Pasar Modal Syari'Ah
Pasar Modal Syari'Ah
Abstrak
A. Pendahuluan
1
pada tahun 2000 sebagai pasar modal Syari’ah memberikan kesempatan para
investor untuk menanamkan dananya pada perusahaan yang sesuai prinsip
Syari’ah. Beragam produk ditawarkan dalam indeks Syari’ah dalam JII
maupun ISSI seperti saham, obligasi, sukuk , reksadana Syari’ah dan lain
sebagainya.
1
Andri Soemitra, Bank dan Lembaga Keuangan Syari’ah cet ke 1 (Jakarta;Predana Media
Group,2009) h.111
2
yang sesuai Syari’ah ke dalam produk-produk investasi di Pasar Modal
Indonesia.
Dasar hukum Pasar Modal Syari’ah dijelaskan dalam Al-Qur’an surat Al-
Baqarah ayat 275, An-Nisa’ ayat 29, Allah SWT berfirman :
الربا
ّ وحرمم
ّ واَح َّل اللّة البيع
“…dan Allah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba...” (QS. al-
Baqarah [2]: 275).3
ياايها الذين امنوا ال تأكلوا اموالكم بينكم بالباطل االّ أن تكو ن تجا ر ة عن تراض منكم
“Hai orang yang beriman, Janganlah kamu saling memakan harta
sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan dengan jalan perniagaan
yang berlaku dengan suka sama suka di antara kamu,…” (QS. an-Nisa’ [4]: 29).4
Hadits Nabi SAW :
عن ابي هريرة قال نهي رسول هللا صلي هللا عليه وسلم عن بيع الحصاة وعن بيع الغرر
2
Alvina Syafira Fauzia, Praktek Pasar Modal Tinjauan Syari’ah, Diakses pada tanggal
23 September 2017 pukul 10.48 WIB dari hardi-hukumdanperadilanmari.blogspot.co.id
3
QS. al-Baqarah [2]: 275
4
QS. an-Nisa’ [4]: 29
3
Diriwayatkan dari Abi Hurairah r.a, ia berkata, Rasulullah SAW
melarang jual beli hashah dan jual beli yang mengandung gharar” (HR.
Muslim).
Kaidah Fiqh:
4
11. Fatwa No. 72/DSN-MUI/VI/2008 tentang SBSN Ijarah Sale and Lease
Back.
12. Fatwa No. 76/DSN-MUI/VI/2010 tentang SBSN Ijarah Asset To Be
Leased.
13. Fatwa No. 80/DSN-MUI/III/2011 tentang Penerapan Prinsip Syari’ah
dalam Mekanisme Perdagangan Efek Bersifat Ekuitas di Pasar Reguler
Bursa Efek.5
Selain UU No. 8 tahun 1995 tentang pasar modal yang menjadi landasan
hukum pasar modal Syari’ah, juga terdapat Undang-Undang yang mengatur
tentang SBSN (Surat Berharga Syari’ah Negara), yaitu UU No. 19 Tahun 2008
tentang Surat Berharga Syari’ah Negara.6
Instrumen pasar modal pada prinsipnya adalah semua surat berharga atau
efek yang umum diperjualbelikan melalui pasar modal. Efek adalah setiap surat
pengakuan utang, surat berharga komersial, saham, obligasi, sekuritas, kredit,
tanda bukti utang, right, warrans, opsi, atau setiap derivatif dari efek atau setiap
instrumen yang ditetapkan oleh Bapepam LK sebagai efek. Adapun pasar
modal Syari’ah secara khusus memperjualbelikan efek Syari’ah. Efek Syari’ah
adalah efek yang akad, pengelolaan perusahaan dan cara penerbitannya
5
memenuhi prinsip-prinsip Syari’ah yang didasarkan atas ajaran Islam. Efek
Syari’ah di Indonesia adalah efek yang penetapannya dilakukan oleh DSN-MUI
dalam bentuk fatwa.7 Adapun instrumen pasar modal di Indonesia yaitu:
1. Saham Syari’ah
Saham adalah surat bukti atau tanda kepemilikan bagian modal di
perusahaan terbatas. Kepemilikan saham menjadi bukti bahwa yang
bersangkuran adalah bagian dari pemilik perusahaan.Semakin besar
saham yang dimilikinya, semakin besar pula kekuasaannya diperusahaan
tersebut. Keuntungan yang diperoleh dari saham dikenal dengan nama
deviden. Pembagian deviden ditetapkan pada penutupan laporan
keuangan berdasarkan RUPS yang menentukan berapa dividen yang
dibagi dan laba ditahan.
