Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Sumber:
Malik, na. Textbook of oral and maxillofacial surgery, 2nd ed.
Balaji, sm. 2013. Textbook of oral and maxillofacial surgery (ed. 2). New delhi:
elsevier.
Fonseca, raymond j. 2000. Oral and maxillofacial surgery (vol. 3, ed. Philadelp
hia: saunders
A. REDUKSI / REPOSISI
Reduksi merupakan pengembalian fragmen fraktur ke posisi anatomi aslinya
Reduksi
Tertutup Terbuka
a.Teknik
a.Teknik traksi
manipulasi
Untuk fresh fracture
# REDUKSI TERTUTUP
Reduksi tertutup adalah pengembalian fragmen yang fraktur tanpa visualisasi
langsung. Penyusunan fragmen dilakukan tanpa tindakan pembedahan
Indikasi :
Fraktur kecil/ringan (celah fragmen <2mm) dan oklusi baik
Gigi-gigi pada kedua rahang cukup atau masih lengkap, sehingga oklusi dapat
digunakan sebagai guiding factor
Pasien dengan edentulous parsial dengan fraktur korpus mandibular minimal
Fraktur yang masih dalam batas golden period (<10 hari)
Lokasi fraktur mandibular tidak berada di tempat tarikan otot yang kuat
Fraktur mandibular non-displace
Fraktur mendibula pada anak
Teknik :
1. Reduksi Tertutup Dengan Manipulasi
Digunakan ketika pasien datang untuk perawatan
segera setelah trauma (fresh fractures). Alat yang
digunakan untuk memegang fragmen patahan :
disimpaction forceps, bone holding forceps. Presedur
dapat dilakukan dengan menggunakan Lokal anestesi
+ sedasi, atau Anestesi umum, Bergantung pada
kebutuhan pasien
b. Extraoral
Penggunaan berbagai macam head gears untuk attachment, terhubung dengan arch
bars dengan karet dan kawat. Ketika metode traksi digunakan, pasien diintruksikan
untuk membuka dan menutup mulut perlahan agar elastic traction nya berfungsi.
Pasien harus mengonsumsi analgesik untuk kontrol rasa sakit
# REDUKSI TERBUKA
Reduksi terbuka adalah pengembalian fragmen yang fraktur dengan visualisasi
langsung, melalui tindakan pembedahan
Indikasi :
Pada fraktur dengan displacement yang besar
Jika tidak terdapat gigi yang cukup sebagai guiding factor
Pada mal union fracture
Bila terdapat otot-otot yang interposisi diantara fragmen
Teknik Berdasarkan Surgical Approach
Symphysis dan
parasymphysis
region
2.Wire
Osteosynthesis
Open Reduction
Submandibular
Risdon’s incision
Extraoral Retromandibular
Approach approach
Preauricular
approach
Intraoral Approach
1. Symphysis & Parasymphysis Region
Kulit dan jaringan subkutan di insisi dengan scalpel ke bawah menuju level platysma
Platysma kemudian dibagi tajam untuk mengekspos superficial layer dari deep cervical
facial.
Bidang yang dibedah diangkat melalui lapisan ini melewati permukaan superior
submandibula.
Prosedur dilakukan kemudian penutupan lapisan.
2. Retromandibular Approach
Menyediakan eksposur yang sangat baik untuk ramus, termasuk area subkondil
4. Preauricular Approach
APPROACH TO THE TMJ
Akses langsung ke TMJ, zygomatic arch, dan condylar neck.
Pendekatan yang paling sering digunakan adalah preauricular dan modifikasinya.
Facial nerve merupakan penghambat paling signifikan dan penyebab terjadinya
komplikasi serius ketika terjadi kerusakan
Struktur lain yang juga diperhitungkan dalam pembedahan pada preauricular
adalah parotid gland, superficial temporal vessels dan auriculotemporal nerve.
PREAURICULAR APPROACH
Semua insisi ditempatkan pada lipatan kulit yang dibentuk oleh
Penguhubung telinga eksternal dengan facial skeleton, insisi tidak diperpanjang menuju
lower end of tragus untuk menghindari batang facial nerve.
Persiapan operasi termasuk mencukur rambut 2-3 cm disekitar telinga dan melewati
pelipis dan zygomatic bone.
