Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
14
15
Secara keseluruhan jumlah air di planet bumi ini relatif tetap dari masa
ke masa. Air di bumi mengalami suatu siklus melalui serangkaian peristiwa
yang berlangsung secara terus menerus, dimana kita tidak tahu kapan dan
darimana awalnya dan kapan akan berakhir.
Air menguap dari permukaan samudera akibat adanya energi matahari,
laju dan jumlah penguapan bervariasi, dimana yang terbesar terjadi di dekat
ekuator karena radiasi dari matahari cenderung lebih kuat. Uap air adalah
murni karena waktu dibawa naik ke atmosfer kandungan garam ditinggalkan.
Uap air yang dihasilkan dibawa udara yang bergerak. Dalam kondisi yang
memungkinkan uap tersebut mengalami kondensasi dan membentuk butir-
butir air yang pada giliranya terjadi di samudera maupun di darat dan sebagian
lagi mengalami penguapan kembali sebelum mencapai ke permukaan bumi.
Presipitasi yang terjadi di bumi menyebar ke berbagai arah dengan
beberapa cara. Sebagian akan tertahan sementara di bumi sebagai salju, atau
genangan air yang dikenal dengan simpanan air atau depresi. Sebagian air
hujan atau lelehan salju akan mengalir ke saluran atau sungai. Hal ini disebut
sebagai aliran permukaan. Jika permukaan tanah porous, sebagian air akan
meresap kedalam tanah melalui peristiwa yang disebut dengan infiltrasi.
Sebagian lagi akan kembali ke atmosfer melalui penguapan dan transpirasi
oleh tanaman.
Pada kedalaman tertentu, pori-pori tanah atau batuan yang tersimpan
dalam zona jenuh air. Batas zona jenuh air disebut dengan muka air tanah
(water table). Air yang tersimpan dalam zona jenuh air disebut dengan air
tanah. Air tanah ini bergerak sebagai aliran air tanah melalui batuan atau
lapisam tanah sampai akhirnya keluar sebagai mata air/spring atau sebagai
rembesan ke danau, sungai, waduk atau ke laut. Air yang mengalir dalam
saluran atau sungai apat berasal dari air permukaan atau dari air tanah yang
merembes di dasar sungai. Kontribusi air tanah pada aliran sungai disebut
dengan aliran dasar (base flow). Semenara total aliran permukaan disebut
debit (run off). Air yang tersimpan di waduk, danau dan sungai disebut dengan
air permukaan (surface water).
16
3.1.1 Evapotranspirasi
Evaporasi adalah proses pemindahan air dari keadaan cair menjadi uap
yang bergerak dari permukaan tanah dan air ke udara, sedangkan transpirasi
adalah proses dimana tanaman melepaskan uap air keudara sebagai uap
melalui metabolisme tanaman. Proses evaporasi dan transpirasi saling
berkaitan, sehingga dinamakan dengan evapotranspirasi. Evapotranspirasi
bisa diartikan sebagai hilangnya air dari lahan dan permukaan air dari suatu
daerah pengaliran sungai akibat kombinasi proses evaporasi dan transpirasi.
Semua jenis tanaman memerlukan air untuk kelangsungan hidupnya.
Masing-masing tanaman berbeda kebutuhan airnya, hanya sebagian kecil air
yang tertinggal dalam tubuh tumbuhan, sebagian besar akan diserap melalui
akar-akar dan dahan-dahan dan ditranspirasikan lewat daun. Dalam kondisi
dilapangan tidak mudah untuk membedakan antara evaporsi dan transpirasi
jika tanahnya tertutup oleh tumbuhan. Faktor-faktor yang mempengaruhi
evaporasi adalah sebagai berikut:
a. Radiasi matahari
Evaporasi merupakan konversi air kedalam uap air proses ini berjalan
terus hampir tanpa berhenti di siang hari. Perubahan dari keadaan cair
menjadi gas ini memerlukan energi berupa panas untuk evaporasi. Proses
tersebut akan sangat aktif jika ada penyinaran matahari langsung. Awan
merupakan penghalang radiasi matahari dan menghambat proses
evaporasi.
b. Angin
Jika air menguap ke atmosfer maka lapisan batas antara permukaan tanah
dan udara menjadi jenuh oleh uap air sehingga proses penguapan berhenti.
