Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN HERNIA INGUINALIS LATERALIS


DAN POST OPERASI HERNIOTOMY DI BANGSAL BEDAH MELATI 3
RSUP DR. SOERADJI TIRTONEGORO KLATEN
Periode Praktek Tangggal 22 Januari s/d 27 Januari 2018

Disusun untuk Memenuhi Sebagian Tugas Individu


Stase Praktek Keperawatan Medikal Bedah

Disusun oleh:
Indah Dwi Setyaningrum
17/420977/KU/20162

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2018
I. KONSEP HERNIA

1. PENGERTIAN

Hernia (Latin) merupakan penonjolan bagian organ atau jaringan melalui lubang abnormal
atau hernia merupakan protrusi (penonjolan) isi suatu rongga melalui defek atau bagian lemah
dari dinding rongga yang bersangkutan (Sesa & Efendi, 2016).
Hernia adalah penonjolan peritoneum parietale yang berisi viskus melalui bagian yang lemah
pada dinding abdomen, pada hernia selalu ada 3 unsur yaitu: kantung hernia (peritoneum
parietale), isi (viskus: organ/jaringan yang keluar melalui kantung hernia), dan pintu/hernia
(locus minorus resisten) (Alfieri et al, 2011).

Gambar 1. Anatomi Hernia


2. KlASIFIKASI
Banyak sekali penjelasan mengenai klasifikasi hernia, berikut ini penjelasan klasifikasi
hernia menurut Bringman et al (2010) dan Muysoms et al (2015):
a. Hernia berdasarkan letaknya:
1. Hernia inguinal: Hernia inguinal itu sendiri terbagi menjadi Indirek/ lateralis, hernia ini
terjadi melalui cincin inguinalis dan melewati korda spermatikus melalui kanalis
inguinalis. Ini umumnya terjadi pada pria dibanding wanita. Umumnya pasien
mengeluh adanya benjolan pada selangkangan dan bisa mengecil atau menghilang saat
tidur.
2. Direk/ medialis: Hernia ini melewati dinding abdomen di area kelemahan otot. Hernia
ini disebut direk karena langsung menuju anulus inguinalis eksterna sehingga meskipun
annulus inguinalis interna ditekan bila pasien berdiri atau mengejan tetap akan timbul
benjolan.
3. Femoral: Hernia femoralis terjadi melalui cincin femoral dan lebih umum terjadi pada
wanita dari pada pria. Ini mulai sebagai penyumbatan lemak di kanalis femoralis yang
membesar dan secara bertahap menarik peritonium dan hampir tidak dapat dihindari
kandung kemih masuk kedalam kantung.
4. Umbilikal: Hernia umbilikalis pada orang dewasa lebih umum pada wanita dan
karena peningkatan tekanan abdominal Ini biasanya terjadi pada klien gemuk atau
wanita multipara.
5. Insisional: Batang usus atau organ lain menonjol melalui jaringan parut lemah.
b. Berdasarkan terjadinya hernia terbagi menjadi:
1. Hernia bawaan/ konginetal: Hernia bawaan bisa terjadi sejak bayi lahir akibat prosesus
vaginalis yang tidak menutup sempurna saat bayi dalam kandungan
2. Hernia dapatan/ akuisita: Merupakan hernia yang timbul akibat faktor pemicu.
c. Berdasarkan sifatnya terbagi menjadi:
1. Hernia reponibel/ reducible: Yaitu bila isi hernia bisa keluar dan masuk. Usus keluar
jika berdiri atau mengejan dan masuk lagi jika berbaring atau didorong masuk, tidak ada
keluhan nyeri ataupun gejala obstruksi usus.
2. Hernia ireponibel: Yaitu bila isi kantong hernia tidak dapat dikembalikan ke dalam
rongga. Ini biasanya terjadi karena perlengketan isi kantong pada peritonium kantung
