Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PENDAHULUAN

NAMA : LINDA MEILIANTI I S D


NIM : 014 SYE 15

I. DIAGNOSA MEDIS
SOPT.
II. KEBUTUHAN MANUSIA ISTIRAHAT TIDUR
A. PENGERTIN
Menurut Potter & Perry (2005), Tidur merupakan proses
fisiologis yang bersiklus bergantian dengan periode yang lebih
lama dari keterjagaan.
Kesempatan untuk istirahat dan tidur sama pentingnya
dengan kebutuhan makan, aktivitas, maupun kebutuhan dasar
lainnya. Setiap individu membutuhkan istirahat dan tidur untuk
memulihkan kembali kesehatannya (Tarwoto, 2006).
Istirahat adalah suatu keadaan dimana kegiatan jasmaniah
menurun yang berakibat badan menjadi lebih segar. Sedangkan
tidur adalah suatu keadaan relatif tanpa sadar yang penuh
ketenangan tanpa kegiatan yang merupakan urutan siklus yang
berulang-ulang dan masing-masing menyatakan fase kegiatan otak
dan badaniah yang berbeda (Tarwoto, 2006).
Tidur merupakan kondisi tiak sadar dimana induvidu dapat
dibangunkan oleh stimulasi atau sensoriyang sesuai (Guyton dalam
Aziz Alimul H) atau juga dapat dikatakan sebagai keadaan tidak
sadarkan diri yang relatif, bukan hanya keadaan penuh ketenangan
tanpa kegiatan, tetapi lebih merupakan suatu urutan siklus yang
berulang, dengan ciri adanya aktifitas yang minim, memiliki
kesadaran yang bervariasi terhadap perubahan fisiologis dan terjadi
penurunan respon terhadap rangsangan dari luar.
Jadi dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa tidur
adalah suatu keadaan relative tanpa sadar yang penuh ketenangan
tanpa kegiatan yang merupakan urutan siklus yang berulan-ulang
dan masing-masing menyatakan fase kegiatan otak dan badanlah
yang berbeda.

B. ETIOLOGI
Menurut Burton, (1990)
1. Lesi Vestibular
a Fisiologik
b Labirinitis
c Meniere
d Obat
2. Lesi Saraf Vestibularis
a Neuroma akustik
b Obat
c Neuronitis
d Vestibular

3. Lesi Batang Otak


a Infark (perdarahan pons)
b Migrain arteri basilaris
c Tumor
4. Penyakit Sistem Vestibuler
5. Penyakit SSP
6. Kelainan Endokrin
7. Kelainan Psikiatrik
8. Kelainan Mata

C. FAKTOR YANG MEMPENGARUHI


Sejumlah faktor mempengaruhi kuantitas dan kualitas tidur
seringkali faktor tunggal tidak hanya menjadi penyebab masalah
tidur. Seringkali faktor fisiologis, psikologis dan lingkungan dapat
mengubah kualitas dan kuantitas tidur.
1. Penyakit Fisik
Setiap penyakit menyebabkan nyeri, ketidak
nyamanan fisik atau masalah suasana hati seperti
kecemasan atau depresi dapat menyebabkan masalah tidur.
Seseorang dengan perubahan seperti itu mempunyai
masalah kesulitan tidur atau tetap tertidur. Penyakit juga
dapat memaksa klien untuk tidur dalam posisi yang tidak
biasa. Sebagai contoh, memperoleh posisi yang aneh saat
dengan atau lengan di imobilisasi pada traksi dapat
mengganggu tidur.

2. Obat-obatan dan Substansi


Dari daftar obat di PDR 1990, dengan 584 obat resep
atau obat bebas menuliskan mengantuk sebagai salah satu
efek samping, 486 menulis insomnia, dan 281 menyebabkan
kelelahan ( Buysse,1991). Mengantuk dan deprivasi tidur
adalah efek samping medikasi yang umum. Medikasi yang
diresepkan untuk tidur seringkali member banyak masalah
daripada keuntungan. Orang dewasa muda dan dewasa
tengah dapat tergantung pada obat tidur untuk mengatasi
stressor gaya hidupnya. Lansia seringkali menggunakan
varrasi obat untuk mengontrol atau mengatasi penyakit
kroniknya dan efek kombinasi dari beberapa obat dapat
mengganggu tidur secara serius. L-triptofan, suatu protein
alami ditemukan dalam makanan seperti susu, keju dan
daging dapat membantu orang tidur.

