Anda di halaman 1dari 48

RESUME BUKU KESEHATAN MASYARAKAT NOTOATMODJO

DISUSUN OLEH:

Asridil Syarli putra

1702011009

PROGRAM STUDI S2 ILMU KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

INSTITUT KESEHATAN HELVETIA

2018
BAB 1

KESEHATAN MASYARAKAT

A. Sekelumit Sejarah Kesehatan Masyarakat

Membicarakan kesehatan masyarakat tidak terlepas dari dua tokoh


metologi Yunani, yakni Asclepius dun Higia. Berdasarkan cerita mitos Yunani
tersebut Asclepius disebutkan sebagaiseorang dokter pertama yang tampan
dan pandai meskipun tidak disebutkan sekolah atau pendidikan yang telah
ditempuhnya, tetapi diceritakan bahwa ia dapat mangobati penyakit dan
bahkan melakukan bedah berdasarkan prosedur prosedur tertentu (surgical
procedure) dengan baik.Higea, seorang asistennya, yang kemudian diceritakan
sebagai istrinya, juga telahmelakukan upaya-upaya kesehatan. Beda antara
Asclepius dengan Higeia dalam pendekatan/ penanganan tnasalah kesehatan
sebagai berikut:

1. Asclopus melakukan pendekatan (pengobatan penyakit) setelah


penyakit tersebut terjadi pada seseorang.

2. Higeia mengajarkan kepada pengikutnya dalam pendekatan masalah


kesehatan malalui „hidup seimbang‟, yaitu menghindari
makanan/minuman beracun, makan makanan yang bergizi (baik),
cukup istirahat, dan melakukanolahraga. Apabila orang sudah jatuli
sakit, Higeia lebih menganjurkan melakukan upaya-upaya secara
alamiah untuk menyembuhkan penyakitnya tersebut, antara lain lebih
baik dengan memperkuat tubuhnya dengan makanan yang baik,
daripada dengan pengobatan/ pembedahan.

Dalam perkembangan selanjutnya, seolah-olah timbul garis pemisah


antara kedua kelompok profesi, yakni pelayanan kesehatan kuratif (curative
health care), dan pelayanan pencegahan atau preventif (preventive health
care). Kedua kelompok ini dapat dilihat perbedaan pendekatan yang
dilakukan antara lain sebagai berikut.
Pertama, pendekatan kuratif pada umumnya dilakukan terhadap
sasaran secara individual,kontak terhadap sasaran (pasien) pada umumnya
hanya sekali saja. Jarak antara petugaskesehatan (dokter, drg, dan
sebagainya) dengan pasien atau sasaran-cenderung jauh. Sedangkan
pendekatan preventif, sasaran atau pasien adalah masyarakat (bukan
perorangan) masalah-masalah yang ditangani pada umumnya juga masalah-
masalah yang menjadi masalah masyarakat, bukan masalah individu.
Hubungan antara petugas kesehatan dengan masyarakat(sasaran) lebih
bersifat kemitraan, tidak seperti antara dokter-pasien.

Kedua, pendekatan kuratif cenderung bersifat-reaktif artinya


kelompok ini pada umumnya hanya menunggu masalah datang. Seperti
dokter yang menunggu pasien datang di Puskesmas atau tempat praktik.
Kalau tidak ada pasien datang, berarti tidak ada masalah maka selesai lah
tugas mereka bahwa masalah kesehatan adalah adanya penyakit. Sedangkan
kelompok preventiflebih menggunakan pendekatan proaktif, artinya tidak
menunggu adanya masalah, tetapi mencarimasalah. Petugas kesehatan
masyarakat tidak hanya menunggu pasien datang di kantor atau ditempat
praktik mereka, tetapi harus turun ke masyarakat mencari dan
mengidentifikasi masalahyang ada di masyarakat, dan melakukan tindakan.

Ketiga, pendekatan kuratif cenderung melihat dan menangani klien


atau pasien lebihkepada sistem biologis manusia atau pasien hanya dilihat
secara partial, padahal manusia terdiri dari kesehatan bio-psikologis dan
sosial, yang terlihat antara aspek satu dengan yang lainnya. Sedangkan
pendekatan preventif melihat klien sebagai makhluk yang utuh, dengan
pendekatanyang holistik. Terjadinya penyakit tidak semata-mata karena
terganggunya sistem biologi, individual, tetapi dalam konteks yang luas,
aspek biologis, psikologis dan sosial. Dengan demikian pendekatannya pun
tidak individual dan partial, tetapi harus secara menyeluruh atau holistik.
B. PerkembanganKesehatan Masyarakat

Sejarah panjang perkembangan masyarakat, tidak hanya dimulai pada


munculnya ilmu pengetahuan saja, melainkan sudah dimulai sebelum
berkembangnya ilmu pengetahuan modern. Oleh sebab itu, akan sedikit
diuraikan perkembangan kesehatan masyarakat sebelum perkembangan ilmu
pengetahuan (prescientific period) dan sesudah ilmu pengetahuan itu
berkembang (scientific period).

a. Periode Sebelum Ilmu PengetahuanDari kebudayaan yang paling luas


yakni Babylonia, Mesir, Yunani, dan Roma telah tercatat bahwa
manusia telah melakukan usaha untuk penanggulangan masalah-
masalah kesehatanmasyarakat dan penyakit. Telah ditemukan pula
bahwa pada zaman tersebut terdapat dokumen-dokumen tertulis,
bahkan peraturan-peraturan tertulis yang mengatur tentang
pembuangan airlimbah atau drainase pemukiman pembangunan kota,
pengaturan air minum, dan sebagainya. Dari catatan-catatan tersebut
dapat dilihat bahwa masalah kesehatan masyarakat khususnya
penyebaran penyakit menular sudah begitu meluas dan dahsyat.
Namun, upaya pemecahanmasalah kesehatan masyarakat secara
menyeluruh belum dilakukan pada zaman itu.

b. Periode Ilmu PengetahuanBangkitnya ilmu pengetahuan pada akhir


abad ke-18 dan awal abad ke-19 mempunyaidampak yang luas
terhadap segala aspek kehidupan mansuia, termasuk kesehatan. Di
sampingitu, pada abad ilmu pengetahuan ini juga mulai ditemukan
berbagai macam penyebab penyakitdan vaksin sebagai pencegah
penyakit. Pada akhir abad ke-19 dan awal abad ke-20 mulai
dikembangkan pendidikan untuk tenagakesehatan yang profesional.
Pada tahun 1893 John Hopkins, seorang pedagang wiski dariBaltimore
Amerika mempelopori berdirinya universitas, dan di dalamnya
terdapat sekolah(fakultas) kedokteran. Mulai tahun 1908 sekolah
kedokteran mulai menyebar ke Eropa, Canada, dan sebagainya. Dari
kurikulum sekolah-sekolah kedokteran tersebut terlihat bahwa
kesehatanmasyarakat sudah diperhatikan Mulai tahun kedua para
mahasiswa sudah mulai melakukankegiatan penerapan ilmu di
masyarakat. Pengembagan kurikulum sekolah kedokteran
sudahdidasarkan pada to adumsi bahwa penyakit dan kesehatan itu
merupakan basil interaksi yangdinamis antara faktor genetik,
lingkungan fisik, lingkungan sosial (termasuk kondisi kerja), kebiasaan
perorangan dan pelayanan kedokteran/kesehatan. Dari segi pelayanan
kesehatan masyarakat, pada tahun 1855 pemerintah Amerika
membentuk Departemen Kesehatan yang pertama kali. Fungsi
departemen ini adalahmenyelenggrakan pelayanan kesehatan bagi
penduduk (public), termasuk perbaikan dan pengawasan sanitasi
lingkungan.

C. Kesehatan Masyarakat di Indonesia

Sejarah perkembangan kesehatan masyarakat di Indonesia dimulai


sejak pemerintahanBelanda abad ke-16. Kesehatan masyarakat di Indonesia
pada waktu itu dimulai dengan adanyaupaya pemberantasan cacar dan kolera
sangat ditakuti masyarakat pada waktu itu. Kolera masukdi Indonesia tahun
1927 dan tahun 1937, terjadi wabah kolera eltor di Indonesia, kemudian
padatahun 1948 cacar masuk ke Indonesia. Melalui Singapura dan mulai
berkembang di Indonesia.Sehingga berasal dari wabah kolera tersebut maka
pemerintah Belanda pada waktu itumelakukan upaya-upaya kesehatan
masyarakat. Namun demikian di bidang kesehatan masyarakat yang lain, pada
tahun 1807 pada waktu pemerintahan Gubernur Jenderal Daendels, dilakukan
pelatihan dukun banyi dalam praktik persalinan. Upaya ini dilakukan dalam
rangka penurunan angka kematian bayi yang tinggi padawaktu itu. Akan tetapi
upaya ini tidak berlangsung lama, karena langkanya tenaga pelatihkebinanan,
kemudian baru pada tahun 1930 dimulai lagi dengan didafaftarnya para dukun
bayisebagai penolong dan perawatan persalinan. Selanjutnya baru pada tahun
1952 pada zaman kemerdekaan pelatihan secara cermat dukun bayi tersebut
dilaksanakan lagi. Pada tahun 1922 pes masuk Indonesia dan pada tahun ,
1934, dan 1935 terjadi epidemi di beberapa tempat, tama di pulau Jawa.
Kemudian mulai tahun 1935 dilakukan ram pemberantasan pes ini, dengan
melakukan penyemtan DDT terhadap rumah-rumah penduduk dan juga
inasimassal.

