Anda di halaman 1dari 6

ANALISIS JURNAL

Judul Jurnal
Jurnal ini berjudul “Effects of occupational stress on the gastrointestinal tract” yang
diterbitkan pada 15 November 2013 dan penelitinya ialah María-Raquel Huerta-Franco, Miguel
Vargas-Luna, Paola Tienda, Isabel Delgadillo-Holtfort, Marco Balleza-Ordaz, Corina Flores-
Hernandez.

Metodologi
Metodologi jurnal ini tidak disertakan dalam jurnal namun dalam pembahasannya dapat
diliat bahwa jurnal ini menggunakan studi literatur dari literatur internasional terkait penelitian
pengaruh stres terhadap perubahan gastrointestinal.

Resume jurnal
Jurnal ini berisi kajian gambaran umum tentang hubungan antara efek stres kerja dengan
perubahan gastrointestinal. Menurut Organisasi Perburuhan Internasional dijelaskan bahwa
kesehatan kerja meliputi aspek psikologis untuk mencapai kesejahteraan mental. Namun, definisi
risiko kesehatan untuk pekerja meliputi resiko biologi, kimia, faktor fisik dan ergonomis tetapi
dalam hal ini tidak dijelaskan mengenai mengatasi stres psikologis dalam kerja atau gangguan
afektif lainnya. Pada beberapa kajian telah dipelajari mengenai stres kerja dan konsekuensi
fisiologis kerja dengan fokus pada kelompok risiko tertentu dan pekerjaan tertentu yang
menimbulkan stres. Di antara efek fisiologis stres kerja, perubahan saluran pencernaan ( GIT )
dianggap lazim. Hubungan antara stres dan penyakit gastrointestinal akibat kerja seringkali
terjadi dalam dunia kerja, namun strategi umum dalam mengatasi hal ini ditujukan pada cara
mengatasi efek kerugian yang terjadi pada perusahaan bukan pada akar masalah untuk mengatasi
stres pekerja. Artinya, dalam sebuah pelayanan kesehatan, stres kerja diakui sebagai sumber
masalah penyakit gastrointestinal, namun pimpinan perusahaan tidak menganggap penting
masalah tersebut sebagai faktor risiko kesehatan pencernaan. Oleh karena itu, identifikasi,
stratifikasi, pengukuran stres, evaluasi stres dan strategi perbaikan perlu dilakukan, terutama
untuk mengatasi stres kerja, karena mengatasi stres kerja merupakan topik penting untuk
mengatasi masalah penyakit gastrointestinal dan masalah ini dijadikan dasar untuk
mempertimbangkan stres sebagai faktor risiko penting dalam kesehatan kerja.
Isi Jurnal
Pekerjaan, Kerja dan Stres Psikologis Kerja
Definisi pekerjaan menurut OECD ialah satu set tugas dan kewajiban yang dieksekusi
oleh satu orang. Berdasarkan uraian definisi pekerjaan, maka definisi kerja ialah satu set
pekerjaan yang ditandai dengan tugas dengan tingkat kesamaan yang sama. Klasifikasi kerja
umumnya tidak didasarkan pada faktor-faktor risiko kesehatan kerja. Namun, konsep kesehatan
kerja telah didefinisikan sejak tahun 1950, ketika Organisasi Perburuhan Internasional (ILO) dan
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) membuat definisi umum melalui Komite tentang Kesehatan
. Definisi tersebut berbunyi sebagai berikut : " kesehatan kerja bertujuan pada promosi dan
pemeliharaan derajat tertinggi kesejahteraan fisik, mental dan sosial pekerja di semua
penempatan kerja dan pemeliharaan pekerja dalam lingkungan kerja yang disesuaikan dengan
fisiologis dan kemampuan psikologis pekerja... " . Dalam definisi ini, kesejahteraan mental dan
kemampuan psikologis telah disebutkan; selain itu, fokus utama kesehatan kerja menggambarkan
promosi dari " iklim sosial yang positif ". Pada pembahasan di atas, mengartikan bahwa stres
kerja menjadi salah satu masalah kesehatan serius dan perlu mendapat perhatian di dunia kerja.
Pada pembahasan di atas, mengartikan bahwa stres kerja menjadi salah satu masalah
kesehatan serius dan perlu mendapat perhatian di dunia kerja. Konsep stres kerja dapat diamati
sebagai perpanjangan alami dari konsep klasik stres yang diperkenalkan oleh Selye dalam bentuk
spesifik dari aktivitas manusia, yaitu bekerja. Steers menjelaskan bahwa stres kerja telah menjadi
topik penting dalam studi perilaku organisasi karena beberapa alasan:
a. stres memiliki efek psikologis dan fisiologis berbahaya pada karyawan ;
b. stres merupakan penyebab utama dari turn over dan absensi karyawan;
c. stres yang dialami oleh salah satu karyawan dapat mempengaruhi keselamatan karyawan
lain;
d. individu dan organisasi dapat dikelola secara lebih efektif melalui pengendalian stres.
Menurut Beheshtifar dan Modaber dijelaskan lima jenis sumber stres kerja antara lain.
a. Faktor intrinsik pekerjaan seperti kondisi fisik kerja yang buruk, kelebihan beban kerja atau
tekanan waktu bekerja.
b. Peran dalam organisasi, termasuk ketidakjelasan peran dan konflik peran.
c. Pengembangan karir, termasuk kurangnya keamanan pekerjaan.
d. Hubungan di tempat kerja, termasuk hubungan buruk dengan atasan atau rekan kerja,
komponen ekstrim yang mobbing di tempat kerja.
e. Struktur dan iklim organisasi, termasuk pengalaman memiliki sedikit keterlibatan dalam
pengambilan keputusan dan politik kantor.

