Anda di halaman 1dari 9

PASAR MODAL SYARI’AH

Abstrak

Pasar modal merupakan salah satu pilar penting dalam perekonomian


saat ini. Banyak industri dan perusahaan yang menggunakan institusi pasar
modal sebagai media untuk menyerap investasi dan media untuk memperkuat
posisi keuangannya. Dengan kehadiran pasar modal yang berkonsep dasar
sesuai dengan syari’ah, memberikan kesempatan bagi kalangan muslim
maupun non muslim baik di dalam Negeri maupun di luar Negeri yang ingin
menginvestasikan dananya sesuai dengan prinsip Syari’ah. Mengenai
bagaimana perbedaan antara pasar modal Syari’ah dan konvensional dalam
efek, akad dan pengelolaannya yang halal dapat memberikan ketenangan dan
keyakinan kepada investor.
Kata Kunci : Pasar Modal, Syari’ah

A. Pendahuluan

Secara umum kegiatan Pasar Modal Syari’ah tidak memiliki perbedaan


dengan pasar modal konvensional, namun terdapat beberapa karakteristik
khusus Pasar Modal Syari’ah yaitu bahwa produk dan mekanisme transaksi
tidak bertentangan dengan prinsip-prinsip Syari’ah.

Penerapan prinsip Syari’ah di pasar modal tentunya bersumberkan pada


Al Quran sebagai sumber hukum tertinggi dan Hadits Nabi Muhammad SAW.
Selanjutnya, dari kedua sumber hukum tersebut para ulama melakukan
penafsiran yang kemudian disebut ilmu fiqih. Salah satu pembahasan dalam
ilmu fiqih adalah pembahasan tentang muamalah, yaitu hubungan diantara
sesama manusia terkait perniagaan.

Berdasarkan itulah kegiatan pasar modal Syari’ah dikembangkan dengan


basis fiqih muamalah.Terdapat kaidah fiqih muamalah yang menyatakan bahwa
“Pada dasarnya, semua bentuk muamalah boleh dilakukan kecuali ada dalil
yang mengharamkannya.”

Dengan kehadiran pasar modal Syari’ah, memberikan kesempatan bagi


kalangan muslim maupun non muslim yang ingin menginvestasikan dananya
sesuai dengan prinsip Syari’ah yang memberikan ketenangan dan keyakinan
atas transaksi yang halal. Dibukanya Jakarta Islamic Indeks di Indonesia (JII)

1
pada tahun 2000 sebagai pasar modal Syari’ah memberikan kesempatan para
investor untuk menanamkan dananya pada perusahaan yang sesuai prinsip
Syari’ah. Beragam produk ditawarkan dalam indeks Syari’ah dalam JII
maupun ISSI seperti saham, obligasi, sukuk , reksadana Syari’ah dan lain
sebagainya.

B. Konsep Dasar Pasar Modal Syari’ah

Pasar modal secara umum merupakan suatu tempat bertemunya para


penjual dan pembeli untuk melakukan transaksi dalam rangka memperoleh
modal. Penjual dalam pasar modal merupakan perusahaan untuk menjual efek-
efek di pasar modal yang disebut emiten, sedangkan pembeli disebut investor.

Pasar modal Syari’ah secara sederhana dapat diartikan sebagai pasar


modal yang menerapkan prinsip-prinsip Syari’ah dalam kegiatan transaksi
ekonomi dan terlepas dari hal-hal yang dilarang seperti riba, perjudian,
spekulasi dan lain-lain.1 Pasar modal Syari’ah adalah pasar modal yang seluruh
mekanisme kegiatannya terutama mengenai emiten, jenis efek yang
diperdagangkannya telah sesuai dengan prinsip-prinsip Syari’ah. Sedangkan
efek Syari’ah adalah efek yang dimaksudkan dalam peraturan perundang-
undangan di bidang Pasar Modal yang akad, pengelolaan perusahaan, maupun
cara penerbitnya memenuhi prinsip-prinsip Syari’ah yang didasarkan atas
ajaran Islam dan efek Syari’ah di Indonesia penetapannya dilakukan oleh DSN-
MUI (Dewan Syari’ah Nasional Majelis Ulama Indonesia) dalam bentuk fatwa.