Tercatat sampai pada tahun 1941, 15.000.000 Wang telah memperoleh


suntikan vaksinasi. Pada tahun 1925 Kydrich seorang petugas kesehatan
pemerintah Belanda melakukan pengamatan terhadap masalah tingginya
angka kematian dan kesakitan di Banyumas-Purwokerto pada waktu. Dari
hasil pengamatan dan analisisnya ia menyimpulkan bahwa penyebab
tingginyaangka kematian dan kesakitan itu adalah karena jeleknya kondisi
sanitasi lingkungan. Masyarakat pada waktu itu membuang kotorannya di
sembarang tempat, seperti di kebun, di kali,di selokan, bahkan di pinggir jalan,
padahal mereka mengambil air minum juga dari kali.Selanjutnya ia
berkesimpulan bahwa kondisi sanitasi lingkungan ini disebabkan karena
perilaku penduduk.
BAB 2

EPIDEMIOLOGI

A. Pengertian dan Peranan Epidemiologi

Pada mulanya epidemiologi diartikan sebagai studi tentang epidemi.


Hal ini berarti epidemiologi hanya mempelajari penyakit-penyakit menular
saja, tetapi dalam perkembangan selanjutnya epidemiologi juga mempelajari
penyakit-penyakit non-infeksi, sehingga epidemiologi dapat diartikan sebagai
studi tentang penyebaran penyakit pada manusia di dalam konteks
lingkungannya. Mencakup juga studi tentang pola-pola penyakit serta
pencarian determinan-determinan penyakit tersebut. Dapat disimpulkan bahwa
epidemiologi adalah ilmu yang mempelajari penyakit tersebut.

Dalam batasan epidemiologi ini sekurang-kurangnya mencakup 3


elemen, yakni:

a. Mencakup semua penyakit

Epidemiologi mempelajari semua penyakit, baik penyakit infeksi


maupun non-infeksi, seperti kanker, penyakit kekurangan gizi
(malnutrition), kecelaan lalu lintas maupun kecelakaan kerja; sakit jiwa
dan sebagainya. Bahkan di negara-negara maju epidemiologi ini
mencakup juga kegiatan pelayanan kesehatan.

b. Populasi

Apabila kedokteran klinik berorientasi pada gambarangambaran


penyakit individu, maka epidemiologi ini memusatkan perhatiannya pada
distribusi penyakit pada populasi (masyarakat) atau kelompok.

c. Pendekatan ekologi
Frekuensi dan distribusi penyakit dikaji dari latar belakang pada
kesehatan lingkungan manusia baik lingkungan fisik, biologis, maupun
sosial. Hal inilah yang dimaksud pendekatan ekologis. Terjadinya penyakit
pada seseorang dikaji dari manusia dan total lingkungannya.

1. Penyebaran Penyakit

Di dalam epidemiologi biasanya timbul pertanyaan yang perlu


direnungkan, yakni:

1) Siapa (who). Siapakah yang menjadi sasaran penyebaran penyakit


itu atau orang yang terkena penyakit.

2) Di mana (where). Di mana penyebaran atau terjadinya penyakit.

3) Kapan (when). Kapan penyebaran atau terjadinya penyakit


tersebut.

Dengan kata lain terjadinya atau penyebaran suatu penyakit ditentukan


oleh 3 faktor utama, yakni: orang, tempest dan waktu.

2. Kegunaan

Peranan epidemiologi, khususnya dalam konteks program


kesehatan dan keluarga berencana adalah sebagai tool (alat) dan sebagai
metode atau pendekatan. Epidemiologi sebagai alat diartikan bahwa dalam
melihat suatu masalah KB-Kes selalu mempertanyan siapa yang terkena
masalah, di mana dan bagaimana penyebaran masalah, serta kapan
penyebaran masalah tersebut terjadi? Demikian pula pendekatan
pemecahan masalah tersebut selalu dikaitkan dengan masalah, di mana
atau dalam lingkungan bagaimana penyebaran masalah serta bilamana
masalah tersebut terjadi. Kegunaan lain dari epidemiologi khususnya
dalam program kesehatan adalah dapat digunakan dalam perhitungan-
perhitungan: prevalensi, kasus baru, case fatality rate, dan sebagainya.

B. Metode-metode Epidemiologi
Di dalam epidemiologi terdapat 2 tipe pokok pendekatan atom metode,
yakni:

1. Epidemiologi Deskritif (Descriptive Epidemiology)

Di dalam epidemiologi deskriptif dipelajari bagaimana frekuensi


penyakit berubah menurut perubahan variable-variable epidemiologi yang
terdiri dari orang (person), tempat (place), dan waktu (time).

1) Orang (Person)

Di sini akan dibicarakan peranan umur, jenis kelamin, kolas


sosial, pekerjaan, golongan etnik, status perkawinan, besarnya
keluarga, struktur keluarga, dan paritas.

a) Umur

Umur adalah variable yang selalu diperhatikan di dalam


penyelidikan-penyelidikan epidemiologi. Angka-angka
kesakitan maupun kematian di dalam hampir semua keadaan
menunjukkan hubungan dengan umur.

b) Jenis kelamin

Angka-angka dari luar negeri menunjukkan bahwa angka


kesakitan lebih tinggi di kalangan wanita sedangkan angka
kematian lebih tinggi di kalangan pria pada semua golongan
umur. Untuk Indonesia masih perlu dipelajari lebih lanjut.
Perbedaan angka kematian ini, dapat disebabkan oleh faktor-
faktor intrinsik.

c) Kelas social

Kelas sosial adalah variabel yang sering dilihat hubungannya


dengan angka kesakitan atau kematian, variabel ini
menggambarkan tingkat kehidupan seseorang. Kelas sosial ini
ditentukan oleh unsur-unsur, seperti pendidikan, pekerjaan,
penghasilan, dan banyak contoh ditentukan pula tempat tinggal.
Karena hal-hal ini dapat mempengaruhi berbagai aspek
kehidupan termasuk pemeliharaan kesehatan maka tidaklah
mengherankan apabila kita melihat perbedaan-perbedaan dalam
angka kesakitan atau kematian antara berbagai kelas sosial.

d) Jenis pekerjaan

Jenis pekerjaan dapat berperan di dalam timbulnya penyakit


melalui beberapa jalan, yakni:

a. adanya faktor-faktor lingkungan yang langsung dapat


menimbulkan kesakitan seperti bahan-bahan kimia, gas
beracun, radiasi, benda-benda fisik yang dapat
menimbulkan kecelakaan, dan sebagainya.

b. situasi pekerjaan yang penuh dengan stres (yang telah


dikenal sebagai faktor yang berperan pada timbulnya
hipertensi, dan ulcus lambung).

c. ada tidaknya „gerak badan' di dalam pekerjaan; di Amerika


Serikat ditunjukkan bahwa penyakit jantung koroner
sering ditemukan di kalangan mereka yang mempunyai
pekerjaan di mana kurang adanya gerak badan.

d. karena berkerumum, dalam satu tempat yang relatif sempit


maka dapat terjadi proses penalaran penyakit antara para
pekerja.

e. penyakit, karena cacing tambang telah lama diketahui


'terkait pengan pekerjaan di tambang.

Penelitian mengenai hubungan jenis pekerjaan dan pola


kesakitan banyak dikerjakan Indonesia terutama pola penyakit
kronis, misalnya penyakit jantung, tekanan darah tinggi, dan
kanker.

e) Penghasilan
Yang sering dilakukan ialah menilai hubungan antara
tingkat penghasilan dengan pemanfaatan pelayanan kesehatan
maupun pencegahan. Seseorang kurang memanfaatkan
pelayanan kesehatan yang ada mungkin oleh karena tidak
mempunyai cukup uang untuk membeli obat, membayar
transpor, dan sebagainya.

f) Golongan etnik

Berbagai golongan etnik dapat berbeda di dalam


kebiasaan makan, susunan genetika, gaya hidup, dan
sebagainya yang dapat mengakibatkan perbedaan di dalam
angka kesakitan atau kematian.

g) Status perkawinan

Dari penelitian telah ditunjukkan bahwa terdapat


hubungan antara angka kesakitan maupun kematian dengan
status kawin tidak kawin, cerai, dan jada; angka kematian
karena penyakit-penyakit tertentu maupun kematian karena
semua sebab makin meninggi dalam urutan tertentu.

h) Besarnya keluarga

Di dalam keluarga besar dan miskin, anak-anak dapat


menderita karena penghasilan keluarga harus digunakan oleh
banyak orang.

i) Struktur keluarga

Struktur keluarga dapat mempunyai pengaruh terhadap


kesakitan (penyakit menular dan gangguan gizi) dan
pemanfaatan pelayanan kesehatan. Suatu keluarga besar karena
besarnya tanggungan secara relatif mungkin harus tinggal
berdesak-desakan di dalam rumah yang luasnya terbatas hingga
memudahkan penularan penyakit menular di kalangan anggota-
anggotanya karena persediaan harus digunakan untuk anggota
keluarga yang besar maka mungkin pula tidak dapat membeli
cukup makanan yang bernilai gizi cukup atau tidak dapat
memanfaatkan fasilitas kesehatan yang tersedia; dan
sebagainya.

j) Paritas

Tingkat paritas telah menarik perhatian para peneliti


dalam hubungan kesehatan si ibu maupun si anak. Dikatakan
umpamanya terdapat kecenderungan kesehatan ibu yang
berparitas rendah lebih baik dari yang berparitas tinggi,
terdapat asosiasi antara tingkat paritas dan penyakit penyakit
tertentu, seperti asma bronchiole, ulkus peptikum, pilorik,
stenosis, dan seterusnya. Tetapi kesemuanya masih
memerlukan penelitian lebih lanjut.

2) Tempat (Place)

Pengetahuan mengenai distribusi geografis dari suatu


penyakit berguna untuk perencanaan pelayanan kesehatan dan
dapat memberikan penjelasan mengenai etiologi penyakit.
Pentingnya peranan tempat di dalam mempelajari etiologi suatu
penyakit menular dapat digambarkan dengan jelas pada
penyelidikan suatu wabah, yang akan diuraikan nanti.

