Anda di halaman 1dari 7

4.

Transaksi Mata Uang Asing Selain Kontrak Berjangka


Transaksi mata uang asing adalah dimana nilai tukarnya dinyatakan dalam mata
uang fungsional dari suatu entitas. Di Indonesia, akuntansi untuk transaksi dalam mata
uang asing diatur dalam Standar Akuntansi Keuangan tahun 2007 yaitu PSAK No.10
tentang transaksi dalam mata uang asing dan PSAK No.11 tentang penjabaran laporan
keuangan dalam mata uang asing yang meliputi penentuan kurs.
Kurs adalah rasio pertukaran dua mata uang. Beberapa kurs yang digunakan :
a. Kurs Spot (spot rate)
Kurs tunai yang berlaku pada tanggal transaksi.
b. Kurs Sekarang (current rate)
Kurs dimana 1 unit mata uang dapat dipertukarkan dengan mata uang lain pada
tanggal neraca atau tanggal transaksi.
c. Kurs Historis (historical rate)
Kurs yang berlaku pada tanggal tertentu terjadinya transaksi.
d. Forward Rate
Kurs tertentu yang disepakati dan digunakan dalam transaksi kontrak berjangka.

Dalam Ketentuan PSAK No.10 tentang Transaksi Mata Uang Asing. Transaksi
dalam mata uang asing adalah transaksi yang didenominasi atau membutuhkan
penyelesaian dalam suatu mata uang asing, termasuk transaksi yang timbul ketika suatu
perusahaan:
a. Membeli atau menjual barang atau jasa yang harganya didenominasi dalam suatu
mata uang asing;
b. Meminjam (utang) atau meminjamkan (piutang) dana yang didenominasi dalam suatu
mata uang asing;
c. Menjadi pihak untuk suatu perjanjian dalam valuta asing yang belum terlaksana; atau
d. Memperoleh atau melepaskan asset, dan menimbulkan atau melunasi kewajiban yang
didenominasi dalam suatu mata uang asing.

Perlakuan akuntansi untuk transaksi dalam mata uang asing selain kontrak
berjangka adalah:
a. Pengakuan awal
Transaksi dalam mata uang asing dibukukan dengan menggunakan kurs pada
saat terjadinya transaksi. Kurs tunai yang berlaku pada tanggal transaksi sering
disebut kurs spot (spot rate). Suatu transaksi dalam mata uang asing adalah suatu
transaksi yang didenominasi atau membutuhkan penyelesaian dalam suatu mata uang
asing, termasuk transaksi yang timbul ketika suatu perusahaan:
1) Membeli atau menjual barang dan jasa yang harganya didenominasi dalam
suatu mata uang asing.
2) Hutang atau Piutang dana yang harganya didenominasi dalam suatu mata uang
asing.
3) Menjadi suatu pihak untuk suatu perjanjian dalam valuta asing yang belum
terlaksana, atau
4) Memperoleh atau melepaskan aktiva, menimbulkan atau melunasi kewajiban
yang harganya didenominasi dalam suatu mata uang asing.

Transaksi dalam mata uang asing dibukukan dengan menggunakan kurs pada
saat terjadinya transaksi.

Contoh 1:
Pada tanggal 24 februari 2011, PT F melakukan penjualan ekspor dengan nilai US$
100.000, KTBI yang berlaku pada tanggal tersebut sebesar 1 US$ = Rp. 9.000
Ayat Jurnalnya adalah
24 Feb Piutang Usaha 900.000.000
Penjualan 900.000.000
*) 100.000 x 9.000 = 900.000.000

Contoh 2:
Pada tanggal 25 Maret 2011, PT F melakukan impor mesin dari swedia US$ 200.000,
KTBI yang berlaku pada tanggal tersebut sebesar 1 US$ = Rp. 9.500
Ayat Jurnalnya adalah
25 Mar Mesin 1.900.000.000
Utang Usaha 1.900.000.000
*) 200.000 x 9.500 = 1.900.000.000

