Filsafat Sains
Filsafat Sains
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Manusia sebagai ciptaan tuhan yang sempurna dalam memahami alam sekitarnya
terjadi proses dengan skala tingkatan atau tahap demi tahap, salah satunya adalah
ilmu. Dengan ilmu tidak hanya dapat diketahui apa itu suatu obyek, melainkan juga
dapat diketahui mengapa dan bagaimana berkaitan dengan obyek tersebut.
Perkembangan dan kemajuan peradaban manusia saat ini tidak terlepas dari peran
ilmu. Bahkan perubahan pola hidup manusia dari waktu ke waktu sesungguhnya
berjalan seiring dengan sejarah kemajuan dan perkembangan ilmu. Filsafat
mempunyai andil yang sangat besar terhadap perkembangan ilmu pengetahuan,
segala ilmu pengetahuan lahir dari rahim filsafat. Bisa dikatakan bahwa filsafat
adalah induk segala ilmu pengetahuan.
Filsafat membahas tentang segala sesuatu yang ada bahkan yang mungkin ada
baik bersifat abstrak maupun riil yang meliputi Tuhan, manusia dan alam semesta.
Sehingga untuk faham betul semua masalah filsafat sangatlah sulit mungkin kita
hanya bisa menguasai sebagian dari luasnya ruang lingkup filsafat.
Sistematika filsafat secara garis besar terdapat tiga pembahasan pokok yaitu;
ontologi atau teori hakikat yang membahas tentang hakikat segala sesuatu yang
melahirkan pengetahuan, epistemologi atau teori pengetahuan yang membahas
bagaimana kita memperoleh pengetahuan, dan aksiologi atau teori nilai yang
membahas tentang guna pengetahuan. Sehingga, kita perlu mempelajari ketiga
cabang tersebut yang dapat dikatakan sangatlah penting dalam memahami filsafat
yang begitu luas ruang lingkup dan pembahansannya.
Ketiga teori di atas sebenarnya sama-sama membahas tentang hakikat, hanya saja
dimulai dari hal yang berbeda dan tujuan yang beda pula. Ontologi membahas tentang
apa objek yang kita kaji, bagaimana wujudnya yang hakiki dan hubungannya dengan
daya pikir. Epistemologi sebagai teori pengetahuan membahas tentang bagaimana
mendapat pengetahuan, bagaimana kita bisa tahu dan dapat membedakan dengan
yang lain. Sedangkan aksiologi sebagai teori nilai membahas tentang pengetahuan
kita akan pengetahuan di atas, klasifikasi, tujuan dan perkembangannya.
1
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana Landasan dari Ontologi terhadap Ilmu Pengetahuan?
2. Bagaimana Landasan dari Epistemologi terhadap Ilmu Pengetahuan?
3. Bagaimana Landasan dari Aksiologi terhadap Ilmu Pengetahuan?
4. Bgaimana apakah terdapat ilmu yang memiliki landasan ontology, epistemology,
dan aksiologi.
1.3 Tujuan Penulisan
Untuk memenuhi tugas perkuliahan mahasiswa diharapkan mampu memahami,
dapat menjelaskan bagaimana landasan pntologi, episetemologi, aksiologi terhadapa
ilmu pengetahuan dan ilmu pengetahauan yang memiliki atau mengandung
darimakna landasan-landasan tersebut. Mahasiswa diharapakan mampu
mempresentasikan hasil dikusi mengenai laporan tentang landasan tersebut. Tujuan
lainnya berupa diharpkan agar hasil diskusi yang telah dibuat oleh kelompi kami dapt
diterima dikalangan masyarakat dan dapat menambah wawasan bagi msyarakat yang
kurang paham mengenai filsafat
1.4 Manfaat Penulisan
Manfaat dari penulisan makalah ini yaitu, mahasiswa dapt menambah wawasannya
dalam bidang ontology, epistemology dan aksiologi sebagai landasan dan ilmu
pengetahuan yang memiliki landasan ontology, epistemologi dan aksiologi. dapat
berguna bagi masyarakat yang kurang paham dalam berfilsat khususnya pada bagian
ontology, epistemology, aksiologi sebagai landasan dan ilmu pengetahuan yang
memiliki landasan ontology, epistemologi dan aksiologi.
