Anda di halaman 1dari 21

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PENDERITA MALARIA

A.PENGERTIAN

Malaria adalah penyakit infeksi parasit yang disebabkan oleh plasmodium yang
menyerang eritrosit dan ditandai dengan ditemukannya bentuk aseksual di dalam darah. (Ilmu
Penyakit Dalam, 2009). Malaria adalah penyakit yang menyerang manusia, burung, kera dan
primata lainnya, hewan melata dan hewan pengerat, yang disebabkan oleh infeksi protozoa dari
genus Plasmodium dan mudah dikenali dari gejala meriang. (panas dingin menggigil) serta
demam berkepanjangan. Penyakit malaria adalah penyakit yang disebabkan oleh parasit dari
genus Plasmodium yang termasuk golongan protozoa melalui perantaraan tusukan (gigitan)
nyamuk Anopheles spp.

B. ETIOLOGI

Penyebab infeksi malaria ialah plasmodium, yang selain menginfeksi manusia juga
menginfeksi binatang seperti golongan burung, reptil, dan mamalia. Termasuk jenis plasmodium
dari family plasmodidae. Plasmodium ini pada manusia menginfeksi erotrosit (sel darah merah)
dan mengalami pembiakan aseksual di jaringan hati dan di eritrosit. Pembiakan seksual terjadi
pada tubuh nyamuk anopheles betina. Secara keseluruhan ada lebih dari 100 plasmodium yang
menginfeksi binatang (82 pada jenis burung dan reptil dan 22 pada primata.
Parasit Malaria yang Terdapat di Indonesia. Plasmodium malaria yang sering dijumpai ialah
plasmodium vivax menyebabkan malaria tertiana (Benign malaria) dan plasmodium falciparum
yang menyebabkan malaria tropika (Malignan Malaria). Plasmodium malariae pernah juga
dijumpai tetapi sangat jarang. Plasmodium ovale pernah dilaporkan dijumpai di Irian Jaya, pulau
Timor, pulau Owi (utara Irian Jaya).(Ilmu Penyakit Dalam, 2009)

C.EPIDEMIOLOGI
Penyakit malaria merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat, karena setiap tahun 500
juta manusia terinfeksi malaria dan lebih dari 1 juta diantaranya meninggal dunia. Kasus
terbanyak berada di Afrika namun juga melanda Asia, Amerika Latin, Timur Tengah dan
beberapa negara Eropa. Diduga sekitar 36% penduduk dunia terkena risiko malaria. (Depkes,
2008)
Di Indonesia pada tahun 2007 telah terjadi 1.700.000 kasus klinis malaria dengan 700 kematian.
Dari 576 kabupaten yang ada, 424 kabupaten diantaranya merupakan daerah endemis malaria
dan diperkirakan 45% penduduk Indonesia berisiko tertular. Pengukuran angka kesakitan
menggunakan Annual Parasite Incidence (API) dan Annual Malariae Incidence (AMI). Untuk
provinsi Kepulauan Riau yang merupakan daerah endemis malaria pada tahun 2007 melaporkan,
bahwa dalam upaya pemberantasan malaria dengan API 0.87 per 1000 penduduk, AMI 0.88 per
1000 penduduk.Tingkat penularan malaria dapat berbeda tergantung pada faktor setempat,
seperti pola curah air hujan (nyamuk berkembang biak pada lokasi basah), kedekatan antara
lokasi perkembangbiakan nyamuk dengan manusia, dan jenis nyamuk di wilayah tersebut.
Beberapa daerah memililki angka kasus yang cenderung tetap sepanjang tahun – Negara tersebut
digolongkan sebagai "endemis malaria ". Di daerah lain, ada “musim malaria” yang biasanya
berhubungan dengan musim hujan. Epidemik yang luas dan berbahaya dapat terjadi ketika
parasit yang bersumber dari nyamuk masuk ke wilayah di mana masyaratnya memiliki kontak
dengan parasit namun memiliki sedikit atau bahkan sama sekali tidak memiliki kekebalan
terhadapa malaria. Atau, ketika orang dengan tingkat kekebalan rendah pindah ke wilayah yang
memiliki kasus malaria tetap. Epidemik ini dapat dipicu dengan kondisi iklim basah dan banjir,
atau perpindahan masyarakat akibat konflik.

D. KLASIFIKASI

Menurut Harijanto (2000) pembagian jenis-jenis malaria berdasarkan

jenis plasmodiumnya antara lain sebagai berikut :

a. Malaria Tropika (Plasmodium Falcifarum)