Kegiatan dalam pasar modal Syari’ah harus berdasarkan konsep Syari’ah


seluruhnya, sehingga dalam kegiatan pasar modal Syari’ah terlepas dari unsur-
unsur yang dilarang secara Syari’ah yang kerap terjadi dalam pasar modal
konvensional. Dewan Syari’ah Nasional (DSN) suatu lembaga dibawah MUI
(Majelis Ulama Indonesia) yang dibentuk tahun 1999 telah megeluarkan
ketentuan mengenai kegiatan investasi di pasar modal Syari’ah. Ketentuan
tersebut dituangkan ke dalam beberapa fatwa MUI tentang kegiatan investasi

1
Andri Soemitra, Bank dan Lembaga Keuangan Syari’ah cet ke 1 (Jakarta;Predana Media
Group,2009) h.111

2
yang sesuai Syari’ah ke dalam produk-produk investasi di Pasar Modal
Indonesia.

Berbagai hal yang menjadi pertimbangan Dewan Syari’ah Nasional dalam


penetapan pasal modal sebagai bagian dari sistem ekonomi Islam sesuai dengan
Fatwa DSN Nomor : 40/DSN-MUI/X/2003 adalah :

1. Perkembangan ekonomi suatu negara tidak lepas dari perkembangan


pasar modal.
2. Pasar modal berdasarkan prinsip Syari’ah telah dikembangkan di
berbagai negara.
3. Umat Islam Indonesia memerlukan pasar modal yang aktivitasnya
sejalan dengan prinsip Syari’ah
4. Oleh karena itu, untuk memenuhi kebutuhan tersebut, Dewan Syari’ah
Nasional MUI memandang perlu menetapkan fatwa tentang pasar
modal dan pedoman umum penetapan prinsip Syari’ah di bidang pasar
modal.2
C. Hukum Dasar Pasar Modal Syari’ah

Dasar hukum Pasar Modal Syari’ah dijelaskan dalam Al-Qur’an surat Al-
Baqarah ayat 275, An-Nisa’ ayat 29, Allah SWT berfirman :

‫الربا‬
ّ ‫وحرمم‬
ّ ‫واَح َّل اللّة البيع‬
“…dan Allah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba...” (QS. al-
Baqarah [2]: 275).3
‫ياايها الذين امنوا ال تأكلوا اموالكم بينكم بالباطل االّ أن تكو ن تجا ر ة عن تراض منكم‬
“Hai orang yang beriman, Janganlah kamu saling memakan harta
sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan dengan jalan perniagaan
yang berlaku dengan suka sama suka di antara kamu,…” (QS. an-Nisa’ [4]: 29).4
Hadits Nabi SAW :

‫عن ابي هريرة قال نهي رسول هللا صلي هللا عليه وسلم عن بيع الحصاة وعن بيع الغرر‬

2
Alvina Syafira Fauzia, Praktek Pasar Modal Tinjauan Syari’ah, Diakses pada tanggal
23 September 2017 pukul 10.48 WIB dari hardi-hukumdanperadilanmari.blogspot.co.id
3
QS. al-Baqarah [2]: 275
4
QS. an-Nisa’ [4]: 29

3
Diriwayatkan dari Abi Hurairah r.a, ia berkata, Rasulullah SAW
melarang jual beli hashah dan jual beli yang mengandung gharar” (HR.
Muslim).

Kaidah Fiqh:

‫األ صل في المعامالت االبا حة ما لم يدل دليل علي تحريمها‬


“Pada dasarnya, segala bentuk mu’amalah boleh dilakukan sepanjang
tidak ada dalil yang mengharamkannya.”

‫ال يجوز ألحد ان يتصر ف في ملك الغير بال اذنه‬


“Tidak boleh melakukan perbuatan hukum atas milik orang lain tanpa
seizinnya.”

