Anda di halaman 1dari 23

MAKALAH

INFEKSI NIFAS

OLEH : KELOMPOK 3
Debi asrianti Melati
Fika sari Nurita firdaus
Hardiono pole Reski
Haris Srimita
Harmida Widi hastarini
Ifan isyunandi yunita
Imra lungna

AKPER SAWERIGADING PEMDA LUWU


TAHUN AKADEMIK 2017/2018
KATA PE NGANTAR

Assalamualaikum Wr. Wb
Puji dan syukur kami panjatkan atas kehadirat Tuhan yang Maha Esa yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah kami yang
berjudul “INFEKSI NIFAS” .
Dalam penyusunan makalah ini, kami menyadari masih banyak kekurangan-kekurangan
yang disebabkan oleh pengetahuan dan kemampuan yang dimiliki.Namun kami berusaha
semaksimal mungkin untuk dapat menyusun makalah ini dengan baik.Maka dari itu kami sangat
mengharapkan saran dan sumbangsih kritik yang bersifat konstruktif dari pembaca agar lebih
sempurna dengan baik.
Akhir kata, kami sampai kan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan
serta dalam penyusun makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga Allah SWT senantiasa
meridhai usaha kita. Amin

Palopo, 29 Maret 2018

Penyusun

2
DAFTAR ISI

SAMPUL ...................................................................................................... 1
KATA PENGANTAR .................................................................................. 2
DAFTAR ISI................................................................................................. 3

TINJAUAN PUSTAKA
A. Defenisi…………………………………………………………4
B. Etiologi………………………………………………………….5
C. Patofisiologi…………………………………………………….6
D. Pathway…………………………………………………………8
E. Manifestasi klinis………………………………………….……9
F. Klasifikasi……………………………………………………….9
G. Komplikasi …………………………………………………….13
H. Pemeriksaan Diagnostik……………………………………….13
I. Penatalaksanaan ………………………………………............14
J. Pemeriksaan fisik ……………………………………………..16
K. Diagnose…………………………………………………….…17
L. Rencana keperawtaan………………………………………….19
PENUTUP………………………………………………………………….22

3
TINJAUAN PUSTAKA

A. Defenisi
Nifas atau puerperium adalah periode waktu atau masa dimana organ-organ
reproduksi kembali kepada keadaan tidak hamil. Masa ini membutuhkan waktu sekitar
enam minggu (Fairer, Helen, 2001:225)
Masa nifas (puerperium) adalah masa sesudah persalinan yang dimulai setelah
plasenta lahir dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum
hamil yang berlangusng kira-kira 6 minggu (Saifuddin, 2006 ; Helen Varney, 2008 ).
Infeksi nifas adalah infeksi pada dan melalui traktus genitalis setelah persalinan
(Saifuddin, 2006).
Infeksi kala nifas adalah infeksi perdangan pada semua alat genetalia pada masa
nifas oleh sebab apapun dengan kententuan meningkatnya suhu badan melebihi 380C
tanpa menghitung hari pertama dan berturut-turut selama 2 hari. Masuknya kuman-
kuman dapat terjadi dalam kehamilan, waktu persalinan dan nifas. Hal ini dapat
mengakibatkan demam nifas yaitu demam dalam nifas.
Setelah persalinan, terjadi beberapa perubahan penting diantaranya makin
meningkatkan pembentukan urine untuk mengurangi hemodilusi darah, terjadi beberapa
penyerapan bahan tertentu melalui pembuluh darah vena sehingga mengalami
peningkatan suhu badan sekitar 0,50C yang bukan merupakan keadaan patologis
menyimpang pada hari pertama. Perlukaan karena persalinan merupakan tempat
masuknya kuman ke dalam tubuh, sehingga menimbulkan infeksi pada kala nifas.
Infeksi nifas adalah Infeksi luka jalan lahir postpartum biasanya dari
endometrium, bekas insersi plasenta. Infeksi nifas adalah semua peradangan yang
disebabkan oleh masuknya kuman-kuman kedalam alat-alat genetalia pada waktu
persalinan dan nifas.
Infeksi nifas :
Infeksi yang terbatas pada perineum, vulva, vagina, servix,
danendometriumPenyebaran melaui vena, saluran limfe, permukaan endometrium