Malaria tropika/ falciparum malaria tropika merupakan bentuk yang paling berat, ditandai
dengan panas yang ireguler, anemia, splenomegali, parasitemia yang banyak dan sering
terjadi komplikasi. Masa inkubasi 9-14 hari. Malaria tropika menyerang semua bentuk
eritrosit. Disebabkan oleh Plasmodium falciparum. Plasmodium ini berupa Ring/ cincin kecil
yang berdiameter 1/3 diameter eritrosit normal dan merupakan satu-satunya spesies yang
memiliki 2 kromatin inti (Double Chromatin). Klasifikasi penyebaran Malaria Tropika:
Plasmodium Falcifarum menyerang sel darah merah seumur hidup. Infeksi Plasmodium
Falcifarum sering kali menyebabkan sel darah merah yang mengandung parasit
menghasilkan banyak tonjolan untuk melekat pada lapisan endotel dinding kapiler dengan
akibat obstruksi trombosis dan iskemik lokal. Infeksi ini sering kali lebih berat dari infeksi
lainnya dengan angka komplikasi tinggi (Malaria Serebral, gangguan gastrointestinal, Algid
Malaria, dan Black Water Fever).
b. Malaria Kwartana (Plasmoduim Malariae)
Plasmodium Malariae mempunyai tropozoit yang serupa dengan Plasmoduim vivax, lebih
kecil dan sitoplasmanya lebih kompak/ lebih biru. Tropozoit matur mempunyai granula
coklat tua sampai hitam dan kadang-kadang mengumpul sampai membentuk pita. Skizon
Plasmodium malariae mempunyai 8-10 merozoit yang tersusun seperti kelopak
bunga/rossete. Bentuk gametosit sangat mirip dengan Plasmodium vivax tetapi lebih kecil.
Ciri-ciri demam tiga hari sekali setelah puncak 48 jam. Gejala lain nyeri pada kepala dan
punggung, mual, pembesaran limpa, dan malaise umum. Komplikasi yang jarang terjadi
namun dapat terjadi seperti sindrom nefrotik dan komplikasi terhadap ginjal lainnya. Pada
pemeriksaan akan di temukan edema, asites, proteinuria, hipoproteinemia, tanpa uremia dan
hipertensi.
c. Malaria Ovale (Plasmodium Ovale)
Malaria Tersiana (Plasmodium Ovale) bentuknya mirip Plasmodium malariae, skizonnya
hanya mempunyai 8 merozoit dengan masa pigmen hitam di tengah. Karakteristik yang dapat
di pakai untuk identifikasi adalah bentuk eritrosit yang terinfeksi Plasmodium Ovale
biasanya oval atau ireguler dan fibriated. Malaria ovale merupakan bentuk yang paling
ringan dari semua malaria disebabkan oleh Plasmodium ovale. Masa inkubasi 11-16 hari,
walau pun periode laten sampai 4 tahun. Serangan paroksismal 3-4 hari dan jarang terjadi
lebih dari 10 kali walau pun tanpa terapi dan terjadi pada malam hari.
d. Malaria Tersiana (Plasmodium Vivax)
Malaria Tersiana (Plasmodium Vivax) biasanya menginfeksi eritrosit muda yang
diameternya lebih besar dari eritrosit normal. Bentuknya mirip dengan plasmodium
Falcifarum, namun seiring dengan maturasi, tropozoit vivax berubah menjadi amoeboid.
Terdiri dari 12-24 merozoit ovale dan pigmen kuning tengguli. Gametosit berbentuk oval
hampir memenuhi seluruh eritrosit, kromatinin eksentris, pigmen kuning. Gejalamalaria jenis
ini secara periodik 48 jam dengan gejala klasik trias malariadan mengakibatkan demam
berkala 4 hari sekali dengan puncak demam setiap 72 jam. Dari semua jenis malaria dan jenis
plasmodium yang menyerang system tubuh, malaria tropika merupakan malaria yang paling
berat ditandai dengan panas yang ireguler, anemia, splenomegali, parasitemis yang banyak,
dan sering terjadinya komplikasi.
V. MANIFESTASI KLINIS
Tanda dan gejala yang di temukan pada klien dngan malaria secara umum menurut Mansjoer
(1999) antara lain sebagai berikut.
a. Demam
Demam periodik yang berkaitan dengan saat pecahnya skizon matang (sporolasi). Pada
Malaria Tertiana (P.Vivax dan P. Ovale), pematangan skizon tiap 48 jam maka
periodisitas demamnya setiap hari ke-3, sedangkan Malaria Kuartana (P. Malariae)
pematangannya tiap 72 jam dan periodisitas demamnya tiap 4 hari. Tiap serangan di
tandai dengan beberapa serangan demam periodik. Gejala umum (gejala klasik) yaitu
terjadinya “Trias Malaria” (malaria proxysm) secara berurutan :
1) Periode dingin.
Mulai menggigil, kulit kering dan dingin, penderita sering membungkus diri dengan
selimut atau sarung dan pada saat menggigil sering seluruh badan bergetar dan gigi-
gigi saling terantuk, pucat sampai sianosis seperti orang kedinginan. Periode ini
berlangsung 15 menit sampai 1 jam diikuti dengan meningkatnya temperatur.
2) Periode panas.
Muka merah, kulit panas dan kering, nadi cepat dan panas tetap tinggi sampai 40oC
atau lebih, respirasi meningkat, nyeri kepala, nyeri retroorbital, muntah-muntah, dapat
terjadi syok (tekanan darah turun), kesadaran delirium sampai terjadi kejang (anak).
Periode ini lebih lama dari fase dingin, dapat sampai 2 jam atau lebih, diikuti dengan
keadaan berkeringat.
3) Periode berkeringat.
Penderita berkeringat mulai dari temporal, diikuti seluruh tubuh, sampai basah,
temperatur turun, penderita merasa capai dan sering tertidur. Bila penderita bangun
akan merasa sehat dan dapat melakukan pekerjaan biasa.
b. Splenomegali
Splenomegali adalah pembesaran limpa yang merupakan gejala khas Malaria Kronik.
Limpa mengalami kongesti, menghitam dan menjadi keras karena timbunan pigmen
eritrosit parasit dan jaringan ikat bertambah (Corwin , 2000, hal. 571). Pembesaran limpa
terjadi pada beberapa infeksi ketika membesar sekitar 3 kali lipat. Lien dapat teraba di
bawah arkus costa kiri, lekukan pada batas anterior. Pada batasan anteriornya merupakan
gambaran pada palpasi yang membedakan jika lien membesar lebih lanjut. Lien akan
terdorong ke bawah ke kanan, mendekat umbilicus dan fossa iliaca dekstra.
c. Anemia
Derajat anemia tergantung pada spesies penyebab, yang paling berat adalah anemia
karena Falcifarum. Anemia di sebabkan oleh penghancuran eritrosit yang berlebihan
Eritrosit normal tidak dapat hidup lama (reduced survival time). Gangguan pembentukan
eritrosit karena depresi eritropoesis dalam sumsum tulang. (Mansjoer. dkk, Hal. 411)
d. Ikterus
Ikterus adalah diskolorasi kuning pada kulit dan skIera mata akibat kelebihan bilirubin
dalam darah. Bilirubin adalah produk penguraian sel darah merah. Terdapat tiga jenis
ikterus antara lain :
1) Ikterus hemolitik
Disebabkan oleh lisisnya (penguraian) sel darah merah yang berlebihan. Ikterus ini
dapat terjadi pada destruksi sel darah merah yang berlebihan dan hati dapat
mengkonjugasikan semua bilirubin yang di hasilkan
2) Ikterus hepatoseluler
Penurunan penyerapan dan konjugasi bilirubin oleh hati terjadi pada disfungsi
hepatosit dan di sebut dengan hepatoseluler.
3) Ikterus Obstruktif
Sumbatan terhadap aliran darah ke empedu keluar hati atau melalui duktus biliaris di
sebut dengan ikterus obstuktif (Corwin, 2000, hal. 571).

