Citra Tubuh
Citra Tubuh
1. DEFINISI
Citra tubuh secara psikologis yaitu gambaran psikis terhadap keadaan fisik seseorang,
yang menyangkut tingkah laku dan persepsi terhadap penampilan fisiknya, kondisi
kesehatan, kemampuan, serta seksualitas. Citra tubuh adalah persepsi seseorang terhadap
tubuhnya dan interaksinya dengan orang lain, serta memiliki rasa kepemilikan dan
batasan-batasan tubuhnya, sebuah citra yang yang terbangun secara psikologis dan
melalui sistem neurologis otak, melalui propiosepsi, penglihatan, dan sistem vestibular.
Citra tubuh juga dapat diasumsikan sebagai proses maupun hasil, dan citra tubuh
seseorang mempengaruhi fungsi fisik dan psikologisnya (Larsen & Lubkin, 2009).
Menurut Honigman dan Castle (2007), citra tubuh adalah gambaran mental seseorang
terhadap bentuk dan ukuran tubuhnya, bagaimana seseorang mempersepsi dan
memberikan penilaian atas apa yang dipikirkan dan rasakan terhadap ukuran dan bentuk
tubuhnya, dan atas penilaian orang lain terhadap dirinya. Citra tubuh adalah gagasan
kompleks dan meliputi kesadaran, emosi, dan tindakan seseorang yang berkenaan dengan
tubuhnya
2. JENIS/MACAM
Citra tubuh dalam MBSRQ-AS dibagi menjadi lima dimensi, yaitu:
a) Appearance Evaluation (Evaluasi Penampilan)
Dimensi yang diukur berhubungan dengan evaluasi penampilan dan keseluruhan
tubuh, apakah menarik atau tidak menarik serta memuaskan atau tidak memuaskan.
b) Appearance Orientation (Orientasi Penampilan)
Dimensi yang diukur adalah tingkat perhatian individu terhadap penampilan dirinya
dan usaha yang dilakukan untuk memperbaiki dan meningkatkan penampilan dirinya
c) Body Area Satisfaction (Kepuasan Terhadap Bagian Tubuh)
Mengukur tingkat kepuasan terhadap bagian tubuh secara spesifik seperti wajah,
rambut, tubuh bagian bawah (pantat, pinggul, kaki), tubuh bagian tengah (pinggang,
perut), tubuh bagian atas (dada, bahu, lengan), dan penampilan secara keseluruhan.
d) Overweight Preoccupation (Kecemasan Menjadi Gemuk)
Mengukur kecemasan terhadap kegemukan, kewaspadaan individu terhadap berat
badan, kecenderungan melakukan diet untuk menurunkan berat badan dan membatasi
pola makan.
e) Self-Classified Weight (Pengkategorian Ukuran Tubuh)
Mengukur bagaimana individu mempersepsikan dan menilai berat badannya, dari
sangat kurus sampai sangat gemuk.
4. FASE
Gangguan citra tubuh biasanya melibatkan distorsi dan persepsi negatif tentang
penampilan fisik mereka. Perasaan malu yang kuat, kesadaran diri dan ketidaknyamanan
sosial sering menyertai penafsiran ini. Sejumlah perilaku menghindar sering digunakan
untuk menekan emosi dan pikiran negatif, seperti visual menghindari kontak dengan sisa
ekstremitas, mengabaikan kebutuhan perawatan diri dari sisa ekstremitas dan
menyembunyikan sisa ekstremitas lain. Pada akhirnya reaksi negatif ini dapat
mengganggu proses rehabilitasi dan berkontribusi untuk meningkatkan isolasi sosial
(Wald & Alvaro, 2004).
Respon pasien terhadap kelainan bentuk atau keterbatasan meliputi perubahan dalam
kebebasan. Pola ketergantungan dalam komunikasi dan sosialisasi. Respon terhadap
kelainan bentuk atau keterbatasan dapat berupa:
Respon penyesuaian: menunjukkan rasa sedih dan duka cita (rasa shock,
kesangsian, pengingkaran, kemarahan, rasa bersalah atau penerimaan).
Respon mal-adaptip: lanjutan terhadap penyangkalan yang berhubungan dengan
kelainan bentuk atau keterbatasan yang tejadi pada diri sendiri. Perilaku yang
bersifat merusak, berbicara tentang perasaan tidak berharga atau perubahan
kemampuan dalam menyesuaikan diri dengan lingkungan.
Respon terhadap pola kebebasan – ketergantungan dapat berupa:
Respon penyesuaian: merupakan tanggung jawab terhadap rasa kepedulian
(membuat keputusan) dalam mengembangkan perilaku kepedulian yang baru
terhadap diri sendiri, menggunakan sumber daya yang ada, interaksi yang saling
mendukung dengan keluarga.
Respon mal-adaptip: menunjukkan rasa tanggung jawab akan rasa kepeduliannya
terhadap yang lain yang terus-menerus bergantung atau dengan keras menolak
bantuan.
Respon terhadap Sosialisasi dan Komunikasi dapat berupa:
Respon penyesuaian: memelihara pola sosial umum, kebutuhan komunikasi dan
menerima tawaran bantuan, dan bertindak sebagai pendukung bagi yang lain.
Respon mal-adaptip: mengisolasikan dirinya sendiri, memperlihatkan sifat
kedangkalan kepercayaan diri dan tidak mampu menyatakan rasa (menjadi diri
sendiri, dendam, malu, frustrasi, tertekan) (Carol, 1997).