1. Pengkajian
Ds:
Do:
B. Pengkajian sekunder
a) Identitas
Terjadi pada wanita dan pada laki-laki dengan pefalensi seimbang dan mempunyai
insiden puncak antara usia 20 dan 30 tahun.
b) Keluhan Utama
Klien mengeluhkan sakit kepala pada satu atau keduanya, atau di tengah dahi kabur
atau penglihatan ganda; kehilangan samping (perifer) visi, ptosis yang disebabkan
oleh tekanan pada saraf yang menuju ke mata, perasaan mati rasa pada wajah,
demensia, perasaan mengantuk, kepala membesar, makan berlebih atau berkurang.
C. Pemeriksaan fisik
Inspeksi :
klien tampak mengalami pembesaran yang abnormal pada seluruh bagian tubuh
(jika timbul saat usia dini)
Terdapat kelemahan otot tonus otot Ekstremitas atas 444 dan ekstremitas bawah
444
D. Pemeriksaan diasnostik
Adenoma Hipofisis non fungsional:
a. pada rontgen foto lateral tengkorak terlihat sella turcica membesar, lantai sella
menipis dan membulat seperti balon. Jika pertumbuhan adenomanya asimetrik
maka pada lateral foto tengkorak akan menunjukkan double floor. Normal
diameter AP dari kelenjar hipofisis pada wanita usia 13-35 tahun < 11 masing-
masing, sedang pada yang lainnya normal < 9 masing-masing.
b. MRI dan CT scan kepala, dengan MRI gambaran a.carotis dan chiasma tampak
lebih jelas, tetapi untuk gambaran anatomi tulang dari sinus sphenoid CT scan
lebih baik.
c. Test stimulasi fungsi endokrin diperlukan untuk menentukan gangguan fungsi dari
kelenjar hipofisis.
Adenoma Fungsional
a. Adenoma yang bersekresi Prolaktin
Penilaian kadar serum prolactin, kadar serum lebih dari 150 ng/ml biasanya
berkorelasi dengan adanya prolactinomas. Kadar prolactin antara 25-150 ng/ml
terjadi pada adanya kompresi tangkai hipofisis sehingga pengaruh inhibisi
dopamin berkurang, juga pada stalk effect (trauma hypothalamus, trauma tungkai
hipofisis karena operasi).
b. Adenoma yang bersekresi growth hormone
Pengukuran kadar GH tidak bisa dipercaya karena sekresi hormon ini yang
berupa cetusan, walaupun pada keadaan adenoma. Normal kadar basal Gh <1
ng/ml, pada penderita acromegali bisa meningkat sampai > 5 ng/ml, walaupun
pada penderita biasanya tetap normal. Pengukuran kadar somatemedin C lebih
bisa dipercaya, karena kadarnya yang konstan dan meningkat pada acromegali.
Normal kadarnya 0,67 U/ml, pada acromegali mebningkat sampai 6,8 U/ml.
Dengan GTT kdar GH akan ditekan sampai < 2 ng/ml sesudah pemberian glukosa
oral (100 gr), kegagalan penekanan ini menunjukkan adanya hpersekresi dari GH.
Pemberian GRF atau TRH perdarahan infus akan meningkatkan kadar GH, pada
keadaan normal tidak. Jika hipersekresi telah ditentukan maka pastikan
sumbernya dengan MRI, jika dengan MRI tidak terdapat sesuatu adenoma
hipofisis harus dicari sumber ektopik dari GH.
c. Adenoma yang bersekresi glikoprotein (TSH, FSH, LH)
Hormon TSH, LH dan FSH masing-masing terdiri dari alpha dan beta
subarakhnoid unit, alpha subarakhnoid unitnya sama untuk ketiga
hormon,sedangkan beta subarakhnoid unitnya berbeda. Dengan teknik
immunohistokimia yang spesfik bisa diukur kadar dari alpha subarakhnoid unit
atau kadar alpha dan beta subarakhnoid unit. Pada tumor ini terdapat peninggian
kadar alpha subarakhnoid unit, walaupun pada adenoma non fungsional 22%
kadar alpha subarakhnoid unitnya juga meningkat. MRI dengan gadolinium, pada
pemeriksaan ini tidak bisa dibedakan antara adenoma yang satu dengan yang
lainnya
d. Adenoma yang bersekresi ACTH
CRH dilepaskan dari hipotalamus dan akan merangsang sekresi ACTH dari
adenihipofisis, ACTH akanmeningkatkan produksi dan sekresi cortisol dari
adrenal cortex yang selanjutnya dengan umpan balik negatif akan menurunkan
ACTH. Pada kondisi stres fisik dan metabolik kadar cortisol meningkat, secara
klinik sulit mengukur ACTH, maka cortisol dalam sirkulasi dan metabolitnya
dalam urine digunakan untuk status diagnose dari keadaan kelebihan adrenal.
Cushing’s syndroma secara klinik mudah dikenal tapi sulit untuk menentukan
etiologinya.
Pengukuran plasma kortisol, kortisol urine dan derifatnya seacra basal maupun
dalam respon terhadap dexametason, maupun penetuan plasma ACTH, bisa
dipakai untuk menentukan apakah penyakitnya primer adrenal, hipofisis atau
sumber keganasan ektopi.
Jika data tersebut seimbang maka diperlukan pengukuran CRH dan test
perangsangan CRH dengan pengukuran ACTH dan cortisol perifer atau pada
aliran vena sinus petrosus bilateral untuk membuktikan adanya Cushing’s
disease. Jika sudah ditentukan sumbernya hipofisis, akan lebih sulit lagi
menentukan bagian hipofisis yang mana yang memproduksi hipersereksi
ACTH.
3. Perencanaan keperawatan
1. Pemberian analgesik
1. Mengurangi rasa nyeri
Kriteria hasil: Setelah diberikan asuhan keperawatan ..x24 jam diharapkan klien
tidak mengalami peningkatan suhu tubuh. Dengan kriteria hasil :
Intervensi Rasional
5. Kolaborasi :
5. Digunakan untuk mengurangi
Berikan antipiretik, misalnya ASA
demam dengan aksi sentralnya pada
(aspirin), asetaminofen (Tylenol).
hipotalamus, berguna juga untuk
membatasi pertumbuhan organism
dan meningkatkan autodestruktif
dari sel-sel yang terinfeksi.
2. Kaji fungsi saraf III, IV, VI, VII. 2. Menentukan adekuatnya saraf
cranial yang berhubungan dengan
kemampuan pergerakan mata.
d. Resiko Jatuh
Tujuan : Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 1 x 24 jam, mencegah
terjadinya risiko jatuh
Kriteria hasil :
Doenges, E. M, Mary F.M, Alice C.G, (2002), Rencana Asuhan Keperawatan, EGC, Jakarta.
Smeltzer C. Suzanne, Bare G. Brendo, (2002), Keperawatan Medikal Bedah, vol. 3, EGC :
Jakarta.
Price dan Wilson, editor dr. Huriawati Hartano, dkk. 2006. Patofisiologi Konsep Klinis dan
Doenges, Marilynn E., dkk. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta : EGC.
Noer Sjaifullah H. M, (1999), Ilmu Penyakit Dalam, jilid II, FKUI, Jakarta.
http://www.mayoclinic.org/pituitary-tumors/