepedulian siswa terhadap lingkungan dibatasi pada sikap siswa

terhadap lingkungan yang berkaitan dengan konsep-konsep fisika terutama

konsep yang berkaitan tentang Energi dan Daya Listrik.

c. Materi yang dibahas dalam penelitian ini adalah Energi dan Daya Listrik.

4. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Untuk mengetahui pengaruh model pembelajaran Problem Based

Instruction (PBI) terhadap hasil belajarsiswa SMA Negeri 4

LubuklinggauTahun Pelajaran 2013/2014.

b. Untuk mengetahui pengaruh model pembelajaran Problem Based

Instruction (PBI) terhadap sikap kepedulian siswa SMA Negeri 4

LubuklinggauTahun Pelajaran 2013/2014.

5. Manfaat Penelitian

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat terhadap

masing-masing komponen sebagai berikut :

a. Siswa

Dapat meningkatkan minat belajar siswa terhadap mata pelajaran Fisika

melalui model pembelajaran Problem Based Instruction.

b. Guru

Sebagai alternatif dalam memperbaiki dan meningkatkan sistem

pembelajaran guna meningkatkan hasil belajar dan sikap kepedulian siswa,

c. Sekolah

Sebagai sumbangan pemikiran untuk meningkatkan kualitas pendidikan

disekolah khususnya mata pelajaran fisika.


6

d. Peneliti

Digunakan untuk menambah pengetahuan dalam membekali diri sebagai

calon guru fisika yang memperoleh pengalaman penelitian secara ilmiah,

sehingga dapat menjadi modal sebagai guru dalam mengajar.

6. Definisi Operasional

Ada beberapa istilah yang perlu dijelaskan secara operasional dalam

mengukur keberhasilan dalam penelitian ini, antara lain :

a. Pengaruh yang dimaksud adalah akibat yang ditimbulkan atau yang akan

terjadi setelah diberikan perlakuan dengan model pembelajaranPBI.

b. Model Pembelajaran adalahsuatu pola pilihan yang digunakan sebagai

pedoman dalam merencanakan pembelajaranuntuk mencapai tujuan

belajar.

c. Model pembelajaran problem based instruction (PBI) merupakan suatu

model pembelajaran yang didasarkan pada banyaknya permasalahan yang

membutuhkanpenyelidikan autentik yaitu penyelidikan yang

membutuhkan penyelesaian nyata dari permasalahan yang nyata.

d. Hasil Belajar dalam penelitian ini adalah akibat dari proses belajar siswa

yang bersifat kognitifyang diperoleh siswa setelah melakukan proses

pembelajaran menggunakan model pembelajaran PBI.

e. Sikap adalah kecenderungan untuk bertindak atau tingkat kepedulian siswa

terhadap permasalahan di lingkungannya yang diuji melalui tes yang

berkaitan dengan konsep-konsep Energi dan Daya Listrik.

7. Tinjauan Pustaka

a. Belajar
7

Menurut Uno dan mohamad (2011:139), mendefinisikan belajar

sebagai proses perubahan tingkah laku sebagai hasil dari latihan

pengalaman individu akibat interaksi dengan lingkungannya. Menurut

Winkel (dalam Purwanto, 2011:38), menyatakan bahwa belajar adalah

aktivitas mental/psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan

lingkungan yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan,

keterampilan dan sikap. Sedangkan Slameto (2010:2) belajar adalah suatu

proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan

perilaku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil dari pengalamannya

sendiri dalam interaksi individu dengan lingkungannya.

Mengacu pada beberapa pendapat tersebut, dapat disimpulkan

belajar adalah suatu proses perubahan tingkah laku, pengetahuan,

keterampilan, dan sikap dalam diri seseorang dari hasil interaksi dengan

lingkungannya menuju ke arah yang lebih baik.

b. Hasil Belajar

Menurut Jihad dan Haris (2010:14), hasil belajar adalah pencapaian

bentuk perubahan prilaku yang cenderung menetap dari ranah kongitif,

afektif, dan psikomotorik dari proses belajar yang dilakukan dalam waktu

tertentu. Menurut Purwanto (2011:54), hasil belajar adalah perubahan

perilaku yang terjadi setelah mengikuti proses belajar mengajar sesuai

dengan tujuan pendidikan.

Berdasarkan uraian diatas, maka dapat disimpulkan bahwa hasil

belajar merupakan ketercapaian setiap kemampuan dasar, baik kognitif,


8

afektif dan psikomotorik, yang diperoleh siswa selama mengikuti kegiatan

pembelajaran tertentu. Hasil belajar pada penelitian ini adalah akibat dari

proses belajar siswa yang bersifat kognitif, diperoleh melalui tes setelah

dilakukan pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran PBI.

c. Sikap

Sarwono (2010:201) menyimpulkan Sikap (attitude) adalah istilah

yang mencerminkan rasa senang, tidak senang atau perasaan biasa-biasa

saja (netral) dari seseorang terhadap sesuatu. ‘sesuatu’ itu bisa benda,

kejadian, situasi, orang atau kelompok. Menurut Mulyanto (2003:24)

menyatakan bahwa sikap dapat diartikan sebagai suatu kecenderungan

bertindak atau perasaan keberpihakan seseorang terhadap suatu obyek.