Agar proses tersebut dapat berjalan terus, lapisan jenuh harus diganti
dengan udara kering. Pergantian itu hanya akan terjadi jika ada angin,
yang mengeser uap air, jadi kecepatan angin memegang peranan penting
dalam proses evaporasi.
17
c. Kelembaban relatif
Faktor lain yang mempengaruhi evaporasi adalah kelembaban relatif
udara. Jika kelembaban relatif ini naik maka kemampuan udara untuk
menyerap air akan berkurang sehingga laju evaporasinya menurun.
Penggatian lapisan udara pada batas tanah dan udara yang sama
kelembaban relatifnya tidak akan menolong dan memperbesar laju
evaporasinya.
d. Suhu
Energi sangat diperlukan agar evaporasi berjalan terus. Jika suhu udara
dan tanah cukup tinggi maka proses evaporasi berjalan lebih cepat jika
dibandingkan dengan saat suhu udara dan tanah rendah dengan energi
panas yang tidak tersedia. Kemampuan udara untuk menyerap uap air
akan naik jika suhunya naik, maka suhu udara mempunyai efek ganda
terhadap besarnya evaporasi dengan mempengaruhi kemampuan udara
menyerap uap air dan mempengaruhi suhu tanah yang akan mempercepat
penguapan.
3.1.2 Presipitasi
Triatmodjo (2009) menjelaskan bahwa presipitasi adalah turunya air
dari atmosfer ke permukaan bumi yang bisa berupa hujan, hujan salju, kabut,
embun, dan hujan es. Di Indonesia presipitasi yang paling banyak terjadi
adalah hujan. Hujan merupakan komponen terpenting dalam analisis
hidrologi. Hujan yang turun merupakan sumber utama yang akan melimpas
ke sungai. Jumlah dan sebaran hujan yang terjadi dicatat dalam suatu alat
penakar hujan yang diletakkan ditempat-tempat tertentu.
Data hujan dapat diperoleh dari stasiun pengamatan hujan yang dimiliki
oleh instansi yang membutuhkan data hujan. instansi tersebut diantaranya
Badan Meteorologi dan Geofisika (BMG), Dinas Pengairan, Dinas Pertanian,
dan Instansi Pengelola Bandara. Jumlah Hujan selalu dinyatakan dengan
kedalaman hujan yang diukur dalam mm atau cm dengan kurun waktu tertentu
seperti jam, hari, bulan, dan tahun. Hujan kecil memiliki intensitas <3
18
3.1.4 Infiltrasi
Infiltrasi dapat dartikan sebagai proses masuknya air kedalam tanah
melalui permukaan tanah. Umumnya infiltrasi yang dimaksud adalah infiltrasi
vertikal, yaitu gerakan kebawah dari permukaan tanah (Jury dan Horton,
2004). Menurut Asdak (1955) ketika air hujan jatuh kepermukaan tanah atau
lapisan permukaan, sebagian air tertahan di cekungan-cekungan, sebagian air
mengalir sebagai limpasan (run off) dan sebagian lainya meresap kedalam
tanah. Saat hujan mencapai permukaan lahan maka akan terdapat bagian
hujan yang mengisi ruang kosong (void) dalam tanah yang terisi udara sampai
mencapai kapasitas lapang (field capacity) dan berikutnya bergerak kebawah
secara gravitasi akibat berat sendiri dan bergerak terus kebawah (perlokasi)
kedalam daerah jenuh (saturated zone) yang terdapat dibawah permukaan air
(phreatic). Air yang berada pada lapisan air tanah jenuh dapat pula bergerak
kesegala arah kesamping dan keatas dengan gaya kapiler atau dengan batuan
penyerapan oleh tanaman melalui tudung akar.
Proses masuknya air dari atas (surface) kedalam tanah disebut dengan
infiltrasi, sedangkan laju laju infiltrasi (ft) adalah jumlah air yang meresap ke
dalam tanah dalam waktu tertentu. Sedangkan kapasitas infiltrasi adalah laju
infiltrasi maksimum air meresap ke dalam tanah (Haridjaja dkk., 1991).