4
B. Etiologi
Menurut Lusa (2011), infeksi nifas dapat disebabkan oleh masuknya kuman ke
dalam organ kandungan maupun kuman dari luar yang sering menyebabkan infeksi.
Berdasarkan masuknya kuman ke dalam organ kandungan terbagi menjadi:

1. Ektogen (kuman datang dari luar)


2. Autogen (kuman dari tempat lain)
3. Endogen (kuman dari jalan lahir sendiri)
Selain itu, infeksi nifas dapat disebabkan oleh :
1. Streptococcus Haemolyticus Aerobic
Streptococcus Haemolyticus Aerobic merupakan penyebab infeksi yang paling
berat. Infeksi ini bersifat eksogen (misal dari penderita lain, alat yang tidak steril,
tangan penolong, infeksi tenggorokan orang lain).
2. Staphylococcus Aerus
Cara masuk Staphylococcus Aerus secara eksogen, merupakan penyebab
infeksi sedang. Sering ditemukan di rumah sakit dan dalam tenggorokan orang-orang
yang nampak sehat.

3. Escheria Coli
Escheria Coli berasal dari kandung kemih atau rektum. Escheria Coli dapat
menyebabkan infeksi terbatas pada perineum, vulva dan endometrium. Kuman ini
merupakan penyebab dari infeksi traktus urinarius.

4. Clostridium Welchii
Clostridium Welchii bersifat anaerob dan jarang ditemukan akan tetapi sangat
berbahaya. Infeksi ini lebih sering terjadi pada abortus kriminalis dan persalinan
ditolong dukun.

Penyebab lain :

1. Kurang gizi atau malnutrisi


2. Anemia

5
3. Higiene
4. Kelelahan
5. Proses persalinan bermasalah, yaitu :
a) Partus lama (macet)
b) Persalinan lama khususnya dengan pecah ketuban
c) Manipulasi intra uteri
d) Trauma jaringan yang luas seperti laserasi yang tidak diperbaiki
e) Hematoma
f) Hemoragi
g) Korioamnionitis
h) Persalinan traumatic
i) Retensi sisa plasenta
j) Teknik aseptik tidak sempurna
k) Perawatan perineum tidak memadai
l) Infeksi vagina/serviks atau PMS yang tidak ditangani.
C. Patofisiologi
Perubahan fisiologis normal dari kelahiran meningkatkan resiko infeksi. Selama
pengeluaran, keasaman vagina berkurang oleh cairan amnion, darah, dan lokhea yang
bersifat alkali. Lingkungan yang alkali mendorong pertumbuhan bakteri. Nekrosis dari
garis endometrium dan timbulnya lokhia mendukung sebuah lingkungan yang baik untuk
pertumbuhan bakteri anaerob. Beberapa laserasi kecil, sangat mungkin terjadi pada
endometrium, serviks dan vagina selama persalinan dan memungkinkan bakteri
memasuki jaringan. Meskipun uterus bagian dalam tidak steril selama 3-4 minggu setelah
persalinan, infeksi tidak berkembang pada kebanyakan wanita, sebagian karena
granulosit dalam lokhea dan endometrium mencegah infeksi. Namun tidak menutup
kemungkinan akan terjadinya infeksi akibat bakteri yang memasuki jaringan tersebut
sehingga menimbulkan berbagai tanda dan gejala, seperti suhu meningkat, nyeri, dan
bahkan infeksi yang berlanjut.
Setelah kala III, daerah bekas insersio plasenta merupakan sebuah luka dengan
diameter kira-kira 4 cm. Permukaanya tidak rata, berbenjol-benjol karena banyaknya
vena yang ditutupi thrombus. Daerah ini merupakan tempat yang baik untuk tumbuhnya

6
kuman dan masuknya jenis yang pathogen dalam tubuh wanita. Servik sering mengalami
perlukaan pada persalinan, demikian juga vulva, vagina dan perineum, yang merupakan
tempat masuknya kuman patogen. Infeksi nifas dapat dibagi menjadi 2 golongan, yaitu
satu infeksi yang terbatas pad perineum, vulva, vagina, servik dan endometrium, kedua
penyebaran dari tempat tersebut melalui vena-vena, melalui jalan limfe dan melalui
permukaan endometrium.