Perasaan keberpihakan dapat dituangkan sebagai respon baik lisan maupun

tulisan. Sedangkan Rahman (2013:124) menyimpulkan sikap didefinisikan

sebagai sebuah kombinasi dari reaksi afektif, kognitif, dan perilaku

terhadap suatu objek tertentu. Dari pendapat tersebut dapat disimpulkan

bahwa sikap adalah suatu penilaian kecenderungan seseorang untuk

bertindak dalam menghadapi suatu objek atau situasi tertentu.

Menurut Mulyanto (2003:27) menyatakan bahwa pada dasarnya,

sikap terbentuk atas keterpaduan tiga komponen sebagai berikut:

1) Kognitif, merupakan komponen yang merujuk pada pemahaman

seseorang tentang obyek yang disikapi, dan dapat membentuk

keyakinan.

2) Perasaan, merupakan komponen yang berkaitan dengan kecenderungan

suka atau tidak suka terhadap obyek.


9

3) Kecenderungan bertindak (konatif), menggambarkan kemungkinan

respon seseorang terhadap obyek.

Azwar (dalam Fitria, 12 April 2014) menyatakan bahwa faktor-

faktor yang mempengaruhi sikap adalah sebagai berikut :

1) Pengalaman pribadi

2) Pengaruh orang lain yang dianggap penting

3) Pengaruh kebudayaan

4) Media massa

5) Lembaga pendidikan dan Lembaga agama

6) Faktor emosional

Adapun indikator sikap kepedulian dapat dilihat pada tabel.1 dibawah ini

Tabel.1
Indikator sikap kepedulian

No Indikator Deskriptor
1 Sikap kepedulian  Memilih alat penerangan
terhadap pemakaian  Penggunaan mesin cuci
listrik rumah tangga  Penggunaan kulkas
 Penggunaan lampu secara
bergantian antar lampu belajar dan
lampu tidur
 Penggunaan Air Conditioner
 Perlakuan terhadap televisi jika akan
istirahat
 Penggunaan setrika
 Penggunaan charger handphone
 Penggunaan mesin pompa air
2 Sikap kepedulian  Menggunakan peralatan listrik
10

terhadap pemasangan dalam keadaan tangan yang basah


instalansi listrik  Menonton TV pada saat hujan lebat
disertai petir
 Mencharger handphone sambil
menggunakannya.
d. Model Pembelajaran

Menurut Suprijono (2009:46) model pembelajaran dapat

didefinisikan sebagai kerangka konseptual yang melukiskan prosedur

sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai

tujuan belajar. Menurut Hanafiah dan Suhana (2010:41), model

pembelajaran adalah salah satu pendekatan dalam rangka mensiasati

perubahan tingkah laku peserta didik secara adatif dan generatif.

Sedangkan menurut Trianto (2011:51)model pembelajaran adalah suatu

perencanaan atau suatu pola yang digunakan sebagai pedoman dalam

merencanakan pembelajaran di kelas atau pembelajaran dalam tutorial.

Dari beberapa pendapat tersebut, dapat diambil kesimpulan bahwa

model pembelajaran adalah suatu pola pilihanyang digunakan sebagai

pedoman dalam merencanakan pembelajaranuntuk mencapai tujuan

belajar. Adapun macam-macam model pembelajaran diantaranya adalah

Model Pembelajaran Konstektual (Contextual Teaching and Laerning),

Model Pembelajaran Kooperatif, Model Pembelajaran Berbasis Masalah

(PBM), Model Pembelajaran Tematik, Model Pembelajaran Berbassis

Komputer, Model PAKEM (Partisipatif, Aktif, Kreatif, dan

Menyenangkan), Model Pembelajaran Berbasis Web (e-Learning), dan

Model Pembelajaran Mandiri. (Rusman,2012:335)


11

e. Tinjauan tentang model pembelajaran Problem Based Instruction

1) Pengertian pembelajaran Problem Based Instruction

Sanjaya (2011:214) menyimpulkan Problem Based

Instruction(PBI) dapat diartikan sebagai rangkaian aktivitas

pembelajaran yang menekankan kepada proses penyelesaian masalah

yang dihadapi secara ilmiah. Sedangkan Triyanto (2010:90)

menyimpulkan PBI merupakan suatu model pembelajaran yang

didasarkan pada banyaknya permasalahan yang membutuhkan

penyelidikan autentik yaitu penyelidikan yang membutuhkan

penyelesaian nyata dari permasalahan yang nyata.