Vertikal insisi dibuat dimulai dari lower border of tragus dan melengkung ke atas dan
mengarah ke meatus, berhenti pada auricle.
Modifikasi dari teknik ini adalah dengan endeural approach, yaitu dengan
memindahkan insisi kulit dari lipatan si pretragal ke belakang sehingga insisinya ini
terletak pas di tonjolan tragusnya. Ke superior, insisi diperdalam ke fasia temporalis,
sedangkan ke inferior diseksi tajam sepanjang
periocondrium
Gambar : insisi preauricular.
Surgical approach ke mandibula dan TMJ.
B. FIKSASI
Pada fase ini fragmen-fragmen fraktur (setelah reduksi) difiksasi, dalam (hubungan
anatomis normal) untuk mencegah dislokasi dan mencapai perkiraan yang tepat. Alat-alat
fiksasi dapat ditempatkan internal (Alat diletakkan di dalam jaringan dan menyatukan tulang.
Alat yang digunakan : transosseous atau intraosseous wiring) maupun eksternal (Alat diletakkan
di luar jaringan namun dimasukkan ke dalam tulang secara perkutan. Alat yang digunakan :
bone clamps atau pin fiksasi)
Direct Interdental Wiring
Teknik:
Siapkan kawat diameter: 0,35 mm ; panjang: 15 cm
Lingkarkan kawat di bawah titik kontak
Kedua ujung kawat bebas dipilin
Lakukan hal yang sama pada gigi antagonisnya
PIlin kedua uliran pada masing-masing rahang
Potong ujung kawat yang dipilin,bengkokkan menjauhi jaringan lunak / lapisi ujung
kawat dengan gutta percha menghindari trauma pada jaringan lunak
1.C. Continuous/ Multiple Loop Wiring/ Stout Wiring Continuous/Multiple Loop Wiring/ Stout
Wiring Merupakan teknik wiring beberapa regio gigi pada RA dan RB dengan menggunakan
tenaga tarik (traction).
Teknik:
Kawat diletakkan di permukaan buccal, mulai dari midline. Ujung kawat mengelilingi
permukaan posterior gigi terakhir (misal: M2) di bawah titik kontak, bentuk loop
Sebuah bar diameter 3 mm panjang 5 cm dimasukkan ke dalam loop
Terus bentuk loop secara berurutan hingga seluruh kuadran tertutup
Kemudian kedua ujung kawat ditarik dan dipilin dengan kencang menggunakan needle
holder
Ujung kawat dipotong dan ditekan ke ruang interdental agar tidak melukai jaringan
lunak
Bar dikeluarkan dari loop
Loop dikencangkan dan ditekuk ke arah sulkus gingiva atau ke arah oklusal
Ambil kawat baru. Masukkan ke dalam loop rahang atas dan rahang bawah, kemudian
pilin
Fiksasi antar rahang juga dapat dilakukan menggunakan traksi elastis yang dimasukkan
ke dalam loop
1. D. Risdon’s Wiring
Menggunakan 2 kawat base wire (gambar A) dan kawat interdental tambahan.
Teknik:
Kawat SS sepanjang 25 cm diletakkan di servikal lingual gigi M2, ujung kawat masuk
ke interdental dan dipilin di labial M2 (sisakan beberapa cm di bagian ujung), kemudian
diarahkan ke midline
Ujung-ujung kawat dari tiap regio kemudian dipilin di midline, dipotong dan ditekan ke
ruang interdental
Ambil kawat tambahan untuk fiksasi base wire. Pemasangan kawat tambahan mirip
dengan teknik multiple loop wiring
1. E. Arch Bars
Indikasi:
Sisa gigi tidak cukup untuk eyelet wiring yang efisien
Untuk stabilisasi fragmen sementara sebelum perawatan definitive/ fiksasi intermaksila
dilakukan
Fiksasi gigi avulsi dan fraktur alveolar crest
2. External Fixation
Indikasi :
Severe fracture, bila dilakukan fiksasi
internal dapat mengganggu suplai
darah ke fragmen tulang
Infected fracture
Teknik: dua pin dipasang pada tiap sisi yang
fraktur untuk mencegah rotasi dari segmen
fraktur. Akrilik berfungsi untuk stabilisasi pin.