D. Pathway

7
8
E. Manifestasi klinis
Tanda dan gejala infeksi nifas meliputi (Helen Varney, 2008) :
1. Infeksi local
Pembekakan luka episiotomi, terjadi penanahan, perubahan warna kulit,
pengeluaran lhocea bercampur nanah, mobilitasi terbatas karena rasa nyeri,
temperature badan dapat meningkat menjadi 38ºC atau lebih yang terjadi hari ke
2-10 postpartum
2. Infeksi umum
Tampak sakit dan lemah, temperature meningkat, tekanan darah menurun dan
nadi meningkat, pernapasan dapat meningkat dan teras sesak, kesadaran gelisah
sampai menurun dan koma, terjadi gangguan involusi uterus, lochea berbau dan
bernanah serta kotor.
Infeksi yang menyerang pada payudara meliputi : fisura di puting susu
yang terinfeksi biasanya merupakan lesi awal. Peradangan edema dan
pembengkakan payudara segera akan menyumbat aliran air susu. Menggigil,
demam, malaise, dan nyeri tekan pada payudara bisa ditemukan. ( Bobak,
Lowdermilk, Jensen 2004)
Infeksi pada saluran kemih yaitu sistitis biasanya memberikan gejala
berupa nyeri berkemih (disuria), sering berkemih, dan tidak dapat menahan untuk
berkemih. Demam biasanya jarang terjadi. Adanya retensi urine pasca persalinan
umumnya merupakan tanda adanya infeksi. Pielonefritis memberikan gejala yang
lebih berat, demam, menggigil, serta perasaan mual dan muntah. Selain disuria,
dapat juga terjadi piuria dan hematuria. ( Sitti Saleha, 2009 )

F. Klasifikasi
1. Infeksi yang terbatas pada luka (perineum, vulva, vagina, serviks, endometrium)
antara lain:
a) Vulvitis
Vulvitis adalah infeksi pada vulva. Vulvitis pada ibu pasca melahirkan terjadi di
bekas sayatan episiotomi atau luka perineum. Tepi luka berwarna merah dan

9
bengkak, jahitan mudah lepas, luka yang terbuka menjadi ulkus dan
mengeluarkan nanah.
b) Vaginitis
Vaginitis merupakan infeksi pada daerah vagina. Vaginitis pada ibu pasca
melahirkan terjadi secara langsung pada luka vagina atau luka perineum.
Permukaan mukosa bengkak dan kemerahan, terjadi ulkus dan getah mengandung
nanah dari daerah ulkus.
c) Servitis
Infeksi yang sering terjadi pada daerah servik, tapi tidak menimbulkan banyak
gejala. Luka serviks yang dalam dan meluas dan langsung ke dasar ligamentum
latum dapat menyebabkan infeksi yang menjalar ke parametrium.
d) Endometritis
Endometritis paling sering terjadi. Biasanya demam mulai 48 jam postpartum dan
bersifat naik turun. Kuman–kuman memasuki endometrium (biasanya pada luka
insersio plasenta) dalam waktu singkat dan menyebar ke seluruh endometrium.
Pada infeksi setempat, radang terbatas pada endometrium. Jaringan desidua
bersama bekuan darah menjadi nekrosis dan mengeluarkan getah berbau yang
terdiri atas keping-keping nekrotis dan cairan. Pada infeksi yang lebih berat batas
endometrium dapat dilampaui dan terjadilah penjalaran.
2. Infeksi yang menjalar dari luka jaringan sekitarnya (tromboflebitis, parametritis,
salpingitis, dan peritonitis) antara lain :
a) Trombofeblitis
Penjalaran infeksi melalui vena sering terjadi dan merupakan penyebab terpenting
dari kematian karena infeksi puerpalis. Radang vena golongan 1 disebut
tromboflebitis pelvis dan infeksi vena golongan 2 disebut tromboflebitis
femoralis.
b) Parametritis
Parametritis adalah infeksi pada parametrium. Parametrium adalah jaringan
renggang yang ditemukan di sekitar uterus. Jaringan ini memanjang sampai ke
sisi-sisi serviks dan ke pertengahan lapisan-lapisan ligamen besar.