Berdasarkan pendapat beberapa ahli diatas dapat disimpulkan

bahwa Problem Based Instruction(PBI) merupakan suatu model

pembelajaran yang menggunakan masalah dunia nyata sebagai suatu

konteks bagi siswa untuk belajar tentang cara berfikir kritis dan

keterampilan memecahkan masalah, serta untuk memperoleh

pengetahuan dan konsep yang essensial dari materi pelajaran.

2) Langkah-langkah pembelajaran Problem Based Instruction

Menurut Ibrahim (dalam Trianto, 2010:97) peran guru di dalam

kelas PBI antara lain sebagai berikut:

a.) Mengajukan masalah atau mengorientasikan siswa kepada masalah

autentik, yaitu masalah kehidupan nyata sehari-hari.

b.) Memfasilitasi/membimbing penyelidikan misalnya pengamatan

atau melakukan eksperimen percobaan.


12

c.) Memfasilitasi dialog siswa.

d.) Mendukung belajar siswa.

Adapun sintaks pembelajaran berdasarkan masalah (PBI) adalah

sebagai berikut:

Tabel 1
Sintaks pengajaran berdasarkan masalah

Tahap Tingkah Laku Guru


Tahap-1 Guru menjelaskan tujuan
Orientasi siswa pada masalah pembelajaran, menjelaskan logistik
yang dibutuhkan, mengajukan
fenomena atau demonstrasi atau
cerita untuk memunculkan masalah,
memotivasi siswa untuk terlibat
dalam pemecahan masalah yang
dipilih.
Tahap-2 Guru membantu siswa untuk
Mengorganisasi siswa untuk mendefinisikan dan
belajar mengorganisasikan tugas belajar
yang berhubungan dengan masalah
tersebut.
Tahap-3 Guru mendorong siswa untuk
Membimbing penyelidikan mengumpulkan informasi yang
individual maupun kelompok sesuai, melaksanakan
eksperimen,untuk mendapatkan
penjelasan dan pemecahan masalah.
Tahap-4 Guru membantu siswa dalam
Mengembangkan dan merencanakan dan menyiapkan
menyajikan hasil karya karya yang sesuai seperti laporan,
video, dan model serta membantu
mereka untuk berbagi tugas dengan
temannya.
Tahap-5 Guru membantu siswa untuk
Menganalisis dan melakukan refleksi atau evaluasi
mengevaluasi proses terhadap penyelidikan mereka dan
pemecahan masalah proses-proses yang mereka gunakan.
Sumber: Suprijono (2009:74)

Berdasarkan karakter tersebut di atas, model pembelajaran PBI

memiliki tujuan sebagai berikut (Trianto, 2010:94) :


13

a.) Membantu siswa mengembangkan keterampilan berfikir dan

memecahkan masalah.

b.) Belajar peranan orang dewasa yang autentik.

c.) Menjadi pembelajar yang mandiri.

Berdasarkan uraian tersebut tampak jelas bahwa pembelajaran

dengan model PBI dimulai oleh adanya masalah, kemudian siswa

memperdalam pengetahuannya untuk memecahkan masalah tersebut.

Masalah yang dijadikan sebagai fokus pembelajaran dapat diselesaikan

siswa melalui kerja keompok sehingga dapat memberi pengalaman

yang beragam pada siswa seperti kerjasama dan interaksi dalam

kelompok, disamping pengalaman belajar yang berhubungan dengan

pemecahan masalah seperti membuat hipotesis, merancang percobaan,

melakukan penyelidikan, mengumpulkan data, menginterpretasikan

data, membuat kesimpulan, berdiskusi, dan membuat laporan.

3) Keunggulan dan Kelemahan PBI

Sanjaya (2011:220) menyatakan kelemahan dan kelebihan dari

PBI sebagai berikut :

a) Keungulan

1. PBI dapat menantang kemampuan siswa serta memberikan

kepuasan untuk menemukan pengetahuan yang baru bagi siswa.

2. PBI dapat meningkatkan aktivitas pembelajaran.

3. PBI dapat membantu siswa mentransfer pengetahuan mereka

untuk memahami masalah dalam kehidupan nyata.


14

4. PBI dapat membantu siswa untuk mengembangkan pengetahuan

barunya dan bertanggung jawab dalam pembelajaran yang

mereka lakukan. Di samping itu, pemecahan masalah itu juga

dapat mendorong siswa untuk melakukan evaluasi sendiri baik

terhadap hasil maupun proses belajarnya.

5. PBI dapat mengembangkan kemampuan siswa untuk berfikir

kritis dan mengembangkan kemampuan mereka untuk

menyesuaikan dengan pengetahuan yang baru.

6. PBI dapat memberikan kesempatan kepada siswa untuk

mengaplikasikan pengetahuan yang mereka miliki dalam dunia

nyata.

7. PBI dapat mengembangkan minat siswa untuk secara terus

menerus belajar sekalipun belajar pada pendidikan formal telah

berakhir.

b) Kelemahan

Disamping keunggulan, PBI juga memiliki kelemahan,

diantaranya sebagai berikut :

1. Manakala siswa tidak memiliki minat atau mempunyai

kepercayaan bahwa masalah yang dipelajari sulit untuk

dipecahkan, maka mereka akan merasa enggan untuk mencoba.