Jenis Pekerjaan, Stres dan Perubahan Gastrointestinal


Saat ini, ulkus lambung diidentifikasi sebagai penyakit kronis yang sangat umum pada
orang dewasa pada usia kerja. Jenis pekerjaan yang menimbulkan stres yaitu pekerja pengatur
lalu lintas “polisi”, pekerjaan yang berhubungan dengan shift kerja, sehingga sering kali
diklasifikasikan sebagai reaksi fisiologis, emosional dan perilaku. Reaksi fisiologis memiliki
konstribusi probabilitas yang lebih tinggi terhadap penyebab kematian akibat penyakit tertentu
setelah masalah kardiovaskular dan masalah gastrointestinal menjadi masalah yang sering
terjadi.
Peneliti menemukan bahwa pekerjaan polisi beresiko untuk terjadinya stres, dan gejala
stres yang timbul antara lain: merasa kekurangan energi, kehilangan kesenangan pribadi, nafsu
makan meningkat, merasa tertekan, sulit berkonsentrasi, merasa gelisah, gugup, dan gangguan
pencernaan. Peneliti juga menyimpulkan mengenai korelasi negatif antara kecerdasan emosional
dan stres kerja pada orang-orang profesional dengan skor tinggi dalam kecerdasan emosional
secara keseluruhan mengalami stres yang rendah, dan sebaliknya pada orang-orang profesional
dengan skor rendah dalam kecerdasan emosional secara keseluruhan mengalami stres yang tinggi
sehingga sangat beresiko sekali terhadap terjadinya gangguan pada sistem gastrointestinal.

Patofisiologi Stres Terhadap Perubahan Saluran Pencenaan


Gambar 1. Representasi mekanisme Pengaruh Stres Psikologis dan Emosi Terhadap Saluran
Pencernaan