Migrasi antardesa tentunya dapat pula membawa akibat


terhadap pola dan penyebaran penyakit menular di desa-desa yang
bersangkutan maupun desa-desa di sekitarnya. Peranan migrasi
atau mobilitas geografis di dalam mengubah pola penyakit di
berbagai daerah menjadi lebih penting dengan makin lancarnya
perhubungan darat, udara, dal laut. Lihatlah umpamanya penyakit
demam berdarah. Walaupun telah diadakan standardisasi
berdasarkan umur dan jenis kelamin, memperbandingkan pola
penyakit antardaerah di Indonesia dengan menggunakan data yang
berasal dari fasilitas-fasilitas kesehatan, harus dilaksanakan dengan
hati-hati, sebab data tersebut belum tentu representatifdan baik
kualitasnya.

3) Waktu (Time)

Mempelajari hubungan antara waktu dan penyakit


merupakan kebutuhan dasar di dalam analisis epidemiologis. Oleh
karena itu, perubahan-perubahan penyakit menurut waktu
menunjukkan adanya perubahan faktor-faktor etiologis. Melihat
panjangnya waktu di mana terjadi perubahan angka kesakitan maka
dibedakan (1) fluktuasi jangka pendek, di mana perubahan angka
kesakitan berlangsung beberapa jam, hari, minggu, dan bulan. (2)
perubahan-perubahan secara siklus di mana perubahan-perubahan
angka kesakitan terjadi secara berulang-ulang dengan antara
beberapa hari, beberapa bulan (musiman), tahunan, beberapa
tahun, dan (3) perubahan-perubahan angka kesakitan yang
berlangsung dalam periode waktu yang panjang, bertahun-tahun
atau puluhan tahun, yang disebut 'secular trends.

a. Fluktuasi jangka pendek

Pola perubahan kesakitan ini terlihat pada epidemi


umpamanya epidemi keracunan makanan (beberapa jam),
epidemi influenza (beberapa hari atau minggu), epidemi cacar
(beberapa bulan).

b. Fluktuasi jangka pendek atau epidemi ini memberikan petunjuk


bahwa:

 Penderit terserang penyakit yang sama dalam waktu


bersamaan atau hampir bersamaan waktu inkkubasi rata-
rata pendek.

 Perubahan secara siklus ini didapatkan pada keadaan di


mana timbulnya dan memuncaknya angka-angka kesakitan
atau kematian terjadi berulang-ulang tiap beberapa bulan,
tiap tahun, atau tiap beberapa tahun. Peristiwa semacam irii
dapat terjadi baik pada penyakit infeksi maupun -pada
penyakit bukan infeksi.

Timbulnya atau memuncaknya angka kesakitan atau


kematian suatu penyakit yang ditularkan melalui vektor secara
siklus ini adalah berhubungan dengan (1) ada tidaknya keadaan
yang memungkinkan transmisi penyakit oleh vektor yang
bersangkutan, yakni apakah termperatur dan kelembaban
memungkinkan transmisi, (2) adanya tempat perkembangbiakan
alami dari vektor sedemikian banyak untuk menjamin adanya
kepadatan vektor yang perlu dalam transmisi. (3) selalu adanya
kerentanan dan atau (4) adanya kegiatan-kegiatan berkala dari
orang-orang yang rentan yang menyebabkan mereka terserang oleh
'vektor bornedisease' tertentu. (5) tetapnya kemampuan agen
infektif untuk menimbulkan penyakit. (6) adanya faktor-faktor lain
yang belum diketahui. Hilangnya atau berubahnya siklus berarti
adanya perubahan dart salah satu atau lebih hal-hal tersebut.

Sebagai salah satu sebab yang disebutkan ialah


berkurangnya penduduk yang kebal (meningkatnya kerentanan)
dengan asumsi faktor-faktor lain tetap. Banyak penyakit yang
belum diketahui etiologinya menunjukkan variasi angka kesakitan
secara bermusim. Tentunya observasi ini dapat membantu di dalam
memulai dicarinya etiologi penyakit-penyakit tersebut dengan
catatan bahwa interpretasinya sulit karena banyak keadaan yang
berperan terhadap timbulnya penyakit pada perubahan musim,
perubahan populasi hewan, perubahan tumbuh-tumbuhan yang
berperan tempat perkembangbiakan. Perubahan dalam susunan
reservoir penyakit, perubahan dalam berbagai aspek perilaku
manusia, seperti yang menyangkut pekerjaan, makanan, rekreasi
dan sebagainya.Sebab-sebab timbulnya dan memuncaknya
beberapa penyakit karena gangguan gizi secara bermusim belum
dapat diterangkan secara jelas.Variasi musiman ini telah dihubung-
hubungkan dengan perubahan secara bermusim dari produksi,
distribusi dan konsumsi dari bahan-bahan makanan yang
mengandung bahan yang dibutuhkan untuk pemeliharaan gizi,
maupun keadaan kesehatan individu-individu terutama dalam
hubungan dengan penyakit infeksi dan sebagainya.

2. Epidemiologi Analitik (Analytic Epidemiology)

Pendekatan atau studi ini dipergunakan untuk menguji data dan


informasi-informasi yang diperoleh studi epidemiologi deskriptif.

Ada tiga studi tentang epidemiologi ini, yaitu:

1) Studi riwayat kasus (case history studies). Dalam studi ini akan
dibandingkan antara dua kelompok orang, yakni kelompok
yang terkena penyakit dengan kelompok orang tidak terkena
(kelompok kontrol).

2) Studi Kohort (kohort studies). Dalam studi ini sekelompok


orang dipaparkan (exposed) pada suatu penyebab penyakit
(agent). Kemudian, diambil sekelompok orang lain yang
mempunyai ciri-ciri yang sama dengan kelompok pertama,
tetapi tidak dipaparkan atau dikenakan pada penyebab
penyakit. Kelompok kedua ini disebut kelompok kontrol.
Setelah beberapa saat yang telah ditentukan kedua kelompok
tersebut dibandingkan, dicari perbedaan antara kedua
kelompok tersebut bermakna atau tidak.

3. Epidemiologi Eksperimen

Studi ini dilakukan dengan mengadakan eksperimen (percobaan)


kepada kelompok subjek, kemudian dibandingkan dengan kelompok
kontrol (yang tidak dikenakan percobaan).
4. Pengukuran Epidemiologi

Di dalam uraian terdahulu telah diuraikan bagian dari epidemiologi


yang bertujuan melihat bagaimana penyebaran kesakitan dan kematian
menurut sifat-sifat orang, tempat dan waktu. Di dalam uraian ini akan
diuraikan berbagai ukuran kesakitan dan kematian yang lazim dipakai
dalam survei atau penyelidikan-penyelidikan epidemiologi. Ukuran dasar
yang akan dibicarakan di sini adalah 'rate'.

Dalam hubungan dengan kesakitan akan dibicarakan insidence


rate, prevalence rate (point period prevalence rate), at-lock rate, dan dalam
hubungan dengan kematian akan dibicarakan crude death rate, disease
specific rate dan adjusted death rate. Sebelum membicarakan masing-
masing tersebut perlu dikemukakan hal-hal sebagai berikut:

1) Untuk penyusunan rate dibutuhkan tiga elemen, yakni (a)


jumlah orang yang terserang penyakit atau yang meninggal,
(b) jumlah penduduk dari mana penderita berasal (reference
population), dan (c) waktu atau periode di mana orang-
orang terserang penyakit.

2) Apabila pembilang terbatas pada umur, seks, atau


golongan. tertentu maka penyebut juga harus terbatas pada
umur, seks, atau golongan yang sama.

3) Bila penyebut terbatas pada mereka yang dapat terserang


atau terjangkit penyakit, maka penyebut tersebut
dinamakan populasi yang mempunyai risiko (population at
risk).

C. Epidemiologi Penyakit-penyakit Menular

1) Konsep Dasar Terjadinya Penyakit

Suatu penyakit timbul akibat dari beroperasinya berbagai faktor


baik dari agen, induk semang atau lingkungan. Pendapat ini tergambar di
dalam istilah yang dikenal luas dewasa ini, penyebab majemuk („multiple
causation of disease') sebagai an dari penyebab tunggal („single
causation‟). Di dalam usaha ara ahli untuk mengumpulkan pengetahuan
mengenai timbulnya penyakit, mereka telah membuat model-model
$timbulnya penyakit dan atas dasar model-model tersebut dilakukanlah
eksperimen terkendali untuk menguji sampai di mana kebenaran dari
model-model tersebut. Tiga model yang dikenal dewasa ini ialah (1)
segitiga epidemiologic (the epidemiologic triangle), (2) jaring-jaring sebab
akibat (the web of causation), dan (3) roda (the wheel).

a. Segitiga Epidemilogi

b. Jaring-jaring sebab akibat

Menurut model ini perubahan dari salah satu faktor akan


mengubah keseimbangan antara mereka, yang berakibat bertambah
atau berkurangnya penyakit yang bersangkutan. Menurut model ini,
suatu penyakit tidak bergantung pada satu sebab yang berdiri sendiri
melaninkan sebagai akibat dari serangkaian proses sebab dan akibat'.
Dengan demikian maka timbulnya penyakit dapat dicegah atau
dihentikan dengan memotong rantai pada berbagai titik.

c. Roda

Model roda hanya memerlukan identifikasi dari berbagai faktor yang


berperan dalam timbulnya penyakit dengan tidak begitu mementingkan
agent. Disini dipentingkan hubungan antara manusia dengan
lingkungan hidupnya. Besarnya peranan dari masing-masing
lingkungan bergantung pada penyakit yang bersangkutan. Sebagai
contoh, peranan lingkungan biologis lebih besar dari yang lainnya pada
penyakit yang penularannya melalui vektor (vector home disease).

2) Penyakit menular

Yang dimaksud dengan penyakit menular adalah penyakit yang


dapat ditularkan (berpiundah dari orang yang satu ke orang yang lain, baik
secara langsung maupun melalui perantara). Penyakit menular ini ditandai
dengan adanya (hadirnya) agent atau penyebab penyakit yang hidup dan
dapat berpindah.Suatu penyakit dapat menular dari orang yang satu kepada
yang lain karena 3 faktor berikut:

a. Agent (penyebab penyakit)

b. Host (induk semang)

c. Route of transmission (jalannya penularan).