VI. PATOFISIOLOGI
Malaria merupakan penyakit yang disebabkan oleh protozoal blood parasite yaitu
spesies plasmodium. Plasmoodium yang menimbulkan penyakit pada manusia
terdapat 4 spesies. Plasmodium falciparum menyebabkan malaria tropikana,
Plasmodium vivax menyebabkan malaria tertiana, Plasmodium ovale menyebabkan
malaria ovale, Plasmodium malariae menyebabkan malaria kuartana.Untuk
membedakan jenis infeksi dari masing – masing plasmodium dapat dianalisis dari
pemeriksaan penunjang yang menunjukkan perbedaan morfologi dari hapusan darah,
serta manifestasi klinis baik karakteristik demam, serta manifestasi klinis lainnya
yang khas pada setiap plasmodium.
Infeksi plasmodium melibatkan manusia sebagai host dan nyamuk sebagai vektor dan
hosr definitif. Siklus hidup plasmodium terdiri dari fase seksual dan aseksual. Fase
seksual eksogen (sporogoni) dalam tubuh nyamuk. Fase aseksual (skizogoni) dalam
tubuh hospes perantara/manusia ; daur dalam darah (skozogoni eritrosit),daur dalam
sel parenkim hati/stadium jaringan (skizogoni ekso-eritrosit).
Vektor malaria adalah Nyamuk Anopheles betina, yang merupakan inang definitif.
Dalam lambung nyamuk mikrogametosit dan makrogametosit Plasmodium, masing-
masing telah menjadi mikrogamet dan makrogamet yang kemudian kawin (singami):
zigot oosistaookinet (proses sprogoni) keluar puluhan ribu – ratusan
ribulisisdalam dinding lambung nyamuk sporozoit yang akan menuju kelenjar liur
nyamuk inangnya. Melalui gigitan nyamuk Anopheles, sporozoit masuk aliran darah
selama 1/2-1 jam menuju hati untuk berkembang biak. Selanjutnya berpuluh-puluh
ribu merozoit masuk ke dalam darah dan masuk ke dalam eritrosit untuk berkembang
biak menjadi tropozoit. Skizon eritrosit pecah (disebut sporulasi), sambil
membesarkan puluhan merozoit sebagian skizon masuk kembali ke eritrosit baru dan
sebagian lagi membentuk mikro dan makro gametosit. Gametosit akan terisap oleh
nyamuk Anopheles saat menghisap darah penderita untuk memulai fase
sporogoni.(Darmowandowo,2007)
Gigitan nyamuk yang terinfeksi dimulai dari bentuk aseksual yaitu sporozoite ke
dalam sirkulasi darah. Sporozoite menuju hepatocytes (sel hati) membentuk schizont
(bentuk asexsual). . Schizonts mengalami maturasi dan multiplikasi disebut hepatic
schizogony atau preerythrocytic. Pada infeksi P vivax and P ovale , sporozoite
berubah menjadi hupnozoite yang merupakan bentuk dorman sehingga dapat
menyebabkan penyakit setelah terinfeksi beberapa bulan atau tahun. (WHO,2010)
Preerythrocytic schizogony membutuhkan waktu 6-16 hari dan menghasilkan
pecahnya sel dan ledakan invasi ribuan merozoites di darah . Merozoites menuju
erythrocytes dan menginisiasi asexual reproductive siklus, kemudian disebut
erythrocytic schizogony. Parasite sukses meleawati fase tersebut kemudian menjadi
trophozoite dan schizont, dan akhirnya berhsil membentuk merozoites yang lebih
poten. Merozoites yang matur menyebabkan rupturnya sel darah merah dan
melepaskan merozoite baru multiple antigenic and pyrogenic (substansi yang
menyebabkan demam) menuju aliran darah. Sebagian merozoite yang baru akan
menginfeksi sel darah merah yang baru, dan sebagian berdiferensiasi membentuk fase
seksual : gametosis jantan dan betina yang merupakan bagian dari siklus erythrocytic
schizogony. Nyamuk yang menghisap darah pasien dengan gametocymia
mendapatkan betuk seksualyang merupakan bagian dari siklus hidup plasmodium.
(WHO,2011). Rupturnya banyak eritrosit bersamaan dengan pelepasan banyak
pyrigen yang menyebakan paroxysms dari demam malaria. Periode demam malaria
sesuai dengan waktu yang dibutuhkan untuk siklus eritrosit yang mendefinisikan
masing-masing jenis plasmodium. P malariae memerlukan 72 jam untuk setiap siklus
, disebut quartan malaria. Dan tiga spesies lain memerlukan 48 jam untuk 1 siklus dan
menyebabkan alternatife demam di lain hari (tertian malaria). Namun periode ini
sesuai dengan perkembangan parasit dan stimulasi pelepasan substansi kimia biila
tidak singkron maka periode demam tidak dapat diamati. Selain melalui gigitan
nyamuk , malaria juga dapat ditularkan melalui tranfusi darah dan penularan
tranplancental. Parasitemia pada donor kadang tidak menimbulkan manifestasi klini
berupa demam. Hal ini disebabkan karena merozoit tidak mengivasi sel hati. Karena
tidak terjadi perkembangan dalam hati bila maka pengobatan pada serangan akut
merupakan pilihan pengobatan yang lengkap. Selain ini transmisi juga dapat terjadi
melalui transplantasi organ. Penularan lain yaitu transplancental dari ibu dengan
malaria kepada bayinya di dalam kandungan. Orang yang berisiko tinggi lainnya
adalah orang yang bepergian dari daerah endemis, serta pasca bepergian namun tidak
lengkap mendapatkan chemoprofilaksis, serta bayi dan orang dengan
imunocompromise (WHO,2010). Beberapa keadaan klinik dalam perjalanan infeksi
malaria adalah : serangan primer, periode latent, recrudescense, relapse atau rechute.
Periode latent mulai akhir masa inkubasi hingga timbul gejala paroksima trias malaria
(dingin, demam, dan berkeringat), Periode latent yaitu masa tanpa keluhan fisik dan
tanpa parasitemia.Recrudescense adalah berulangnnya parasitemia setelah 24 minggu
berakhirnya serangan primer. Relaps adalah berulangnnya keluhan klinik lama setelah
terjadi masa latent biasanya terjadi pada P vivax atau ovale. (Harijanto,2007). Infeksi
P falciparum menyebabkan malaria yang parah. Spesies ini lebih virulen dari yang
lain karena menyebabkan parasitemia yang tinggi dan tumpukan virus yang