Landasan fatwa juga diperlukan sebagai dasar untuk menetapkan prinsip-


prinsip Syari’ah yang dapat diterapkan di pasar modal. Terdapat beberapa fatwa
yang telah dikeluarkan oleh Dewan Syari’ah Nasional Majelis Ulama Indonesia
(DSN-MUI) yang berhubungan dengan pasar modal Syari’ah Indonesia, antara
lain :

1. Fatwa No. 32/DSN-MUI/IX/2002 tentang Obligasi Syari’ah.


2. Fatwa No. 33/DSN-MUI/IX/2002 tentang Obligasi Syari’ah
Mudharabah.
3. Fatwa No. 40/DSN-MUI/X/2003 tentang Pasar Modal dan Pedoman
Umum Penerapan Prinsip Syari’ah di Bidang Pasar Modal.
4. Fatwa No. 41/DSN-MUI/III/2004 tentang Obligasi Syari’ah Ijarah.
5. Fatwa No. 59/DSN-MUI/V/2007 tentang Obligasi Syari’ah Mudharabah
Konversi.
6. Fatwa No. 65/DSN-MUI/III/2008 tentang Hak Memesan Efek Terlebih
Dahulu (HMETD) Syari’ah.
7. Fatwa No. 66/DSN-MUI/III/2008 tentang Waran Syari’ah.
8. Fatwa No. 69/DSN-MUI/VI/2008 tentang Surat Berharga Syari’ah
Negara (SBSN).
9. Fatwa No. 70/DSN-MUI/VI/2008 tentang Metode Penerbitan SBSN.
10. Fatwa No. 71/DSN-MUI/VI/2008 tentang Sale and Lease Back.

4
11. Fatwa No. 72/DSN-MUI/VI/2008 tentang SBSN Ijarah Sale and Lease
Back.
12. Fatwa No. 76/DSN-MUI/VI/2010 tentang SBSN Ijarah Asset To Be
Leased.
13. Fatwa No. 80/DSN-MUI/III/2011 tentang Penerapan Prinsip Syari’ah
dalam Mekanisme Perdagangan Efek Bersifat Ekuitas di Pasar Reguler
Bursa Efek.5

Juga terdapat 3 (tiga) Peraturan Bapepam & LK yang mengatur tentang


efek Syari’ah sejak tahun 2006, yaitu:

1. Peraturan Bapepam & LK No IX.A.13 tentang Penerbitan Efek


Syari’ah.
2. Peraturan Bapepam & LK No IX.A.14 tentang Akad-akad Yang
digunakan dalam Penerbitan Efek Syari’ah di Pasar Modal.
3. Peraturan Bapepam & LK No II.K.1 tentang Kriteria dan Penerbitan
Daftar Efek Syari’ah.

Selain UU No. 8 tahun 1995 tentang pasar modal yang menjadi landasan
hukum pasar modal Syari’ah, juga terdapat Undang-Undang yang mengatur
tentang SBSN (Surat Berharga Syari’ah Negara), yaitu UU No. 19 Tahun 2008
tentang Surat Berharga Syari’ah Negara.6

D. Instrumen Pasar Modal Syari’ah

Instrumen pasar modal pada prinsipnya adalah semua surat berharga atau
efek yang umum diperjualbelikan melalui pasar modal. Efek adalah setiap surat
pengakuan utang, surat berharga komersial, saham, obligasi, sekuritas, kredit,
tanda bukti utang, right, warrans, opsi, atau setiap derivatif dari efek atau setiap
instrumen yang ditetapkan oleh Bapepam LK sebagai efek. Adapun pasar
modal Syari’ah secara khusus memperjualbelikan efek Syari’ah. Efek Syari’ah
adalah efek yang akad, pengelolaan perusahaan dan cara penerbitannya

5 Muhammad Abdul Karim Musthofa, Kamus Bisnis Syariah Cet ke 1


(Yogyakara:Asnalitera, 2012) h. XIV-XX
6
Dasar Hukum Pasar Modal Syari’ah Diakses pada tanggal 23 September 2017 pukul
10.48 WIB dari ojk.go.id

5
memenuhi prinsip-prinsip Syari’ah yang didasarkan atas ajaran Islam. Efek
Syari’ah di Indonesia adalah efek yang penetapannya dilakukan oleh DSN-MUI
dalam bentuk fatwa.7 Adapun instrumen pasar modal di Indonesia yaitu:

1. Saham Syari’ah
Saham adalah surat bukti atau tanda kepemilikan bagian modal di
perusahaan terbatas. Kepemilikan saham menjadi bukti bahwa yang
bersangkuran adalah bagian dari pemilik perusahaan.Semakin besar
saham yang dimilikinya, semakin besar pula kekuasaannya diperusahaan
tersebut. Keuntungan yang diperoleh dari saham dikenal dengan nama
deviden. Pembagian deviden ditetapkan pada penutupan laporan
keuangan berdasarkan RUPS yang menentukan berapa dividen yang
dibagi dan laba ditahan.
Sedangkan saham Syari’ah adalah sertifikat yang menunjukkan
bukti kepemilikan perusahaan yang diterbitkan oleh emiten yang
kegiatan usaha dan cara pengelolaannya tidak bertentangan dengan
prinsip Syari’ah. Saham merupakan surat berharga yang
mempresentasikan penyertaan modal ke dalam suatu perusahaan.
Sementara dalam prinsip Syari’ah penyertaan modal dilakukan di
perusahaan-perusahaan yang tidak melanggar prinsip-prinsip Syari’ah,
seperti bidang perjudian, riba, memproduksi barang yang diharamkan,
seperti minuman beralkohol. Penyertaan modal dalam bentuk saham
yang dilakukan pada suatu perusahaan yang kegiatan usahanya
tidak bertentangandengan prinsip Syari’ah dapat dilakukan berdasarkan
akad musyarakah dan mudharabah. Akad musyarakah umumnya
dilakukan pada saham perusahaan privat, sedangkan akad mudharabah
umumnya dilakukan pada perusahaan publik.8
2. Obligasi Syari’ah (Sukuk)
Obligasi secara konvensional merupakan bukti utang dari emiten
yang dijamin oleh penanggung yang mengandung janji bahwa

7
Andri Soemitra, Bank dan Lembaga Keuangan Syari’ah cet ke 1……. h.133
8
Andri Soemitra, Bank dan Lembaga Keuangan Syari’ah cet ke 1……. h.137-138

6
pembayaran bunga atau janji lainnya dan pelunasan pokok pinjaman
dilakukan pada tanggal jatuh tempo.
Adapun obligasi Syari’ah sesuai dengan Fatwa Dewan Syari’ah
Nasional No. 32/DSN-MUI/IX/2002 adalah suatu surat berharga jangka
panjang berdasarkan prinsip Syari’ah yang dikeluarkan emiten kepada
pemegng saham Syari’ah yang mewajibkan emiten untuk membayar
pendapatan kepada pemegang obligasi Syari’ah berupa bagi hasil/
margin/ fee, serta membayar kembali dana obligasi pada saat jatuh
tempo. Dengan demikian, pemegang obligasi Syari’ah akan
mendapatkan keuntungan bukan dalam bentuk bunga melainkan dalam
bentuk bagi hasil/ margin/ fee.9
3. Surat Berharga Syari’ah Negara (SBSN)
Surat Berharga Syari’ah Negara (SBSN) atau sukuk negara adalah
surat berharga negara yang diterbitkan berdasarkan prinsip Syari’ah,
sebagai bukti atas bagian penyertaan terhadap asset SBSN, baik dalam
mata uang rupiah maupun valuta asing. SBSN memiliki karakteristik
yaitu:
a. Sebagai bukti kepemilikan asset berwujud atau hak manfaat
(beneficial title), pendapatan berupa imbalan (kupon), margin,
dan bagi hasil sesuai jenis akad yang digunakan.
b. Terbebas dari unsure riba, gharar, dan maysir.
c. Penerbitannya melalui wali amanat berupa special purpose
vehicle (SPV).
d. Memerlukan underlying asset (sejumlah tertentu aset yang akan
menjadi objek perjanjian (underlying asset)). Aset yang menjadi
objek perjanjian harus memiliki nilai ekonomis, dapat berupa
asset berwujud atau tidak berwujud, termasuk proyek yang akan
sedang dibangun.
e. Penggunaan proceeds harus sesuai prinsip Syari’ah.
Sedangkan, tujuan dari diterbitkannya sukuk Negara yaitu:
a. Memperluas basis sumber pembiayaan anggaran Negara.