Kombinasi pola kepribadian dan stres emosional juga memiliki kontribusi penting dalam
perubahan gastrointestinal. Perubahan suasana hati seperti kecemasan dan depresi juga
mempengaruhi perubahan sistem gastrointestinal seperti sindrom iritasi usus ( IBS ) dan
dispepsia. Pada proses mekanisme regulasi sistem emosional, terdapat tiga sistem yang
berpartisipasi dalam proses tersebut. Representasi mekanisme hipotetis dimana stres kerja
menghasilkan perubahan saluran pencernaan. Stres selama pengembangan kerja (lihat stres
kerja) menghasilkan respon dari jaringan terpadu oleh hipotalamus (inti paraventrikular),
amigdala dan abu-abu periaqueductal. Daerah otak ini menerima masukan dari aferen visceral,
somatik, dari korteks prefrontal medial (PFC) dan cingulated anterior (ACC) serta korteks
insular (Insular C). Pada gilirannya, keluaran dari jaringan terpadu ini ke hipofisis dan inti Ponto
- meduler (PMN) menengahi neuroendokrin dan terjadi tanggapan otonom dalam tubuh. Hasil
akhir dari sirkuit stres sentral ini disebut sistem motor emosional termasuk otonom
neurotransmiter norepinefrin, epinephrine dan neuroendokrin (hipotalamus hipofisis-adrenal
axis, HPA) dan sistem modulasi nyeri. PVN: inti paraventrikularis; PAG: periaqueductal abu-
abu; GIT: Saluran cerna; ACTH: hormon Adrenocorticotropic; CRH: corticotrophin- releasing
hormone; ANS: sistem saraf otonom.

Peranan Perawat dalam Wilayah Kesehatan Keselamatan Kerja


Ditinjau dari kasus yang terjadi hendaknya peran perawat di wilayah kesehatan
keselamatan kerja yaitu melakukan perannya sebagai educator sebagai upaya promotif dan
pencegahan terhadap terjadinya stres kerja dengan memberikan pendidikan kesehatan terkait
bahaya stres kerja dan manajemen stress akibat kerja, misalnya memberikan education bahaya
stres kerja dan manajemen stres pada kelompok yang beresiko mengalami stres kerja seperti
buruh pabrik, pekerja kantor, dll. Perawat juga dituntut memberikan asuhan keperawatan pada
klien yang mengalami stres kerja yaitu sebagai care provider dalam memberikan layanan asuhan
keperawatan secara langsung kepada klien dengan memberikan rasa nyaman dan aman, dan
memfasilitasi klien untuk mengembalikan kesehatannya melalui pemberian pengobatan medis
yang dilakukan secara kolaborasi dengan tim kesehatan lain misalnya pemberian terapi medis
pada klien yang mengalami gangguan gastrointestinal akibat stres kerja.

Rekomendasi Jurnal
Dari pembahasan jurnal didapatkan beberapa kelebihan dan kekurangan isi jurnal yaitu :
Kelebihan dalam jurnal ini yaitu dalam jurnal ini dibahas tentang definisi pekerjaan, kerja
dan stres psikologis kerja, jenis pekerjaan yang beresiko terjadinya stres kerja, jenis-jenis sumber
stres, dan faktor-faktor pemicu stres dalam dunia kerja, serta diulas secara padat dan jelas
mengenai patofisiologi stres terhadap perubahan saluran pencenaan yang didukung dengan
gambar skema mengenai mekanisme pengaruh stres terhadap perubahan saluran cerna.
Kekurangan dalam jurnal ini tidak dijelaskan mengenai manajemen penanganan stres,
selain itu penggunaan bahasa yang sulit dipahami pembaca. Pada jurnal ini juga tidak dijelaskan
mengenai metode penelitiannya.
Implikasi keperawatan
Jurnal ini dapat dijadikan literatur untuk menambah pengetahuan bagi perawat Indonesia
utamanya bagi perawat yang bekerja dibidang kesehatan, keselamatan, kerja serta jurnal ini bisa
dijadikan panduan ilmu, sebagai dasar dalam memberikan asuhan keperawatan kepada klien
dengan kasus terkait masalah gastointestinal akibat stres kerja.

DAFTAR PUSTAKA
Dutto, M. et all. 2010. World Journal Gastrointest Pathophysiol. Effects of occupational stress
on the gastrointestinal tract. Volume 4(4): pages 108-118.[serial online]
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC3829457 /pdf/ WJGP-4-108.pdf. Diunduh
tanggal 28 November 2014.

Anda mungkin juga menyukai