2. Keberhasilan PBI membutuhkan cukup waktu untuk persiapan.

3. Tanpa pemahaman mengapa mereka berusaha untuk

memecahkan masalah yang sedang mereka dipelajari, maka

mereka tidak akan belajar apa yang mereka ingin pelajari.


15

f. Tinjauan Materi Energi dan Daya Listrik

Tentunya kita pernah menggunakan setrika listrik.Setrika listrik

yang kita gunakan mengasilkan panas.Panas yang dihasilkan setrika

tersebut berasal dari energi listrik.Arus listrik didefinisikan banyaknya

muatan yang mengalir melalui penampang suatu penghantar per satuan

waktu, atau dapat ditulis I = q/t (Zaelani & Cunayah, 2006: 400-401).

Besarnya energi listrik yang diperlukan oleh alat listrik tersebut sama

dengan usaha untuk memindahkan muatan listrik q dari A ke B yang beda

potensialnya V, yaitu :

W=qV ( Kurniatin, 2006:181)

Keterangan :
W = energi listrik (Joule)
q = muatan arus listrik ( Coulomb)
V = Beda potensial (volt)
Daya listrik merupakan besarnya energi listrik yang terkonvensi

setiap satu satuan waktu. Semakin besar daya peralatan listrik yang

digunakan semakin besar pula energi listrik yang terkonvensi, dan

tentunya berdampak terhadap mahalnya pembayaran listrik yang harus kita

lakukan. Penghematan penggunaan energi listrik dapat dilakukan dengan

upaya pemilihan daya listrik yang benar terhadap pemakaian peralatan

listrik.

Secara sistematik daya listrik dapat dinyatakan sebagai berikut:

W
P= , karena W = q.V maka,
t

q.V
P= , sementara q/t = I maka
𝑡
16

P = I. V (Giancoli, 2001:74)

Keterangan :
W = energi listrik (Joule)
q = muatan arus listrik ( Coulomb)
V = beda potensial (volt)
P = daya listrik (watt)
Oleh karena V = I.R, maka persamaan diatas dapat ditulis sebagai

berikut:

V 𝑉2
P = (IR). I = I2R, atau P = V = (Tippler, 2001: 138)
R 𝑅

Persamaan diatas berlaku untuk penghantar yang memiliki

hambatan sebesar R dan dialiri arus listrik sebesar I.

Jika pada alat listrik (lampu) tertera data (label) yang tertulis pada

lampu adalah 60W/220V. Ini berarti daya listrik yang dipakai oleh alat

tersebut tepat 100 watt jika tegangan yang diberikan pada alat itu tepat 220

volt.Daya listrik didefinisikan sebagai energi per satuan waktu, yaitu

dalam hal ini adalah sebesar 60 Joule per satu detik.

Pembayaran energi listrik merupakan biaya energi listrik yang

dikonversi, dan biasanya dihitung selama satu bulan. Dalam Sistem

Internasional (SI) energi listrik bersatuan joule atau watt detik, namun

dalam kehidupan sehari-hari Perusahaan Lisrik Negara (PLN)

menggunakan satuan yang lebih besar yaitu killowatt-hour (kWh). Satu

killawatt-haour merupakan besarnya energi yang terkonvensi selama satu

jam dengan laju tetap sebesar satu kW (1kWh = 3,6 106J) (Zaelani &

Cunayah, 2006: 425).

8. Hipotesis Penelitian
17

Hipotesis penelitian adalah jawaban sementara terhadap rumusan

masalah penelitian (Sugiyono, 2009:18). Hipotesis dalam penelitian ini

adalah:

a. ada pengaruh yang signifikan model pembelajaran Problem Based

Instruction terhadap hasil belajar siswa SMA Negeri 4

LubuklinggauTahun Pelajaran 2013/2014.

b. ada pengaruh yang signifikan model pembelajaran Problem Based

Instruction terhadap sikap kepedulian siswa SMA Negeri 4

LubuklinggauTahun Pelajaran 2013/2014.

9. Metode Penelitian

a. Desain Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kuantitatif

dengan metode penelitian eksperimen semu (quasi

exsperiment).Berdasarkan tujuan yang ingin dicapai, maka dalam

penelitian ini menggunakan pola desain penelitian one group pretest-

posttest design.Di dalam desain ini tes dilakukan sebanyak dua kali yaitu

sebelum eksperimen (O1) disebut pre-test dan setelah eksperimen (O2)

disebut post-test. Menurut Arikunto (2010:124) desain penelitian dapat

dilihat pada tabel 1.