3. Gaya Tidur
Rutinitas harian seseorang mempengaruhi pada
tidur. Jam internal tubuh diatur pukul 22, tetapi sebaliknya
jadwal kerja memaksa untuk tidur pada pukul 9 pagi.
Individu mampu untuk tidur hanya selama 3 sampai 4 jam
karena jam tubuh mempersepsikan bahwa ini adalah waktu
terbangun dan aktif. Kesulitan mempertahankan kesadaran
selama waktu kerja menyebabkan penurunan dan bahkan
penampilan yang berbahaya.
4. Pola Tidur yang Biasa dan Mengantuk yang Berlebihan
pada Siang Hari (EDS)
EDS sering kali menyebabkan kerusakan pada
fungsi terjaga, penampilan kerja atau sekolah yang buruk,
kecelakaan saat mengemudi atau menggunakan peralatan
dan masalah prilaku atau emosional. Mengantuk menajdi
patologis ketika mengantuk terjadi pada waktu ketika
individu harus atau ingin terjaga. Kurang tidur yang kronis
jauh lebih serius daripada kehilangan tidur yang sementara
dan menyebabkan perubahan serius dalam kemampuan
untuk melakukan fungsi sehari-hari. EDS cenderung
menjadi paling sulit diatasi selama tugas yang menetap.

5. Stress Emosional
Kecemasan tentang masalah pribadi atau situasi
dapat menganggu tidur. Stress emosional dapat
menyebabkan seseorang menjadi tegang dan sering kali
mengarah frustasi apabila tidak tidur. Stress yang
menyebabkan seseorang menyebabkan terlalu keras untuk
tertidur, sering terbangun selama siklus tidur stress yang
berlanjut dapat menyebabkan kebiasaan tidur yang buruk.
Lansia juga seperti individu lain yang mengalami masalah
perasaan depresi, sering juga mengalami perlambatan untuk
jatuh tertidur, munculnya tidur REM secara dini, seringkali
terjaga, peningkatan total waktu tidur, perasaan tidur yang
kurang dan terbangun cepat (Bliwise, 1986).

6. Lingkungan
Lingkungan fisik tempat seseorang tidur
berpengaruh penting pada kemampuan untuk tertidur dan
tetap tertidur. Ventilasi yng baik adalah esensial untuk tidur
yang tenang. Ukuran, kekerasan dan posisi tempat tidur
rumah sakit seringkali mempengaruhi kualitas tidur. Suara
juga mempengaruhi tidur. Tingkat suara yang diperlukan
untuk membangunkan orang tergantung pada tahap tidur
(Webster dan Thompson, 1986).

7. Latihan Fisik dan Kelelahan


Seseorang yang kelelahan menengah (moderate) biasa
memperoleh tidur yang mengistirahatkan, khususnya jika
kelelahan adalah hasil dari kerja atau latihan yang
menyenangkan. Latihan 2 jam atau lebih sebelum waktu
tidur membuat tubuh mendingin dan mempertahankan suatu
keadaan kelelahan yang meningkatkan relaksasi.

8. Asupan Makanan dan Kalori


Orang tidur lebih baik ketika sehat ehingga mengikuti
kebiasaan makan yang baik adalah penting untuk kesehatan
yang tepat dan tidur (Hauri dan Linde, 1990). Makan besar,
berat, dan berbumbu pada makan malam dapat
menyebabkan tidak dapat dicerna yang menganggu tidur.
Alergi makanan menyebabkan insomnia.

D. KLASIFIKASI
a Tahap Tidur
EEG, EMG, DAN EOG sinyal listrik menunjukkan
perbedaan tingkat aktivitas yang berbeda dari otak, otak dan
mata yang berhubungan dengan tahap tidur yang berbeda
( Sleep Reseach Society, 1993). Tidur yang normal
melibatkan dua fase yaitu pergerakan mata yang tidak cepat
( NREM, tidur nonorapid eye moment), dan pergerakan
mata yang cepat ( REM, tidur rapid eye moment). Terdapat
4 tahapan tidur NREM yaitu:
1. Tahap 1 NREM
a. Tahap meliputi tingkat paling dangkal dari tidur
b. Tahap berakhir beberapa menit
c. Pengurangan aktivitas fisiologis dimulai degan
penurunan secara bertahap tanda-tanda vital dan
metabolism.
d. Seseorang dengan mudah terbangun oleh stimulus
sensori seperti suara.
e. Ketika terbangun, seseorang merasa seperti telah
melamun.