3. Suspension Wires
Suspension wires merupakan teknik fiksasi menggunakan wire yang
menyambungkan fragmen yang fraktur dengan area tulang wajah yang lebih stabil
dan tidak fraktur.
Indikasi : fraktur midfasial yang melibatkan komponen oklusi
Prinsip: menggunakan kawat yang dikaitkan dengan struktur tulang wajah seperti
piriform rim, infraorbital rim Kemudian disambungkan dengan arch wire pada arch
bars.
B. DIRECT FIXATION (OPEN FIXATION/ INTERNAL FIXATION)
Fiksasi direk merupakan metode fiksasi yang dilakukan dengan visualisasi
langsung ke area yang mengalami fraktur (melibatkan pembukaan periosteum)
dan menggunakan hardware, seperti kawat atau plate & screw
oDynamic
Compression Plates
Compression
Osteosynthesis
oLag Screw
Rigid
oReconstruction
Plates
Non-compression
Direct Osteosynthesis
(Open/Internal) oLocking Plates
Transosseous Wiring/
Direct Wiring
Non rigid
Miniplate
1. RIGID
Fiksasi rigid merupakan fiksasi yang mampu mencegah pergerakan antar fragmen
tulang yang fraktur, saat tulang/rahang dikenai gaya stabilitas absolute &
minimal gap
Fiksasi rigid menstimulasi primary bone healing. Primary bone healing merupakan
proses pemulihan tulang yang ditandai dengan remodeling tanpa pembentukan callus
Prosedur dengan fiksasi rigid mengacu pada 4 prinsip dasar menurut association of
swiss internal fixation (AO/ASIF), yaitu:
1.Reduksi segmen tulang
2.Fiksasi yang stabil dan imobilisasi fragmen
3.Menjaga dan mempertahankan suplai darah
4.Mengembalikan fungsi mobilitas secepatnya
A. COMPRESSION OSTEOSYNTHESIS
Prinsip: kompresi atau tekanan yang dihasilkan dari alat plate dan screw, memicu friksi
antara segmen tulang gap yang terbentuk minimal menyediakan lingkungan yang
ideal bagi primary bone healing didapatkan stabilitas yang absolut dan zero movement
antara segmen tulang yang fraktur.
Plate diletakkan di tulang kortikal yang fraktur pada bagian plate yang berlubang, tulang di
bur dan lubang ini akan diisi oleh sekrup/screw. Terdapat dua posisi sekrup di dalam plate:
Posisi aktif lubang terletak di lateral. Sekrup yang dipasang pada posisi aktif dan
dikencangkan akan menghasilkan tekanan (300 kPa/cm2) yang menginduksi
mandibula untuk ber-translasi melewati plate ke arah midline garis fraktur proses
ini dinamakan compression osteosynthesis. (gambar B dan C). Kompresi ini tidak
begitu kuat sehingga tidak menghasilkan nekrosis tulang.
Posisi pasif lubang terletak di tengah. Sekrup yang dipasang pada posisi pasif
berperan untuk stabilisasi pergerakan tulang. (gambar D)
LAG SCREW
Lag screw dimasukkan ke dalam tulang dan melewati garis fraktur kemudian
mendistribusi gaya kompresi di sekitar segmen fraktur yang memicu osteosintesis
Gaya kompresi yang dihasilkan lag screw lebih besar dan bila prosedur dilakukan
dengan benar dapat menghasilkan stabilitas yang lebih baik
Indikasi: digunakan pada fraktur vertical atau fraktur oblique
B. FIXATION OSTEOSYNTHESIS
Reconstruction Plates
•Indikasi : digunakan untuk rekonstruksi mandibula akibat reseksi, adanya defek segmental,
atau karena atrofi dan pada kasus severe comminuted fracture
•Karena digunakan pada kasus fraktur yang parah plate yang digunakan lebih tebal untuk
menghasilkan stabilisasi yang lebih kuat
•Screw digunakan untuk mencegah shifting dari plate dan memperkuat adaptasi plate dengan
tulang.
Gambar: (A) Reconstruction plate pada kasus atrofi mandibula, (B) Reconstruction plate untuk memperbaikin
defek segmental, (C) Reconstruction plate dikombinasikan dengan miniplates dan lag screw untuk kasus
fraktur comminuted yang parah
Locking Plates
Indikasi : fraktur oblique, fraktur comminuted, kehilangan
tulang pada area fraktur, fraktur edentulous non
atrophic.