berkontribusi pada kematian sel organ. Faktor parasit yang mempengaruhi
P,falcifaraum adalah sitoadherensi (perlekatan eritrosit parasit pada permukaan
endotel vaskuler sehingga memiliki variasi antigenik yang sangat besar), sekuetrasi
(karena adanya sitoadherensi menyebabkan P.falciparum terperangkap dalam
mikrovaskuler dan menghabiskan seluruh siklus hidupnya pada pembuluh darah
perifer, otak, hepar,ginjal, paru, jantung, usus, dan kulit yang mememgang peranan
patofisiologi malaria berat), Rosetting (berkelompoknya eritrosit parasit matur
diselubungi 10 atau lebih eritrosit non parasit; rosetting akan menyebabkan obstruksi
dan mempermudah terjadinya sitoadherensi yang lebih besar), sitokin dan NO (Nitrit
oksida) yang berlebihan karena respon infeksi.Penyimpanan bagian dari parasite ini
merupakan cirri spesifik dari spesies ini. Sesuai dengan perkembangan siklusnya
setiap 48 jam bagain kecil dari P falcifarum masih tertingal pada pembulu
postcapilary yang kecil . Karena alasan ini hanya pada awal infeksi parasit ini dapat
dideteksi pada pembuluh darah perifer dan merupakan waktu penting diagnostik
malaria infeks P falcifarum. Sequestrasi dari parasit menyebabkan perubaman status
mental hingga koma pada infeksi P falciparum pada anak kejang, konvulsi sering
menuju kematian karena infeksi hingga microvaskular pada jaringan otak.Selain itu
cytokine dan ivasi parasit dalam jumlah besar menyebabkan kematian sel tertuama
pada cental venous system (CNS), paru-paru dan ginjal. Bebberapa penderita infeksi
P falciparum meninggalkan sequele seperti (hemiparesis, cerebellar ataxia, aphasia,
spasticity)
Manifestasi lainnya dalah hipoglycemia karena glukosa darah banyak diambil alih
oleh plasmodium. Anemia berat dapat karena banyaknya sel darah merah yang lisis.
Mekanisme lain dari anemia pada malaria adalah dyserythropoiesis, dan
hypersplenism sehingga anemia pada malaria cenderung berat dan dapat
menyebabkan kematian. Berkurangnya umur sel darah merah yang beredar diikuti
dengan penekanan sumsum tulang ditunjukkan dengan trombositopenia mengganggu
koagulasi intravaskular sehingga dapat mengarah pada perdarahan sistemik. Anemia
kronik pada anak menyebabkan malnutrisi dan terhentinya pertumbuhan.malaria
serebral diduga disebabkan adanya obstruksi pembuluh kapiler darah di otak karena
sitoadherensi dan sekuetrasi. Kadar laktat dalam CSS cenderung meningkat biasanya
disertai dengan gangguan fungsi organ lain ikterik,gagal ginjal, hipoglikemik, dan
edema paru. Gagal ginjal akut sering terjadi pada penderita malaria dewasa diduga
disebabkan adanya anoksia karena penurunan darah ke ginjal akibat dari obstruksi
kapiler. Kecenderungan terjadinya perdarahan karena trombositopenia karena
pengaruh sitokin sehingga terjadi gangguan intrakoagulai pada infeksi P falciparum.
Edema paru yang disebabkan adanya kelebihan cairan dibuktikan dalam otopsi
terdapat edema yang difus, kongesti paru, perdarahan dan pembentukan membran
hialin. Manifestasi gastrointestinal yang sering muncul adalah nausea dan muntah ,
diare, konstipasi, kembung diduga terkait dengan proses infeksi virus. Hiponatremia
bersamaan penurunan osmolalitas plasma akibat kehilangan cairan dan garam melalui
muntah dan mencret (Harijanto,2007)
VII. WOC (terlampir)
VIII. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan Imunoserologis
Diagnosis malaria sebagai mana penyakit pada umumnya didasarkan pada
manifestasi klinis (termasuk anamnesis), uji imunoserologis dan ditemukannya
parasit (plasmodium) di dalam penderita. Pemeriksan Biomolekuler
Prinsip dasar: tes floresensi yaitu adanya protein pada plasmodium yang dapat
mengikat acridine orange akan mengidentifikasi eritrosit terinfeksi plasmodium. QBC
(Semi Quantitative Buffy Coat) merupakan teknik pemeriksaan dengan menggunakan
tabung kapiler dengan diameter tertentu yang dilapisi acridine orange tetapi cara ini
tidak dapat membedakan spesies plasmodium dan kurang tepat sebagai instrumen
hitung parasit. Pemeriksaan biomolekuler digunakan untuk mendeteksi DNA spesifik
parasit/ plasmodium dalam darah penderita malaria.tes ini menggunakan DNA
lengkap yaitu dengan melisiskan eritrosit penderita malaria untuk mendapatkan
ekstrak DNA. Pemeriksaan mikroskopis malaria.
Pemeriksaan imunoserologis didesain baik untuk mendeteksi antibody spesifik
terhadap paraasit plasmodium maupun antigen spesifik plasmodium atau eritrosit
yang terinfeksi plasmodium teknik ini terus dikembangkan terutama menggunakan
teknik radioimmunoassay dan enzim immunoassay. Pemeriksaan tes darah untuk
malaria. Pemeriksaan mikroskopik darah tepi untuk menemukan adanya parasit
malaria sangat penting untuk menegakkan diagnosa. Pemeriksaan satu kali dengan
hasil negatif tidak mengenyampingkan diagnosa malaria. Pemeriksaan darah tepi 3
kali dengan hasil negatif maka diagnosa malaria dapat dikesampingkan. Pemeriksaan
sebaiknya dilakukan oleh tenaga yang berpengalaman dalam pemeriksaan parasit
malaria. Adapau pemeriksaan darah tepi dapat dilakukan melalui: Tetesan preparat
darah tebal Merupakan cara terbaik untuk menemukan parasit malaria karena tetesan
darah cukup banyak dibandingkan preparat darah tipis. Sediaan mudah dibuat
khususnya untuk studi di lapangan. Ketebalan dalam membuat sediaan perlu untuk
memudahkan identifikasi parasit. Pemeriksaan parasit dilakukan selama 5 menit
Tetesan darah tipis Digunakan untuk identifikasi jenis plasmodium, bila dengan
preparat darah tebal sulit dilakukan. Kepadatan parasit dinyatakan sebagai hitung