10
c) Salpingitis
Salpingitis adalah infeksi dan peradangan di saluran tuba . Hal ini sering
digunakan secara sinonim dengan penyakit radang panggul, meskipun PID tidak
memiliki definisi yang akurat dan dapat merujuk pada beberapa penyakit dari
saluran kelamin wanita bagian atas, seperti endometritis, ooforitis, metritis,
parametritis dan infeksi pada peritoneum panggul.
d) Peritonitis adalah peradangan peritoneum yang biasanya disebabkan oleh infeksi.
3. Septicemia dan piemia
Kedua-duanya merupakan infeksi berat namun gejala-gejala septicemia lebih
mendadak dari piemia. Pada septicemia, dari permulaan penderita sudah sakit dan
lemah. Sampai tiga hari postpartum suhu meningkat dengan cepat, biasanya disertai
menggigil. Selanjutnya, suhu berkisar antara 39 – 40°C, keadaan umum cepat
memburuk, nadi menjadi cepat (140 – 160 kali/menit atau lebih). Penderita
meninggal dalam enam sampai tujuh hari postpartum. Jika ia hidup terus, gejala-
gejala menjadi seperti piemia.

Pada piemia, penderita tidak lama postpartum sudah merasa sakit, perut nyeri,
dan suhu agak meningkat. Akan tetapi gejala-gejala infeksi umum dengan suhu
tinggi serta menggigil terjadi setelah kuman-kuman dengan embolus memasuki
peredaran darah umum. Suatu ciri khusus pada piemia ialah berulang-ulang suhu
meningkat dengan cepat disertai menggigil, kemudian diikuti oleh turunnya suhu. Ini
terjadi pada saat dilepaskannya embolus dari tromboflebitis pelvika.

4. Parametritis
Parametritis adalah infeksi jaringan pelvis yang dapat terjadi beberapa jalan :
a) Penyebaran melalui limfe dari luka serviks yang terinfeksi atau dari
endometritis.

b) Penyebaran langsung dari luka pada serviks yang meluas sampai ke dasar
ligamentum.
c) Penyebaran sekunder dari trombofeblitis
Proses ini dapat tinggal terbatas pada dasar ligamentum latum atau
menyebar ekstraperitoneal ke semua jurusan. Jika menjalar ke atas, dapat diraba

11
pada dinding perut sebelah lateral di atas ligamentum inguinalis, atau pada fossa
iliaka.
Parametritis ringan dapat menyebabkan suhu yang meninggi dalam nifas.
Bila suhu tinggi menetap lebih dari seminggu disertai rasa nyeri di kiri atau kanan
dan nyeri pada pemeriksaan dalam, hal ini patut dicurigai terhadap kemungkinan
parametritis. Pada perkembangan proses peradangan lebih lanjut gejala-gejala
parametritis menjadi lebih jelas. Pada pemeriksaan dalam dapat diraba tahanan
padat dan nyeri di sebelah uterus dan tahanan ini yang berhubungan erat dengan
tulang panggul, dapat meluas ke berbagai jurusan. Di tengah-tengah jaringan yang
meradang itu bisa tumbuh abses. Dalam hal ini, suhu yang mula-mula tinggi
secara menetap menjadi naik-turun disertai dengan menggigil. Penderita tampak
sakit, nadi cepat, dan perut nyeri. Tumor di sebelah uterus mengecil sedikit demi
sedikit, dan akhirnya terdapat parametrium yang kaku. Jika terjadi abses, nanah
harus dikeluarkan karena selalu ada bahaya bahwa abses mencari jalan ke rongga
perut yang menyebabkan peritonitis, ke rektum, atau ke kandung kencing.