Tabel 1
Desain penelitian
Pre-test Treatment Post-test
O1 X O2

Keterangan:
O1 = Tes Awal (Pre-Test)
O2 = Tes Akhir (Post-Test)
18

X = Perlakuan (Teatment)

b. Variabel Penelitian

Sugiyono (2012:60) menyatakan variabel penelitian pada

dasarnya adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang ditetapkan

oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal

tersebut. Variabel dalam penelitian ini adalah:

1) Variabel bebas adalah variabel pengaruh yang berfungsi

mempengaruhi variabel lain (Sugiyoni, 2012:610, variabel bebas

dalam penelitian ini adalah modelpembelajaran Problem Based

Instruction.

2) Variabel terikat adalah variabel akibat, variabel terikat dalam

penelitian ini adalah hasil belajar dan sikap kepedulian siswa.

c. Populasi dan Sampel

1) Populasi

Menurut Arikunto (2010:173) populasi adalah keseluruhan subjek

penelitian. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X di

SMANegeri 4Lubuklinggau tahun pelajaran 2013/2014.

Secara rinci populasi penelitian dapat dilihat pada tabel 3.

Tabel 3.
Populasi Penelitian
No Kelas L P Jumlah
1 X1 17 18 35
2 X2 16 17 33
3 X3 21 12 33
4 X4 18 14 32
5 X5 19 15 34
6 X6 18 16 34
7 X7 17 15 32
19

8 X8 17 15 32
Jumlah 143 122 265
(Sumber: StafTata Usaha SMA Negeri 4 Lubuklinggau Tahun
Pelajaran 2013/2014)

2) Sampel

Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti”

(Arikunto, 2010:174).Dalam penelitian ini sampel yang diambil yaitu

dua kelas yang diambil secara acak(Simple Random Sampling).Dengan

sistem pengambilan sampel seperti ini, seluruh kelas XSMA Negeri 4

Lubuklinggau memiliki peluang yang sama untuk dipilih sebagai

sampel pada penelitian ini.

Cara pengambilan sampelnya yaitu dengan undian. Peneliti

membuat delapan gulungan kertas dengan tulisan

X1,X2,X3,X4,X5,X6,X7, danX8. Setelah itu peneliti mengambil satu

gulungan kertas sebagai sample penelitian.

d. Teknik Pengumpulan Data

Tehnik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

1) Tes hasil belajar

Tes hasil belajar berbentuk essay yang disusun berdasarkan konsep

Energi dan Daya Listrik. Kisi-kisi tes hasil belajar dapat dilihat pada

lampiran.

2) Angket

Angket sikap kepedulian berbentuk pilihan ganda dengan empat

pilihan jawaban. Indikator penilaian menggunakan skala sikap yang


20

merupakan modifikasi dari skala Likert. Kisi-kisi angket sikap

kepedulian terhadap lingkungan dapat dilihat pada lampiran.

3) Wawancara

Wawancara dilakukan terhadap siswa setelah akhir pelaksanaan

eksperimen. Melalui wawancara diharapkan dapat diperoleh

informassi tentang hal-hal yang mungkin tidak terjaring dalam tes dan

angket. Jadi, wawancara dimaksudkan untuk mendapatkan informasi

tambahan berupa pandangan siswa terhadap model pembelajaran PBI.

e. Teknik Analisis Data

Untuk mengetahui hasil penelitian merupakan hipotesis

diterima atau ditolak maka data diuji dengan menggunakan t-tes.

Sebelum mengunakan t-test, maka data terlebih dahulu mencari skor

rata-rata dan simpangan baku pada tes awal dan tes akhir, kemudian

melakukan uji normalitas.

a) Mencari skor rata-rata dan simpangan baku pada tes awal dan tes

akhir dengan menggunakan rumus:

x
 f .x
i i
(Sudjana, 2005:67)
fi

Keterangan:
x = Nilai rata-rata sampel
fi = Frekuensi
xi = Titik tengah nilai tes

s
 f (x i i  x) 2
(Sudjana, 2005:95)
n 1

Keterangan:
21

s = Simpangan baku
xi = Titik tengah nilai tes
x = Nilai rata-rata sampel
n = Banyaknya siswa dalam sampel
fi = Frekuensi
b) Uji normalitas menggunakan uji Chi Kuadrat (  2 )

Uji normalitas ini digunakan untuk mengetahui kenormalan

data. Rumus yang digunakan dalam uji normalitas dalah uji

 
kecocokan chi-kuadrat  2 yaitu:

( fo  fh )2
 2  i 1
k
(Sugiyono, 2011:108)
fh

Keterangan:
2 = Harga chi-kuadrat yang dicari
fo = Frekuensi dari hasil observasi

fh = Frekuensi dari hasil estimate

Selanjutnya  2 hitung dibandingkan dengan  2 tabel untuk

  5% dan dengan derajat kebebasan (dk) = k-1. Dimana k

adalah panjang kelas interval. Kriteria pengujian jika 𝜒 2 hitung<

𝜒 2 tabel artinya data berdistribusi normal sedangkan 𝜒 2 hitung≥ 𝜒 2 tabel

artinya distribusi data tidak normal (Sugiyono, 2011:109).

