Sri Mulyani1,*
1Prodi P Kimia Jurusan PMIPA FKIP Universitas Sebelas Maret, Surakarta, Indonesia
* Keperluan korespondensi, tel : 0271-7651266, email: mulyanis@yahoo.com
ABSTRAK
Resistensi antibiotik saat ini menjadi masalah kesehatan dunia yang serius baik di
negara maju maupun negara berkembang, mengimbangai masalah energi. Bahaya resistensi
antibiotika merupakan salah satu ancaman kesehatan masyarakat. Antibiotik adalah senyawa
kimia untuk menyetop/memperlambat pertumbuhan bakteri (bakteriostatik) atau membunuh
bakteri (bakteriosidal). Resistensi antibiotik adalah kemampuan mikroorganisme untuk bertahan
terhadap efek antibiotik diantaranya melalui mutasi atau perubahan/pertukaran plasmid antar
spesies bakteri yang sama. Contohnya methicillin-resistant Staphylococcus aureus (MRSA)
atau vancomycin-resistant Staphylococcus aureus (VRSA). Salah penggunaan antibiotik
merupakan salah satu pemicu resistensi antibiotik. Saat ini banyak bakteri yang telah
mengalami resistensi sehingga kurang responsif terhadap pengobatan antibiotika. Penyebaran
bakteri ini memunculkan masalah besar, karena menyebabkan penyakit sulit untuk diobati,
biaya pengobatan menjadi lebih mahal dan memungkinkan hadir jenis penyakit infeksi baru
yang lebih sulit diobati. Sehingga diperlukan obat baru yang ampuh dan murah. Pemanfaatan
ilmu dasar Kimia dalam kajian ilmiah, penelitian dan eksplorasi bahan alam dipadu dengan
pemanfaan teknologi dan mikroorganisme dalam bioteknologi sangat potensial menggiatkan
perusahaan farmasi dalam membuat antibioti baru. Dengan dukungan kebijakan pemerintah
yang kondusif diharapkan usaha ini mampu membantu mengatasi permasalah resistensi
antibiotik.
yang umum terjadi bisa tidak memiliki sangat lemah, pasien-pasien end-stage [6].
O
NH Pada S. aereus, lima residu glycine
CH3
HO Ac O Ac secara berturutan ditambahkan pada gugus
NH NH
O O O O
HO
-NH2 dari komponen pentapeptide, L-lysine,
HO
N - A c e tyl gl u c o s a m i n e N - A c etyl m ur a m i c a ci d
pada lipid II membentuk rantai samping
D i s a c c h a ri d e U n it
pentaglycine yang menggunakan donor
glycyl-tRNA [10]. Residu D-glutamate pada
posisi 2 pada rantai samping pentapeptide
dari lipid II diamidasi pada gugus -carboxyl
N A G N A M
unit dasar peptidoglycan membentuk D-glutamin dengan menggu-
nakan Lglutamin sebagai donor gugus
Gambar 3. Monomer struktur peptidoglycan
amino. Amidasi tidak esential untuk transfer
dan gambaran unit dasarnya
pada S. aureus [4]. lipid II ke extra sitoplasma, tetapi mungkin
Gambar 4. Skema jalur biosintesis PG dan skema diagram rantai PG pada S. aureus. UDP-
NAG = uridyldiphosphate N-acetylglucosamine; UDP-NAM = uridyl-diphosphate N-
acetylmuramic acid ; C55 = C55 undecaprenol.
Gram-negatif Gram-positif
Gambar 5. Lapisan PG dinding sel bakteri gram-positif dan gram-negatif. Gram-negatif memiliki
membran luar. gram-postif tidak tetapi memiliki lapisan PG lebih tebal [4].
Oleh karena itu vancomycin hanya sekali macam dan jenisnya sehingga
bekerja efektif pada gram-positif. diperlukan rasional yang tepat dalam
Sedangkan untuk penicillin maupun pemilihan dan penggunaannya. Beberapa
chepalosporin (Gambar 6) karena ukuran- faktor yang mendasari rasional penggunaan
nya lebih kecil mampu mencapai dan antibiotic, daiantarnya adalah: (1)
memblok target molekul baik pada gram- Indikasinya tepat , (2) Penderitanya tepat,
positif maupun gram-negatif. Penicillin (3) Pemilihan jenis antibiotiknya tepat, (4)
menginaktifkan PG-cross-linking transpep- Dosisnya tepat , (5) Efek samping minimal,
tidase. an (6) Kombinasi tepat (bila diperlukan)
Untuk mengatasi kasus resistensi dan ekonomis [14].