Sedangkan saham Syari’ah adalah sertifikat yang menunjukkan
bukti kepemilikan perusahaan yang diterbitkan oleh emiten yang
kegiatan usaha dan cara pengelolaannya tidak bertentangan dengan
prinsip Syari’ah. Saham merupakan surat berharga yang
mempresentasikan penyertaan modal ke dalam suatu perusahaan.
Sementara dalam prinsip Syari’ah penyertaan modal dilakukan di
perusahaan-perusahaan yang tidak melanggar prinsip-prinsip Syari’ah,
seperti bidang perjudian, riba, memproduksi barang yang diharamkan,
seperti minuman beralkohol. Penyertaan modal dalam bentuk saham
yang dilakukan pada suatu perusahaan yang kegiatan usahanya
tidak bertentangandengan prinsip Syari’ah dapat dilakukan berdasarkan
akad musyarakah dan mudharabah. Akad musyarakah umumnya
dilakukan pada saham perusahaan privat, sedangkan akad mudharabah
umumnya dilakukan pada perusahaan publik.8
2. Obligasi Syari’ah (Sukuk)
Obligasi secara konvensional merupakan bukti utang dari emiten
yang dijamin oleh penanggung yang mengandung janji bahwa
7
Andri Soemitra, Bank dan Lembaga Keuangan Syari’ah cet ke 1……. h.133
8
Andri Soemitra, Bank dan Lembaga Keuangan Syari’ah cet ke 1……. h.137-138
6
pembayaran bunga atau janji lainnya dan pelunasan pokok pinjaman
dilakukan pada tanggal jatuh tempo.
Adapun obligasi Syari’ah sesuai dengan Fatwa Dewan Syari’ah
Nasional No. 32/DSN-MUI/IX/2002 adalah suatu surat berharga jangka
panjang berdasarkan prinsip Syari’ah yang dikeluarkan emiten kepada
pemegng saham Syari’ah yang mewajibkan emiten untuk membayar
pendapatan kepada pemegang obligasi Syari’ah berupa bagi hasil/
margin/ fee, serta membayar kembali dana obligasi pada saat jatuh
tempo. Dengan demikian, pemegang obligasi Syari’ah akan
mendapatkan keuntungan bukan dalam bentuk bunga melainkan dalam
bentuk bagi hasil/ margin/ fee.9
3. Surat Berharga Syari’ah Negara (SBSN)
Surat Berharga Syari’ah Negara (SBSN) atau sukuk negara adalah
surat berharga negara yang diterbitkan berdasarkan prinsip Syari’ah,
sebagai bukti atas bagian penyertaan terhadap asset SBSN, baik dalam
mata uang rupiah maupun valuta asing. SBSN memiliki karakteristik
yaitu:
a. Sebagai bukti kepemilikan asset berwujud atau hak manfaat
(beneficial title), pendapatan berupa imbalan (kupon), margin,
dan bagi hasil sesuai jenis akad yang digunakan.
b. Terbebas dari unsure riba, gharar, dan maysir.
c. Penerbitannya melalui wali amanat berupa special purpose
vehicle (SPV).
d. Memerlukan underlying asset (sejumlah tertentu aset yang akan
menjadi objek perjanjian (underlying asset)). Aset yang menjadi
objek perjanjian harus memiliki nilai ekonomis, dapat berupa
asset berwujud atau tidak berwujud, termasuk proyek yang akan
sedang dibangun.
e. Penggunaan proceeds harus sesuai prinsip Syari’ah.
Sedangkan, tujuan dari diterbitkannya sukuk Negara yaitu:
a. Memperluas basis sumber pembiayaan anggaran Negara.