Keadaan tersebut dapat dianalogikan seperti perkembangan suatu


tanaman. Agent diumpamakan sebagai biji, host sebagai tanah, dan route
of transmission sebagai iklim

a) Agent-agent infeksi (Penyebab infeksi)

Makhluk hidup sebagai pemegang peranan penting di dalam


epidemiologi yang merupakan penyebab penyakit dapat
dikelompokkan menjadi:

1) Golongan virus, misalnya influenza, trachoma, cacar dan


sebagainya.

2) Golongan riketsia, misalnya: tifus.

3) Golongan bakteri, misalnya disentri.

4) Golongan protozoa, misalnya malaria, filaria, schistosoma, dan


sebagainya.

5) Golongan jamur yakni bermacam-macam panu, kurap, dan


sebagainya.

6) Golongan cacing, yakni bermacam-macam cacing perut seperti


ascaris (cacing gelang), cacing kremi, cacing pita, cacing
tambang, dan sebagainya.

Agar agent atau penyebab penyakit menular ini tetap hidup


(survive), maka perlu persyaratan-persyaratan sebagai berikut:

1) Berkembang baik.
2) Bergerak atau berpindah dari induk semang.

3) Mencapai induk semang baru.

4) Menginfeksi induk semang baru. tersebut.

Kemampuan agent penyakit ini untuk tetap hidup pada


lingkungan manusia adalah suatu faktor penting dalam epidemiologi
infeksi. Setiap bibit penyakit -(penyebab penyakit) mempunyai habitat
sendiri-sendiri, sehingga ia dapat tetap hidup. Dari sini timbul istilah.
reservoir, yang diartikan sebagai berikut 1) Habitat, tempat bibit
penyakit tersebut hidup dan berkembang, 2) Survival, tempat bibit
penyakit tersebut sangat tergantung pada habitat, sehingga dapat tetap
hidup.

I. Reservoir di dalam manusia

Penyakit-penyakit yang mempunyai reservoir dalam tubuh manusia


antara lain, campak (measles), cacar air (small pox), tifus (typhoid),
meningitis, gonoirhoea, dan sifilis Manusia sebagai reservoir dapat
menjadi kasus yang aktif dan carrier.

II. Carrier

Carrier adalah orang yang mempunyai bibit penyakit dalam


tubuhnya, tanpa menunjukkan adanya gejala penyakit, tetapi orang
tersebut dapat menularkan penyakitnya kepada orang lain. Convalescant
Carriers adalah orang masih Mengandung bibit penyakit setelah sembuh
dari suatu penyakit.

III. Reservoir pada binatang

Penyakit-penyakit yang mempunyai reservoir pada binatang


umumnya adalah penyakit zoonosis. Zoonosis adalah penyakit pada
binatang vertabrata yang dapat menular pada manusia. Penularan
penyakit-penyakit pada binatang ini melalui berbagai cara, yakni:
1) Orang makan daging binatang yang menderita penyakit misalnya,
cacing pita.

2) Melalui gigitan binatang sebagai vektornya, misalnya pes melalui


pinjal tikus, malaria, filariasis, demam berdarah melalui gigitan
nyamuk.

3) Binatang penderita penyakit langsung menggigit orang, misalnya


rabies.Benda-benda mati sebagai reservoirPenyakit-penyakit yang
mempunyai reservoir pada benda-benda mati pada dasarnya adalah
saprofit hidup dalam tanah. Pada umumnya bibit penyakit ini
berkembang biak pada lingkungan yang cocok untuknya. Oleh
karena itu, bila terjadi perubahan temperatur atau kelembaban dari
kondisi di mana ia dapat hidup, maka ia berkembang biak dan siap
infektif. Contoh clostradium tetani penyebab tetanus, C. otulinum
penyebab keracunan makanan, dan sebagainya.

b) Sumber infeksi dan penyebaran penyakit

Yang dimaksud sumber infeksi adalah semua benda, termasuk


orang atau binatang yang dapat melewatkan menyebabkan penyakit
pada orang. Sumber penyakit ini mencakup juga reservoir seperti telah
dijelaskan sebelumnya. Macam-macam penularan (mode of
transmission) suatu penyakit bias dengan kontak langsung dengan
penderita, melalui pernapasan, infeksi, penetresi pada kulit dan infeksi
melalui placenta.

c) Faktor induk semang (host)

Terjadinya suatu penyakit (infeksi) pada seseorang ditentukan oleh


faktor-faktor yang ada pada induk semang itu sendiri. Dengan kata lain
penyakit-penyakit dapat terjadi pada seseorang tergantung/ditentukan
oleh kekebalan/ resistensi orang yang bersangkutan.

d) Pencegahan dan penanggulangan penyakit menular


Untuk pencegahan dan penanggulangan ini ada 3 pendekatan atau
cara yang dapat dilakukan:

a. Eliminasi reservoir (sumber penyakit)

Eliminasi reservoir manusia sebagai sumber penyebaran penyakit


dapat dilakukan dengan:

1) Mengisolasi penderita (pasien), yaitu menempatkan pasien di


tempat yang khusus untuk mengurangi kontak dengan orang
lain.

2) Karantina, adalah membatasi ruang gerak penderita dan


menempatkannya bersama-sama penderita lain yang sejenis
pada tempat yang khusus didesain untuk itu. Biasanya dalam
waktu yang lama, misalnya karantina untuk penderita kusta.

b. Memutus mata rantai penularan

Meningkatkan sanitasi lingkungan dan higiene perorangan


merupakan usaha yang penting untuk memutuskan hubungan atau
mata rantai penularan penyakit menular.

c. Melindungi orang-orang (kelompok) yang rentan

Bayi dan anak balita merupakan kelompok usia yang rentan


terhadap penyakit menular. Kelompok usia yang rentan ini perlu
perlindungan khusus (specific protection) dengan imunisasi, balk
imunisasi aktif maupun pasif. Obat-obat prophylacsis tertentu juga
dapat mencegah penyakit malaria, meningitis dan disentri baksilus.

Pada anak usia muda gizi yang kurang akan menyebabkan


kerentanan pada anak tersebut. Oleh sebab itu, meningkatkan gizi
anak merupakan usaha pencegahan penyakit infeksi pada anak.

D. Imunisasi

1) Pengertian
Imunisasi berasal dari kata imun, kebal atau resisten. Anak
diimunisasi, berarti diberikan kekebalan terhadap suatu penyakit
tertentu. Anak kebal atau resisten terhadap suatu penyakit, tetapi belum
tentu kebal terhadap penyakit yang lain.

2) Macam Kekebabalan

Kekebalan terhadap suatu penyakit menular dapat digolongkan


menjadi 2, yakni:

a) ekebalan tidak spesifik (non-spesifik resistance)

Yang dimaksud dengan faktor-faktor non-khusus adalah


pertahanan tubuh pada manusia yang secara alamiah dapat
melindungi badan dari suatu penyakit, misalnya; kulit, air mata,
cairan-cairan khusus yang ke luar dari perut (usus), adanya
reflek-reflek tertentu misalnya batuk, bersin dan sebagainya.

b) Kekebalan spesifik (specipic resistance)

Kekebalan spesifik dapat diperoleh dari dua sumber, yakni:

a) Genetik

Kekebalan yang berasal dari sumber genetik ini biasanya


berhubungan dengan ras (warna kulit) dan kelompok-
kelompok etnis, misalnya orang kulit hitam (Negro)
cenderung lebih resisten terhadap penyakit malaria jenis
vivax.
BAB 3

STATISTIK KESEHATAN

A. Pengertian, Tujuan dan Peranan Statistik

Secara umum arti statistik dibedakan menjadi dua bagian besar yaitu:

Arti sempit:

Merupakan data ringkasan berbentuk angka, misalnya: Jumlah


karyawan BKKBN, jumlah akseptor KB, jumlah peserta KB aktif di
desa/kelurahan, jumlah balita yang ditimbang pada bulan tertentu, jumlah
kelompok penimbangan yang melapor pada bulan tertentu, jumlah
PPKBD/Sub PPKBD, dan lain sebagainya.

Arti luas:

Merupakan ilmu yang mempelajari cara pengumpulan, pengolahan,


penyajian dan analisis data termasuk cara pengambilan kesimpulan dengan
memperhitungkan unsur ketidakpastian berdasarkan konsep propabilitas.

1) Konsep statistic

Merupakan suatu pendekatan modern untuk menyajikan mengenai


konsep-konsep dasar dan metode statistik secara lebih jelas dan
langsung dapat membantu seseorang di dalam pengembangan daya
kritik dalam suatu kegiatan pengambilan keputusan dengan
menggunakan cara-cara kuantitatif. Semua jenis pertanyaan tersebut
membutuhkan suatu keputusan yang baik yang sudah memikirkan
mengenai untung dan ruginya. Di dalam sebagian besar kasus-kasus
pekerjaan yang kita alami sehari-hari, benefit dan cost adalah faktor
utama yang poling diasosiasikan dengan pengambilan suatu keputusan:
Akan tetapi kenyataan yang kita hadapi adalah bahwa suatu keputusan
harus dibuat, walaupun dasar di dalam mengambil keputusan tersebut
adalah sangat lemah, hal ini oleh karena data-data yang diperlukan
juga tidak lengkap.

Oleh karena itu, penggunaan statistik adalah penting sifatnya


dalam rangka membantu memberi bobot dalam mengambil keputusan.
Dengan demikian apakah yang dibutuhkan oleh statistik dalam usaha
untuk membantu mengambil keputusan? Yang dibutuhkan adalah:

Data statistik atau bilangan yang mewakili suatu perhitungan atau


pengukuran suatu objek. Dengan demikian, melalui teori serta
metodologi dari statistik kita dapat membantu dan menentukan
mengenai data yang harus dikompilasikan, bagaimana data tersebut
dikumpulkan, diolah disajikan, dan dianalisis, serta kemudian ditarik
kesimpulan.Statistik menurut definisi dibagi menjadi dua bagian atau
sub-kategori:

1) Descriptive Statistic

Adalah penggunaan statistik untuk tujuan menggambarkan


sesuatu yang spesifik saja, dan tidak memikirkan mengenai
implikasi atau kesimpulan yang mewakili sesuatu yang besar dan
umum. Cara penyajiannya dapat berbentuk grafik dan tabel-tabel.