parasit (parasite count), dapat dilakukan berdasar jumlah eritrosit yang mengandung
parasit per 1000 sel darah merah. Bila jumlah parasit >100.000/ul darah menandakan
infeksi yang berat. Hitung parasit penting untuk menentukan prognosa penderita
malaria, walaopun komplikasi dapat timbul dengan jumlah parasit yang minimal. Tes
antigen: P-F test:Yaitu mendeteksi antigen P-Falciparum (histidine rich protein II).
Deteksi sangat cepat hanya 3-5 menit, tidak memerlukan latihan khusus,
sensitivitasnya baik, tidak memerlukan alat khusus.
Tes serologi Tes serologi mulai dikembangkan sejak tahun 1962 dengan memakai
teknik indirect fluorescent antibody test. Tes ini berguna mendeteksi adanya antibodi
spesifik terhadap malaria atau pada keadaan dimana parasit sangat minimal. Tes ini
kurang bermanfaat sebagai alat diganostik sebab antibodi baru terjadi setelah
beberapa hari parasitemia. Manfaat tes serologi terutama untuk penelitian
epidemiologi atau alat uji saring donor darah. Titer >1:200 dianggap sebagai infeksi
baru; dan test>1:20 dinyatakan positif. Metode-metode tes serologi antara lain
indirect hemagglutinin test, immunoprecipitation techniques, ELISA test, radio-
immunoassay. Pemeriksaan PCR (polymerase chain reaction)
Pemeriksaan ini dianggap paling peka dengan teknologi amplifikasi DNA, waktunya
singkat dan sensitivitas maupun spesifitasnya tinggi. Keunggulan tes ini walaupun
jumlah parasit sangat sedikit dapat memberikan hasil positif.
IX. PENATALAKSANAAN
Obat anti malaria yang tersedia di Indonesia antara lain klorokuin, sulfadoksin-
pirimetamin, kina, primakuin, serta derivate artemisin. Klorokuin merupakan obat
antimalaria standar untuk profilaksis, pengobatan malaria klinis dan pengobatan
radikal malaria tanpa komplikasi dalam program pemberantasan malaria, sulfadoksin-
pirimetamin digunakan untuk pengobatan radikal penderita malaria falciparum tanpa
komplikasi. Kina merupakan obat anti malaria pilihan untuk pengobatan radikal
malaria falciparum tanpa komplikasi. Selain itu kina juga digunakan untuk
pengobatan malaria berat atau malaria dengan komplikasi. Primakuin digunakan
sebagai obat antimalaria pelengkap pada malaria klinis, pengobatan radikal dan
pengobatan malaria berat. Artemisin digunakan untuk pengobatan malaria tanpa atau
dengan komplikasi yang resisten multidrugs.
Beberapa obat antibiotika dapat bersifat sebagai antimalaria. Khusus di Rumah Sakit,
obat tersebut dapat digunakan dengan kombinasi obat antimalaria diuji coba sebagai
profilaksis dan pengobatan malaria diantaranya adalah derivate tetrasiklin,
kloramfenikol, eritromisin, sulfametoksazol-trimetoprim dan siprofloksasin. Obat-
obat tersebut digunakan bersama obat antimalaria yang bekerja cepat dan
menghasilkan efek potensiasi antara lain dengan kina.
a. Pengobatan malaria falciparum Lini pertam
Artesunat+Amodiakuin+Primakuin. Dosis artesunat = 4 mg/kgBB (dosis tunggal),
amodiakuin = 10 mg/kgBB (dosis tunggal), primakuin = 0,75 mg/kgBB (dosis
tunggal). Apabila pemberian dosis tidak memungkinkan berdasarkan berat badan
penderita, pemberian obat dapat diberikan berdasarkan golongan umur. Dosis
makasimal penderita dewasa yang dapat diberikan untuk artesunat dan amodiakuin
masing-masing 4 tablet, 3 tablet untuk primakuin. Pengobatan Lini Pertama Malaria
Falciparum Menurut Kelompok Umur. Hari Jenis Obat Jumlah tablet per hari
menurut kelompok umur0-1 bln 2-11 bln 1-4 th 5-9 th 10-14 th > 15 thI Artesunat ¼
½1234
Amodiakuin ¼ ½ 1 2 3 4
Primakuin - - ¾ 1 ½ 2 2-3
II Artesunat ¼ ½ 1 2 3 4
Amodiakuin ¼ ½ 1 2 3 4
III Artesunat ¼ ½ 1 2 3 4
Amodiakuin ¼ ½ 1 2 3 4
Kombinasi ini digunakan sebagai pilihan utama untuk pengobatan malaria
falciparum. Pemakaian artesunat dan amodiakuin bertujuan untuk membunuh parasit
stadium aseksual, sedangkan primakuin bertujuan untuk membunuh gametosit yang
berada di dalam darah. Pengobatan lini kedua malaria falciparum diberikan bila
pengobatan lini pertama tidak efektif. Lini kedua :
Kina+Doksisiklin/Tetrasiklin+Primakuin. Dosis kina = 10 mg/kgBB/kali (3x/hari
selama 7 hari), doksisiklin = 4 mg/kgBB/hr (dewasa, 2x/hr se lama 7 hari), 2
mg/kgBB/hr (8-14 th, 2x/hr selama 7 hari), tetrasiklin = 4-5 mg/kgBB/kali (4x/hr
selama 7 hari). Apabila pemberian dosis obat tidak memungkinkan berdasarkan berat
badan penderita, pemberian obat dapat diberikan berdasarkan golongan umur.
b. Pengobatan malaria vivax dan malaria ovale
Lini pertama : Klorokuin+Primakuin. Kombinasi ini digunakan sebagai pilihan utama
untuk pengobatan malaria vivax dan ovale. Pemakaian klorokuin bertujuan
membunuh parasit stadium aseksual dan seksual. Pemberian primakuin selain
bertujuan untuk membunuh hipnozoit di sel hati, juga dapat membunuh parasit
aseksual di eritrosit. Dosis total klorokuin = 25 mg/kgBB (1x/hr selama 3 hari),
primakuin = 0,25 mg/kgBB/hr (selama 14 hari). Apabila pemberian dosis obat tidak
memungkinkan berdasarkan berat badan penderita obat dapat diberikan berdasarkan
golongan umur, sesuai dengan tabel.
Pengobatan Malaria vivax dan Malaria ovale :
Hari
Jenis Obat Jumlah tablet menurut kelompok umur (dosis tunggal)
0-1 bln 2-11 bln 1-4 th 5-9 th 10-14 th >15 th
I Klorokuin ¼ ½ 1 2 3 3-4
Primakuin - - ¼ ½ ¾ 1
II Klorokuin ¼ ½ 1 2 3 3-4
Primakuin - - ¼ ½ ¾ 1
III Klorokuin 1/8 ¼ ½ 1 1 ½ 2
Primakuin - - ¼ ½ ¾ 1
IV-XIV Primakuin - - ¼ ½ ¾ 1
Pengobatan efektif apabila sampai dengan hari ke 28 setelah pemberian obat,
ditemukan keadaan sebagai berikut : klinis sembuh (sejak hari keempat) dan tidak
ditemukan parasit stadium aseksual sejak hari ketujuh. Pengobatan tidak efektif
