Konsep Manusia Dalam Al Qur'An
Konsep Manusia Dalam Al Qur'An
Dalam Al Qur’an, manusia berulang kali diangkat derajatnya, dan berulangkali pula
direndahkan. Manusia dinobatkan jauh mengungguli alam surga bahkan Malikat, tetapi pada saat
yang sama mereka tak lebih berarti dibandingkam dengan setan terkutuk dan binatang melata
sekalipun. Manusia dihargai sebagai khalifah dan makhluk yang mampu menaklukkan alam
(taskhir).Namun, posisi ini bisa merosot ke tingkat ‘yang paling rendah dari segala yang rendah
(asfala safiin)’.
Gambaran kontradiktif menyangkut keberadaan manusia itu menandakan bahwa makhluk
yang namanya manusia itu unik, makhluk yang serba dimensi, ada di antara predisposisi negative
dan positif. Al Qur’an memperkenalkan tiga istilah kunci (key term) yang mengacu pada makna
pokok manusia, yaitu Al Basyar, Al Insan, dan An Nas. Penggunaan ketiga istilah itu jelas
memiliki makna signifikan.
A. AL-BASYAR
Dalam firman Allah SWT:
“Bukankah Rosul itu memakan makanan dan berjalan-jalan di pasar”. QS. Al Furqon(25):
7,
“Tidak Kami utus sebelummu para utusan kecuali merekaitu makan makanan dan berjalan-
jalan di pasar”. QS. Al Furqon(25):20
Kategori pertama
Menunjuk pada keistimewaan manusia sebagai wujud yang berbeda dengan makhluk lain.
Keberadaan dan keistimewaan_dalam hal ini juga berarti keunggulan_ manusia itu bisa
dijelaskan, sebagai berikut:
Pertama: Al Qur’an memandang manusia sebagai “makhluk unggulan” atau “puncak
penciptaan” Tuhan, keunggulan manusia terletak pada wujud kejadiannya sebagai makhluk yang
diciptakan dengan kualitas “ahsanu taqwim”, sebaik-baik penciptaan (QS. At Tin(95):5).
Manusia juga disebut sebagai makhluk yang dipilih oleh Tuhan (QS. Thahaa(20):112) untuk
mengemban tugas kekhalifahan di muka bumi (QS. Al Baqarah(2):30).
Kedua: Manusia adalah satu-satunya makhluk yang dipercaya Tuhan untuk mengemban amanah
(QS. Al Ahzab(33):72), sebuah beban sekaligus tanggung jawabnya sebagai makhluk yang
dipercaya dan diberi mandat mengelola bumi. Menurut Fazlurrahman (1990), amanah terkait
dengan fungsi kreatif manusia untuk menemukan hukum alam, menguasainya_atau dalam
bahasa Al Qur’an dengan istilah “mengetahui nama-nama semua benda” (al asma’ kullaha)_ dan
kemudian menggunakannya dengan inisiatif moral untuk menciptakan tatanan dunia yang lebih
baik. Sedangkan Thathaba’I (tt,XVI:349-51) memaknai amanah lebih sebagai predisposisi
(isti’dad) untuk beriman dan mentaati Allah. Di dalamnya terkandung makna khilafah, manusia
sebagai pemikul al wilayah al ilahiyah. Amanah inilah yang dalam ayat-ayat lain disebut sebagai
perjanjian primordial atau perennial (‘ahd, mitsaq, ’isr). Perjanjian itu digambarkan secara
metaforis perennial kepada janin yang berada dalam kandungan. Tuhan bertanya,
“Bukankah Aku ini Tuhanmu?”.”Ya”, jawab si janin “kami menjadi saksi”.
Ketiga: karena manusia memikul tugas berat sebagai khalifah dan pemegang amanah yang
semua makhluk tidak bersedia, maka manusia dibekali dengan seperangkat kemampuan untuk
melaksanakan tugas tersebut.