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
yang bisa diterima akal atau dengan kata lain rasional dan dapat dibuktikan secara
empiris.
1. Rasionalisme
Inti dari pandangan rasionalisme adalah bahwa hanya dengan
menggunakan prosedur tertentu dari akal saja kita bisa sampai pada
pengetahuan yang sebenarnya, yaitu pengetahuan yang tidak mungkin salah.
Menurut kaum rasionalis, sumber pengetahuan, bahkan sumber satu-satunya,
adalah akal budi manusia. Akal budilah yang memberi kita pengetahuan yang
pasti benar tentang sesuatu.
Tokoh rasionalisme adalah Des Cartes (1596-1660 M), Spinoza (1632-
1677 M) dan Leibniz (1646-1716 M).
2. Empirisme
Aliran empirisme berpendapat bahwa pengetahuan bersumber dari
pengalaman, sehingga pengenalan indrawi merupakan pengenalan yang paling
jelas dan sempurna.
Francus Bacon (1210-1292 M) berpendapat pengetahuan yang
sebenarnya adalah penetahuan yang diterima orang melalui persentuhan
indrawi dengan dunia fakta.
2. Pengertian Ontologi
Kata ontology berasal dari perkataan Yunani: On = being, dan logos =
logic. Jadi ontololgi adalah The theory of being qua being teori tentang
keberadaan sebagai keberadaan) atau ilmu tentang yang ada. Menurut istilah,
ontologi ialah ilmu yang membahas tentang hakikat yang ada, yang merupakan
ultimate reality baik yang berbentuk jasamani/konkret maupun rohani/abstrak.
Termiontology pertama kali diperkenalkan oleh Rudolf’ Goclenius pada tahun
1636 M.2 Menurut Jujun S, Suriasumantri, ontology diartikan sebagai pengkajian
mengenai hakikat realitas dari objek yang ditelaah dalam membuahkan
pengetahuan.
Diantara contoh pemikiran ontologi adalah pemikiran Thales, yang
berpendapat bahwa air-lah yang menjadi ultimate substance yang mengeluarkan
semua benda. Jadi asal semua benda hanya satu saja yaitu air. Berbeda dengan
4
Anaximenes bahwa asas pertama seluruh alam semesta dengan segala isinya
adalah hawa atau udara. Didalam pemahaman ontologi dapat diketemukan
pemikiran monoisme, paham ini menganggap hakikat yang asal dari seluruh
kenyataan itu hanyalah satu saja, tidak mungkin dua. Haruslah satu hakikat saja
sebagai sumber yang asal, baik yang asal berupa materi atau rohani. Kemudian
paham ini terbagi dalam dua aliran yaitu:
a. Materialisme aliran ini menganggap bahwa sumber yang asal itu adalah
materi, bukan rohani.
b. Idealisme adalah aliran yang dinamakan juga dengan spritualisme, idealisme
berarti serba cita sedang spritualisme berarti serba ruh.
3. Landasan Ontologi
Hal-hal yang menjadi obyek telaah atau kajian ilmu dalah seluruh aspek
kehidupan yang dapat diuji oleh panca indera manusia. Dalam batas-batas ilmu
hanya mempelajari obyek-obyek yang empiris saja sebab ia harus menghasilkan
bukti-buti yang empiris juga. Obyek-obyek yang empiris yang dapat diteliti oleh
manusia banyak sekali seperti : alam, binatang, tumbuhtumbuhan dan bahkan
manusia itu sendiri. Kendati demikian berbeda dengan kajian filsafat. Dalam
kajian filsafat segala yang ada dapat diamati, dicermati dan dianalisa, baik yang
tampak oleh panca indera, maupun hal-hal yang berkenaan dengan dunia mistik
(abstrak). Ahmad Tafsir mengatakan bahwa, landasan ontology filsafat adalah
segala obyek yang abstrak, rasionl dan mistik yang landasan ontologisnya abstrak
supra rasional.