b. Pelaporan pada tanggal Neraca berikutnya


Pada setiap tanggal neraca:
1) Pos aktiva dan kewajiban moneter dalam mata uang asing dilaporkan ke dalam
mata uang rupiah dengan menggunakan kurs tanggal neraca. Apabila terdapat
kesulitan dalam menentukan kurs tanggal neraca, maka dapat digunakan kurs
tengah Bank Indonesia sebagai indikator yang obyektif;
2) Pos non-moneter tidak boleh dilaporkan dengan menggunakan kurs tanggal
neraca tetapi tetap harus dilaporkan dengan menggunakan kurs tanggal transaksi.
3) Pos non-moneter yang dinilai dengan nilai wajar dalam mata uang asing harus
dilaporkan dengan menggunakan kurs yang berlaku pada saat nilai tersebut
ditentukan.
Nilai terbawa dari suatu pos ditentukan sesuai dengan standar akuntansi yang relevan
Contoh:
Dari dua contoh diatas, misanya KTBI pada 31 desember 2011 1 US$ = Rp. 9.750
Ayat jurnal penyesuaian yang dibuat pada akhir tahun adalah
31 Des Piutang Usaha Rp.75.000.000
Keuntungan Atas Selisih Kurs Rp. 75.000.000
(data didapat dari perhitungan berikut)
Piutang pada tanggal neraca 975.000.000
Carrying amount 900.000.000
Keuntungan Atas Selisih Kurs 75.000.000

31 Des Kerugian Atas Selisih Kurs Rp. 50.000.000


Utang Usaha Rp. 50.000.000
(data didapat dari perhitungan berikut)
Utang pada tanggal neraca 1.950.000.000
Carrying amount 1.900.000.000
Kerugian Atas Selisih Kurs 50.000.000
PT. F
Laporan Laba Rugi (Parsial)
Untuk tahun yang berakhir pada 31 Desember 2011

Penjualan Rp.900.000.000

Keuntungan atas Selisih Kurs Rp. 25.000.000

PT. F
Neraca (Parsial)
Per 31 Desember 2011
Aset Lancar
Piutang Usaha Rp. 975.000.000

Aset Tetap
Mesin Rp. 1.900.000.000

Kewajiban
Utang Usaha Rp. 1.950.000.000
c. Pengakuan Selisih Kurs
Selisih kurs timbul apabila terdapat perubahan kurs antara tanggal transaksi
dan tanggal penyelesaian (settlement date) pos moneter yang timbul dari transaksi
dalam mata uang asing. Bila timbulnya dan penyelesaian suatu transaksi berada dalam
suatu periode akuntansi yang sama, maka seluruh selisih kurs diakui dalam periode
tersebut. Namun jika timbulnya dan diselesaikannya suatu transaksi berada dalam
beberapa periode akuntansi, maka selisih kurs harus diakui untuk setiap periode
akuntansi dengan memperhitungkan perubahan kurs untuk masing-masing periode.

Contoh Transaksi
1) Transaksi selesai dalam suatu periode akuntansi
Contoh Pembelian Impor
Pada 26 November 2010, PT. F melakukan impor bahan baku dengan nilai sebagai
berikut, CIF US$ 10.000, Bea Masuk 5%, PPN Impor 10%, PPh Pasal 22 yang
dipungut Bea Cukai 2%. Kurs KMK 9.000 dan KTBI 9.100. Pada tanggal 26
Desember 2010 PT. F melunasi hutang impor tersebut, pada tanggal tersebut Kus
KMK 9.050 dan KTBI 9.150.
a) Pencatatan pada saat impor
CIF US$ 10.000 x 9.100 Rp.91.000.000
BM 5% (US$ 10.000 x 9.000) Rp. 4.500.000
Harga Perolehan Rp. 95.500.000
PPN Impor 10% (US$ 10.000 x 9.000) Rp. 9.000.000
PPh Pasal 22 2,5% (US$ 10.000 x 9.000) Rp. 2.250.000

Ayat Jurnalnya adalah


26 Nov Bahan Baku 95.500.000
PPN Masukan 9.000.000
Piutang Pajak PPh Pasal 22 2.250.000
Kas/Bank 15.750.000
Utang Usaha 91.000.000
b) Pencatatan pada saat pelunasan
Nilai utang tercatat Rp. 91.000.000
Nilai utang pada saat pelunasan US$ 10.000 x 9.150 Rp. 91.500.000
Kerugian Selisih Kurs Rp. 500.000

Ayat Jurnalnya adalah


26 Des Utang Usaha Rp. 91.000.000
Kerugian atas Selisih Kurs Rp. 500.000
Kas/Bank Rp. 91.500.000
Contoh Penjualan Ekspor
Pada 24 Februari 2010, PT. F melakukan ekspor dengan nilai sebagai berikut, CIF
US$ 20.000. Kurs KMK 9.500 dan KTBI 9.400. Pada tanggal 25 Maret 2010 PT.
F menerima pembayaran atas penjualan tersebut, pada tanggal tersebut Kurs KMK
9.550 dan KTBI 9.500.
a) Pencatatan pada saat ekspor
CIF US$ 20.000 x 9.400 Rp. 188.000.000