2. Tahap 2 NREM
a. Merupakan periode tidur bersuara
b. Kemajuan relaksasi
c. Untuk terbangun masih relatif mudah
d. Kelanjutan fungsi tubuh menjadi lamban

3. Tahap 3 NREM
a. Tahap awal dari tidur yang dalam
b. Orang yang tidur sulit dibangunkan dan jarang
bergerak
c. Otot-otot dalam keadaan santai penuh
d. Tanda-tanda vital menurun tetapi tetap teratur
e. Tahap terakhir 15 hingga 30 menit.

4. Tahap 4 NREM
a. Tahap tidur terdalam
b. Sangat sulit untuk membangunkan orang yang tidur
c. Jika terjadi kurang tidur, maka orang yang tidur
akan menghabiskan porsi malam yang seimbang
pada tahap ini
d. Tanda-tanda vital menurun secara bermakna
disbanding selama jam terjaga
e. Tahap berakhir kurang lebih 15 hingga 30 menit
f. Tidur sambil berjalan dan anuresis dapat terjadi.

5. Tidur REM
a. Mimpi yang penuh warna dan tampak hidup dapat
terjadi pada REM. Mimpi yang kurang hidup dapat
terjadi pada tahap yang lain.
b. Tahap ini biasanya dimulai sekitar 90 menit setelah
mulai tidur
c. Hal ini dicirikan dengan respon otonom dari
pergerakan mata yang cepat,fluktuasi jantung dan
kecepatan respirasi dan peningkatan tekanan darah.
d. Terjadi tonus otot skelet penurunan
e. Peningkatan sekresi lambung
f. Sangat sekali membangunkan orang yang tidur
g. Durasi dari tidur REM meningkat pada tiap siklus
dan rata-rata 20 menit.
h.

E. MANFAAT TIDUR
1) Memperbaiki keadaan fisiologis dan psikologis tubuh.
2) Melepaskan stress dan ketegangan.
3) Memulihkan keseimbangan alami di antara pusat-pusat
neuron.
4) Memperbaiki proses biologis dan memelihara fungsi
jantung.
5) Berperan dalam belajar, memori dan adaptasi.
6) Mengembalikan konsentrasi dan aktivitas sehari-hari.
7) Menghasilkn hormon pertumbuhan untuk memperbaiki
serta memperbaharui epitel dan sel otak.
8) Menghemat dan menyediakan energi bagi tubuh.
9) Memelihara kesehatan optimal dan mengembalikan kondisi
fisik tubuh.

F. KEBUTUHAN DAN POLA TIDUR NORMAL


Durasi dan kualitas tidur beragam di antara orang-orang
dari semua kelompok usia. Seseorang mungkin merasa cukup tidur
4 jam, tapi tidak dengan yang lain.
 Bayi baru lahir : Lama tidur 14-18 jam/hari dengan 50%
REM dan 1 siklus tidur rata-rata 45-60 menit
 Bayi sampai dengan 1 tahun: 1 siklus tidur rata2 12-14
jam/hari dengan 20-30% REM dan tidur sepanjang malam
 Toddler(1-3 thn): Lama tidur 11-12 jam/hari dengan 25%
REM dan tidur sepanjang malam ditambah tidur siang
 Pra sekolah : ± 11 jam/hari dengan 20% REM
 Usia sekolah : ± 10 jam/hari dengan 18,5% REM
 Usia sekolah : ± 10 jam/hari dengan 18,5% REM
 Adolescent : ± 8,5 jam/hari dengan 20% REM
 Dewasa muda : 7-8 jam/hari dengan 20-25% REM
 Dewasa menengah : ± 7 jam/hari dengan 20% REM dan
sering sulit tidur.
 Dewasa tua : ± 6 jam/hari dengan 20-25% REM dan
sering sulit tidur.

G. GEJALA KLINIS
Gejala klinis ditandai dengan perasaan lelah, gelisah,
emosi, apatis, adanya kehitaman di daerah sekitar mata, kelopak
mata bengkak, mata merah dan mata perih, perhatian tidak fokus
serta sakit kepala.

H. KOMPLIKAS
1. Insomnia
Insomnia adalah ketidakmampuan untuk mencukupi
kebutuhan tidur baik secara kualitas maupun kuantitas.
Ada tiga jenis insomnia yaitu:
a. Insomnia inisial, adalah ketidakmampuan seseorang
untuk memulai tidur
b. Insomnia intermiten adalah ketidakmampuan untuk
mempertahankan tidur atau keadaan sering terjaga
dari tidur
c. Insomnia terminal adalah bangun secara dini dan
tidak dapat tidur lagi.
Ada beberapa faktor yang dapat menyebabkan
seseorang mengalami insomnia di antaranya adalah rasa
nyeri, kecemasan, ketakutan, tekanan dan kondisi vang
tidak menunjang untuk tidur. Perawat dapat membantu
klien mengatasi insomnia melalui pendidikan
kesehatan, menciptakan lingkungan yang nyaman,
melatih klien relaksasi, dan tindakan lainnya.