memperluas spectrum aktivitas antibakteri, Sedangkan beberapa hal penting yang perlu
para ahli kimia medisin telah menurunkan diketahui dalam memilih antibiotic,
beberapa varian turunan penicillin dan diantaranya adalah: (1) Sifat aktifitasnya
cepalosphorins melalui modifikasi semi- apakah sebagai bakteriostatik atau
sintetik pada gugus samping R (Gambar 6). bakterisidik, (2) Sifat spektrumnya apakah
luas atau sempit, berspektrum luas dapat
mempunyai khasiat yang luar biasa, dan trum sempit hanya dapat menghambat atau
bisa menimbulkan kerugian yang fatal bagi Mekanisme kerjanya apakah meng-hambat
kesehatan maupun dari segi ekonomi. sintesis dinding sel, sintesis protein atau
Antibiotik yang ada sekarang sudah banyak sintesis DNA/RNA, (4) Pola resistensinya,
Gambar 6. Perbedaan generasi penicillin (A) dan cephalosporins (B).(diadaptasi dari Scholar
and Prat [7] cit. [4]).
secara efektif [15]. Multiple drugs berkoloni di kulit juga, survive di alam,
toleran terhadap suhu 10 °C – 45 °C, tahan
resistance didefinisikan sebagai resistensi
kondisi asam dan basa.
terhadap dua atau lebih obat maupun kla-
The National Committe for Clinical
sifikasi obat. Sedangkan cross resistance Laboratory Standard (NCCLS) memberikan
adalah resistensi suatu obat yang diikuti acuan untuk strain S. aures rentan terhadap
dengan obat lain yang belum pernah vancomycin dengan MIC 4 mg/l,
intermediate antara 8 – 16 mg / l, dan
dipaparkan [16].
resisten bila 32 mg/l. Berdasarkan acuan
Resistensi muncul diantaranya karena
di UK dikelompokkan resistan bila MIC nya
penggunaan berlebihan dari antibiotic ber-
8 mg / l, dan di Perancis strain dikelom-
spektrum luas, atau penggunaan antibiotik
pokkan intermediate bila MIC antara 8 – 16
pada tanaman dan hewan dalam jangka
mg / l, dan resisten bila 16 mg/l [15]
waktu yang lama sehingga berimbas kepada
Kerja Vancomycin berinteraksi
manusia.
dengan residu D-Ala-D-Ala pada rantai
Antibiotik penicillin pertama kali
peptide, yang kemudian memblok proses
digunakan untuk mengatasi infeksi S.
cross-linking rantai dinding cell, akibatnya
aureus tahun 1941, namun 4 tahun
rantai PG tidak dapat digabungkan dan
kemudian ditemukan strain S. aureus
diding cell menjadi lemah. Ada dua
penicillin-resistance. Tahun 1961 mulai
kemungkinan factor yang mengarahkan
digunakan methicillin sebagai pengganti
pada resistensi vancomycin, yaitu (1) pada
penicillin, namun 15 tahun kemudian muncul
VRE terjadi modifikasi residu the DAla-D-Ala
juga strain Meticillin-resistance S. aureus
pada rantai peptide sub unit PG menjadi D-
(MRSA). Tahun 1986 vancomycin dipilih
Ala-D-lactate, (2) pada VSRA, VISA atau
untuk mengatasi MRSA dan infeksi karena
GISA terjadi penebalan lapisan PG.
enterococci. Alhasil berturut-turut ditemukan
Gambar 12. Protein-protein yang diidentifikasi dalam balhimycin biosynthetic gene cluster yang
bertanggung jawab dalam biosintesis nonproteinogenic aromatic asam amino acids and
representasi skemati penggabungan 7 asam amino berdasarkan NRPS membentuk tulang
punggung heptapeptide dari balhimycin. Leu = leucine, Cht = 3-chloro-ß-hydroxytyrosine, Asn
= asparagines, Hpg = 4-hydroxyphenylglycine, Dpg = 3,5-didroxyphenylglycine, m1-7 = modul 1
- 7. Diadopsi dengan modifikasi dari Süssmuth and Wohlleben [23].
