Anda di halaman 1dari 4

Suatu antibiotika yang dihasilkan secara komersial, pada awalnya harus berhasil

diproduksi pada fermentor industri berskala-besar. Salah satu gugus-tugas penting adalah
pengembangan efisiensi metode pemurnian. Metode elaborasi (yang terperinci) sangat penting
dalam ekstraksi dan pemunian antibiotika, karena jumlah antibiotika yang terdapat dalam cairan
fermentasi hanya sedikit.

Jika antibiotika larut dalam pelarut organik yang tidak dapat bercampur dengan air, maka
pemurniannya relatif lebih mudah, karena memungkinkan untuk mengekstraksi antibiotika ke
dalam suatu pelarut bervolume kecil, sehingga lebih mudah mengumpulkan antibiotika tersebut.
Jika antibiotika tidak larut dalam pelarut, selanjutnya harus dipindahkan dari cairan fermentasi
melalui adsorpsi, pertukaran ion, atau presipitasi secara kimia. Pada semua kasus, tujuannya
untuk memperoleh produk kristalin yang sangat murni, meskipun sejumlah antibiotika tidak
mudah terkristalisasi dan sulit dimurnikan. Masalah yang berhubungan adalah, kultur sering
menghasilkan produk akhir lain, termasuk antibiotika lain, dalam hal ini penting mengakhiri
proses dengan suatu produk yang hanya terdiri dari antibiotik tunggal. Pemurnian secara kimia
mungkin dibutuhkan untuk mengembangkan metode dalam rangka menghilangkan produk
sampingan yang tidak diharapkan, tetapi dalam beberapa kasus hal tersebut penting untuk ahli
mikrobiologi untuk menemukan strain yang tidak menghasilkan senyawa kimia dan tidak
diharapkan.

Produksi Penisilin oleh Penicillium chrysogenum

Di dalam proses produksi penisilin, dibutuhkan suatu proses yang aerobic dan aerasi
yang efisien. Penisilin merupakan suatu metabolit sekunder yang khas. Selama tahap
pertumbuhan, sangat sedikit penisilin yang diproduksi, tetapi ketika sumber karbon telah habis,
tahap produksi penisilin baru dimulai. Produksi penisilin oleh jamur Penicillium
chrysogenum terjadi selama fase stasioner, sehingga dikenal sebagai metabolit sekunder.
Oleh karena itu, di dalam proses produksi metabolit sekunder ini, dikenal juga Istilah fase
pertumbuhan (tropofase) dan fase pembentukan produk (idiofase). Kebanyakan produk
diproduksi setelah pertumbuhan masuk ke dalam fase stasioner (Madigan dkk., 2000).

Menurut Crueger dan Crueger (1990), produksi penisilin menggunakan Penicillium


chrysogenum berlangsung dari 0-140 jam (sekitar 5-6 hari). Fase pertumbuhan penisilin
mempunyai jangka waktu sekitar 40 jam. Selama waktu tersebut, massa sel dibentuk.
Setelah fase pertumbuhan (logaritma) berlangsung, tahap produksi penisilin yang sebenarnya
baru dimulai. Pemberian nutrien, seperti glukosa dan nitrogen di dalam berbagai
komponen medium kultur dapat memperlama tahap produksi penisilin, dari 120-180 jam.
Aritonang (2006) di dalam penelitiannya yang menggunakan air lindi sebagai medium
produksi penisilin menggunakan Penicillium chrysogenum, berpendapat bahwa perpanjangan
masa inkubasi hingga 10 hari perlu dilakukan sebagai penelitian lanjutan agar mencapai
fase stationer yang berpengaruh terhadap jumlah produksi penisilin. Anonim (2004)
menyatakan bahwa pada proses produksi penisilin, pertumbuhan sel dan produksi penisilin
ditentukan dengan cara mengukur kadar sel, kadar glukosa di dalam substrat, dan potensi
penisilin setiap 6 jam.

Menurut Maya (2002), penisilin diproduksi secara komersial dengan menggunakan bahan
baku utama berupa glukosa, laktosa, dan cairan rendaman jagung. Mineral-mineral yang
digunakan adalah NaNO3, Na2SO4, CaCO3, KH2PO4, MgSO4, 7H2O, ZnSO4, dan MnSO4. Untuk
meningkatkan yield dan modifikasi tipe penisilin yang akan dihasilkan, maka kedalam media
fermentasi ditambahkan juga precursor, misalnya phenylacetic acid yang digunakan untuk
memproduksi penisilin G. Cairan rendaman jagung adalah media fermentasi dasar yang terdiri
dari asamamino, polipeptida, asam laktat dan mineral-mineral. Kualitas cairan rendaman jagung
sangat bergantung pada derajat pengenceran hingga diperoleh konsentrasi yang diinginkan,
sedangkan besarnya jumlah nutrient dan alkali yang ditambahkan kedalam media dasar
disesuaikan dengan jumlah media fermentasi dasar ini.
Isolasi