hernia. Hernia ini juga disebut hernia akreta.
3. Hernia strangulate: Yaitu bila isi hernia terjepit oleh cincin hernia. Hernia inkarserata
berarti isi kantong terperangkap dan tidak dapat kembali ke dalam rongga perut disertai
akibatnya berupa gangguan vaskularisasi. Hernia strangulata mengakibatkan nekrosis
dari isi abdomen di dalamnya karena tidak mendapat darah akibat pembuluh darah
terjepit.
3. KONSEP HERNIA INGUINALIS
Hernia inguinalis indirek disebut juga hernia inguinalis lateralis yaitu hernia yang keluar
dari rongga peritonium melalui anulus inguinalis internus yang terletak lateral dari pembuluh
epigastrika inferior, kemudian hernia masuk ke dalam kanalis inguinalis (Nieuwenhuizen et
al, 2011).
4. PATHWAY HERNIA
5. FAKTOR RISIKO
Hernia inguinalis dapat terjadi karena anomaly congenital atau karena sebab yang
didapat. Faktor yang dipandang berperan kausal adalah adanya prosesus vaginalis yang
terbuka, peninggian tekanan di dalam rongga perut, kelemahan otot dinding perut karena
usia (SITI, ANDRI, & SUTRIS, 2017).
Dalam penelitian Alfieri et al (2011) menyebutkan faktor predisposisi penyebab hernia
seperti: tekanan intra abdomen yang meningkat, Pekerjaan mengangkat benda-benda berat,
batuk kronik, gangguan BAB (struktur anus, feses keras) menyebabkan mengejan keras,
gangguan BAK (BPH, veskolitiasis), riwayat sering melahirkan: hernia femoralis.
Keadaan yang dapat menyebabkan peningkatan intraabdominal adalah kehamilan,
obesitas, peningkatan berat badan, dan tumor. Selain itu, batuk kronis, pekerjaan
mengangkat benda berat, mengejan pada saat defekasi, dan mengejan pada saat miksi,
misalnya hipertrofi prostat dapat pula meningkatkan tekanan intra abdomen yang bisa
menyebabkan hernia (Nieuwenhuizen et al, 2011).
6. KLASIFIKASI HERNIA INGUINALIS
a. Hernia Inguinalis Direk (Medialis): Hernia inguinalis direk terjadi sekitar 15% dari
semua hernia inguinalis. Kantong hernia inguinalis direk menonjol langsung ke
anterior melalui dinding posterior kanalis inguinais medial terhadap arteria, dan vena
epigastrika inferior, karena adanya tendo conjunctivus (tendo gabungan insersio
musculus obliquus internus abdominis dan musculus transversus abdominis) yang kuat,
hernia ini biasanya hanya merupakan penonjolan biasa, oleh karena itu leher kantong
hernia lebar. Hernia inguinalis direk jarang pada perempuan, dan sebagian besar
bersifat bilateral. Hernia ini merupakan penyakit pada laki - laki tua dengan kelemahan
otot dinding abdomen (Bringman et al, 2010)
b. Hernia Inguinalis Indirek (Lateralis)
Hernia inguinalis indirek disebut juga hernia inguinalis lateralis, karena keluar dari
rongga peritoneum melalui annulus inguinalis internus yang terletak lateral dari
pembuluh epigastrika inferior, kemudian hernia masuk kedalam kanalis inguinalis, dan
jika cukup panjang, menonjol keluar dari annulus inguinalis ekternus. Apabila hernia
inguinalis lateralis berlanjut, tonjolan akan sampai ke skrotum, ini disebut hernia
skrotalis. Kantong hernia berada dalam muskulus kremaster terletak anteromedial
terhadap vas deferen dan struktur lain dalam funikulus spermatikus (Ohene-Yeboah &
Abantanga, 2011).