4. Struktur Sains
Ahmad Tafsir, membagi sains menjadi dua, yaitu sains kealaman dan sains
sosial. Dalam makalh ini hanya ditulis beberapa ilmu.
a. Sains Kealaman
Astronomi
Fisika : mekanika, bunyi, cahaya, dan optik, fisika nuklir
Kimia : kimia organik, an organik , kimia teknik
Ilmu bumi : paleontologi, geofisika, mineralogi, geografi
5
Ilmu hayat : biofisika, botani zoologi
b. Sains Sosial
Sosiologi : sosiologi pendidikan , sosiologi komunikasi
Antropologi : antropologi budaya, antroplogi politik, antropologi ekonomi
Psikologi : psikologi pendidikan, psikologi anak , psikologi abnormal
Ekonomi : ekonomi makro, ekonomi lingkungan
Politik : politik dalam negeri, politik hukum, politik internasional
Stuat Chase dalam bukunya The Proper Study of Mankind membagi
ilmu pengetahuan atas tiga kelompok besar, yaitu:
a. Ilmu Pengetahuan Alam (Natural Sciences):
1) Biologi
2) Antropologi
3) Ilmu Kedokteran
4) Ilmu Farmasi
5) Ilmu Pertanian
6) Ilmu Pasti
7) Ilmu Alam
8) Ilmu Teknik
9) Geologi
b. Ilmu Kemasyarakatan (Social Science):
1) Ilmu Hukum
2) Ilmu Ekonomi
3) Ilmu Jiwa Sosial
4) Ilmu Bumi Sosial
5) Sosiologi
6) Antropologi Budaya dan Sosial
7) Ilmu Sejarah
8) Ilmu Politik
9) Ilmu Pendidikan
10) Publisitik dan Jurnalistik
c. Humaniora (Studi Humanitas, Humanities Studies)
6
1) Ilmu Agama
2) Ilmu Filsafat
3) Ilmu Bahasa
4) Ilmu Seni
5) Ilmu Jiwa
7
Francus Bacon (1210-1292 M) berpendapat pengetahuan yang sebenarnya
adalah penetahuan yang diterima orang melalui persentuhan indrawi dengan
dunia fakta.
Pengetahuan sains adalah pengetahuan yang rasional dan didukung bukti
empiris. mengenai contoh itu (jeruk berbuah jeruk) adalah rasional jeruk
berbuah jeruk karena bibit jeruk berisi gen jeruk, tentu akan tumbuh menjadi
jeruk dan akan berbuah jeruk, bukti empirisnya ialah buahnya ternyata memang
jeruk. Dari formula itu daoat diketahui bahwa objek penelitian pengetahuan
sains (pengetahuan ilmu) ialah objek yang empiris.
6. Prinsip Dasar Ilmu Sains
Di dalam pemahaman ontologi dapat diketemukan pandangan-pandangan pokok
pemikiran sebagai berikut:
a. Monoisme
Paham ini mengganggap bahwa hakikat yang asal dari seluruh kenyataan
hanyalah satu saja, tidak mungkin dua. Haruslah satu hakikat saja sebagai sumber
yang asal, baik yamg asal berupa materi atau pun berupa ruhani.
Paham ini kemudian terbagi kadalam dua aliran:
1) Materialisme
Aliran ini menganggap bahwa sumber yang asal itu adalah materi, bukan
rohani. Menurutnya bahwa zat mati merupakan kenyataan dan satu-satunya fakta.
Aliran pemikiran ini dipelopori oleh bapak filsafat yaitu
Thales (624-546 SM) berpendapat bahwa “unsur asal adalah air, karena
pentingnya bagi kehidupan.”
Anaximander (585-528 SM) berpendapat bahwa “unsur asal itu adalah udara,
dengan alasan bahwa udara merupakan sumber dari segala kehidupan.”
Demokritos (460-370 SM) berpendapat bahwa “hakikat alam ini merupakan
atom-atom yang banyak jumlahnya, tak dapat dihitung dan amat halus. Atom-
atom itulah yang merupakan asal kejadian alam.”