9
Andri Soemitra, Bank dan Lembaga Keuangan Syari’ah cet ke 1……. h.140-141
7
b. Mendorong pengembangan pasar keuangan Syari’ah.
c. Menciptakan benchmark di pasar keuangan Syari’ah.
d. Diversifikasi basis investor.
e. Mengembangkan alternative instrumen investasi.
f. Mengoptimalkan pemanfaatan Barang Milik Negara.
g. Memanfaatkan dana-dana masyarakat yang belum terjaring oleh
sistem keuangan konvensional.10
4. Reksadana Syari’ah
Reksadana Syari’ah adalah reksadana yang beroperasi menurut
ketentuan dan prinsip syariat Islam, baik dalam bentuk akad antara
pemodal sebagai pemilik harta (shahib al-mal/ rabb al-mal) dengan
manajer investasi. Begitu pula pengelolaan dana investasi sebagai wakil
shahib al-mal maupun antara manajer investasi sebagai wakil shahib al-
mal dengan pengguna investasi.11
5. Right
Fatwa DSN-MUI Nomor: 65/DSN-MUI/III/2008 tentang Hak
Memesan Terlebih Dahulu (HMETD) memastikan bahwa kehalalan
investasi di pasar modal tidak hanya berhenti pada instrument efek yang
bernama saham saja, tetapi juga pada produk derivatifnya. Produk
derivative saham adalah produk rights (HMETD).
Mekanisme rights bersifat opsional dimana rights merupakan hak
untuk memberli saham pada harga tertentu pada waktu yang telah
ditetapkan. Rights ini diberikan kepada pemegang saham lama yang
berhak untuk mendapatkan tambahan saham baru yang dikeluarkan
perusahaan pada saat second offering. Berbeda dengan warrans masa
perdagangan rights sangat singkat, berkisar Antara 1-2 minggu saja.
6. Warrans Syari’ah
Fatwa DSN-MUI Nomor: 66/ DSN-MUI/ III/ 2008 tentang Warran
Syari’ahpada tanggal 6 Maret 2008 memastikan bahwa kehalalan
investasi di pasar modal tidak hanya berhenti pada instrumen efek yang
10
Andri Soemitra, Bank dan Lembaga Keuangan Syari’ah cet ke 1……. h.147-148
11
Andri Soemitra, Bank dan Lembaga Keuangan Syari’ah cet ke 1……. h.151
8
bernama saham saja, tetapi juga pada produk derivatifnya. Produk
derivatif adalah juga warran. Berdasarkan fatwa pengalihan saham
dengan imbalan (warran), seorang pemegang saham diperbolehkan
untuk mengalihkan kepemilikan sahamnya kepada orang lain dengan
mendapat imbalan.12
E. Kesimpulan
Dasar hukum Pasar Modal Syari’ah dijelaskan dalam Al-Qur’an surat Al-
Baqarah ayat 275, An-Nisa’ ayat 29, Hadits Nabi SAW dan Kaidah Fiqh yang
menyatakan bahwa pada dasarnya, segala bentuk mu’amalah boleh dilakukan
sepanjang tidak ada dalil yang mengharamkannya dan tidak boleh melakukan
perbuatan hukum atas milik orang lain tanpa seizinnya. Landasan fatwa,
peraturan Bapepam & LK dan UU juga merupakan dasar untuk menetapkan
prinsip-prinsip Syari’ah yang dapat diterapkan di pasar modal.
Instrumen Pasar Modal Syari’ah antara lain efek yang akad, pengelolaan
perusahaan dan cara penerbitannya memenuhi prinsip-prinsip Syari’ah yang
didasarkan atas ajaran Islam. Efek Syari’ah di Indonesia adalah efek yang
penetapannya dilakukan oleh DSN-MUI dalam bentuk fatwa. Adapun
instrumen pasar modal di Indonesia antara lain, saham Syari’ah, obligasi
Syari’ah (sukuk), Surat Berharga Syari’ah Negara (SBSN), reksadana Syari’ah,
rights dan warrans.
12
Andri Soemitra, Bank dan Lembaga Keuangan Syari’ah cet ke 1……. h.153-154