Merupakan modifikasi dari system plate and screw
plate dan screw didesain dengan mekanisme locking
Locking screw berulir ganda dan bagian kepala sekrup
dengan diameter ulir yang lebih besar
Kelebihan: stabilitas dan adaptasi lebih baik karena
adanya system locking
2. NON RIGID
Merupakan jenis fiksasi yang memungkinkan pergerakan antara fragmen tulang yang
fraktur. Teknik fiksasi non rigid hanya berfungsi untuk menstabilkan segmen fraktur dan
menciptakan kekakuan tetapi tidak mampu menahan pergerakan interfragmen saat
rahang dikenai gaya mastikasi/oklusal terdapat significant gap. Fiksasi non rigid
menstimulasi secondary bone healing. Secondary bone healing merupakan proses healing
tulang yang ditandai dengan pembentukan hematoma sub periosteal cartilaginous callus
bony callus
B. MINIPLATES
Plate yang digunakan berukuran lebih kecil , yaitu panjang 7 mm dan diameter bervariasi
dari 1,3/1,5/ 2 mm. Screw dipasang setidaknya 2 buah di masing-masing sisi yang fraktur
untuk mencegah rotasi segmen. Miniplate diletakkan pada neutral zone zona di antara
zona tension dan compression. Miniplate juga dapat digunakan sebagai tension bands untuk
menyeimbangkan compression plates. Area untuk pemasangan miniplates:
fraktur angulus plate dipasang pada external oblique ridge
fraktur posterior di foramen mental plate dipasang di dekat akar gigi dan di
atas saraf alveolaris inferior
fraktur anterior dipasang di regio apical dan di sepanjang inferior border
mandibula
C. Imobilisasi
Pada fase ini, alat fiksasi dipertahankan untuk menstabilisasi fragmen yang telah
direduksi ke posisi anatomis normal sampai penyatuan tulang selesai. Periode imobilisasi
bergantung pada tipe fraktur dan tulang yang terlibat
Fraktur maksila selama 3-4 minggu
Fraktur mandibular selama 4-6 minggu
Fraktur kondil selama 2-3 minggu, untuk mencegah terjadinya ankylosis TMJ
A. Tindakan Konservatif
Closed treatment / closed reduction tindakan ini melibatkan teknik IMF.
Durasi dari treatment ini sekitar 7-10 hari pada kasus fraktur unilateral dan akan
lebih lama pada kasus fraktur bilateral yang disertai open bite.
Jika pasien merasa ga kenapa napa napa dan hanya slight/ringan
maloklusi. Pasien di berikan tindakan “Imobilisasi condyle” penggunaan :
maksimal 2-3 minggu
B. Tindakan Functional
Menggunakan closed treatment/closed reduction
Pada perawatan ini digunakan teknik active movement.
Prinsipnya adalah bahwa resiko ankilosis dapat dicegah dengan gerakan aktif ini
Closed Teknik (Conservative Treatment) Dilakukan oleh ahli bedah
Tujuan : memfasilitasi peregrakan aktif rahang sebanyak mungkin, sehingga pasien
mampu mencapai oklusi yang baik.
Indikasi
Fraktur kondil dengan displacement minimal
Gangguan oklusal minimal
Deviasi mandibula saat membuka mulut
C. Tindakan Surgical
Menggunakan open treatment/open reduction
Pada perawatan ini digunakan miniature bone plates untuk memfiksasi rahang.
Kalau pasien buka mulut sakit, tutup mulut sakit, baru pake open Reduction
Open Reduction
Indikasi
Fraktur dislokasi dari kondil ke arah middle cranial fossa
Ketidakmampuan mencapai oklusi karena terjadi interlocking yang
Disebabkan oleh fracture condylar segment
Dislokasi fraktur lateral dari kondil
Fraktur compound dari kondil yang disebabkan oleh tembakan pistol atau
senjata tajam lain. Jika terdapat benda asing pada lokasi fraktur tsb,
penyembuhan edema dan perdarahan karena sebab tersebut akan
memakan waktu sekitar 1-2 minggu