Gambar 2. Perbedaan Hernia Direct dan Indirect


7. GEJALA DAN TANDA KLINIS
Menurut Muysoms et al (2015) gejala klinis hernia banyak ditentukan oleh keadaan isi
hernia. Gejala yang muncul biasanya berupa adanya benjolan di lipat paha yang muncul pada
waktu berdiri, batuk, bersin, atau mengedan dan menghilang setelah berbaring. Keluhan nyeri
jarang dijumpai kalau ada biasanya dirasakan di daerah epigastrium atau periumbilikal berupa
nyeri visceral karena regangan pada mesenterium sewaktu satu segmen usus halus masuk ke
dalam kantong hernia. Hernia inguinalis lateralis (indirect) terjadi sekitar 60% dari kasus
hernia inguinalis biasanya biasanya ada pada sisi kanan, 30% pada sisi kiri dan 10% bilateral.
Tanda klinis pada pemeriksaan fisik bergantung pada isi hernia. Pada saat inspeksi, pasien
diminta mengedan maka akan terlihat benjolan pada lipat paha, bahkan benjolan bisa saja
sudah nampak meskipun pasien tidak mengedan. Pada saat melakukan palpasi teraba benjolan
yang kenyal, mungkin isinya berupa usus, omentum atau ovarium, juga dapat ditentukan
apakah hernia tersebut dapat didorong masuk dengan jari/direposisi. Sewaktu auskultasi dapat
terdengar bising usus dengan menggunakan stetoskop pada isi hernia yang berupa usus (Alfieri
et al, 2011; Sesa & Efendi, 2016).
8. DIAGNOSIS
a. Anamnesa: Timbul benjolan di lipat paha yang hilang timbul
Penonjolan dapat timbul bila tekanan intra abdomen naik
Benjolan dapat hilang jika pasien tiduran atau dimasukkan dengan tangan (manual)
Nyeri
b. Pemeriksaan fisik: Benjolan pada lipat paha atau scrotum dengan batas atas tidak jelas,
bising usus (+), transiluminasi (-)
c. Pemeriksaan penunjang: Rontgen foto abdomen
9. PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan dari hernia menurut Bringman et al (2010) dan Ohene-Yeboah &
Abantanga (2011) dengan tindakan sebagai berikut:
a. Konservatif: Pengobatan konservatif terbatas pada tindakan melakukan reposisi dan
pemakaian penyangga yaitu untuk mempertahankan isi hernia yang telah di reposisi
(pengembalian kembali organ pada posisi normal). Reposisi ini tidak dilakukan pada
hernia stranggulata, pemakaian bantalan penyangga hanya bertujuan menahan hernia
yang telah direposisi dan tidak pernah menyembuhkan sehingga harus dipakai seumur
hidup. Sebaiknya cara ini tidak dilanjutkan karena mempunyai komplikasi antara lain
merusak kulit dan tonus otot dinding di didaerah yang tertekan sedangkan strangulasi
tetap mengancam.
b. Definitif: Tindakan definitif yaitu dengan jalan operasi.cara yang paling efektif
mengatasi hernia adalah pembadahan.untuk mengembalikan lagi organ dan menutup
lubang hernia agar tidak terjadi lagi. Ada dua prinsip pembedaahan yaitu:
1. Hernioraphy: Hernioraphy merupakan tindakan menjepit kantung hernia.
2. Herniotomi: Pada HerniotomI di lakukan pembedahan kantong hernia sampai
lehernya,kantong di buka dan di isi hernia dibebaskan kalau ada perlengketan
kemudian direposisi kantong hernia dijahit ikat setinggi mungkin kalau di potong.
Penatalaksanaan hermia yang terbaik adalah operasi dengan jalan menutup lubang
hernianya.
II. DIAGNOSA YANG DAPAT DITEGAKKAN

1. Cemas berhubungan dengan prosedur pra operasi dan post operasi


2. Defisiensi pengetahuan berhubungan dengan kurang terpaparnya informasi.
3. Nyeri akut berhubungan dengan luka operasi
4. Resiko infeksi dengan faktor risiko luka operasi (post operasi)
DAFTAR PUSTAKA