a) Uji Hipotesis

Guna membuktikan hipotesis yang telah dirumuskan dan

untuk mendapatkan suatu kesimpulan, maka data hasil tes pada

akhir tes pada akhir materi yang diberikan kepada siswa dianalisis

dengan menggunakan uji-t, uji satu pihak dengan taraf signifikan


22

5% dan taraf kepercayaan 0,05 maka digunakan persamaan rumus

oleh (Sudjana, 2005:239) sebagai berikut:

𝑥̅1 − 𝑥̅2
𝑡=
1 1
𝑠√𝑛 + 𝑛
1 2

(𝑛1 − 1)𝑠1 2 + (𝑛2 − 1)𝑠2 2


𝑠=√
𝑛1 + 𝑛2 − 2

Keterangan:

𝑥̅1 = Skor rata-rata kelompok eksperimen pertama


𝑥̅2 = Skor rata-rata kelompok eksperimen kedua
𝑛1 = Jumlah siswa kelompok eksperimen pertama
𝑛2 = Jumlah siswa kelompok eksperimen kedua
𝑠 = Simpangan baku
𝑠1 2 = Varians kelompok eksperimen pertama
𝑠2 2 = Varians kelompok eksperimen kedua

Dengan kriteria pengujiannya adalah thitung ≥ttabel maka

Ho ditolak atau Ha diterima. Jika data tersebut berdistribusi normal

tetapi tidak homogen, maka uji statistik yang digunakan adalah uji-t

semu (t’) dengan rumus:

x1  x 2
t'  (Sudjana, 2005:241)
s12 s12

n1 n2

Keterangan:

x1 = Skor rata-rata kelompok eksperimen

x 2 = Skor rata-rata kelompok kontrol

n1= Jumlah siswa kelompok eksperimen

n2= Jumlah siswa kelompok kontrol


23

s12 = Simpangan baku kelompok eksperimen

s12 = Simpangan baku kelompok control

Distribusi (tabel t) untuk 𝛼 = 0,05 dengan derajat kebebasan (dk=n-

2). Kaidah keputusan:

Jika thitung≥ttabel berarti valid, sebaliknya jika thitung≤ttabel berarti

tidak valid.

Kriteria pengujiannya adalah terima hipotesis Ho jika:

w1t1  w2 t 2 w t  w2 t 2
 < t’ < 1 1
w1  w2 w1  w2

s12 s2
Dengan: w1 = ; w2 = 2
n1 n2

t1 = t( 1- ½ α), (n1- 1)

t2 = t( 1- ½ α), (n2- 1) (Sudjana, 2005:241)

1) Analisis data tes sikap kepedulian

Data yang diperoleh dari tes sikap diberi skor menurut skala

Likert. Skala Likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan

persepsi seseorang atau kelompok orang tentang fenomena sosial.

Setelah data diperoleh, data tersebut dianalisis menggunakan rumus:

𝑅
NP = X 100% (Purwanto, 2010:102)
𝑆𝑀

Keterangan:

NP = Nilai keaktifan
R = Skor mentah hasil observasi
SM = Skor maksimum ideal
Setelah data diperoleh, diberikan kriteria sebagai berikut:
24

Tabel 4
Kriteria Tingkat Kepedulian
Tingkat Penguasaan Nilai
Bobot Kriteria Keaktifan
(%) Huruf
86 – 100 A 4 Sangat Baik
76 – 85 B 3 Baik
60 – 75 C 2 Cukup
55 – 59 D 1 Kurang
≤ 54 TL 0 Kurang Sekali
Sumber : Purwanto (2010:103)

f. Pertanggungjawaban Penelitian

Sebelum digunakan untuk mengambil data penelitian, instrumen tes

diujicobakan terlebih dahulu untuk mendapatkan perangkat tes yang valid,

reliabel dan mempunyai taraf kesukaran, serta daya pembeda soal yang

baik.

1) Validitas

Validitas instrumen adalah suatu ukuran yang menunjukkan

tingkat-tingkat kevalidan atau kesahihan sesuatu instrumen (Arikunto,

2010:211). Rumus korelasi yang dapat digunakan adalah yang

dikemukakan oleh Pearson (dalam Arikunto, 2010:213) yaitu:

𝑁 ∑ 𝑋𝑌 − (∑ 𝑋)(∑ 𝑌)
𝑟𝑋𝑌 =
√{𝑁 ∑ 𝑋 2 − (∑ 𝑋)2 }{𝑁 ∑ 𝑌 2 − (∑ 𝑌)2 }

Keterangan:
𝑟𝑋𝑌 = Koefisien korelasi antara variabel X dan Y
∑ 𝑋𝑌 = Jumlah perkalian X dengan Y
2
𝑋 = Kuadrat dari X
2
𝑌 = Kuadrat dari Y
𝑁 = Banyak sampel

Selanjutnya dihitung dengan uji-t dengan rumus:

n2
t hitung  rXY (Sudjana, 2005:377)
1  rXY
2
25

Keterangan:
t = Nilai thitung
rXY = Koefisien korelasi hasil rhitung
n = jumlah responden

Distribusi (Tabel t) untuk α = 0,05 dan derajat kebebasan (dk =

n-2)Kriteria pengujiannya adalah jika thitung > ttabel berarti valid

sebaliknya thitung ≤ ttabel berarti tidak valid.