apabila dalam 28 hari setelah pemberian obat :
-Gejala klinis memburuk dan parasit aseksual positif, atau
-Gejala klinis tidak memburuk tetapi parasit aseksual tidak berkurang atau timbul
kembali setelah hari ke-14.
- Gejala klinis membaik tetapi parasit aseksual timbul kembali antara hari ke-15
sampai hari ke-28 (kemungkinan resisten, relaps atau infe ksi baru).
Pengobatan malaria vivax resisten klorokuin
Lini kedua : Kina+Primakuin. Dosis kina = 10 mg/kgBB/ka li (3x/hr selama 7 hari),
primakuin = 0,25 mg/kgBB (selama 14 hari). Dosis obat juga dapat ditaksir dengan
menggunakan tabel dosis berdasarkan golongan umur sebagai berikut :
Pengobatan Malaria vivax Resisten Klorokuin :
Hari
Jenis Obat Jumlah tablet per hari menurut kelompok umur
0-1 :bln 2-11 bln 1-4 th 5-9 th 10-14 th >15 th
0-2 :1-7 Kina * * 3x ½ 3x1 3x2 3x3
0-3 1-14 Primakuin - - ¼ ½ ¾ 1
: Dosis diberikan per kgBB
0-4 Pengobatan malaria vivax yang relaps
Sama dengan regimen sebelumnya hanya dosis primakuin yang ditingkatkan.
Dosis klorokuin diberikan 1 kali perhari selama 3 hari, dengan dosis total 25
mg/kgBB dan primakuin diberikan selama 14 hari dengan dosis 0,5
mg/kgBB/hari. Dosis obat juga dapat ditaksir dengan menggunakan tabel dosis
berdasarkan golongan umur. Pengobatan malaria vivax yang relaps :
Hari
Jenis Obat Jumlah tablet menurut kelompok golongan umur
0-5 0-1 bln 2-11 bln 1-4 th 5-9 th 10-14 th >15 th
0-6 1 Klorokuin ¼ ½ 1 2 3 3-4
0-7 Primakuin - - ½ 1 1 ½ 2
0-8 2 Klorokuin ¼ ½ - 2 3 3-4
0-9 Primakuin - - ½ 1 1 ½ 2
0-10 3 Klorokuin 1/8 ¼ ½ 1 1 ½ 2Pr
0-11 makuin - - ½ 1 1 ½ 2
0-12 14
0-13 14 Primakuin - - ½ 1 1 ½ 2
c. Pengobatan malaria malariae
Klorokuin 1 kali perhari selama 3 hari, dengan dosis total 25 mg/kgBB. Klorokuin
dapat membunuh parasit bentuk aseksual dan seksual P. malariae. Pengobatan
dapat juga diberikan berdasarkan golongan umur penderita.
Pengobatan Malaria Malariae :
Hari
Jenis Obat Jumlah tablet menurut kelompok golongan umur
0-1 bln 2-11 bln 1-4 th 5-9 th 10-14 th >15 th
I Klorokuin ¼ ½ 1 2 3 3-4
II Klorokuin ¼ ½ 1 2 3 3-4
III Klorokuin 1/8 ¼ ½ 1 1 ½
d. Kemopofilaksis
Kemoprofilaksis bertujuan untuk mengurangi resiko terinfeksi malaria
sehingga bila terinfeksi maka gejala klinisnya tidak berat. Kemoprofilaksis
ini ditujukan kepada orang yang bepergian ke daerah endemis malaria
dalam waktu yang tidak terlalu lama, seperti turis, peneliti, pegawai
kehutanan dan lain-lain. Untuk kelompok atau individu yang akan
bepergian atau tugas dalam jangka waktu yang lama, sebaiknya
menggunakan personal protection seperti pemakaian kelambu, kawat
kassa, dan lain-lain. Oleh karena P.falciparum merupakan spesies yang
virulensinya cukup tinggi maka kemoprofilaksisnya terutama ditujukan
pada infeksi spesies ini. Sehubungan dengan laporan tingginya tingkat
resistensi P.falciparum terhadap klorokuin, maka doksisiklin menjadi
pilihan. Doksisiklin diberikan setiap hari dengan dosis 2 mg/kgBB selama
tidak lebih dari 4-6 minggu. Kemoprofilaksis untuk P.vivax dapat
diberikan klorokuin dengan dosis 5 mg/kgBB setiap minggu. Obat tersebut
diminum 1 minggu sebelum masuk ke daerah endemis sampai 4 minggu
setelah kembali.
Dosis Pengobatan Pencegahan Dengan Klorokuin : Golongan Umur
(tahun) Jumlah tablet klorokuin (dosis tunggal, 1x/minggu)
< 1 ¼ 1-4 ½ 5-9 1 10-14 1 ½ > 14 2
X. PROGNOSIS
Uncomplicated malaria yang disebabkan P vivax,P malariae, and P ovale
memiliki prognosisyang baik. Kebanyakan pasien puluh dengan sempurna
tanpa sequelae. Malaria P falciparum sangat berbahaya bila tidak ditangani
dengan cepat dan tuntas karena akan menyebabkan severe malaria dan
menuju progonosis yang buruk
Malaria pada anak dibawah 5 tahun memiliki prognosis buruk di daerah
endemic. Pada daerah endemic dengan imunitas yang lemah dapat
menyebabkan kematian pada umur tersebut, malaria berulang, anemia
kronis, malnutrisi, pertumbuhan yang terlambat.
XI. COMPLICATIONS
• Cerebral malaria, disebabkan P falciparum, memiliki mortality rate of
25%, mentmeski dengan treatment terbaik. Kebanyakan kematian
disebabkan oleh komplikasi , dan serangan akut pada anak umur 6 bulan-3
tahun dapat diobservasi . Diagnosis dini dan pengobatan yang tepat dapat
meyelamatkan anak dengan malaria. Penderita biasanya meninggalkan
sequelae (seperti , hemiparesis, cerebellar ataxia, aphasia, spasticity).P
falciparum melakukan sekuetrasi pada mikrovaskular sehingga Seizures
dan comabiasa terjadi pada anak dengan malaria. Tanpa cerebral malaria ,
anak yang mengalami konvulsi berulang dapat menuju kematian.
• Perdarah terjadi pada anak dengan kekebalan tubuh lemah karena
parasitemia yang tinggi menyebabkan gangguan intrakoagulasi.
• hemolisis pada tingkat tertentu dapat menyebabkan gagal ginjal terkait
glucose-6-phosphatase dehydrogenase (G-6-PD) deficiency or an antibody-
mediated yang menyebabkan destruksi eritrosit..
• Anemia terjadi karena ada mekanisme dyserythropoiesis, hypersplenism,
erythrocyte survival memendek , bone marrow suppressn. Malarial anemia
bisa sangat parah dan menyebabkan kematian.
• Parsite malaria memakan glukosa. Parasitemia yang berat menyeababkan
hypoglycemia, serta berasosiasi dengan quinine and quinidine therapy.
Hypoglycemia susah dibedakan dengan cerebral malaria
• Blackwater fever adalah kondisi hemolysis gagal ginjal akut. Jarang
dapat diamati sekarang lebih diakibatkan karena profilaksis terapi dengan
menggunakan quinine.
Komplikasi lainnya adalah :
• Pulmonary edema
• Hyperpyrexia
• Circulatory collapse (algid malaria)
• Jaundice