2. Somnambulisme
Somnambulisme merupakan gangguan tingkah laku
yang sangat kompleks mencakup adanya otomatis dan
semipurposeful aksi motorik, seperti membuka pintu,
menutup pintu, duduk di tempat tidur, menabrak kursi,
berjalan kaki, dan berbicara. Termasuk tingkah laku
berjalan dalam beberapa menit dan kembali tidur
(Japardi 2002). Somnambulisme ini lebih banyak
terjadi pada anak-anak dibandingkan orang dewasa.

3. Enuresis
Enuresis adalah kencing yang tidak disengaia
(mengompol). Tejadi pada anak-anak dan remaja,
paling banyak terjadi pada laki-laki. Penvebab secara
pasti belum jelas, tetapi ada beberapa faktor yang dapat
menyebabkan enuresis seperti gangguan pada bladder,
stres, dan toilet training yang kaku. Upaya vang dapat
dilakukan untuk mencegah enuresis antara hindari stres,
hindari minum yang banyak sebelum tidur, dan
kosongkan kandung kemih (berkemih dulu) sebelum
tidur.
Menurut Wong (2008), usia anak dalam mencapai
kontinensia urine sangat bervariasi. Misalnya anak kulit
putih di amerika serikat cenderung mencapai
kontinensia lebih awal dari pada anak-anak afrika
amerika. Selain itu, anak-anak d inggris dan swedia
lebih awal dr amerika serikat. Anak-anak digos afrika
mencapai control kandung kemihnya usia 12 bulan.
Berdasarkan penelitian , beberapa fktor yang
mempengaruhi enuresis yaitu riwayat enuresis pada
keluarga merupakan faktor genetik terjadinya enuresis,
Umur diajarkan toilet training pada anak, Lama
pemberian ASI 57%. Anak yang mendapatkan ASI
selama 6 bulan atau lebih tidak mengalami enuresis.
Enuresis sering dihubungkan dengan adanya
keterlambatan perkembangan anak. Stabilitas dan
kontrol sphingter urinarius akan tercapai melalui
maturasi dan perkembangan saraf. Pada anak yang
mendapatkan ASI dapat meningkatkan perkembangan
saraf dan anak akan mempunyai kemampuan
perkembangan yang lebih baik.

4. Narkolepsi
Narkolepsi merupakan suatu kondisi yang dicirikan
oleh keinginan yang tak terkendali untuk tidur. Dapat
dikatakan pula bahwa narkolepsi adalah serangan
mengantuk yang mendadak, sehingga ia dapat tertidur
pada setiap saat di mana serangan tidur (kantuk)
tersebut datang.

5. Night terrors
Night terrors adalah mimpi buruk. Umumnva terjadi
pada anak usia 6 tahun atau lebih. Setelah tidur
beberapa jam, anak tersebut langsung terjaga dan
berteriak, pucat dan ketakutan.

6. Mendengkur
Mendengkur disebabkan oleh adanya rintangan
terhadap pengaliran udara di hidung dan mulut.
Amandel yang membengkak dan adenoid dapat
meniadi faktor yang turut menyebabkan mendengkur.
Pangkal lidah yang menyumbat saluran napas pada
lansia. Otot-otot di bagian belakang mulut mengendur
bergetar jika dilewati udara pernapasan.
III. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN ISTIRAHAT TIDUR

Tanggal Masuk :
Jam :
Tanggal Pengkajian :
Jam :
Diagnose Medis :

A. DATA BIOGRAFI
Identitas klien dan penanggung jawab.

B. RIWAYAT KESEHATAN
1. KELUHAN UTAMA
Keluhan ini meliputi hal yang paling di rasakan pasien
sehingg menyebabkan ganggu kebutuhna istirahat tidur.

2. RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG


Pengkajian ini meliputi alasan pasien yang menyebabkan
terjadi gangguan kebutuhan istirahat tidur.

3. RIWAYAT KEPERAWATAN YANG PERNAH DI DERITA


Pengkajian ini berhubungan dengan pemenuhan kebutuhan
mobilitas.