5. Peritonitis
Peritonitis dapat berasal dari penyebaran melalui pembuluh limfe uterus,
parametritis yang meluas ke peritoneum, salpingo-ooforitis meluas ke peritoneum
atau langsung sewaktu tindakan perabdominal. Peritonitis nifas bisa terjadi karena
meluasnya endometritis, tetapi dapat juga ditemukan bersama-sama dengan salpingo-
ooforitis dan sellulitis pelvika. Selanjutnya, ada kemungkinan bahwa abses pada
sellulitis pelvika mengeluarkan nanahnya ke rongga peritoneum dan menyebabkan
peritonitis.

Peritonitis, yang tidak menjadi peritonitis umum, terbatas pada daerah pelvis.
Gejala-gejalanya tidak seberapa berat seperti pada peritonitis umum. Penderita
demam, perut bawah nyeri, tetapi keadaan umum tetap baik. Pada pelvioperitonitis
bisa terdapat pertumbuhan abses. Nanah yang biasanya terkumpul dalam kavum
douglas harus dikeluarkan dengan kolpotomia posterior untuk mencegah keluarnya
melalui rektum atau kandung kencing.

12
Peritonitis umum disebabkan oleh kuman yang sangat patogen dan
merupakan penyakit berat. Suhu meningkat menjadi tinggi, nadi cepat dan kecil,
perut kembung dan nyeri, ada defense musculaire. Muka penderita, yang mula-mula
kemerah-merahan, menjadi pucat, mata cekung, kulit muka dingin, terdapat apa yang
dinamakan facies hippocratica. Mortalitas peritonitis umum tinggi. Peritonitis yang
terlokalisir hanya dalam rongga pelvis disebut pelvioperitonitis, bila meluas ke
seluruh rongga peritoneum disebut peritonitis umum, dan ini sangat berbahaya yang
menyebabkan kematian 33% dari seluruh kematian akibat infeksi.

G. Komplikasi
1. Komplikasi pada paru-paru , infark dan abses pneumonia
2. Komplikasi pada ginjal sinistra yaitu nyeri mendadak yang diikuti proteinuria dan
hematuria
3. Komplikasi pada mata , persendian dan jaringan subkutan

H. Pemeriksaan diagnostic
1. Jumlah sel darah putih (SDP): normal atau tinggi (Total SDP saat tidak hamil 4.500-
10.000/mm3. saat hamil 5.000-15.000)

2. Laju sedimentasi darah (LED), dan jumlah sel darah merah (SDM): sangat meningkat
pada adanya infeksi
3. Hemoglobin / hematokrit(Hb/Ht): penurunan pada adanya anemia (Hb saat tidak
hamil:12-16gr/dl, saat hamil: 10-14gr/dl. Ht saat tidak hamil:37%-47%, saat
hamil:32%-42%.
4. Kultur (aerobik/anaerobik) dari bahan intrauterus atau intraserfikal atau drainase luka,
pewarnaan gram dari lokhia serviks, dan uterus : mengidentifikasi organisme
penyebab
5. Urinalisis dan kultur : menge sampingkan infeksi saluran kemih
6. Ultra sonografi: menentukan adanya fragmen-fragmen plasenta yang tertahan;
melokalisasi abses peritoneum
7. Pemeriksaan biomanual : menentukan sifat dan lokasi nyeri pelvis, massa atau
pembentuka abses, adanya vena-vena dengan thrombosis