XII. PENCEGAHAN

Metode yang digunakan untuk mencegah penyebaran penyakit, atau untuk melindungi individu-
individu di daerah di mana malaria endemik, termasuk obat-obatan profilaksis, pemberantasan
nyamuk, dan pencegahan gigitan nyamuk.

1. Pengendalian vektor

Upaya untuk membasmi malaria dengan menghilangkan nyamuk telah berhasil di beberapa
daerah. Malaria pernah umum di Amerika Serikat dan Eropa selatan, tetapi program
pengendalian vektor, dalam hubungannya dengan pemantauan dan pengobatan pada manusia
yang terjangkit, dieliminasi dari daerah-daerah. Teknik serangga steril yang muncul sebagai
metode pengendalian nyamuk potensial. Kemajuan menuju transgenik, atau rekayasa genetika,
serangga menunjukkan bahwa populasi nyamuk liar bisa dibuat malaria resisten. Para peneliti di
Imperial College London menciptakan malaria pertama di dunia nyamuk transgenik, dengan
plasmodium tahan spesies pertama diumumkan oleh tim di Case Western Reserve University di
Ohio pada tahun 2002. Penggantian berhasil populasi saat ini dengan populasi rekayasa genetika
baru, bergantung pada mekanisme drive, seperti elemen transposabel untuk memungkinkan non-
Mendel warisan dari gen yang diinginkan. Namun, pendekatan ini mengandung banyak kesulitan
dan keberhasilan adalah prospek yang jauh. Sebuah metode bahkan lebih futuristik pengendalian
vektor adalah gagasan bahwa laser dapat digunakan untuk membunuh nyamuk terbang.

2. Profilaksis obat

Beberapa obat, yang sebagian besar juga digunakan untuk pengobatan malaria, dapat diambil
preventif. Umumnya, obat ini diminum setiap hari atau mingguan, pada dosis yang lebih rendah
daripada yang digunakan untuk pengobatan orang yang benar-benar tertular penyakit itu. Obat
modern yang digunakan preventif meliputi mefloquine (''Lariam''), doxycycline (tersedia umum),
dan kombinasi atovakuon dan hidroklorida proguanil (''Malarone''). Pilihan obat yang akan
digunakan tergantung pada obat parasit di daerah tersebut resisten terhadap, serta efek samping
dan pertimbangan lainnya. Efek profilaksis tidak memulai segera setelah mulai meminum obat,
sehingga orang sementara mengunjungi daerah endemis malaria biasanya mulai mengambil obat
satu sampai dua minggu sebelum tiba dan harus terus membawa mereka selama 4 minggu setelah
meninggalkan (dengan pengecualian proguanil atovakuon yang hanya perlu dijalankan 2 hari
sebelum dan dilanjutkan selama 7 hari setelahnya). Penggunaan obat profilaksis mana nyamuk
pembawa malaria yang hadir dapat mendorong perkembangan imunitas parsial.
3. Indoor sisa penyemprotan

Penyemprotan residu dalam ruangan (IRS) adalah praktek penyemprotan insektisida pada
dinding interior rumah di daerah yang terkena malaria. Setelah makan, istirahat banyak spesies
nyamuk pada permukaan yang terdekat sementara mencerna bloodmeal, jadi jika dinding tempat
tinggal telah dilapisi dengan insektisida, nyamuk istirahat akan dibunuh sebelum mereka dapat
menggigit korban lain, mentransfer parasit malaria. Satu masalah dengan semua bentuk
Penyemprotan Indoor Residual insektisida resistensi melalui evolusi nyamuk. Menurut sebuah
penelitian yang diterbitkan pada Perilaku Nyamuk dan Pengendalian Vector, spesies nyamuk
yang dipengaruhi oleh IRS adalah spesies endophilic (spesies yang cenderung untuk beristirahat
dan tinggal dalam ruangan), dan karena iritasi yang disebabkan oleh penyemprotan, keturunan
evolusi mereka untuk menjadi tren exophilic (spesies yang cenderung untuk beristirahat dan
hidup di luar pintu), yang berarti bahwa mereka tidak terpengaruh-jika terpengaruh sama sekali-
oleh IRS, rendering itu agak tidak berguna sebagai mekanisme pertahanan.
4. Kelambu dan seprai

Kelambu membantu menjaga nyamuk menjauh dari orang-orang dan sangat mengurangi infeksi
dan penularan malaria. Jaring bukan penghalang sempurna dan mereka sering diperlakukan
dengan insektisida untuk membunuh nyamuk yang dirancang sebelum memiliki waktu untuk
mencari cara melewati net. Jaring insektisida (ITN) diperkirakan akan dua kali lebih efektif
sebagai jaring tidak diobati,. Meskipun ITN terbukti sangat efektif terhadap malaria, kurang dari
2% dari anak-anak di daerah perkotaan di Sub-Sahara Afrika yang dilindungi oleh ITN. Sejak
feed Anopheles''''nyamuk di malam hari, metode yang disukai adalah untuk menggantung
"kelambu" besar di atas pusat tempat tidur sedemikian rupa sehingga tirai turun dan meliputi
tempat tidur sepenuhnya. Distribusi kelambu diresapi dengan insektisida seperti permetrin atau
deltametrin telah terbukti menjadi metode yang sangat efektif pencegahan malaria, dan juga
salah satu metode yang paling efektif-biaya pencegahan. Jaring ini sering dapat diperoleh untuk
sekitar $ 2,50-$ 3,50 (2-3 euro) dari PBB, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), dan lain-lain.
ITN telah terbukti menjadi metode pencegahan paling efektif-biaya terhadap malaria dan
merupakan bagian dari WHO Millenium Development Goals (MDGs). Untuk efektivitas
maksimum, jaring harus kembali diresapi dengan insektisida setiap enam bulan. Proses ini
menimbulkan masalah logistik yang signifikan di daerah pedesaan. Teknologi baru seperti Olyset
atau DawaPlus memungkinkan produksi tahan lama kelambu insektisida (LLINs), yang
melepaskan insektisida sekitar 5 tahun, dan biaya sekitar US $ 5,50. ITN melindungi orang-
orang tidur di bawah jaring dan sekaligus membunuh nyamuk bahwa kontak net. Perlindungan
juga diberikan kepada orang lain dengan metode ini, termasuk orang-orang tidur di ruangan yang
sama tetapi tidak berada di bawah net.