Alfieri, S., Amid, P. K., Campanelli, G., Izard, G., Kehlet, H., Wijsmuller, A. R., Doglietto, G. B.
(2011). International guidelines for prevention and management of post-operative chronic pain
following inguinal hernia surgery. Hernia, 15(3), 239–249. https://doi.org/10.1007/s10029-011-
0798-9
Docterman dan Bullechek. Nursing Invention Classifications (NIC), Edition 4, United States Of
America: Mosby Elseveir Acadamic Press, 2004.
Maas, Morhead, Jhonson dan Swanson. Nursing Out Comes (NOC), United States Of America: Mosby
Elseveir Acadamic Press, 2004.
Muysoms, F. E., Antoniou, S. A., Bury, K., Campanelli, G., Conze, J., Cuccurullo, D., Berrevoet, F.
(2015). European Hernia Society guidelines on the closure of abdominal wall incisions. Hernia,
19(1), 1–24. https://doi.org/10.1007/s10029-014-1342-5
Nieuwenhuizen, J., van Ramshorst, G. H., ten Brinke, J. G., de Wit, T., van der Harst, E., Hop, W. C.
J., … Lange, J. F. (2011). The use of mesh in acute hernia: frequency and outcome in 99 cases.
Hernia, 15(3), 297–300. https://doi.org/10.1007/s10029-010-0779-4
North American Nursing Diagnosis Association. 2015. Nursing Diagnoses: Definition & Classification
2015-2017. Philadelphia:Wiley Blackwell.
Ohene-Yeboah, M., & Abantanga, F. A. (2011). Inguinal hernia disease in Africa: a common but
neglected surgical condition. West African Journal of Medicine, 30(2), 77–83.
Sesa, I. M., & Efendi, A. A. (2016). KARAKTERISTIK PENDERITA HERNIA INGUINALIS YANG
DIRAWAT INAP DI RUMAH SAKIT UMUM ANUTAPURA PALU TAHUN 2012. Healthy
Tadulako, 1(1).
SITI, A., ANDRI, H., & SUTRIS, W. (2017). FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN
KEJADIAN PENYAKIT HERNIA INGUINAL PADA LAKI-LAKI DI RUMAH SAKIT
UMUM Dr. SOEDARSO PONTIANAK. UM PONTIANAK.
NO DIAGNOSA NOC NIC
1 Ansietas Anxiety Level Anxiety Reduction
Setelah dilakukan tindakan keperawatan minimal Aktivitas :
1x30 menit klien menunjukkan penurunan tingkat a. Gunakan pendekatan yang tenang dan meyakinkan
ansietas yang ditandai dengan indikator : b. Jelaskan seluruh prosedur termasuk sensasi yang
No Indikator Target dapat dialami selama prosedur
1 Ungkapan verbal 4 c. Dukung keluarga untuk menemani klien
2 Peningkatan pernapasan 4 d. Identifikasi perubahan tingkat cemas
3 Peningkatan nadi 4 e. Bantu klien mengidentifikasi situasi yang menjadi
4 Tangan gemetaran 4 faktor presipitasi cemas
Keterangan : f. Instruksikan klien menggunakan teknik relaksasi
1. Buruk g. Kaji tanda kecemsan verbal dan non verbal
2. Substansial
3. Sedang
4. Ringan
5. Tidak ada
Anxiety Self Control
Setelah dilakukan tindakan keperawatan minimal
1x30 menit klien menunjukkan aksi personal untuk
mengontrol kecemasan yang ditandai dengan
indikator :
No Indikator Target
1 Menggunakan teknik relaksasi 4
1. tidak dilakukan sama sekali
2. jarang dilakukan
3. kadang dilakukan
4. sering dilakukan
5. selalu dilakukan
Pre-Procedure Readiness
Setelah dilakukan tindakan keperawatan minimal
1x30 menit klien menunjukkan kesiapan terhadap
keamanan prosedur dengan sedasi yang ditandai
dengan indikator :
No Indikator Target
1 Pengetahuan mengenai prosedur 5
2 Persiapan status bowel 5
3 Persiapan status hidrasi 5
4 Patrisipasi dalam checklist 3
sebelum prosedur
Keterangan :
1. Tidak asdekuat
2. Sedikit adekuat
3. Cukup adekuat
4. Subtansial adkuat
5. Adekuat penuh
2 Kurang pengetahuan Pengetahuan : Proses Penyakit Pembelajaran Proses Penyakit:
Kriteria Hasil : 1. Kaji tingkat pengetahuan klien tentang penyakit