Klasifikasi besarnya koefisien korelasi yang digunakan menurut

Suherman dan Sukjaya (1990:147) sebagai berikut:

Tabel 5
Interprestasi Koefisien Korelasi
Interval Koefisien Interpretasi
rxy  0,00 Tidak Valid
0,00  rxy  0,20 Validitas sangat rendah
0,20  rxy  0,40 Validitas rendah (kurang)
0,40  rxy  0,60 Validitas sedang (cukup)
0,60  rxy  0,80 Validitas tinggi (baik)
0,80  rxy  1,00 Validitas sangat tinggi (sangat baik)
2) Reliabilitas

Reliabilitas instrumen menunjuk pada satu pengertian bahwa

sesuatu instrumen cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat

pengumpul data karena instrumen tersebut sudah baik (Arikunto,

2009:109). Untuk mengetahui reliabilitas instrumen tes berbentuk

essay, digunakan rumus Alpha sebagai berikut:

𝑛 𝑠𝑖2
𝑟11 = (𝑛−1) (1 − ) (Suherman dan Sukjaya, 1990:194)
𝑠𝑡2

Keterangan :

𝑟11 = Koefisien reliabilitas

𝑛 = Banyak butir soal (item)


26

𝑠𝑖2 = Jumlah varians skor setiap item

𝑠𝑡2 = Varians skor total

Untuk mencari varians digunakan rumus:

(ΣXi )2
2
Σ𝑋 − 𝑛
𝑠𝑖2 =
𝑛

Keterangan:


2
b = Jumlah varians butir

n = Banyaknya sampel
X = Skor butir masing-masing responden

Klasifikasi untuk menginterpretasikan nilai koefisien

reliabilitas menurut Guilford (Suherman dan Sukjaya 1990:177) yaitu:

Tabel 6
Kriteria Reliabilitas
Besarnya nilai r11 Kriteria Reliabilitas
r11 < 0,20 Reliabilitas sangat rendah
0,20 <r11 < 0,40 Reliabilitas rendah
0,40 <r11 < 0,60 Reliabilitas sedang
0,60 <r11 < 0,80 Reliabilitas tinggi
0,80 <r11 < 1,00 Reliabilitas sangat tinggi

3) Daya Pembeda

Daya pembeda dari sebuah butir soal menyatakan seberapa

jauh kemampuan suatu butir tersebut untuk membedakan setiap butir

soal. Angka yang menunjukkan besarnya daya pembeda disebut juga


27

indeks dekriminasi (Daya pembeda). Untuk menghitung daya

pembeda setiap butir soal digunakan rumus sebagai berikut:

JS A  JS B
DP  ( Suherman dan Sukjaya,1990:201)
SI A

Keterangan :

DP = Daya beda
JSA = Jumlah skor kelompok atas
JSB = Jumlah skor kelompok bawah
SIA = Jumlah skor ideal kelompok atas
SIB = Jumlah skor ideal kelompok bawah

Klasifikasi interprestasi untuk daya pembeda menurut Suherman dan

Sukjaya (1990: 202) yaitu:

Tabel 7
Interprestasi Koefisien Daya Pembeda
Besarnya Nilai DP Interpretasi
DP  0,00 Sangat jelek
0,00 < DP  0,20 Jelek
0,20 < DP  0,40 Cukup
0,40 < DP  0,70 Baik
0,70 < DP  1,00 Sangat baik

4) Tingkat Kesukaran

Tingkat Kesukaran soal suatu butir soal menunjukkan apakah

butir soal tersebut tergolong butir soal yang sukar, sedang dan mudah.

Butir soal yang baik adalah yang tidak terlalu mudah dan tidak sukar.

Suatu hal yang harus diperhitungkan oleh seorang perancang tes

adalah mempertimbangkan tingkat kesukaran soal. Untuk menghitung

tingkat kesukaran butir soal uraian dapat dihitung menggunakan

rumus berikut:
28

JS A  JS B
IK  (Suherman dan Sukjaya, 1990:243)
SI A  SI B

Keterangan :
IK = Indeks kesukaran
JSA = Jumlah skor kelompok atas
JSB = Jumlah skor kelompok bawah
SIA = Jumlah skor ideal kelompok atas
SIB = Jumlah skor ideal kelompok bawah

Klasifikasi untuk menginterprestasikan tingkat kesukaran

menurut Suherman dan Sukjaya (1990:211) sebagai berikut:

Tabel 8
Interprestasi Koefisien Tingkat Kesukaran
Besarnya Nilai IK Interpretasi
IK = 0,00 Soal terlalu sukar
0,00 < IK  0,30 Soal sukar
0,30 < IK  0,70 Soal sedang
0,70 < IK < 1,00 Soal mudah
IK = 1,00 Soal terlalu mudah