8
2) Idealisme
Aliran ini beranggapan bahwa hakikat kenyataan yang beraneka ragam itu semua
berasal dari ruh (sukma) atau sejenis dengannya, sesuatu yang tidak berbentuk
dan menenpati ruang.
b. Dualisme
Aliran ini berpendapat bahwa benda terdiri dari dua maca hakikat sebagai asal
sumbernya, yaitu hakikat materi dan hakikat ruhani, benda dan ruh, jasad dan
spirit.
c. Pluralisme
Paham ini berpendapat segenap macam bentuk merupakan kenyataan.
Pluralisme bertolak dari keseluruhan dan mengakui bahwa segenap macam
bentuk itu semuanya nyata.
d. Nihilisme
Sebuah doktrin yang tidak mengakui faliditas alternatif yang positif.
e. Agnostisisme
Paham ini mengingkari kesanggupan manusia untuk mengetahui hakikat
benda. baik hakikat materi maupun hakikat ruhani.
9
mendapatkan pengetahuan yang disebut dengan ilmu. Landasan epistemologis ilmu
menyangkut cara berpikir keilmuan berkenaan dengan kriteria tertentu agar sampai
pada kebenaran ilmiah. Dengan kata lain, yang dibicarakan dalam epistemology ilmu
adalah suatu proses berbipikir ilmiah.
Terdapat tiga permasalahan dalam bidang ini yaitu:
1. Apakah sumber-sumber pengetahuan itu? Darimana pengetahuan yang benar itu
datang, dan bagaimana kita dapat mengetahui? Ini semua adalah problema asal
(origin)
2. Apakah watak dari pengetahuan? Adakah dunia yang rill di luar akal dan kalu
ada, dapatkah kita mengetahuinya? Ini semua adalah problema penampilan
(appearance) terhadap realistis.
3. Apakah pengetahuan itu benar(valid)? Bagaimana kita membedakan antara
kebenran dan kekeliruan? Ini adalah problema mencoba kebenran (verification).
Dengan demikian, definisi epistemology adalah suatu cara dari filsafat yang
mengkaji dan membahas tentang batasan, dasar dan fondasi, alat, tolak ukur,
validitas, dan kebenaran ilmu, makrifat dan pengetahuan manusia. Cara memperoleh
ilmu pengetahuan ilmiah yang paling banyak disentuh epistemology, yaitu dengan
membedakan pengetahuan manusia secara garis besar adalah sebagaia berikut:
10
perlu dan tidak mungkin duji kebenaranya. Pengetahuan non-ilmiah aadalah
pengetahuan yang tidak dapat dikembangan menjadi pengetahuan ilmiah.
Misalnya pengetahuan orang tertetu dengan jin atau makhluk halus ditempat
tertentu, keampuhan pusaka, dan lain-lain. Sebaliknya pengetahuan ilmiah adalah
hasil serapan indera dan pemikiran rasional yang terbuaka terhadap pujian lebih
lanjut menggunakan metode-metode ilmiah. Misalnya pengetahuan orang tentang
manfaat rebusan daun jambu biji untuk mengurangi gejala diare. Pemahaman
terhadap illmu pengetahaun ilmiah., secara singkat dapat dikatakan filsafat adalah
refleksi kritis yang radikal. Refleksi adalah upaya memperoleh pengetahuan yang
mendasar atau unsur-unsur yang hakiki atau inti.
Epistemology dalam tulisan ini dibatasi pada aspek epistemology ilmu yang
sering disebut dengan metode ilmiah. Metode ilmiah merupakan prosedur dalam
mendapatkan pengetahuan yang disebut ilmu. Jadi, ilmu merupakan pengetahuan
yang didapat lewat metode ilmiah. Tidak semua pengetahuan dapat disebut ilmu
sebab ilmu merupakan pengetahuan yang cara mendapatkannya harus melalui syarat-
syarat tertentu. Syarat tersebut tercantum dalam metode ilmiah.