2) Inferencial Statistic

Adalah suatu cara penggambaran suatu kesimpulan dari


suatu set data yang sedang- diteliti dan hasilnya dapat dibuat suatu
generalisasi.

2) Peranan Statistik

Manfaat dan peranan statistik adalah membantu pars pengelola dan


pelaksana program KB-Kes khususnya dalam mengambil keputusan
yang selanjutnya dipakai dasar perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi
berbagai kegiatan yang dilakukan.

B. Statistik Kesehatan

Statistik kesehatan adalah suatu cabang dari statistik yang berurusan


dengan cara-cara pengumpulan, kompilasi, pengolahan dan interpretasi fakta-
fakta numerik sehubungan dengan sehat dan sakit, kelahiran, kematian, dan
faktor-faktor yang berhubungan dengan itu pada populasi manusia. Apabila
kegiatan pencatatan ini ditunjukan khusus pada kejadian-kejadian kehidupan
manusia tertentu, yakni: kelahiran, kematian, perkawinan, dan perceraian,
disebut statistik vital (vital statistics), atau sering juga disebut statistik
kehidupan (bio statistic).Statistik kesehatan mencakup juga statistik
kehidupan, dan data .lain yang berkaitan dengan kehidupan itu

C. Pengolahan dan Analisis Data

Pengolahan data statistik dapat dilakukan dengan cara manual atau dengan
bantuan perangkat lunak (software) komputer. Pengolahan data secara manual
dewasa ini sudah jarang dilakukan. Namun, untuk data yang berskala kecil
dan dengan kelangkaan prasarana komputer dan kemampuan (keterampilan)
sumber daya manusia, pengolahan secara manual masih digunakan
(dilakukan).

D. Penyajian Data

Cara penyajian data Pada umumnya dikelompokkan menjadi tiga, yakni:

1) Penyajian dalam Bentuk Tekstular

Penyajian secara tesktular adalah penyajian data hasil penelitian


dalam bentuk kalimat. Misalnya: penyebaran penyakit malaria di
daerah pedesaan pantai lebih tinggi bila dibandingkan dengan
penduduk pedesaan pedalaman. Penyajian data dalam bentuk tabel
adalah suatu penyajian yang sistematik dari data numerik, yang
tersusun dalam kolom atau jajaran. Sedangkan penyajian dalam bentuk
grafik adalah suatu penyajian data secara visual. Penyajian hasil
penelitian kuantitatif yang sering menggunakan bentul tabel atau
grafik, oleh sebab itu yang akan diuraikan lebih lanjut dalam bab ini
adalah kedua bentuk penyajian tersebut.

2) Penyajian dalam-Bentuk Tabel

Berdasarkan penggunaannya, tabel dalam statistik dibedakan


menjadi dua, yakni tabel umum (master table) dan tabel khusus. Tabel
umum dipergunakan untuk tujuan umum, dan tabel khusus untuk
tujuan khusus.

a) Tabel Umum

Yang dimaksud tabel umum di sini adalah suatu tabel yang


berisi seluruh data atau variabel hasil penelitian.

b) Tabel Khusus

Tabel khusus merupakan penjabaran atau bagian dari tabel


umum. Ciri utama dari tabel khusus ialah angka-angka dapat
dibulatkan, dan hanya berisi beberapa variabel saja. Gunanya
tabel khusus ini antara lain untuk menggambarkan adanya
hubungan atau asosiasi khusus, dan menyajikan data yang
terpilih (selective) dalam bentuk sederhana.

3) Penyajian dalam Bentuk Grafik

Penyajian data secara visual dilakukan melalui bentuk grafik,


gambar, atau diagram. Ketentuan umum untuk membuat grafik,
diagram, atau gambar data antara lain:

a) Judul grafik, diagram, gambar atau skema harus jelas dan


tepat. Judul terletak di atas tengah gambar atau grafik, dan
menggambarkan ciri data, tempat dan tahun data tersebut
diperoleh (what, where and when).

b) Garis horizontal maupun garis vertikal sebagai koordinat


harus di atas agar garis kurva tampak jelas.
c) Skala pada grafik atau gambar harus ada catatan tentang
satuan yang dipakai, misalnya tahun, hari, kilogram,
celcius, dan sebagainya.

d) Apabila data dari grafik atau gambar tersebut diambil dari


sumber lain (bukan hasil penelitian sendiri), maka sumber
data harus ditulis di bawah kiri grafik atau gambar tersebut.

E. Ukuran-ukuran Statistik Kesehatan

Purata (rate) adalah ukuran umum yang sering digunakan dalam analisis
statistik, khususnya statistik kesehatan. Rate adalah suatu jumlah kejadian
dihubungkan dengan populasi yang bersangkutan.Rate yang dihitung dari total
populasi di dalam suatu area sebagai denominator (penyebut) disebut crude
rate atau angka kasar (purata kasar). Sedangkan rate yang dihitung dari
kelompok atau segmen tertentu disebut specific rate atau angka spesifik
(purata spesifik).
BAB 4

MANAJEMAN KESEHATAN MASYARAKAT

a) Pengertian Manajemen Kesehatan

Dalam kegiatan apa saja, agar kegiatan tersebut dapat mencapai tujuannya
secara efektif diperlukan pengaturan yang baik. Demikian juga kegiatan dan
atau pelayanan kesehatan masyarakat memerlukan pengaturan yang baik, agar
tujuan tiap kegiatan atau program itu tercapai dengan baik Prosess pengaturan
kegiatan ilmiah ini disebut manajemen, sedangkan proses untuk mengatur
kegiatan-kegiatan atau pelayanan kesehatan masyarakat disebut 'Manajemen
Pelayanan Kesehatan Masyarakat'. Manajemen adalah suatu kegiatan untuk
mengatur orang lain guna mencapai tujuan atau menyelesaikan pekerjaan.
Apabila batasan ini diterapkan dalam bidang kesehatan masyarakat dapat
dikatakan sebagai berikut. "Manajemen kesehatan adalah suatu kegiatan atau
suatu seni untuk mengatur para petugas kesehatan dan non-petugas kesehatan
guna meningkatkan kesehatan masyarakat melalui program kesehatan."

Dengan kata lain manajemen kesehatan masyarakat adalah penerapan


manajemen umum dalam sistem pelayanan kesehatan masyarakat sehingga
yang menjadi objek atau sasaran manajemen adalah sistem pelayanan
kesehatan masyarakat. Sistem adalah suatu kesatuan yang utuh, terpadu yang
terdiri dari berbagai elemen (sub-sistem) yang saling berhubungan dalam
suatu proses atau struktur dalam upaya menghasilkan sesuatu atau mencapai
suatu tujuan tertentu. Oleh sebab itu, kalau berbicara sistem pelayanan
kesehatan adalah struktur atau gabungan dari sub-sistem dalam suatu unit atau'
dalam suatu proses untuk mengupayakan pelayanan kesehatan masyarakat
baik preventif kuratif, promotif maupun rehabilitatif. Sehingga sistem
pelayanan kesehatan ini dapat berbentuk Puskesmas, Rumah Sakit,
Balkesmas, dan unit-unit atau organisasi-organisasi lain yang mengupayakan
peningkatan kesehatan.
fungsi-fungsi manajemen itu pada garisnya terdiri dari:

a) Perencanaan (Planning)

b) Pengorganisasian (Organizing)

c) Penyusunan personalia (Staffing)

d) Pengkoordinasian (Coordinating)

e) Penyusunan anggaran (Budgeting)

b) Perencanaan Kesehatan

Perencanaan adalah suatu kegiatan atau proses penganalisisan dan


pemahaman sistem, penyusunan konsep dan kegiatan yang akan dilaksanakan
untuk mencapai tujuan-tujuan demi masa depan yang baik. Dari batasan ini
dapat ditarik kesimpulan-kesimpulan antara lain:

a) Perencanaan harus didasarkan kepada analisis dan pemahaman


sistem dengan baik.

b) Perencanaan pada hakikatnya menyusun konsep dan kegiatan yang


akan dilaksanakan untuk mencapai tujuan dan misi organisasi.

c) Perencanaan secara implisit mengemban misi organisasi untuk


mencapai hari depan yang lebih baik.

Secara sederhana dan awam dapat dikatakan bahwa perencanaan adalah


suatu proses yang menghasilkan suatu uraian yang terinci dan lengkap tentang
suatu program atau kegiatan yang akan dilaksanakan. Oleh sebab itu, hasil
proses perencanaan adalah `Rencana' (plan). Perencaan atau rencana itu
sendiri banyak macamnya, antara lain:

a) Dilihat dari jangka waktu berlakunya rencana

a. Rencana jangka pendek (Long term planning), yang berlaku antara


10-25 tahun.

b. Rencana jangka menengah (Medium range planning), yang berlaku


antara 5-7 tahun.
c. Rencana jangka pendek (Short range planning), umumnya berlaku
hanya untuk 1 tahun.

b) Dilihat dari tingkatannya

a. Rencana induk (masterplan), lebih menitikberatkan uraian


kebijakan organisasi. Rencana ini mempunyai tujuan jangka
panjang dan mempunyai ruang lingkup yang luas.

b. Rencana operasional (operational planning), lebih menitikberatkan


pada pedoman atau petunjuk dalam meIaksanakan suatu program.

c. Rencana harian (Day to day planning) ialah rencana harian yang


bersifat rutin.

c) Ditinjau dari ruang lingkupnya

a. Rencana strategis (strategi planning), berisikan uraian tentang


kebijakan tujuan jangka panjang dan waktu pelaksanaan yang
lama. Model rencan.a ini sulit untuk diubah.

b. Rencana taktis (tactical planning) salah rencana yang berisi uraian


yang bersifat jangka pendek, mudah menyesuaikan kegiatan-
kegiatannya, asalkan tujuan tidak berubah.

c. Rencana menyeluruh (comprehensive planning), ialah rencana


yang mengandung uraian secara menyelurih dan lengkap.

d. Rencana terintegrasi (integrated planning), ialah rencana yang


mengandung uraian yang menyeluruh bersifat terpadu, misalnya
dengan program lain di luar kesehatan. Meskipun ada berbagai
jenis perencanaan berdasarkan aspek-aspek tersebut di atas, namun
praktiknya sulit untuk dipisah-pisahkan seperti pembagian tersebut.
BAB 5

PENDIDIKAN DAN PERILAKU KESEHATAN

A. Prinsip - prinsip Pendidikan Kesehatan

Pendidikan kesehatan itu penting untuk menunjang program-program


kesehatan yang lain. Akan tetapi program-program pelayanan kesehatan
kurang melibatkan pendidikan kesehatan. Pendidikan kesehatan itu tidak
segera membawa manfaat bagi masyarakat dan yang mudah dilihat atau
diukur, karena pendidikan merupakan behavioral investmen jangka panjang.