13
I. Penatalaksanaan
1. Penatalaksnaan keperawatan :
a. Suhu harus diukur dari mulut sedikitnya 4 kali sehari
b. Berikan terapi antibiotik
c. Perhatikan diet
d. Lakukan transfusi darah bila perlu
e. Hati-hati bila ada abses, jaga supaya nanah tidak masuk ke dalam rongga
perineum
2. Penatalaksaan medik :
a. Istirahat baring di tempat tidur.
b. Analgetik untuk mengurangi rasa sakit.
c. Pemberian obat penenang
d. Pemberian obat gol osmotic diuretic ( manitol). Untuk mengatasi edema serebral.
e. Setelah keluhan-keluhan hilang, maka mobilisasi dapat dilakukan secara
bertahap, dimulai dengan duduk di tempat tidur, berdiri lalu berjalan.
3. Jika ibu menyusui:
f. Sebelum menyusui, pijat payudara dengan lembut, mulailah dari luar kemudian
perlahan-lahan bergerak ke arah puting susu dan lebih berhati-hati pada area yang
mengeras.
g. Menyusui sesering mungkin dengan jangka waktu selama mungkin, susui bayi
dengan payudara yang sakit jika ibu kuat menahannya, karena bayi akan
menyusui dengan penuh semangat pada awal sesi menyususi, sehingga bisa
mengeringkannya dengan efektif.
h. Lanjutkan dengan mengeluarkan ASI dari payudara itu setiap kali selesai
menyusui jika bayi belum benar-benar menghabiskan isi payudara yang sakit
tersebut.
i. Tempelkan handuk halus yang sudah dibasahi dengan air hangat pada payudara
yang sakit beberapa kali dalam sehari (atau mandi dengan air hangat beberapa
kali), lakukan pemijatan dengan lembut di sekitar area yang mengalami
penyumbatan kelenjar susu dan secara perlahan-lahan turun ke arah puting susu.

14
j. Kompres dingin pada payudara di antara waktu menyusui.
k. Bila diperlukan berikan parasetamol 500 mg per oral setiap 4 jam.
l. Lakukan evaluasi setelah 3 hari untuk mengevaluasi hasilnya.
4. Jika ibu tidak menyusui :
a. Gunakan bra yang menopang
b. Kompres dingin pada payudara untuk mengurangi bengkak dan nyeri.
c. Berikan parasetamol 500 mg per oral setiap 4 jam.
d. Jangan dipijat atau memakai kompres hangat pada payudara.
e. Lakukan evaluasi setelah 3 hari untuk mengevaluasi hasilnya.
5. Pencegahan infeksi selama kehamilan antara lain :
a. Perbaikan Gizi
b. Koitus pada kehamilan tua sebaiknya di larang karena dapat menyebabkan
pecahnya ketuban dan terjadinya infeksi
c. Personal Hygine Selama persalinan
d. Hindari pemeriksaan dalam berulang-ulang, lakukan bila ada indikasi dengan
sterilisasi yang baik
e. Hindari partus terlalu lama dan ketuban pecah lama
f. Jagalah sterilisasi kamar bersalin dan pakai masker, alat-alat harus suci hama
g. Perlukaan jalan lahir karena tindakan pervaginam maupun perabdominan di
bersihkan, dijahit sebaik-baiknya supaya terjaga sterilisasi selama masa nifas
h. Luka di rawat dengan baik, jangan sampai terkena infeksi, begitupula alat-alat dan
pakaian serta kain yang berhubungan dengan alat kandungan harus steril
i. Penderita dengan infeksi nifas sebaliknya di isolasi dalam ruangan khusus, tidak
tercampur dengan ibu sehat
j. Tamu yang berkunjung harus di batasi.

15
J. Pemeriksaan fisik
a. Aktivitas / istirahat
Biasanya klien mengeluh malaise, letargi, kelelahan / keletihan yang terus menerus
(persalinan lama, stressor pasca partum multiple)
b. Sirkulasi
Biasanya tachikardi dari berat sampai bervariasi
c. Eliminasi
Biasanya BAB klien diare / konstipasi
d. Makanan / Cairan
Biasanya anoreksia, mual / muntah, haus, membran mukosa kering, distensi
abdomen, kekakuan, nyeri lepas
e. Neurosensori
Biasanya klien mengeluh sakit kepala
f. Pernafasan
Biasanya pernafasan cepat / dangkal
g. Nyeri / Ketidaknyamanan
Biasanya nyeri abdomen bawah / uteri, nyeri tekan / nyeri local, disuria,
ketidaknyamanan abdomen, sakit kepala
h. Integritas Ego
Biasanya klien ansietas, gelisah
i. Keamanan
Biasanya terjadi peningkatan suhu tubuh yang merupakan tanda infeksi dan dapat
pula terjadi menggigil berat atau berulang
j. Seksualitas
Biasanya pecah ketuban dini / lama, persalinan lama, subinvolusi uterus mungkin ada,
lochea bau busuk dan banyak / berlebihan, tepi insisi kemerahan, edema, keras, nyeri
tekan / memisah dengan drainase purulen.
Pemeriksaan khusus :
1) Uterus
Meliputi : tinggi fundus uteri dan posisinya serta konsistensinya.