Ayat Jurnalnya adalah


24 Feb Piutang Usaha Rp. 188.000.000
Utang Usaha Rp. 188.000.000
b) Pencatatan pada saat pelunasan
Nilai piutang tercatat Rp. 188.000.000
Nilai piutang pada saat pelunasan US$ 20.000 x 9.500 Rp. 190.000.000
Keuntungan Selisih Kurs Rp. 2.000.000
Ayat Jurnalnya adalah
25 Mar Kas/Bank Rp. 190.000.000
Keuntungan atas Selisih Kurs Rp. 2.000.000
Piutang Usaha Rp. 188.000.000
2) Transaksi selesai melewati suatu periode akuntansi
Contoh Pembelian Impor
Pada 26 November 2010, PT. F melakukan impor bahan baku dengan nilai sebagai
berikut, CIF US$ 10.000, Bea Masuk 5%, PPN Impor 10%, PPh Pasal 22 yang
dipungut Bea Cukai 2%. Kurs KMK 9.000 dan KTBI 9.100. Pada tanggal 31
desember 2010, kurs KMK 9.100 dan KTBI 9.200. Pada tanggal 26 Januari 2011
PT. F melunasi hutang impor tersebut, pada tanggal tersebut Kus KMK 8.950 dan
KTBI 9.000.
a) Pencatatan pada saat impor
CIF US$ 10.000 x 9.100 Rp. 91.000.000
BM 5% (US$ 10.000 x 9.000) Rp. 4.500.000
Harga Perolehan Rp. 95.500.000
PPN Impor 10% (US$ 10.000 x 9.000) Rp. 9.000.000
PPh Pasal 22 2,5% (US$ 10.000 x 9.000) Rp. 2.250.000
Ayat Jurnalnya adalah
26 Nov Bahan Baku Rp.95.500.000
PPN Masukan Rp. 9.000.000
Piutang Pajak PPh Pasal 22 Rp. 2.250.000
Kas/Bank Rp.15.750.000
Utang Usaha Rp.91.000.000
b) Pencatatan pada tanggal neraca
Nilai utang tercatat Rp.91.000.000
Nilai utang pada tanggal neraca US$ 10.000 x 9.200 Rp.92.000.000
Kerugian Selisih Kurs Rp. 1.000.000

Ayat Jurnalnya adalah


31 Des Kerugian atas Selisih Kurs Rp.1.000.000
Utang Usaha Rp. 1.000.000
c) Pencatatan pada saat pelunasan
Nilai utang tercatat Rp.92.000.000
Nilai utang pada saat pelunasan US$ 10.000 x 9.000 Rp.90.000.000
Keuntungan Selisih Kurs Rp. 2.000.000
Ayat Jurnalnya adalah
26 Des Utang Usaha Rp.92.000.000
Keuntungan atas Selisih Kurs Rp.2.000.000
Kas/Bank Rp.90.000.000

Contoh Penjualan Ekspor


Pada 24 Februari 2010, PT. F melakukan ekspor dengan nilai sebagai berikut, CIF
US$ 20.000. Kurs KMK 9.500 dan KTBI 9.400. Pada tanggal 31 desember 2010,
kurs KMK 9.100 dan KTBI 9.200. Pada tanggal 25 Maret 2011 PT. F menerima
pembayaran atas penjualan tersebut, pada tanggal tersebut Kurs KMK 9.350 dan
KTBI 9.300.
a) Pencatatan pada saat ekspor
CIF (US$ 20.000 x 9.400) Rp. 188.000.000
Ayat Jurnalnya adalah
24 Feb Piutang Usaha Rp.188.000.000
Utang Usaha Rp.188.000.000
b) Pencatatan pada tanggal neraca
Nilai piutang tercatat Rp.188.000.000
Nilai piutang pada tanggal neraca US$ 20.000 x 9.200 Rp.184.000.000
Keuntungan Selisih Kurs Rp. 4.000.000
Ayat Jurnalnya adalah
31 Des Piutang Usaha Rp.4.000.000
Keuntungan atas Selisih Kurs Rp.4.000.000
c) Pencatatan pada saat pelunasan
Nilai piutang tercatat Rp.184.000.000
Nilai piutang pada saat pelunasan US$ 20.000 x 9.300 Rp.186.000.000
Kerugian Selisih Kurs Rp. 2.000.000
Ayat Jurnalnya adalah
25 Mar Kas/Bank Rp.184.000.000
Kerugian atas Selisih Kurs Rp. 2.000.000
Piutang Usaha Rp.186.000.000
http://akuntansilanjutan1.blogspot.co.id/2012/02/transaksi-mata-uang-asing.html

http://mutiawatinuke.blogspot.co.id/2016/10/akuntansi-keuangan-lanjutan-transaksi.html

Anda mungkin juga menyukai