Pengetahuan kesehatan akan berpengaruh kepada perilaku sebagai hasil


jangka menengah dari pendidikan kesehatan. Selanjutnya perilaku kesehatan
akan berpengaruh pada meningkatnya indikator kesehatan masyarakat sebagai
keluaran pendidikan kesehatan.

A. Peran Pendidikan Kesehatan

Lingkungan yang mempunyai andil yang paling besar terhadap


kesehatan. Kemudian berturut disusul oleh perilaku pelayanan
kesehatan. Peranan pendidikan kesehatan adalah melakukan intervensi
faktor perilaku sehingga perilaku individu, kelompok atau masyarakat
sesuai dengan nilai kesehatan. Dengan kata lain, pendidikan kesehatan
adalah suatu usaha untuk menyediakan kondisi psikologis dan sasaran
agar mereka bererilaku sesuai dengan tuntunan nilai-nilai kesehatan.

Persoalan proses adalah mekanisme dan interaksi terjadinya


perubahan kemampuan pada diri subjek belajar. Keluaran adalah hasil
belajar itu sendiri, yaitu berapa kemampuan atau perubahan perilaku
dan subjek perilaku.

B. Ruang Lingkup Pendidikan Kesehatan


Ruang lingkup pendidikan kesehatan dapat dilihat dari berbagai
dimensi antara lain dimensi sasaran pendidikan, dimensi tempat
pelaksanaan, dan dimensi tempat pelayanan kesehatan.

Dari dimensi sasarannya dapat, dapatdikelompokkan menjadi 3


yaitu:

1) Pendidikan kesehatan individual, dengan sasaran individu

2) Pendidikan kesehatan kelompok dengan sasaran kelompok

3) Pendidikan kesehatan masyarakat dengan sasaran


masyarakat luas.

Dimensi tempat pelaksanaannya, pendidikan dapat berlangsung


diberbagai tempat, dengan sendirinya sasarannya berbeda pula.
Dimensi tingkat pelayanan kesehatan, pendidikan kesehatan dapat
dilakukan berdasarkan lima tingkat pencegahan:

1) Promosi kesehatan, diperlukan misalnya dalam peningkatan


gizi.

2) Perlindungan khusus, misalnya program imunisasi.

3) Diagnosis dini dan pengobatan segera

4) Pembatasan cacat

5) Rehabilitasi, untuk memulihkan kecacatan dari suatu


penyakit tertentu.

C. Sub Bidang Keilmuan Pendidikan Kesehatan

Pendidikan kesehatan sebagai usaha intervensi perilaku diarahkan


pada 3 faktor pokok, yaitu faktor predisposisi, faktor pendukung, dan
faktor pendorong. Dari perbedaan strategi dan pendekatan tersebut
berakibat dikembangkannya mata ajaran atau sub disiplin ilmu sebagai
bahan daripendidikan kesehatan. Mata ajaran tersebut : Komunikasi,
Dinamika kelompok, Pengembangan dan pengorganisasian
masyarakat, Pengembangan kesehatan masyarakat desa (PKMD),
Pemasaran sosial, Pengembangan organisasi, Pendidikan dan
pelatihan, Pengembangan media, Perencanaan dan evaluasi pendidikan
kesehatan, Antropologi kesehatan, Sosiologi kesehatan dan Psikologi
kesehatan.

D. Metode Pendidikan Perilaku

Pendidikan kesehatan pada hakikatnya adalah suatu kegiatan atau


usaha untuk menyampaikan pesan kesehatan kepada masyarakat,
kelompok atau individu. Dengan harapan bahwa dengan adanya pesan
tersebut mereka dapat memperoleh pengetahuan tentang kesehatan
atau lebih baik dan pengetahuan tersebut dapat berpengaruh terhadap
perilakunya.

1) Metode Pendidikan Individual

Metode pendidikan yang bersifat individual ini digunakan untuk


membina perilaku baru, atau seseorang yang telah mulai tertarik pada
suatu perubahan perilaku atau inovasi. Bentuk pendekatan metode
individual antara lain:

 Bimbingan dan penyuluhan. Dengan cara ini kontak antara


klien dengan petugas lebih intensif

 Wawancara. Cara ini merupakan bagian dari bimbingan dan


penyuluhan.

2) Metode Pendidikan Kelompok

Dalam memilih metode pendidikan kelompok, harus mengingat


besarnya kelompok sasaran serta tingkat pendidikan formal pada sasaran.

Kelompok Besar.

Yang dimaksud kelompok besar adalah apabila peserta penyuluhan


lebih dari 15 orang.

Metode yang digunakan:


a) Ceramah. Metode ini baik untuk sasaran yang berpendidikan
tinggi maupun rendah.

b) Seminar. Metode ini hanya cocok untuk sasaran kelompok


besar denganpendidikan menengah atas.
BAB 6

KESEHATAN LINGKUNGAN

A. Pengertian dan Ruang Lingkup Kesehatan Lingkungan

Kesehatan lingkungan pada hakikatnya adalah suatu kondisi atau keadaan


lingkungan yang optimum sehingga berpengaruh positiv terhadap terwujudnya
status kesehatan lingkungan tersebut antara lain mencakup perumahan,
pembuatan kotoran manusia, penyediaan air bersih, pembuangan sampah, dll.
Adapun yang dimaksud dengan usaha kesehatan lingkungan adalah suatu
usaha untuk memperbaiki atau mengoptimumkan lingkungan hidup manusia
agar menjadi media yang baik untuk terwujudnya kesehatan yang optimum
bagi manusia yang hidup didalamnya.

B. Perumahan (Housing)

Faktor-faktor yang perlu diperhatikan dalam membangun sebuah rumah

1) Faktor lingkngan, baik lingkungan fisik maupun lingkungan sosial.

2) Tingkat kemampuan ekonomi masyarakat

3) Teknik yang dimiliki oleh masyarakat

4) Kebijaksanaan (peraturan) pemerintah yang menyangkut tata guna


tanah.

C. Penyediaan Air Bersih

Air adalah sangat penting bai kehidupan manusia. Manusia akan lebih
cepat meninggal karena kekurangan air daripada kekurangan makanan.

Syarat-syarat air minum yang sehat:

1) Syarat fisik, yaitu air harus bening, tidak berasa, suhu dibawah
suhu udara diluarnya

2) Bakteriologis, yaitu harus bebas dari segala bakteri terutama


bakteri pathogen
3) Kimia, yaitu harus mengandung zat-zat tertentu dalam jumlah yang
tertentu pula

Pengolahan air minum secara sederhana

1) Pengolahan secara alamiah yaitu dalam bentuk penyimpangan

2) Pengolahan air dengan menyaring

3) Pengolahan air dengan menambahkan zat kimia

4) Pengolahan air dengan mengalirkan udara

5) Pengolahan air dengan memanaskan sampai mendidih

D. Pembuangan Kotoran Manusia

Yang dimaksud dengan kotoran manusia adalah semua benda atau zat
yang sudah tidak dipakai lagi oleh tubuh dan harus dikeluarkan oleh tubuh.

Beberapa penyakit yang dapat disebarkan oleh kotoran manusia yaitu tifus,
disentri, kolera, bermacam-macam cacing, schistosomiasis, dan sebagainya.
Pembuangan kotoran harus disuatu tempat tertentu atau jamban yang sehat.

Teknologi pembuangan kotoran manusia secara sederhana

1) Jamban cemplung, kakus

2) Jamban cemplung berventilasi

3) Jamban empang

4) Jamban pupuk

5) Septik tank

E. Pengolahan Sampah

Sampah mengandung prinsip-prinsip sebagai berikut

1) Adanya suatu benda atau benda padat

2) Adanya hubungan langsung/tidak langsung dengan kegiatan


manusia
3) Benda atau bahan tersebut tidak dipakai lagi

Pengelolaan Sampah

a) Pengumpulan dan pengangkutan sampah

Pengumpulan sampah adalah menjadi tanggung jawab dari masing-


masing rumah tangga atau institusi yang menghasilkan sampah.

b) Pemusnahan dan pengelolaan sampah

Pemusnahan dan pengelolaan sampah dengan ditanam, dibakar,


dan dijadikan pupuk.

F. Pengolahan Air Limbah

Air limbah atau air buangan adalah sisa air yang dibuang yang berasal dari
rumah tangga, industri maupun tempat umum lainnya yang pada umumnya
mengandung zat-zat yang dapat membahayakan bagi kesehatan manusia serta
menganggu lingkungan hidup. Sumber-sumber air limbah:

1) Air buangan yang bersumber dari rumah tangga

2) Air buangan industry

3) Air buangan kotapraja

1. Karakteristik Air Limbah

a. Karakteristik fisik.

Sebagian besar terdiri dari air dan sebagian kecil terdiri dari
bahan-bahan padat dan suspense

b. Karakteristik kimiawi.