Metode menurut Senn, merupakan suatu prosedur atau cara mengetahui sesuatu
yang mempunyai langkah-langkah yang sistematis, metodelogi ini secara filsafat
termasuk dalam apa yang dinamakan epistemology. Epistemology merupakan
pembahasan mengenai bagaiaman kita mendapatkan pengetahuan: apakah sumber
pengetahuan, apakah hakikat, jaungkauan dan ruang lingkup pengetahuan, apakah
manusia dimungkinkan untuk mendpatkan pengetahuan, dan sampai tahap mana
untuk mendapatkan pengetahuan yang mungkin untuk ditangkap manusia
(Suriasumantri:2000 dalam filsafat ilmu lanjutan).
Sebagiamana halnya berpikir yang selalu kita lakukan sebagai kegiatan mental
yang menghasilkan pengetahuan, maka metode ilmiah merupakkan ekspresi cara
bekerja pikiran. Dengan cara bekerja ini, maka pengetahuan yang dihasilkan
diharapkan mempunyai karakteristik-karakteristik tertentu yang diminta oleh
pengetahuan ilmiah, yaitu sifat rasional yang teruji yang memungkinkan tubuh
pengetahuan yang disusun merupakan pengetahuan yang dapat diandalkan. Dalam hal
11
ini maka metode ilmiah mencoba membangun tubuh pengetahuannya
(Suriasumantri:2000 dalam filsafat ilmu lanjutan).
Langkah dalam epistemology ilmu antara lain berpikir deduktif dan induktif.
Berpikir deduktif memberikan sifat yang rasional kepada pengetahuan ilmiah dan
bersifat konsisten dengan pengetahuan yang telah dikumpulkan sebelumnya. Secara
sistematik dan kumulatif pengetahuan ilmiah disusun setahap demi setahap sengan
menyusun argumentasi mengenai sesuatu yang baru berdasarkan pengetahuan yang
telah ada. Secara konsisten dan koheren maka ilmu mencoba memberikan penjelasan
yang rasional kepada objek yang berada focus penelaahan. Penjelasan yang bersifat
rasional ini dengan kriteria kebeneran koherensi tidak memberikan kesimpulan yang
bersifat final, sebab sesuai dengan hakikat rasionlaisme yang bersifat pluralistis, maka
dimungkinkan disususnnya berbagai penjelasan terhadap suatu objek pemikiran
tertentu.
Terjadinya pengetahuan
12
indra maupun pengalaman batin. Adapun pengetahuan aposteriori adalah
pengetahuan yang terjadi karena adanya pengalaman. Dengan demikian pengetahuan
ini bertumpu pada kenyataan dan objektif. (Abbas Hamami M., 1982, hlm. 11)
13
terdapat satu diantara kedua itu, tidak perlu ada pendapat yang ketiga. Asas ini
biasa disebut asas tidak adanya kemungkinan ketiga.
3. Otoritas (authority)
Otoritas adalah kekuasaan yang sah yang dimiliki oleh seseorang dan diakui
oleh kelompokkya. Otoritas menjadi salah satu sumber pengetahuan, karena
kelompoknya memiliki pengetahuan melalui seseorang yang mempunyai
kewibawaan dalam pengetahuannya. Pengetahuan yang diperoleh melalui ooritas
ini biasanya tanpa diuji lagi karena orang yang telah menyampaikannya memiliki
kewibawaan tertentu. Jadi, kesimpulannya yaitu pengetahuan karena adanya
otoritas terjadi melalui wibawa seseorang sehingga orang lain mempunyai
pengetahuan.
4. Intuisi (intuition)
Intuisi adalah suatu kemampuan yang ada pada diri manusia melalui proses
kejiwaan tanpa suatu rangsangan atau stimulus mampu unuk membuat pernyataan
berupa pengetahua. Pengetahuan yang diperoleh melalui intuisi sebagai sumber
pengetahuan adalah adanya kemampuan dalam diri manusia yang dapat
melahirkan pernyataan-pernyataan berupa pengetahuan.
5. Wahyu (revelation)
Wahyu adalah berita yang disampaikan oleh Tuhan kepada Nabi-Nya untuk
kepentingan umatnya. Kita mempunyai pengetahuan melalui Wahyu, karena ada
kepercayaan tentang sesuatu yang disampaikan itu. Seseorang yang mempunyai
pengetahuan melalui wahyu secara dogmatic akan melaksanakan dengan baik.