Perlokasi merupakan proses kelanjutan perjalanan air tersebut ketanah yang
lebih dalam. Dengan kata lain infiltrasi adalah perjalanan air kedalam tanah
sebagai akibat gaya kapiler (gerakan air kearah lateral) dan gravitasi (gerakan
air kearah vertikal). Setelah keadaan jenuh pada lapisan tanah bagian bagian
atas terlampaui, sebagian dari air tersebut mengalir ketanah yang lebih dalam
sebagai akibat gaya gravitasi bumi dan dikenal sebagai proses perlokasi.
Besarnya laju infiltrasi atau perlokasi dinyatakan dalam mm/hari, laju
infiltrasi/perlokasi ditentukan oleh:
a. Jumlah air yang tersedia dipermukaan
b. Sifat permukaan tanah
c. Kemampuan tanah untuk mengosongkan air diatas permukaan tanah.
21
Reservoir air tanah dapat dimanfaatkan oleh vegetasi dan fauna tanah serta
mempengaruhi ketersediaan aliran sungai di musim kemarau. Pengamatan
infiltrasi di lapangan dapat dilakukan dengan membuat simulasi peresapan air
oleh tanah. Simulasi ini dibantu dengan peralatan tertentu. Salah satu
peralatan yang dapat digunakan adalah double ring infiltrometer
(infiltrometer cincin konsentrik) (Seyhan, 1990). Alat tersebut terdiri dari dua
metal silinder yang berbeda ukuran. Kedua silinder dipasang pada tanah dan
diisi dengan air untuk kemudian diamati penurunan tinggi muka air pada tiap
waktu tertentu (Brady dan Weil, 2008). Dari pengolahan data penurunan
ketinggian muka air dan waktu pengamatan dapat diperoleh laju infiltrasi.
A. Faktor yang mempengaruhi laju infiltrasi
Laju infiltrasi dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu kedalaman
genangan dan tebal lapisan jenuh, kelembaban tanah, pemadatan oleh hujan,
tanaman penutup, intensitas hujan dan sifat-sifat fisik tanah.
a. Kedalaman genangan dan tebal lapisan jenuh
Air yang tergenang diatas permukaan tanah akan terinfiltrasi kedalam
tanah, yang menyebabkan suatu lapisan dibawah permukaan tanah menjadi
jenuh air (Gambar 3.2). Apabila tebal dari lapisan jenuh air adalah L, dapat
dianggap bahwa air mengalir kebawah melalui sejumlah tabung kecil. Aliran
melalui lapisan tersebut serupa dengan aliran melalui pipa.
(Gambar 3.3). Porositas primer berupa ruang antar butir yang terbentuk pada
saat pengendapan sedimen sedangkan porositas sekunder berupa rekahan
yang terbentuk setelah pengendapan sedimen.
Permeabilitas tanah merupakan sifat bahan berpori yang memungkinkan
aliran rembesan yang berupa air mengalir melewati rongga pori yang
menyebabkan tanah bersifat permeable. Koefisien permeabilitas tanah
tergantung pada beberapa faktor yaitu kekentalan cairan, distribusi ukuran
pori, distribusi ukuran butiran, angka pori, kekerasan permukaan butiran
tanah dan derajat kejenuhan tanah. Karena nilai koefisien permeabilitas tanah
sama dengan laju infiltrasi tanah maka semakin permeable sifat tanah akan
semakin besar laju infiltrasi pada tanah. Berikut adalah koefisien
permeabilitas umumnya.
maupun kebutuhan sekunder, atau dalam istilah lain yaitu kebutuhan sandang,
pangan, dan papan. Penggunaan lahan dapat dikelompokkan kedalam
penggunaan lahan pertanian dan penggunaan lahan non pertanian.
penggunaan lahan pertanian meliputi hutan, sawah, lading, perkebunan dan
lainya. Penggunaan lahan non pertanian seperti pemukiman, industri, dan
perkantoran.
Gambar 3.4 Perubahan fungsi lahan kota New York dari hutan menjadi perkotaan
(National Geograpic, 2009)
Gambar 3.5 Dampak alih fungsi lahan hutan terhadap siklus hidrologi (smarth
growth, 2017)
(a)
(b)
(c)
Gambar 3.6 Ilustrasi perubahan pengisian air tanah akibat alih fungsi lahan (a)
hutan, (b) perkebunan, (c) perkotaan (Farhan, 2014)
33
zona konservasi air tanah pada suatu CAT sebagai landasan utama.