 Gabungan yang mengandung nitrogen

 Gabungan yang tidak mengandung nitrogen

c. Karakteristik bakteriologi.

Kandungan bakteri patogen terdapat juga dalam air limbah.


Gangguan kesehatan akibat air limbah

a) Menjadi transmisi atau media penyebaran penyakit terutama tifus,


kolera, dll

b) Menjadi media berkembang biaknya mikro-organisme pathogen

c) Menjadi tempat berkembang biaknya nyamuk

d) Menimbulkan bau yang tidak enak

e) Merupakan sumber pencemaran air permuakaan, tanah

f) Mengurangi produktifitas manusia.

2. Cara Pengolahan Air Limbah

a. Pengeceran

b. Kolam oksidasi (pemanfaatan sinar matahari)

c. Irigasi
BAB 7

KESEHATAN KERJA

A. Batasan

Kesehatan kerja adalah aplikasi kesehatan masyarakat dalam suatu tempat


kerja, dan yang menjadi pasien dari kesehatan kerja adalah masyarakat pekerja
dan masyarakat sekitar perusahaan tersebut. Dalam kesehatan masyarakat ciri
pokoknya adalah upaya preventif (pencegahan penyakit) dan promotif
(peningkatan kesehatan), maka kedua hal tersebut juga menjadi ciri pokok
dalam kesehatan kerja. Pedoman dalam kesehatan kerja ialah: “penyakit dan
kecelakaan akibat kerja dapat dicegah‟, maka upaya pokok kesehatan kerja
ialah pencegahan kecelakaan akibat kerja.

Sedangkan upaya promotif berpedoman bahwa dengan meningkatnya


kesehatan pekerja, akan meningkatkan juga produktivitas kerja.Meskipun
fokus kegiatannya pada preventif dan promotif, tetapi tidak berarti
meninggalkan sama sekali upaya-upaya kuratif. Hal ini berarti kesehatan kerja
dalam suatu perusahaan perlu dilengkapi dengan pelayanan pemeriksaan dan
pengobatan penyakit atau kecelakaan pada pekerja atau keluarganya. Tujuan
akhir dari kesehatan kerja adalah untuk meningkatkan produktivitas seoptimal
mungkin.

Tujuan utama kesehatan kerja adalah sebagai berikut:

a) Pencegahan dan pemberantasan penyakit-penyakit dan kecelakaan-


kecelakaan akibat kerja

b) Pemeliharaan dan peningkatan kesehatan dan gizi tenaga kerja.

c) Perawatan dan mempertinggi efisiensi dan produktivitas tenaga


kerja.

d) Pemberantasan kelelahan kerja dan meningkatkan kegairahan serta


kenikmatan kerja.
e) Perlindungan bagi masyarakat sekitar perusahaan agar terhindar
dari bahaya-bahaya pencemaran yang ditimbulkan oleh perusahaan
tersebut.

f) Perlindungan masyarakat luas dari bahaya-bahaya yang mungkin


ditimbulkan oleh produk-produk perusahaan.

Tujuan akhir dari kesehatan kerja ini adalah untuk menciptakan tenaga
kerja yag sehat dan produktif.

B. Determinan kesehatan kerja

Determinan kesehatan kerja mencakup tiga faktor utama, yakni:

1. Beban kerja

Beban ini dapat berupa beban fisik, beban mental, ataupun beban
sosial sesuai dengan jenis pekerjaan. Tingkat ketepatan penempatan
seseorang pada suatu pekerjaan, di samping didasarkan pada beban
optimum juga dipengaruhi oleh pengalaman, keterampilan, motivasi
dan sebagainya. Kesehatan kerja berusaha mengurangi atau mengatur
beban kerja para karyawan dengan cara merencanakan suatu alat yang
dapat mengurangi beban kerja.

2. Beban tambahan

Beban tambahan adalah berupa kondisi atau lingkungan yang tidak


menguntungkan bagi pelaksanaan pekerjaan. Disebut beban tambahan
karena lingkungan tersebut mengganggu pekerjaan, dan harus diatasi
oleh pekerja yang bersangkutan. Beban tambahan ini dapat
dikelompokkan menjadi 5 faktor, yaitu:

a. Faktor fisik: penerangan yang tidak cukup, suhu udara panas


dll.

b. Faktor kimia: bau gas, bau asap, debu dll.

c. Faktor biologi: nyamuk, lalat, kecoa, lumut dll.


d. Faktor fisiologis: peralatan kerja yang tidak sesuai.

e. Faktor sosial-psikologis: adanya klik, gosip, cemburu dll.

Agar faktor-faktor tersebut tidak menjadi beban tambahan kerja, maka


lingkungan kerja harus ditata secara sehat atau lingkungan kerja yang
sehat. Lingkungan kerja yang tidak sehat akan menjadi beban
tambahan bagi pekerja atau karyawan, misalnya:

a. Penerangan atau pencahayaan uang kerja yang tidak cukup


dapat menyebabkan kelelahan mata.

b. Kegaduhan dan bising dapat mengganggu konsentrasi,


mengganggu daya ingat, dan dapat menyebabkan kelelahan
psikologis.

c. Gas, uap, asap, dan debu yang terhirup lewat pernapasan dapat
mempengaruhi berfungsinya berbagai jaringan tubuh, yang
akhirnya menurunkan daya kerja.

d. Binatang, khususnya serangga (nyamuk, kecoa, lalat, dan


sebagainya) disamping mengganggu konsentrasi kerja, juga
merupakan pemindahan (vektor) dan penyebab penyakit.

e. Alat-alat bantu kerja yang tidak ergonomis (tidak sesuai dengan


ukuran tubuh) akan menyebabkan kelelahan dalam bekerja
yang cepat.

f. Hubungan atau iklim kerja yang tidak harmonis dapat


menimbulkan kebosanan, tidak betah kerja dan sebagainya,
yang akhirnya menurunkan produktivitas kerja.

3. Kemampuan kerja

Kemampuan seseoarang dalam melakukan pekerjaan berbeda dengan


seseorang yang lain, meskipun pendidikan dan pengalamannya sama,
dan bekerja pada suatu pekerjaan atau tugasyang sama. Perbedaan ini
disebabkan karena kapasitas orang tersebut berbeda.
BAB 9

MENCERMATI GIZI BAYI,

AWAL KESEHATAN MASYARAKAT

1. Pendahuluan

Bayi atau anak balita yang kekurangan gizi sangat rentan terhadap
penyakit-penyakit infeksi, termasuk diare dan infeksi saluran akut, utamanya
pneumonia. Oleh sebab itu, perbaikan gizi masyarakat yang difokuskan pada
perbaikan bayi dan anak balita merupakan awal dalam meningkatkan derajat
kesehatan masyarakat. Sebaliknya kekurangan gizi pada bayi akan berakibat
terhadap munculnya masalah kesehatan yang lain, dan akhirnya akan
berdampak terhadap menurunnya derajat kesehatan masyarakat.

Kekurangan zat-zat gizi pada makanan bayi dapat mengakibatkan


terganggunya pertumbuhan dan perkembangan. Di samping itu, bayi menjadi
lebih rentan terhadap penyakit infeksi dan selanjutnya bahkan dapat
mengakibatkan kematian bayi tersebut. Oleh karena itu, pemenuhan
kebutuhan gizi bayi sangat perlu mendapat perhatian yang serius. Gizi untuk
bayi yang paling sempurna dan paling murah bagi bayi adalah Air Susu Ibu
(ASI). Manfaat ASI saat ini sudah tidak dapat diragukan lagi dan pemerintah
juga telah menggalakkan pemberian ASI secara ekslusif. Namun, setelah
sekurang-kurangnya bayi berumur di atas 4 bulan, untuk memenuhi kebutuhan
akan zat gizi, bayi biasanya diberikan susu formula atau makanan tambahan
lainnya. Pada kenyataannya, kaum ibu khususnya di kota-kota besar, dewasa
ini cenderung memilih memberikan susu formula baik sebagai pengganti
ataupun pendamping ASI dalam memenuhi kebutuhan gizi bagi bayi mereka.

Secara teoretis maupun praktis berdasarkan pengalaman ibu-ibu di


lapangan, susu formula memang sangat dibutuhkan untuk menggantikan gizi
makanan pada bayi. Namun, pada kenyata-annya susu formula memang masih
mahal, terutama bagi ibu-ibu dari kalangan ekonomi menengah ke bawah.
Oleh sebab itu, tantangan bagi praktisi kesehatan masyarakat adalah
menciptakan makanan lokal yang kaya akan protein, vitamin, dan mineral
yang dapat menggantikan susu formula.

2. Pentingnya Gizi bagi Bayi

Bayi memerlukan gizi pada makanan yang berbeda-beda sesuai dengan


umurnya. Misalnya, pada bayi yang berumur kurang dari 4 bulan,
kebutuhannya akan zat-zat gizi berbeda dengan bayi yang berumur di atas 4
bulan. Menurut Karjadi (1986) banyak para peneliti yang menaruh perhatian
terhadap perkembangan Otak di mana sangat erat hubungannya dengan
perkembangan mental dan kemampuan berpikir. Jaringan otak anak yang
tumbuh normal akan mencapai 80% berat otak orang dewasa sebelum
berumur 8 tahun, sehingga dengan demikian apabila pada masa ini terjadi
gangguan gizi kurang dapat menimbulkan kelainankelainan fisik maupun
mental.

Sementara Stoch & Smythe (1963) mengemukakan dalam buku yang


sama bahwa gizi kurang pada masa bayi dan anak-anak mengakibatkan
kelainan yang sulit atau tidak dapat disembuhkan dan menghambat
perkembangan selanjutnya. Pek Hiem Liang, dkk. dalam Suhardjo (1986) dari
basil penelitian terhadap kecerdasan (IQ) anak-anak usia 5-15 tahun (yang
pernah mengalami gizi kurang diri) perkembangan intelektual Berta
perkembangan fisiknya banyak dipengaruhi oleh status gizinya selama masa
bayi sampai prasekolah. Dobbing (1974) menyatakan bahwa terdapat 'masa
kritis' dalam perkembangan otak manusia di mana pada masa otak
berkembang tepat akan sangat rawan terhadap gizi kurang dan ini berada sejak
2 bulan &lam kandungan sampai dengan umur 2 tahun.