5. Vaksinasi
Imunitas (atau, lebih tepat, toleransi) tidak terjadi secara alami, tetapi hanya sebagai respons
terhadap infeksi berulang dengan beberapa strain malaria. Saat ini, ada berbagai macam kandidat
vaksin di atas meja. Pra-erythrocytic vaksin (vaksin yang menargetkan parasit sebelum mencapai
darah), dalam vaksin tertentu berdasarkan CSP, membentuk kelompok terbesar penelitian untuk
vaksin malaria. Kandidat vaksin lainnya termasuk: orang-orang yang berusaha untuk membujuk
kekebalan terhadap darah tahap infeksi, orang-orang yang berusaha untuk menghindari patologi
yang lebih parah dari malaria dengan mencegah kepatuhan dari parasit ke venula darah dan
plasenta, dan transmisi-blocking vaksin yang akan menghentikan perkembangan parasit di kanan
nyamuk setelah nyamuk telah mengambil bloodmeal dari orang yang terinfeksi. Diharapkan
bahwa pengetahuan dari P.'' falciparum''genom, urutan yang selesai pada tahun 2002, akan
memberikan target untuk obat baru atau vaksin.
ASUHAN KEPERAWATAN

I. PENGKAJIAN

1. Identitas Pasien

Meliputi nama, umur, alamat, pekerjaan, pendidikan, jenis kelamin dan penanggung jawab.

2. Tanda-tanda vital

Suhu tubuh : Meningkat (di atas 37,5o C)

Tekanan darah : Tekanan darah normal atau sedikit menurun

Nadi : Denyut perifer kuat dan cepat (fase demam)

Respirasi : Tackipnea, Napas pendek

3. Pola Fungsi keperawatan

a. Aktivitas/ istirahat

Gejala : Keletihan, kelemahan, malaise umum

Tanda : Takikardi, Kelemahan otot dan penurunan kekuatan.

b. Sirkulasi
Tanda : Tekanan darah normal atau sedikit menurun. Denyut perifer kuat dan cepat (fase
demam) Kulit hangat, diuresis (diaphoresis ) karena vasodilatasi. Pucat dan lembab (vaso
kontriksi), hipovolemia, penurunan aliran darah. Konjungtiva anemis dan capillary refill >2
detik.

c. Eliminasi

Gejela : Diare atau konstipasi; penurunan haluaran urine

Tanda : Distensi abdomen

Makanan dan cairan Gejala : Anoreksia mual dan muntah


Tanda : Penurunan berat badan, penurunan lemak subkutan, dan Penurunan masa otot.
Penurunan haluaran urine, kosentrasi urine

e. Neuro sensori
Gejala : Sakit kepala, pusing dan pingsan.
Tanda : Gelisah, ketakutan, kacau mental, disorientas deliriu atau koma.
f. Pernapasan
Tanda : Tackipnea dengan penurunan kedalaman pernapasan .
Gejala : Napas pendek pada istirahat dan aktivitasg. Penyuluhan/ pembelajaran
Gejala : Masalah kesehatan kronis, misalnya hati, ginjal, keracunan alkohol, riwayat
splenektomi, baru saja menjalani operasi/prosedur invasif, luka traumatik.
II. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada pasien dengan malaria sesuai
dengan tingkat keparahan klinis dan prioritas :
Uncomplicated malaria
1. Hipertermi berhubungan dengan penyakit ditandai dengan suhu tubuh klien >
37,5derajat celcius, aklral teraba hangat.
2. Resiko defisit volume cairan berhubungan dengan haluaran cairan aktif (muntah,
berkeringan, demam)
3. Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera biologi ditandai dengan klien mengeluh
nyeri pada kepala , dan nyeri pada badan, klien tampak meringis.
4. Hipotermi berhubungan dengan penyakit ditandai dengan klien tampak menggigil,
suhu tubung dibawah 36,5 derajat celcius, klien tampak berkeringat.
5. Resiko ketidakseimbangan suhu tubuh berhubungan dengan penyakit
6. Nausea berhubungan dengan toksin (infeksi plasmodium di daerah saraf yang
mempengaruhi pusat muntah) ditandai dengan klien mengeluh mual, anoreksia.
7. Kelelahan berhubungan dengan ketidakseimbangan energi ditandai dengan klien
tampak lelah , klien tampak mengantuk.
8. Resiko infeksi berhubungan dengan peningkatan pajanan pada lingkungan
9.PKInfeksiSevere Malaria
1.Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan obstruksi jalan napas
(sekret)ditandai dengan dispnea, takipnea.
2. Pola napas tidak efektif berhubungan dengan hiperventilasi ditandai dengan takipnea,
penggunaan otot bantu pernapasan
3. Kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan perubahan membran alveoli ditandai
dengan AGD abnormal (asidosis metabolik), dispnea
4. Perfusi jaringan serebral tidak efektif berhubungan dengan aliran arteri terhambat
ditandai dengan klien mengeluh pusing, convulsi, kejang.
5. Perfusi jaringan perifer tidak efektif berhubungan dengan kerusakan transportasi
oksigen melewati membran kapiler dan alveolar ditandai dengan akral teraba dingin, kulit
tampak pucat.
6. Retensi urin berhubungan dengan hambatan ditandai dengan Klien mengeluh berkemih
sedikit ,disuria, anuria
7. Resiko cedera
8. PK Asidosis metabolik
9. PK perdarahan
10. PK hipoglikemia
11. PK anemia

Anda mungkin juga menyukai