Dalam Ketentuan PSAK No.10 tentang Transaksi Mata Uang Asing. Transaksi
dalam mata uang asing adalah transaksi yang didenominasi atau membutuhkan
penyelesaian dalam suatu mata uang asing, termasuk transaksi yang timbul ketika suatu
perusahaan:
a. Membeli atau menjual barang atau jasa yang harganya didenominasi dalam suatu
mata uang asing;
b. Meminjam (utang) atau meminjamkan (piutang) dana yang didenominasi dalam suatu
mata uang asing;
c. Menjadi pihak untuk suatu perjanjian dalam valuta asing yang belum terlaksana; atau
d. Memperoleh atau melepaskan asset, dan menimbulkan atau melunasi kewajiban yang
didenominasi dalam suatu mata uang asing.
Perlakuan akuntansi untuk transaksi dalam mata uang asing selain kontrak
berjangka adalah:
a. Pengakuan awal
Transaksi dalam mata uang asing dibukukan dengan menggunakan kurs pada
saat terjadinya transaksi. Kurs tunai yang berlaku pada tanggal transaksi sering
disebut kurs spot (spot rate). Suatu transaksi dalam mata uang asing adalah suatu
transaksi yang didenominasi atau membutuhkan penyelesaian dalam suatu mata uang
asing, termasuk transaksi yang timbul ketika suatu perusahaan:
1) Membeli atau menjual barang dan jasa yang harganya didenominasi dalam
suatu mata uang asing.
2) Hutang atau Piutang dana yang harganya didenominasi dalam suatu mata uang
asing.
3) Menjadi suatu pihak untuk suatu perjanjian dalam valuta asing yang belum
terlaksana, atau
4) Memperoleh atau melepaskan aktiva, menimbulkan atau melunasi kewajiban
yang harganya didenominasi dalam suatu mata uang asing.
Transaksi dalam mata uang asing dibukukan dengan menggunakan kurs pada
saat terjadinya transaksi.
Contoh 1:
Pada tanggal 24 februari 2011, PT F melakukan penjualan ekspor dengan nilai US$
100.000, KTBI yang berlaku pada tanggal tersebut sebesar 1 US$ = Rp. 9.000
Ayat Jurnalnya adalah
24 Feb Piutang Usaha 900.000.000
Penjualan 900.000.000
*) 100.000 x 9.000 = 900.000.000
Contoh 2:
Pada tanggal 25 Maret 2011, PT F melakukan impor mesin dari swedia US$ 200.000,
KTBI yang berlaku pada tanggal tersebut sebesar 1 US$ = Rp. 9.500
Ayat Jurnalnya adalah
25 Mar Mesin 1.900.000.000
Utang Usaha 1.900.000.000
*) 200.000 x 9.500 = 1.900.000.000
Penjualan Rp.900.000.000
PT. F
Neraca (Parsial)
Per 31 Desember 2011
Aset Lancar
Piutang Usaha Rp. 975.000.000
Aset Tetap
Mesin Rp. 1.900.000.000
Kewajiban
Utang Usaha Rp. 1.950.000.000
c. Pengakuan Selisih Kurs
Selisih kurs timbul apabila terdapat perubahan kurs antara tanggal transaksi
dan tanggal penyelesaian (settlement date) pos moneter yang timbul dari transaksi
dalam mata uang asing. Bila timbulnya dan penyelesaian suatu transaksi berada dalam
suatu periode akuntansi yang sama, maka seluruh selisih kurs diakui dalam periode
tersebut. Namun jika timbulnya dan diselesaikannya suatu transaksi berada dalam
beberapa periode akuntansi, maka selisih kurs harus diakui untuk setiap periode
akuntansi dengan memperhitungkan perubahan kurs untuk masing-masing periode.
Contoh Transaksi
1) Transaksi selesai dalam suatu periode akuntansi
Contoh Pembelian Impor
Pada 26 November 2010, PT. F melakukan impor bahan baku dengan nilai sebagai
berikut, CIF US$ 10.000, Bea Masuk 5%, PPN Impor 10%, PPh Pasal 22 yang
dipungut Bea Cukai 2%. Kurs KMK 9.000 dan KTBI 9.100. Pada tanggal 26
Desember 2010 PT. F melunasi hutang impor tersebut, pada tanggal tersebut Kus
KMK 9.050 dan KTBI 9.150.
a) Pencatatan pada saat impor
CIF US$ 10.000 x 9.100 Rp.91.000.000
BM 5% (US$ 10.000 x 9.000) Rp. 4.500.000
Harga Perolehan Rp. 95.500.000
PPN Impor 10% (US$ 10.000 x 9.000) Rp. 9.000.000
PPh Pasal 22 2,5% (US$ 10.000 x 9.000) Rp. 2.250.000
http://mutiawatinuke.blogspot.co.id/2016/10/akuntansi-keuangan-lanjutan-transaksi.html