10. Sistematika Pelaporan

Proposal penelitian ini pada akhirnya akan ditulis dalam bentuk

skripsi yang terdiri dari:

1. Bagian Awal

a. Halaman Sampul

b. Halaman Judul

c. Halaman Persetujuan

d. Halaman Pengesahan

e. Halaman Pernyataan

f. Kata Pengantar

g. Abstrak
29

h. Daftar Isi

i. Daftar Tabel, Gambar dan Grafik

2. Bagian Inti

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

B. Rumusan Masalah

C. Tujuan Penelitian

D. Ruang Lingkup Penelitian

E. Manfaat Penelitian

F. Definisi Operasional

BAB II KAJIAN PUSTAKA

A. Deskriptif Teoritik

B. Hasil Penelitian yang Relevan

C. Kerangka Berpikir

D. Hipotesis Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN

A. Rancangan Penelitian

B. Populasi dan Sampel

C. Teknik Pengumpulan Data

D. Teknik Analisis Data

E. Pertanggungjawaban Penelitian

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

B. Pembahasan
30

C. Keterbatasan Penelitian

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

B. Saran

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

11. Jadwal Penelitian

No Jenis Kegiatan Bulan

April Mei Juni


1 2 3 4 5 1 2 3 4 1 2 3 4
1 Tahap pengajuan
judul
2 Tahap persiapan
dan penyusunan
proposal
3 Pelaksanaan
seminar usul
penelitian
4 Tahap perbaikan
proposal dan
permintaan izin
penelitian
5 Tahap
pengumpulan data
penelitian
31

6 Pengelolaan data
dan penyusunan
skripsi
7 Pelaksanaan
persiapan ujian
skripsi

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek.


Jakarta: Rineka Cipta.

Fitria, Rizka. 2011. Sikap Belajar Peserta Didik [online].


http://rizcafitria.wordpress.com/2011/04/30/sikap-belajar-peserta-didik/.
[12 April 2014].

Giancoli. 2001. Fisika. Jakarta: Erlangga.

Hanafiah, N dan Suhana, C. 2010. Konsep Strategi Pembelajaran. Bandung: PT


Refika Aditama.

Jihad, A dan Haris, A. 2010.Evaluasi Pembelajaran. Yogyakarta: Multi


Pressindo.

Khanafiyah, S dan Yulianti. 2013. Model Problem Based Instruction Pada


Perkuliahan Fisika Lingkunga untuk mengembangkan Sikap Kepedulian
LIngkungan.Jurnal Pendidikan Indonesia, 2013 (9), 36.

Kurniatin,S.2006. Fisika untuk SMA/MA Kelas X. Bogor: CV Regina

Mulyanto, Akhmad. 2003. Pembelajaran energi dan Daya Listrik Melalui


Pendekatan Sains teknologi Masyarakat untuk Meningkatkan Hasil
Belajar Siswa.Tesis tidak diterbitkan. Bandung: Program Pasca Sarjana
Universitas Pendidikan Indonesia.
32

Purwanto. 2011. Evaluasi Hasil Belajar. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Rahman, Agus Abdul. 2013. Psikologi Sosial. Jakarta: Rajawali Pers.

Rusman. 2010. Seri Manajemen Sekolah Bermutu. Model-Model


Pembelajaran.Mdengembangkan Propesionalisme Guru.Jakarta: Rajawali
Pers.

Sanjaya, Wina. 2011. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses


Pendidikan. Jakarta: Kencana Prenada Media.

Sarwono, Sarlito. 2010. Pengantar Psikologi Umum. Jakarta: Rajawali Pers.

Sudjana.2005. Metoda Statistika. Bandung: Tarsito.

Sugiyono.2011. Statistika untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta.

. 2012. Metode Penelitian Pendidikan Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D.


Bandung: Alfabeta.

Suherman, Erman. & Sukjaya, Yaya. 1990. Petunjuk Praktis untuk Melaksanakan
Evaluasi Pendidikan Matematika. Bandung: Wijayakusumah 157.

Suprijono, Agus. 2009. Cooperatif Learning : teori dan Aplikasi PAIKEM.


Yogyakarta : Pustaka Pelajar

Tipler.2001. Fisika untuk Sains dan Teknik. Jakarta: Erlangga.

Trianto. 2009. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif: Konsep,


Landasan, dan Implementasinya Pada Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan (KTSP). Jakarta: Kencana.

. 2011. Model Pembelajaran Terpadu: Konsep, Strategi, dan Implementasinya


dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Jakarta: PT Bumi
Aksara.

Zaelani, Ahmad dkk. 2006. 1700 Bank Soal Bimbingan Pemantapan Fisika untuk
SMA/MA Ringkasan Materi X, XI, XII. Bandung: Yrama Widya.
33

Anda mungkin juga menyukai