Penyusunan peta zona konservasi air tanah ini menjadi tugas Pemerintah
Pusat dan Pemerintah Provinsi melalui dinas yang membidangi air tanah,
sesuai dengan kewenangan pengelolaan pada cekungan air tanahnya.
Cekungan air tanah lintas provinsi dan lintas Negara menjadi wewenang
Pemerintah pusat dalam hal ini Kementerian ESDM dan cekungan air tanah
dalam wilayah provinsi menjadi wewenang Dinas Provinsi yang membidangi
air tanah (Dinas ESDM Provinsi).
Gambar 3.7 Contoh pembagian kawasan lindung air tanah dan implikasnya (Heru dan
Doni, 2008)
Gambar 3.10 Sketsa penampang guludan dan guludan bersaluran (Suripin, 2004)
4. Teras
Adalah timbunan tanah yang dibuat melintang atau memotong
kemiringan lahan, yang berfungsi menangkap aliran permukaan, serta
mengarahkanya ke daerah yang mantap/stabil dengan kecepatan yang
tidak erosif. Dengan demikian memungkinkan terjadinya penyerapan
air dan berkurangnya erosi (Gambar 3.11)
C. Metode Kimia
Dalam konservasi tanah dan air contohnya adalah penggunaan preparat
kimia berupa bahan alami yang telah diolah, dalam jumlah yang relatif sedikit,
41
a. Faktor iklim
Iklim merupakan faktor yang perlu dipertimbangkan dalam perencanaan
sumur resapan. Faktor yang perlu mendapat perhatian adalah besaranya curah
hujan. Semakin besar curah hujan di suatu wilayah maka semakin besar sumur
resapan yang diperlukan
b. Kondisi air tanah
Pada kondisi permukaan air tanah yang dalam, sumur resapan perlu
dibuat secara besar-besaran karena tanah benr-benar memerlukan suplai air
dari sumur resapan. Sebaliknya pada lahan yang muka air tanahnya dangkal,
sumur resapan kurang efektif karena tidak kan berfungsi dengan baik.
Terlebih pada daerah rawa dan pasang surut, sumur kurang efektif karena
daerah tersebut justru lebih membutuhkan drainase
c. Kondisi tanah
Keadaan tanah sangat berppengaruh pada besar kecilnya daya serap
tanah terhadap air hujan. Dengan demikian kontruksi dari sumur resapan
harus mempertimbangkan sifat fisik tanah. Sifat fisik yang berpengaruh
adalah terhadap besarnya infiltrasi (resapan air tanah) adalah tekstur dan pori-
pori tanah. Tanah berpasir dan porus lebih mampu merembeskan air hujan
dengan cepat, sehingga waktu yang diperlukan air hujan untuk tinggal dalam
sumur resapan lebih singkat jika dibandingkan dengan tanah yang kandungan
lempungnya lebih tinggi.
B. Standarisasi Sumur Resapan
Berdasarkan Standar Nasional Indonesia (SNI) No. 03-2453-2002,
dapat diketahui bahwa persyaratan umum yang harus dipenuhi sebuah sumur
resapan untuk lahan pekarangan rumah dalah sebagai berikut:
1. Sumur resapan harus berada pada lahan yang datar, tidak pada lahan
berlereng/curam
2. Sumur resapan harus dijauhkan dari tempat penimbunan sampah, jauh
dari septi tank (minimum 5 m diukur dari tepi) dan berjarak minimum 1
m dari fondasi bangunan.
44
Tabel 3.4 Jarak minimum sumur resapan dengan bangunan lainya (Cotteral and Norris
dalam suripin, 2004)
No Bangunan/ Obyek yang ada Jarak minimum dengan sumur
resapan (m)
1 Bangunan/Rumah 3,0
2 Batas pemilikan lahan/kapling 1,5
3 Sumur untuk air minum 10,0
4 Septitank 10,0
5 Aliran air (sungai) 30,0
6 Pipa air minum 3,0
7 Jalan umum 1,5
8 Pohon besar 3,0
Dimana:
H : tinggi muka air dalam sumur (m)
Q : debit air masuk (m3/jam)
F : faktor geometric (m)
K : koefisien permeabilitas tanah (m/jam)
R : radius sumur (m)