16
2) Lochia
Meliputi : warna, banyaknya dan baunya.
3) Perineum
Diobservasi untuk melihat apakah ada tanda infeksi dan luka jahitan
4) Vulva
Dilihat apakah ada edema atau tidak
5) Payudara
Dilihat kondisi aerola, konsistensi dan kolostrum

K. Diagnosa
1. Hipertermi berhubungan dengan infeksi nifas
a. Defenisi : peningkatan suhu tubuh di atas kisaran normal
b. Batasan karakteristik
1) Konvulsi
2) Kulit kemerahan
3) Peningkatan sushu tubuh datas kisaran normal
4) Kejang
5) Takhikardi
6) Takhipnea
7) Kulit terasa hangat
c. Faktor yang berhubungan :
1) Anastesia
2) Penurunan respirasi
3) Dehidrasi
4) Pemajanan lingkungan yang panas

2. Nyeri akut berhubungan dengan adanya luka post partum


a. Defenisi : pengalaman sensori dan emosional ynag tidak menyenangkan yang
muncul akibat kerusakan jaringan yang actual atau potensial.
b. Batasan karakteristik :
1) Perubahan selera makan

17
2) Perubahan tekanan darah
3) Perubahan prekuensi jantung
4) Perubahan prekuensi pernafasan
5) Melap orkan nyeri secara verbal
c. Faktor yang berhubungan :
1.) Agen cedera ( biologis, zat kimia, fisik, psikologis)
3. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan kelemahan post partum
a. defenisi : keterbatasan pada pergerakan fisik tubuh atau satu atau lebih
ekstremitas secara mandiri dan terarah
b. batasan karakteristik
1) penurunan waktu reaksi
2) kesulitan membolak- balik posisi
3) keterbatasan kemampuan melakukan keterampilan motoric halus
c. faktor yang berhubungan
1) intoleransi aktifitas
2) fisik tidak bugar
3) penurunan ketahanan tubuh
4. defisiensi pengetahuan berhubungan dengan kesalahan interpretasi informasi.
a. defenisi : ketiadaan atau defisiensi informasi kognitif yang berkiatan dengan
topic tertentu
b. batasan karakteristik
1) perilaku hiperbola
2) ketidak akuratan mengikuti perintah
3) pengungkapan masalah

c. faktor yang berhubungan :

1) keterbatsan kognitif

2) kurang minat dalam belajar

3) kurang dapat mengingat

4) salah intepretasi informasi

18
b. batasan karakteristik
L. Intervensi keperawatan
Diagnosa 1 : Hipertermi berhubungan dengan infeksi nifas
1. tujuan dan kriteria hasil
setelah dilakukan tindakan selama 1 X 24 jam maka hipertermi dapat teratasi dengan
kriteria hasil :
a. suhu dalam 360 C
b. Tidak ada perubahan warna kulit .
c. Pasien tidak megatakan lemah
d. Pasien merasa nyaman
2. intervensi :
a. Monitor suhu sesering mungkin
b. Monitor warna dan suhu kulit
c. Monitor WBC, Hb, dan Hct
d. Monitor intake dan output
e. Monitor hidrasi seperti seperti turgor kulit
f. Memberikan kompres hangat pada dahi, lipatan paha, dan aksila
g. Memberikan cairan intravena
h. Kolaborasi dengan memberikan antibiotik
i. Kolaborasi dengan pemberian antipiretik

Diagnosa 2 : Nyeri akut berhubungan dengan adanya luka post partum

1. Tujuan dan kriteria hasil


Setelah dilakukan tindakan selama 1 X 24 jam nyeri dapat teratasi dengan kriteria
hasil :
a. Mampu mengontol nyeri
b. Mampu melaporkan bahwa nyeri berkurang dengan menggunakan
menajmen nyeri
c. Tidak mengalami gangguan tidur
d. Ttv dalam rentang normal.