Gambar 13. Urutan Domain dan fungsi dalam modul-modul chain initiation, chain elongation
dan chain termination dari NRPS assembly lines[27]
PKS merupakan enzyme kompleks yang Peran serta ahli kimia dan bioteknologi
memproduksi polyketida, mirip dengan fatty dalam menemukan obat baru serta penggi-
acid synthase (FAS). Pengubahan thioester atan perusahaan farmasi dalam membuat
acyl-S-CoA rantai pendek menjadi produk antibioti baru sangat diperlukan. Dengan
long-acyl-chain melalui serangkaian siklus du-kungan kebijakan pemerintah yang
perpanjangan yang menambahkan 2 atau 3 kondusif diharapkan usaha ini mampu
unit atom. Terdapat multiple domain atau membantu mengatasi permasalah
sub unit-sub unit sub unit yang resistensi antibiotik.
berpartisipasi dalam tahap-tahap khusus
DAFTAR RUJUKAN
initsiasi, elongasi, dan terminasi.
[1] Scott, T and M. Eagleson. 1988.
UPAYA PENEMUAN OBAT BARU Concise encyclopedia biochemistry,
Upaya untuk menemukan obat baru 2nd ed. Walter deGruyter, Berlin.
[2] Vining, L.C. and C. Stuttard. 1995.
dalam rangka mengatasi masalah Genetics and biochemistry of antibiotic
resistensi antibiotic dapat dilakuakan production,Butterworth-Heinemann,
Boston
dengan cara: (a) melalui disain target baru [3] Strohl, W.R. 1997. Biotechnology of
dari genomik bacteria, (b) memanfaatkan antibiotics, 2nd ed., reviced and
expanded. Marcel Dekker, Inc., Ner
bioinformatika untuk mencari conserv ORF York.;
dari target bakteri yang potensial, (c) [4] Walsh, C. 2003. Antibiotics: action,
origins, resistance, ASM Press,
pendekatan genomik untuk penemuat Washington, DC.
antibiotic. Hal ini juga bisa dilakukan [5] Nurani, N.A., 2013, Dunia Waspada
Resistensi Bakteri pada Antibiotik.
dengan (a) pendekatan kepusta-kaan Online.
senyawa sintetis dan kombinatorial kimia, http://health.okezone.com/read/
2013/03/13/482/774970/dunia-waspa-
dan (b) pendekatan kepustakaan natural da-resistensi-bakteri-pada-antibiotik]
product dengan combinatorial biosynthetic [6] Utami, E.R., 2012. Antibiotika, Resis-
tensi, dan Rasionalitas Terapi. Saintis,
strategies [4]. Kimiawan dan I, 124-138.
Biotechnologist mempunyai peranan yang [7] Scholar, E.M. and Pratt, W.B., eds.
2000. Antimicrobial drugs, 2nd ed.
sangat besar dalam upaya penemuan obat Oxford University Press, New York.
baru tersebut.. Hal ini juga sangat [8] Schönbrunn, E., D.I. Svergun, N.
Amrhen, and M.H.J. Koch. 1998.
potensial dalam menggiatkan perusahaan Studies on the conformational changes
farmasi untuk membuat antibioti baru. in the bacterial cell wall biosynthetic
enzyme UDP-Nacetylglucosamine
enol-pyruvyltransferase (MurA). Eur. J.
KESIMPULAN Biochem. 253:406-412.
[9] Green, D.W. 2002. The bacterial cell
Pemanfaatan ilmu dasar Kimia dalam wall as a source of antibacterial
targets. Expert Opin. Ther. Targets
kajian ilmiah, penelitian dan eksplorasi
6:1-19.
bahan alam dipadu dengan pemanfaan [10] Rohrer, S., K. Ehlert, M. Tschierske, H.
Labischinski, and B. Berger-Bachi.
teknologi dan mikroorganisme dalam
1999. The essential Staphylococcus
bioteknologi sangat potensial untuk menga- aureus gene fmhB is involved in the
first step of peptidoglycan pentaglycine
tasi permasalahan resistensi antibiotic.
TANYA JAWAB :
Nama Penanya : Lausiani Dewi
Assaat
Nama Pemakalah : Sri Mulyani
Pertanyaan :
Sering terjadi tidak ada aturan dosis yang
jelas dalam pemberian antibiotik terutama
di Indonesia, bagaimana menyikapinya ?
Jawaban :
Kadang dokter dalam memberikan
diagnosis suatu penyakit seseorang sering
dengan cara coba-coba. Datang pertama
diberikan obat A, dan disuruh datang lagi
kalau dalam 3 hari tidak sembuh. Kemudian
dokter akan memberikan obat B, dengan
diagnosis berbeda. Penggunaan antibiotik
di masyarakat juga sering tidak tepat,
sehingga sering terjadi resitensi terhadap
antibiotika tertentu. Di negara maju, dokter
sangat berhati-hati memberikan antibiotik.