C. PEMERIKSAAN FISIK
a. Kesadaran
b. Keadaan umum
c. TTV : Tekanan darah, respirasi, nadi, suhu tubuh.
d. Prilaku
e. Head to toe
1. Kulit dan rambut
Inspeksi : warna kulit : kuning langsat atau hitam
Warna rambut : pirang atau hitam
Kebersihan rambut : bersih atau kotor
Palpasi : turgor kulit, kelembaban, ada atau tidaknya
edema, ada atu tidaknya lesi.
2. Kepala
Inspeksi : bentuk simetri antara kanan dan kiri, bentuk
kepala lonjong atau bulat.
Palpasi : tidak ada nyeri tekan
3. Mata
Inspeksi : bentuk bola mata simetri antara kanan dan kiri,
warna sclera, warna kunjungtiva.
4. Telinga
Inspeksi : ukuran simetri anatara kanan dan kiri, ada atau
tidak serum pada lubang kelinga.
Palpasi : ada atau tidak benjolan
5. Hidung
Inspeksi : simetris, ada atau tidak secret, ada atau tidak lesi
Palpasi : ada atu tidaknya benjolan
6. Mulut
Inspeksi : bentuk mulut simetri, kebersihan gigi dan lidah,
kelembaban bibir
7. Leher
Inspeksi : bentuk leher, ada atau tidak ada pembesaran
kelenjar tiroid
Palpasi : suara jelas atau tidak jelas
8. Paru
Inspeksi : simetri antara kanan dan kiri
Palpasi : getaran local femitus sama antara kanan dan kiri,
perfusi normal atau tidak.

9. Abdomen
Inspeksi : perut datar simetris
Palpasi : getaran rockal femitus sama antara kanan dan kiri
10. Ekstremitas
Ekstermitas bagian atas : tangan (siku, ketiak dan
pergelangan terkihat trowongan tungau)
Ekstremitas bagian bawah kiri kanan
D. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. ENG
2. Audiometridan BAEP
3. Psikiatrik
4. Pemeriksaan Tambahan

E. PENGELOMPOKAN DATA
1. Data subjektif
a. Klien merasa lesu, mengantuk sepanjang hari
b. Mengeluh susah tidur, kurang istirahat
c. Pandangan dirasa kabur, mata berkaca-kaca
d. Emosi meningkat, mudah marah/tersinggung
e. Kepala pusing, berat
f. Mengeluh sering terbangun

2. Data objektif
a. Wajah nampak kurang bergairah (letih,lesu, lemah)
b. Prestasi kerja menurun/kurang konsentrasi
c. Gelisah, sering menguap
d. Mudah tersinggung
e. Ada bayangan hitam di bawah mata

F. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Analisa data

No Symptom Etiologi Problem

1 DS : Infeksi Ganguan pola


- Klien merasa
saluran tidur.
lesu, mengantuk
pernafasan
sepanjang hari
- Mengeluh susah
tidur, kurang
istirahat Sesak (+),
- Pandangan dirasa batuk (+)
kabur, mata
berkaca-kaca
- Emosi
meningkat, Rasa aman dan
mudah nyaman

marah/tersinggun
g
- Kepala pusing,
berat Istirahat tidur
- Mengeluh sering
terbangun
DO :
- Wajah nampak
kurang bergairah
(letih,lesu,
lemah)
- Prestasi kerja
menurun/kurang
konsentrasi
- Gelisah, sering
menguap
- Mudah
tersinggung
- Ada bayangan
hitam di bawah
mata

2. Gangguan pola tidur


Kemungkinan berhubungan dengan :
a. Suhu lingkungan sekitar
b. Perubahan pejanan terhadap cahaya gelap
c. Kurang kontrol tidur

I. EVALUASI
Setelah dilakukan implementasi sesuai dengan batas waktu
ditetapkan dan situasi kondisi klien, maka diharapkan klien :
1. Gangguan pola tidur klien efektif dengan kriteria hasil :
a. Perasaan segar sesudah tidur atau istirahat
b. Pola tidur, kualitas dalam batas normal
c. Jumlah jam tidur dalam normal 6-8 jam/hari

DAFTAR PUSTAKA

A. Aziz Alimul. (2006). Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia : Aplikasi Konsep


dan Proses Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika
Herdman T.Heather.(2012).Diagnosa Keperawatan NANDA
Internasional.Jakarta : EGC
Mubarak,. (2007). Buku Ajar Kebutuhan Dasar Manusia Teori dan Aplikasi dalam
Praktik.Jakarta: EGC
Nurarif, Amin Huda dan Kusuma, Hardhi, 2013. Panduan Diagnosa Keperawatan
NANDA.Jakarta: EGC
Tarwoto & Wartonah. (2006). Kebutuhan Dasar Manusia danProses Keperawatan
Edisi 4.Jakarta : Salemba Medika
Diposkan oleh merry mahadewi di 21.45

Anda mungkin juga menyukai