Wahyu dapat dikatakan sebagai salah satu sumber pengetahuan, karena kita
mengenal sesuatu dengan melalui kepercayaan kita.
6. Keyakinan (faith). (Abbas Hamami M., 1982, hlm. 16)
Keyakinan adalah kemampuan yang ada pada diri manusia yang diperoleh
melalui kepercayaan. Sesungguhnya antara sumber pengetahuan berupa wahyu
dan keyakinan ini sangat sukar untuk dibedakan secara jelas, karena keduanya
menetapkan bahwa alat lain alat lain yang dipergunakan adalah
kepercayaan.perbedaannya barangkali jika keyakinan terhadap wahyu yang secara
dogmatic diikutinya adalah peraturan yang berupa agama. Adapun keyakinan
14
melalui kemampuan kejiawaan manusia merupakan pematangan (maturation) dari
kepercayaan. Karena kepercayaan itu bersifat dinamik mampu menyesuaikan
dengan keadaan yang sedang terjadi. Sedangkan keyakinan itu sangat static,
kecuali ada bukti-bukti baru yang akurat dan cocok buat kepercayaannya.
Cakupan dan ragam epistemology dapat dikelompokan menjadi beberapa hal,
yakni: (a) Epistemologi Subjektif, artinya apabila dalam melacak kebenaran suatu
ilmu dilakukan tanpa standar reliable, melainkan didasarkan atas refleksi, reflkesi
dari yang masuk ke dalam pemahaman ilmu, biasanya bersifat subjektif, (b)
Epistemologi Paragmatik, adalah upaya menemukan yang kekal (kebenaran)
dengan pencermatan realistic, emptirik, ekspresimental. Dasar dari epistemology
ini adalah aspek kegunaan ilmu itu dalam masyarakat, (c) Epistemologi moral,
adalah pencarian keputusan benar atau tidak, atas dasar baik buruk. Pertimbangan
makna semata-mata didasarkan atas keputusan etis tidaknya suatu ilmu bagi
masyarakat. (d) Epistemologi religious adalah ilmu yang membahas pencarian
kebenaran dari kitab-kitab dan doktrin.
Ilmu Pengetahuan manusia memang luas cakupannya. Banyak ilmu disekitar
hidup manusia yang pantas dimiliki. Sumber-sumber ilmu pengetahuan juga tidak
terbatas. Untuk memperoleh ilmu pengetahuan, manusia dapat menelusuri empat
hal, yaitu :
1. Sumber Ilmu pengetahuan itu dari mana. Sumber ilmu pengetahuan
mempertanyakan darimana ilmu pengetahuan itu dapat diperoleh. Ilmu
pengetahuan dapat diperoleh dari pengalaman dan akal.
2. Batas-batas Ilmu Pengetahuan. Menurut Immanuel kant apa yang kita tangkap
dengan pancaindera itu hanya terbatas pada gejala atau fenomema, sedangkan
substansi yang ada didalamnya tidak data kita tangkap dengan panca indera
itu adalah penting, pengetahuan tidak sampai disitu saja tetapi harus lebih dari
sekadar yang dapat ditangkap pancaindera.
3. Strukturnya. Yang ingin mengetahui adalah subjek yang memiliki kesadaran
yang ingin kita ketahui adalah objek namun diantara kedua hal tersebut
pembatasnya kurang jelas sehingga dapat terjadi dialektika, apabila dikatakan
subjek menghadapi objek itu salah, karena objek itu adalah subjek juga.
15
4. Keabsahan. Keabsahan ilmu pengetahuan membahas tentang kriteria bahwa
ilmu pengetahuan itu sah berarti membahs kebenaran.
16
kadang ilmu harus disesuaikan dengan nilai-nilai budaya dan moral suatu masyarakat.
Sehingga nilai kegunaan ilmu tersebut dapat dirasakan oleh masyarakat dalam
usahanya dalam meningkatkan kesejahteraan bersama, bukan sebaliknya malahan
menimbulkan bencana. Dasar aksiologi merupakan sesuatu yang paling penting bagi
manusia karena dengan ilmu segara keperluan dan kebutuhan manusia menjadi
terpenuhi secara lebih cepat dan lebih mudah.