Proses fermentasi penisilin didahului oleh tahapan seleksi strain Penicillium


chrysogenum pada media agar di laboratorium dan perbanyakan pada tangki seeding. Setelah
proses seleksi dilakukan, maka dilanjutkan dengan sterilisasi media fermentasi melalui
pemanasan dengan steam bertekanan sebesar 15 lb (120 0C) selama ½ jam. Sterilisasi ini
dilanjutkan dengan proses pendinginan fermentor dengan air pendingin yang masuk ke dalam
fermentor melalui coil pendingin.

Saat temperatur mencapai 75oF (24oC), media ini diinokulasi pada kondisi aseptik dengan
memasukkan spora-spora kapang Penicillium chrysogenum. Selama proses fermentasi
berlangsung dilakukan pengadukan, sementara udara steril dihembuskan melalui sparger
kedalam fermenter. Proses fermentasi ini akan berlangsung selama 100 – 150 jam dengan
tekanan operasi 5 – 15 psig. Temperatur operasi dijaga konstan selama fermentasi penisilin
berlangsung dengan cara mensirkulasikan air pendingin melalui coil. Busa-busa yang terbentuk
dapat diminimalkan dengan penambahan agen anti-foam. Kapang aerobik dibiarkan tumbuh
selama 5 – 6 hari saat gas CO2 mulai terbentuk.

Pada saat penisilin sudah dihasilkan dalam jumlah yang maksimum, maka cairan hasil
fermentasi tersebut didinginkan hingga 28oF (2oC), dan dimasukkan kedalam rotary vacumfilter
untuk memisahkan miselia dan penisilin. Miselia akan dibuang, sehingga diperoleh filtrat berupa
cairan jernih yang mengandung penisilin. Cairan yang mengandung penisilin diekstraksi secara
kimia lalu dimurnikan menggunakan pelarut untuk membuat kristal murni. Setelah proses ini,
penisilin dikemas siap untuk digunakan. Tangki fermentor disterilisasi, lalu digunakan untuk
membuat biakan baru.

Pada pembuatan penisilin, tangki pengaduk untukfermentasi diinokulasikan dengan


kulturPenicillium notatum atau Penicillium chrysogenum. Jamur-jamur tersebut tumbuh pada
suhu 24°C, suplai O2 cukup, dan pH yang agak basa. Setelah 30 jam, penisilin mulai dihasilkan
dan akan mencapai hasil maksimum setelah 4 hari. Produksi berhenti setelah 6 hari.Pada saat
tersebut, kandungan (isi) tangki fermentor ditampung.Oleh karena penisilin diproduksi di luar sel
jamur, maka misellium jamur disaring, dicuci, dan dibuang.Zat sisa yang mengandung penisilin
diekstraksi secara kimia lalu dimurnikan menggunakan pelarut untuk membuat Kristal murni.

Pemurnian penisilin dari media produksi dimulai dengan penyaringan kaldu. Pada tahap
pertama, padatan yang besar dan sel mikroba yang dipisahkan oleh filtrasi, karena filtrasi adalah
metode yang paling serbaguna untuk menghilangkan molekul yang tidak larut dari kaldu.
Penisilin yang kaya kaldu berair dipelihara dengan arang untuk menghilangkan pigmen dan
kotoran. Setelah filtrasi dan perlakuan karbon, pemulihan penisilin dilakukan oleh ekstraksi cair-
cair (ekstraksi pelarut). Penisilin diambil dari fasa air ke dalam pelarut butil asetat. Pemulihan
terlarut dilakukan dengan penguapan sampel diekstrak. Identifikasi penisilin murni dilakukan
dengan kromatografi lapis tipis (TlC) dengan benzena: etil asetat: asam asetat (40:40:20) sebagai
pelarut dan divisiualisasikan dalam UV illuminator.Setelah proses ini, penisilin dikemas siap
untuk digunakan. Tangki fermentor disterilisasi, lalu digunakan untuk membuat biakan baru.

DAFTAR PUSTAKA

Suhail M, Akhund S, Tahira JA, Mangrio M, Abro H. Isolation and identification of


Penicillium spp from the river indus bed at Kotri. Pak J Bot 2006; 38(4): 1289-1292.

Tan XD, Ji QR, Chang ZD. Partition behavior of penicillin in three-liquid-phase


extraction system. The Chinese Journal Process Engineering 2006; 6(3): 363-368.

Anda mungkin juga menyukai