9
Andri Soemitra, Bank dan Lembaga Keuangan Syari’ah cet ke 1……. h.140-141

7
b. Mendorong pengembangan pasar keuangan Syari’ah.
c. Menciptakan benchmark di pasar keuangan Syari’ah.
d. Diversifikasi basis investor.
e. Mengembangkan alternative instrumen investasi.
f. Mengoptimalkan pemanfaatan Barang Milik Negara.
g. Memanfaatkan dana-dana masyarakat yang belum terjaring oleh
sistem keuangan konvensional.10
4. Reksadana Syari’ah
Reksadana Syari’ah adalah reksadana yang beroperasi menurut
ketentuan dan prinsip syariat Islam, baik dalam bentuk akad antara
pemodal sebagai pemilik harta (shahib al-mal/ rabb al-mal) dengan
manajer investasi. Begitu pula pengelolaan dana investasi sebagai wakil
shahib al-mal maupun antara manajer investasi sebagai wakil shahib al-
mal dengan pengguna investasi.11
5. Right
Fatwa DSN-MUI Nomor: 65/DSN-MUI/III/2008 tentang Hak
Memesan Terlebih Dahulu (HMETD) memastikan bahwa kehalalan
investasi di pasar modal tidak hanya berhenti pada instrument efek yang
bernama saham saja, tetapi juga pada produk derivatifnya. Produk
derivative saham adalah produk rights (HMETD).
Mekanisme rights bersifat opsional dimana rights merupakan hak
untuk memberli saham pada harga tertentu pada waktu yang telah
ditetapkan. Rights ini diberikan kepada pemegang saham lama yang
berhak untuk mendapatkan tambahan saham baru yang dikeluarkan
perusahaan pada saat second offering. Berbeda dengan warrans masa
perdagangan rights sangat singkat, berkisar Antara 1-2 minggu saja.
6. Warrans Syari’ah
Fatwa DSN-MUI Nomor: 66/ DSN-MUI/ III/ 2008 tentang Warran
Syari’ahpada tanggal 6 Maret 2008 memastikan bahwa kehalalan
investasi di pasar modal tidak hanya berhenti pada instrumen efek yang

10
Andri Soemitra, Bank dan Lembaga Keuangan Syari’ah cet ke 1……. h.147-148
11
Andri Soemitra, Bank dan Lembaga Keuangan Syari’ah cet ke 1……. h.151

8
bernama saham saja, tetapi juga pada produk derivatifnya. Produk
derivatif adalah juga warran. Berdasarkan fatwa pengalihan saham
dengan imbalan (warran), seorang pemegang saham diperbolehkan
untuk mengalihkan kepemilikan sahamnya kepada orang lain dengan
mendapat imbalan.12
E. Kesimpulan

Pasar modal Syari’ah adalah pasar modal yang seluruh mekanisme


kegiatannya terutama mengenai emiten, jenis efek yang diperdagangkannya
telah sesuai dengan prinsip-prinsip Syari’ah. Kegiatan dalam pasar modal
Syari’ah harus berdasarkan konsep Syari’ah seluruhnya.

Dasar hukum Pasar Modal Syari’ah dijelaskan dalam Al-Qur’an surat Al-
Baqarah ayat 275, An-Nisa’ ayat 29, Hadits Nabi SAW dan Kaidah Fiqh yang
menyatakan bahwa pada dasarnya, segala bentuk mu’amalah boleh dilakukan
sepanjang tidak ada dalil yang mengharamkannya dan tidak boleh melakukan
perbuatan hukum atas milik orang lain tanpa seizinnya. Landasan fatwa,
peraturan Bapepam & LK dan UU juga merupakan dasar untuk menetapkan
prinsip-prinsip Syari’ah yang dapat diterapkan di pasar modal.

Instrumen Pasar Modal Syari’ah antara lain efek yang akad, pengelolaan
perusahaan dan cara penerbitannya memenuhi prinsip-prinsip Syari’ah yang
didasarkan atas ajaran Islam. Efek Syari’ah di Indonesia adalah efek yang
penetapannya dilakukan oleh DSN-MUI dalam bentuk fatwa. Adapun
instrumen pasar modal di Indonesia antara lain, saham Syari’ah, obligasi
Syari’ah (sukuk), Surat Berharga Syari’ah Negara (SBSN), reksadana Syari’ah,
rights dan warrans.

12
Andri Soemitra, Bank dan Lembaga Keuangan Syari’ah cet ke 1……. h.153-154

Anda mungkin juga menyukai