Pengaruh gizi kurang pada waktu bayi yang diteliti di kalangan anak-anak
Jamaica menunjukkan bahwa setelah umur 6-10 tahun, IQ anak-anak yang
menderita gizi kurang pada waktu bayi lebih rendah daripada IQ anak-anak
yang cukup gizi pada masa bayinya.
Dalam keadaan gizi yang baik, tubuh mempunyai cukup kemampuan
untuk mempertahankan din terhadap penyakit infeksi. Jika keadaan gizi
menjadi buruk maka reaksi kekebalan tubuh akan menurun yang berarti
kemampuan tubuh mempertahankan diri terhadap serangan infeksi menjadi
turun. Oleh karena itu, setiap bentuk gangguan gizi sekalipun dengan gejala
defisiensi yang ringan merupakan pertanda awal dari terganggunya kekebalan
tubuh terhadap penyakit infeksi. Penelitian yang dilakukan dj berbagai negara
menunjukkan bahwa infeksi protozoa pada anak-anak yang tingkat gizinya
buruk akan jauh lebih parah dibandingkan dengan anak-anak yang gizinya
baik.

Gizi buruk mengakibatkan terjadinya gangguan terhadap produksi antibodi


dalam tubuh. Penurunan produksi antibodi tertentu akan mengakibatkan
mudahnya bibit penyakit masuk ke dalam tubuh seperti dinding usus. Dinding
usus dapat mengalami kemunduran dan. juga dapat.

3. Gizi Bayi dan Susu Formula

Semua orang telah mengakui bahwa air susu ibu (ASI) tidak perlu
diragukan lagi sebagai makanan bayi yang paling baik. Akan tetapi kadang-
kadang oleh suatu sebab tertentu ibu harus menambah atau mengganti ASI ini
dengan makanan lain. Keadaan yang mengaharuskan ibu menggantikan ASI
kepada bayi atau anaknya antara lain:

a) Air susu ibu (ASI) tidak keluar.

b) Ibu meninggal sewaktu melahirkan atau waktu bayi masih


memerlukan ASI.

c) ASI keluar tetapi jumlahnya tidak mencukupi kebutuhan bayi.

d) ASI keluar tetapi ibu tidak dapat terus menerus menyusui bayinya
karena ibu berada di luar rumah (bekerja di kantor, kebun atau
tugas lainnya).

European Society for Paediatric Gactroenterdogy and Nutrition


(ESPGAN) Committe on Nutrition dalam publikasinya pada tahun 1977
membagi formula bayi (infant formula) dalam 2 jenis, formula awal (starting
formula) dan formula lanjutan (follow-up formula). Starting formula dalam
bentuk bubuk (di Amerika Serikat dan Eropa dipasarkan pula dalam bentuk
cair) setelah ditambah dengan sejumlah air sesuai dengan petunjuk
produsennya dan jika pemberian sehari-harinya cukup, harus dapat memenuhi
kebutuhan energi dan zat-zat gizi esensial bagi bayi sampai umur 4-6 bulan,
dan bersama-sama dengan makanan tambahannya seperti buah, bubur susu,
dan nasi tim sampai umur 1 tahun. Starting formula dibagi lagi dalam 2
golongan formula adaptasi (adapted formula) dan formula awal lengkap
(complete starting formula).

1. Formula Adaptasi

Adapted berarti disesuaikan dengan kebutuhan bayi baru lahir.


Formula adaptasi ini untuk bayi baru lahir sampai umur 6 bulan.
Susunan formula adaptasi sangat mendekati susunan ASI dan sangat
baik bagi bayi baru lahir sampai umur 4 bulan. Pada umur di bawah 3-
4 bulan fungsi saluran pencemaan dan ginjal belum sempurna hingga
pengganti ASI-nya harus mengandung zat-zat gizi yang mudah dicerna
dan tidak mengandung mineral yang berlebihan.Komposisi yang
dianjurkan oleh ESPGAN (1977) setelah bubuk formula tersebut
dicairkan sesuai petunjuk produsennya ialah:

a. Lemak

Kadar lemak disarankan antara 2,4-4,1 gr tiap 100 ml.


Komposisi asam lemaknya harus sedemikian hingga bayi umur
1 bulan dapat menyerap sedikitnya 8,5%. Disarankan juga
bahwa 3-6% dari kandungan energi harus terdiri dari asam
linoleat.

b. Protein

Kadar protein harus berkisar antara 1,2 dan 1,9 gr/100 ml


dengan rasio whey/kasein 60/40 oleh karena kandungan protein
pada formula ini relatif rendah maka komposisi asam aminonya
harus identik atau hampir identik dengan yang terdapat dalam
protein ASI.

c. Karbohidrat

Disarankan untuk formula ini kandungan karbohidratnya antara


5,4 dan 8,2 gram bagi tiap 100 ml. Dianjurkan supaya hampir
seluruhnya memakai laktosa, selebihnya glukosa atau dekstrin-
maltosa. Hal ini karena laktosa mudah dipecah menjadi glukosa
dan galaktosa dengan bantuan enzim laktase yang sudah ada
dalam mukosa saluran pencernaan sejak lahir. Laktosa juga
merangsang pertumbuhan laktobasilus bificfus.

d. Mineral

Konsentrasi sebagian besar mineral dalam susu sapi seperti


natrium, kalsium, kalium, fosfor, magnesium, dan klorida, lebih
tinggi 3-4 kali dibandingkan dengan yang terdapat pada ASI.
Pada pembuatan formula adaptasi kandungan berbagai mineral
harus diturunkan hingga jumlahnya berkisar antara 0,25 dan
0,34 gram tiap 100 ml. Kandungan mineral dalam susu formula
adaptasi memang rendah dan mendekati yang terdapat pada
ASI. Penurunan kadar mi-neral diperlukan oleh bayi karena
dapat mengganggu keseimbangan air dan dehidrasi hipertonik

2. Formula AwaL Lengkap

Berbeda dengan formula adaptasi, pada formula ini terdapat kadar


protein yang lebih tinggi dan rasio antara fraksifraksi proteinnya tidak
disesuaikan dengan rasio yang terdapat dalam susu ibu. Selain itu
kadar sebagian mineralnya lebih tinggi dibandingkan dengan formula
adaptasi. Keuntungan dari formula ini terletak pada harganya.
Berhubung pembuatannya tidak begitu rumit maka ongkos
pembuatannya juga lebih murah sehingga dapat dipasarkan dengan
harga yang lebih rendah. Susu formula awal lengkap ini diberikan
untuk bayi berusia 4-6 bulan.

3. Formula LanjutanFormula ini diperuntnkkan bagi bayi berumur 6


bulan ke atas. Telah diuraikan bahwa formula adaptasi dibuat
sedemikian, sehingga tidak memberatkan fungsi pencernaan dan ginjal
yang pada waktu lahir belum sempurna. Maka dari itu dalam formula
adaptasi zat-zat gizinya cukup untuk pertumbuhan yang normal dan
mencegah timbulnya penyakit- penyakit gizi yang disebabkan oleh
kekurangan maupun kelebihan masukan zat-zat gizi tersebut. Oleh
karena pada umur 4-5 bulan fungsi organ-organ sudah memadai maka
kelebihan zat gizi dapat dikeluarkan lagi oleh ginjal. Di samping itu,
dengan pertumbuhan yang cepat dan aktivitas fisik yang bertambah
maka formula adaptasi tidak cukup lagi untuk memenuhi kebutuhan
bayi di atas 6 bulan, pertumbuhan yang cepat memerlukan protein
ekstra untuk perkembangan dan juga lebih banyak mineral. Formula
lanjutan dapat diberikan pada anak dari usia 6 bulan - 3 tahun.

4. Makanan Tambahan

ASI dalam jumlah yang cukup memang merupakan makanan terbaik dan
dapat memenuhi kebutuhan gizi bayi selama 4-6 bulan pertama. Namun,
setelah umur 4 bulan, kebutuhan gizi bayi meningkat sehingga bayi
memerlukan makanan tambahan yang tidak seluruhnya dapat dipenuhi oleh
ASI saja. Setelah bayi berumur 4 bulan secara berangsur-angsur perlu
diberikan makanan tambahan berupa sari buah atau buah-buahan segar,
makanan lumat, dan akhirnya makanan lembek.

1. Pentingnya pemberian makanan tambahan

Tujuan dan pentingnya pemberian makanan tambahan menurut


Persatuan Ahli Gizi Indonesia (Persagi: 1992) antara lain:

a. Melengkapi zat-zat gizi yang kurang terdapat dalam ASI


berbagai rasa dan tekstur.
b. Mengembangkan kemampuan bayi untuk mengunyah dan
menelan.

c. Melakukan adaptasi terhadap makanan yang mengandung


kadar energi yang tinggi.

2. Cara memberikan makanan tambahan

Agar makanan tambahan dapat diberikan dengan efisien, sebaiknya


diperhatikan cara-cara pemberiannya sebagai berikut.

a. Diberikan secara berhati-hati, sedikit demi sedikit, dari: bentuk


encer secara berangsur-angsur ke bentuk yang lebih kental.

b. Makanan baru diperkenalkan satu persatu dengan


memperhatikan bahwa makanan betul-betul dapat diterima
dngan baik.

c. Makanan yang menimbulkan alergi, yaitu sumber protein


hewani diberikan terakhir

d. Makanan jangan dipaksakan, sebaiknya diberikan pada waktu


bayi lapar.

e. Kebutuhan Gizi pada Bayi, Pemberian makanan tambahan


sebagai makanan pendamping ASI harusdisesuaikan dengan
umur bayi. Karena itu alternative pemenuhan gizi bayi pun
harus disesuaikan dengan umur bayi

Anda mungkin juga menyukai