19
2. Intervensi
a. Lakukan pengkajian nyeri secara komperhensif
b. Observasi reaksi nonverbal dari ketidak nyamanan
c. Kontrol lingkungan yang dapat mempengaruhi nyeri seperti suhu ruangan .
d. Tingkatkan istirahat.
e. Berikan informasi tentang penyebab nyeri.
f. Berikan tekhnik relaksasi nafas dalam.
g. Kolaborasi dengan pemberian analgetik.

Diagnose 3 : Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan kelemahan post partum

1. Tujuan dan kriteria hasil :


Setelah dilakukan tindakan keperwatan selama 1 X 24 jam gangguan mobilitas fisik
dapat teratasi dengan kriteria hasil :
a. Pasien mengatakan mampu dalam beraktifitas
b. Pasien mengerti tujuan dari peningkatan mobilitas fisik
c. Memperagakan pengguanaan alat bantu untuk mobilitas fisik
2. Intervensi
a. Konsultasi dengan terapi fisik tentang rencana ambulasi sesuai dengan
kebutuhan.
b. Bantu klien untuk menggunakan tongkat saat berjalan dan cegah terhadap
cedera
c. Ajarkan pasien atau tenaga kesehatan lain tentang tehknik ambulasi
d. Latih pasien dalam pemenuhan kebutuhsn ADL secara mandiri sesuai
kemampuan
e. Berikan alat bantu jika pasien memerlukan
f. Ajarkan pasein bagaimana merubah posisi dan berikan bantuan jika di
perlukan.

20
Diagnose 4 : defisiensi pengetahuan berhubungan dengan kesalahan interpretasi informasi.

1. Tujuan : Pasien dan keluarga paham tentang penyakit, kondisi, prognosis dan
program pengobatan dengan kritera hasil.
a. Pasien dan keluarga mampu melaksanakan prosedur yang dijelaskan secara benar
b. Pasien dan keluarga mampu menjelaskan kembali apa yang dijelaskan perawat/
tim kesehatan lainnya
2. Intervensi :
a. Berikan penilaian tentang tingkat pengetahuan pasien tentang proses penyakit
yang spesifik
b. Jelaskan patofisiologi dari penyakit
c. Gambarkan tanda dan gejala yang biasa muncul pada penyakit, dengan cara
yang tepat
d. Identifikasi kemungkinan penyebab, dengan cara yang tepat
e. Sediakan informasi pada pasien tentang kondisi
f. Sediakan bagi keluarga informasi tentang kemajuan pasien
g. Diskusikan perubahan gaya hidup yang mungkin diperlukan untuk mencegah
komplikasi di masa yang akan datang dan atau proses pengontrolan penyakit
h. Diskusikan pilihan terapi atau penanganan

21
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Luka-luka pascapersalinan harus dirawat dengan baik. Menjaga kebersihan pada bekas
luka mutlak dilakukan. Alat-alat, pakaian, dan kain yang dikenakan ibu harus benar-benar dijaga
kebersihannya. Hal lain yang juga harus diwaspadai selama masa nifas selain infeksi adalah
terjadinya anemia. Bila ibu mengalami perdarahan yang sangat banyak, atau sudah terjadi
anemia selama masa kehamilan, hal ini dikhawatirkan akan mempengaruhi proses kontraksi pada
rahim untuk kembali seperti semula. Ini terjadi karena darah tak cukup memberikan oksigen ke
rahim. Bila anemia hanya ringan, maka untuk mengatasinya cukup dengan mengonsumsi
makanan kaya zat besi. Namun bila kondisinya sangat parah, dokter akan melakukan transfusi
darah.

B. SARAN
Supaya tidak terjadi infeksi pada masa nifas, saat hamil cegah jangan sampai terjadi
anemia, malnutrisi, serta munculnya penyakit-penyakit yang diderita ibu. Sebaiknya juga tidak
melakukan, mengurangi, atau melakukan dengan hati-hati hubungan seksual saat hamil tua
karena bisa menyebabkan pecahnya ketuban dan menjadi jalan masuk kuman penyebab infeksi
ke dalam jalan lahir.

22
23

Anda mungkin juga menyukai