Berdasarkan aksiologi, ilmu terlihat jelas bahwa permasalahan yang utama adalah
mengenai nilai. nilai yang dimaksud adalah sesuatu yang dimiliki manusia untuk
melakukan berbagai pertimbangan tentang apa yang dinilai. Teori tentang nilai dalam
filsafat mengacu pada permasalahan etika dan estetika. Etika mengandung dua arti,
yaitu (1) kumpulan pengetahuan mengenai penilaian terhadap perbuatan manusia dan
(2) merupakan suatu predikat yang dipakai untuk membedakan hal-hal, perbuatan-
perbuatan atau manusia-manusia lainnya. Sedangkan estetika berkaitan dengan nilai
tentang pengalaman keindahan yang dimiliki oleh manusia terhadap lingkungan dan
fenomena di sekelilingnya indah dan tidak indah, seringkali berkaitan dengan etika.
Permasalah utama mengenai nilai suatu pengetahuan memang sering problematis.
Nilai yang dimaksud adalah sesuatu yang dimiliki manusia untuk melakukan berbagai
pertimbangan tentang apa yang dinilai. Teori tentang yang dalam filsafat ilmu
mengacu pada permasalahan etika dan estetika. Etika menilai perbuatan manusia,
maka lebih tepat kalau dikatakan bahwa objek formal etika adalah norma-norma
kesusilaan manusia, dan dapat dikatakan pula bahwa etika mempelajari tingkah laku
manusia ditinjau dari segi baik dan tidak baik di dalam suatu kondisi yang normatif,
yaitu suatu kondisi yang melibatkan norma-norma. Sedangkan estetika berkaitan
dengan nilai tentang pengalaman keindahan yang dimiliki oleh manusia terhadap
lingkungan dan fenomena di sekelilingnya.
Perlu diresapi bahwa ilmu merupakan sesuatu yang paling penting bagi manusia.
Karena dnegan ilmu semua keperluan dan kebutuhan manusia terpenuhi secara lebih
cepat dan lebih mudah. Dan merupakan kenyataan yang tidak bisa dipungkiri bahwa
peradaban manusia sangat berhutang kepada ilmu. Singkatnya ilmu merupakan sarana
untuk membantu manusia dalam mencapai tujuan hidupnya. Ilmu menghasilkan
teknologi yang akan diterapkan pada masyarakat. Teknologi dalam penerapannya
17
dapat menjadi berkah dan penyelamat bagi manusia, tetapi bisa juga menjadi bencana
bagi manusia. Disinilah pemanfaatan pengetahuan dan teknologi dperhatikan sebaik-
baiknya. Dihadapkan dengan masalah moral dan ekses ilmu dan teknologi yang
bersifat merusak, para ilmuwan terbagi ke dalam dua golongan pendapat, yaitu : (1)
golongan yang berpendapat bahwa ilmu harus bersifat netral terhadap nilai-nilai bai
itu secara ontologis maupun aksiologis. (2) golongan yang berpendapat bahwa
netralisasi ilmu hanyalah terbatas pada metafisika keilmuwan, sedangkan dalam
penggunaannya harus berlandaskan nilai-nilai moral.
Golongan tersebut mengidentifikasi bahwa kegunaan ilmu pengetahuan itu perlu
dilandasi nilai moral. Moralitas akademik menjadi penting dalam kerangka
menerapkan ilmu pengetahuan. Ilmu pengetahuan yang dikelola secara membabi
buta, akan jauh dari moralitas. Akibatnya disisi akademik sering terjadi plagiasi-
plagiasi yang sulit dibendung. Seharusnya ilmu pengetahuan itu dikembangkan
dengan acuan moral (etik).