Setelah dilakukan tindakan keperawatan 3x24 jam 2. Jelaskan tanda dan gejala penyakit
klien menunjukkan tingkat pengetahuan yang 3. Jelaskan proses penyakit 4. Identifikasi penyebab
ditandai dengan indikator : penyakit
1.Mengenal nama penyakit 5. Berikan informasi tentang kondisi klien
2.Deskripsi proses penyakit 6. Berikan informasi tentang hasil pemeriksaan
3.Deskripsi faktor penyebab laboratorium
4.Deskripsi tanda dan gejala 7. Diskusikan perubahan gaya hidup untuk mencegah
5. Deskripsi cara komplikasi
meminimalkan perkembangan penyakit
6.Deskripsi komplikasi penyakit
7.Deskripsi tindakan pencegahan terhadap
komplikasi
Skala Penilaian :
1.Tidak ada
2.Sedikit
3.Sedang
4.Luas
5.Lengkap
3 Nyeri akut Pain Level Pain Management
Setelah dilakukan tindakan keperawatan 2x24 jam a. Kaji tingkat nyeri,meliputi : lokasi,karakteristik,dan
klien menunjukkan tingkat nyeri berkurang yang onset,durasi,frekuensi,kualitas, intensitas/beratnya
ditandai dengan indikator : nyeri, faktor-faktor presipitasi
No Indikator Target b.Kontrol faktor-faktor lingkungan yang dapat
1 Frekuensi nyeri 5 mempengaruhi respon pasien terhadap
2 Ekspresi akibat nyeri 5 ketidaknyamanan
Pain Control c. Berikan informasi tentang nyeri
Setelah dilakukan tindakan keperawatan minimal d.Ajarkan teknik relaksasi
3x24 jam klien menunjukkan kontrol terhadap nyeri e. Tingkatkan tidur/istirahat yang cukup
yang ditandai dengan indikator : f. Turunkan dan hilangkan faktor yang dapat
No Indikator Target meningkatkan nyeri
1 Mengenal faktor penyebab 3 g.Lakukan teknik variasi untuk mengurangi nyeri
2 Mengenal reaksi serangan nyeri 4 Analgetic Administration
3 Mengenali gejala nyeri 4 a. Tentukan lokasi, karakteristik, kualitas, dan derajat
4 Melaporkan nyeri terkontrol 4 nyeri sebelum pemberian obat
Keterangan : b.Monitor vital sign sebelum dan sesudah pemberian
1. tidak dilakukan sama sekali analgetik
2. jarang dilakukan c. Berikan analgetik yang tepat sesuai dengan resep
3. kadang dilakukan d.Catat reaksi analgetik dan efek buruk yang
4. sering dilakukan ditimbulkan
5. selalu dilakukan e. Cek instruksi dokter tentang jenis obat,dosis,dan
frekuensi
4 Resiko infeksi Risk Control : Infectious Process Infection Control : Intra Operative
Setelah dilakukan tindakan keperawatan 1x24 jam Aktivitas :
klien menunjukkan aksi personal untuk mengontrol a. Monitor dan pertahankan suhu ruangan 20-24 derjat
resiko infeksi yang ditandai dengan indikator : celcius
No Indikator Target b. Monitor dan pertahankan kelembaban relative
1 Mempertahankan lingkungan 3 antara 40-60
yang bersih c. Verifikasi pemberian antibiotic
2 Menggunakan universal 3 d. Gunakan universal precaution
precaution e. Monitor isolation precaution
3 Mempraktekan cuci tangan 3 f. Pastikan anggota tim operasi menggunakan
perlengkapan yang tepat
4 Monitor faktor lingkungan yang 3 g. Verifikasi integritas pengemasan sterilisasi
berhubungan dengan resiko h. Buka peralatan steril dengan mempertahankan
infeksi teknik aseptic
5 Mengembangkan strategi yang 3 i. Pisahkan peralatan steril dengan non steril
efektif untuk mengontrol infeksi j. Scrub, gown, dan gunakan sarung tangan sterile
Keterangan : untuk setiap protocol
Keterangan : k. Pertahankan integritas kateter dan IV line
1 : tidak ditunjukkan l. Gunakan cairan antimicrobial pada area operasi
2 : jarang ditunjukkan m. Lacak kultur
3 : kadang-kadang ditunjukkan n. Gunakan dressing bedah yang melindungi
4: sering ditunjukkan o. Bersihkan dan sterilka kembali instrument
5 : terus menerus dtunjukkan

Anda mungkin juga menyukai