Dalam kehidupan apapun, manusia akan memanfaatkan ilmu pengetahuan untuk
memecahkan masalah. Anak SD yang diberi soal matematika, misalnya berapa
sembilan dibagi tiga? Untuk menjawab persoalan itu, bagi anak SD kelas 2 mungkin
akan memanfaatkan hafalan. Mungkin pula akan menggunakan hitungan fisik,
dengan ujung jari dan benda lain. Tegasnya, golongan ilmu pengetahuan memang
telah banyak gunanya bagi manusia. Paling tidak ada beberapa golongan manusia
yang telah mengeksploitasi ilmu, yakni : (a) ilmu secara faktual telah dipergunakan
secara destruktif oleh manusia, yang dibuktikan dengan adanya perang dunia yang
mempergunakan teknologi keilmuwan, (ilmu telah berkembang dengan pesat dan
semakin esoteric hingga kaum ilmuwan lebih mengetahui tentang ekses-ekses yang
mungkin terjadi bila terjadi penyalahgunaan, (c) ilmu telah berkembang sdemikian
rupa dimana terdapat kemungkinan bahwa ilmu dapat mengubah mansia dan
kemanusiaan yang paling hakiki seperti pada kasus revolusi genetika dan teknik
pembuatan sosial.
Dengan demikian dapat dikemukakan bahwa aksiologi adalah ilmu yang
membicarakan aspek kegunaan ilmu pengetahuan. Ilmu pengetahuan memliki pranata
dan etika keilmuwan. Ilmu tidak bebas nilai, sehingga membutuhkan aturan, agar
18
tidak terjadi duplikasi keilmuwan. Duplikasi selalu ada dalam ilmu, yang penting
adalah cara menduplikasi harus atas dasar aturan.
19
5. IPA adalah ilmu yang kajiannya tentang phenomena alam. Ilmu ini diperoleh
melalui pengamatan, eksperimen dan penalaran ilmiah. Sedangkan aksiologinya
yaitu membantu dalam pengembangan IPTEK.
6. Geografi adalah ilmu yang kajiannya tentang letak suatu tempat, struktur dari
permukaan bumi dan lapisan-lapisan bumi. Geografi diperoleh melalui pengamatan
dan eksperimen. Dari segi aksiologi, fungsi dari geografi adalah mengetahui
struktur bumi.
Sejarah mempelajari berbagai bentuk peninggalan seperti artepak- artepak,
prasasti-prasasti, dan dokumen-dokumen lain yang dapat diamati oleh panca indra
sehingga memiliki dasar ontologis yang kuat. Cara memperoleh berbagai informasi
dalam sejarah dilakukan melalui pengamatan. Selanjutnya sejarah memiliki fungsi
untuk mengetahui sejarah perkembangan manusia demi pengetahuan manusia tersebut
terhadap sejarahnya sendiri.
20
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan di atas, dapat penulis simpulkan bahwa ontologi ialah ilmu
yang membahas tentang hakikat yang ada, yang merupakan ultimate reality baik yang
berbentuk jasamani/konkret maupun rohani/abstrak. Hal-hal yang menjadi obyek
telaah atau kajian ilmu dalah seluruh aspek kehidupan yang dapat diuji oleh panca
indera manusia. pistemologi dapat diartikan atau didefinisikan sebagai cabang filsafat
yang mempelajari asal mula atau sumber, struktur, metode, dan sahnya(validitas)
pengetahuan. Epistemology adalah bagian dari filsafat yang membicarakan tentang
terjadinya pengetahuan, sumber pengetahuan, asal mula pengetahuan, batas-batas,
sifat metode, dan kesahihan pengetahuan. Aksiologi adalah ilmu yang membicarakan
aspek kegunaan ilmu pengetahuan. Ilmu pengetahuan memliki pranata dan etika
keilmuwan. Ilmu tidak bebas nilai, sehingga membutuhkan aturan, agar tidak terjadi
duplikasi keilmuwan.
3.2 Saran
Berdasarkan kesimpulan di atas, penulis dapat sarankan bahwa dalam memahami
ilmu pengetahuan kita harus mempelajarinya mulai dari aspek ontologi, setelah itu
menuju aspek epistimologi, dan yang terakhir yaitu aspek aksiologi. Dengan kita
memahami ketiga aspek tersebut maka kita akan memahami ilmu pengetahuan
tersebut.
21