Salah satu kemampuan itu adalah dibekalinya manusia dengan akal kreatif. Melalui akal
kreatifnya manusia diberi konsesi untuk memilliki, menemukan dan mengembangkan ilmu
pengetahuan kreatif. Sebab, menurut Al Qur’an, manusia adalah makhluk yang diberi ilmu,
“Dia yang mengajar dengan pena, mengajar insan apa yang tidak diketahuinya” (QS.Al
Alaq(96):4-5).
“Ia mengajar (insan) al bayan” (QS. Ar Rahman(55):3).
Manusia diberi kemampuan mengembangkan ilmu berkat nalar kreatifnya. Sebab itujuga,
berkali-kali kata al insan dihubungkan dengan kata nadzar, Allah memerintahkan al insan untuk
menadzar (mengamati, merenungkan, memikirkan, menganalisis) perbuatannya (QS.79:35),
proses terbentuknya makanan dari siraman air hujan hingga terbentuk buah-buahan (QS.80:24-
36), dan penciptaannya (QS.88:5). Dengan kemampuan ini al insan dipakai untuk menunjuk
kuallitas pemikiran rasional dan kesadaran yang khusus dimiliki manusia. Dalam hubungan
inilah, setelah Allah mengingatkan sifat al insan yang labil dan cenderung lupa diri, Dia
berfirman :
“Akan Kami perlihatkan kepada mereka (insan) tanda-tanda Kami di alam dan diri mereka
sendiri supaya jelas baginya bahwa itu al Haq”. (QS. Al Fushilat:3)
Tugas kekhalifahan dan amanah juga membawa konsekuensi bahwa al insan dibebani atau
dihubungkan dengan konsep tanggung jawab (QS.75:3,36, dan QS.50:16) untuk melakukan
yang terbaik. Manusia diwasiatkan agar berbuat baik (QS.29:8, QS.31:14, QS.46:15) karena
setiap amalnya dicatat dengan cermat dan diberi balasan setimpal (QS.53:39). Dalam rangka itu
manusia diingatkan dengan sejumlah tantangan karena insanlah yang dimusuhi syetan
(QS.17:53, QS.59:16) dan ditentukan nasibnya di hari kiamat (QS.75:10,13,14; QS.79:35;
QS.80:17;QS.89:23), sebagai bentuk pertanggungjawaban.
Keempat: dalam mengabdi kepada Allah manusia (al insan) sangat dipengaruhi oleh lingkungan
dan kondisi psikologisnya. Jika mendapat keberuntungan dan keseuksesan hidup akan cenderung
sombong, takabur, dan musyrik (QS.10:12; QS.11:9; QS.17:67,83; QS.39:8,49; QS.41:49,51;
QS.42:48; QS.89:15).
Pada kategori kedua, Al Insan dikaitkan dengan predisposisi negative pada diri manusia.
Menurut Al Qur’an, manusia itu cenderung berbuat dzalim dan kafir (QS.14:34,QS.22:66,
QS.43:15), tergesa-gesa (QS.17:11, QS.21:37), bakhil (QS.17:100), bodoh (QS.33:72), banyak
membantah dan suka berdebat tentang hal-hal yang sepele sekalipun
(QS.16:4,QS.18:54,QS.36:77), resah, gelisah, dan enggan membantu orang lain (QS.70:19-21),
ditakdirkan untuk bersusah payah dan menderita (QS.84:6, QS.90:4), ingkar dan enggan
berterima kasih kepada Tuhan (QS.100:6), suka berbuat dosa (QS.96:6, QS.75:5), dan
meragukan hari akhirat (QS.19:66).
Bila dihubungkan dengan sifat-sifat manusia pada kategori pertama, Al Insan menjadi makhluk
yang paradoksal, yang berjuang mengatasi konflik dan kekuatan yang saling bertentangan: tarik
menarik antara mengikuti fitrah (memikul amanah dan menjadi khalifah) dan mengikuti nafsu
negative dan merusak. Kedua kekuatan ini digambarkan dengan sangat menarik pada kategori
ketiga.
Proses penciptaan manusia atau asal kejadian manusia dinisbahkan pada konsep al insan dan
basyar sekaligus. Sebagai al insan, manusia diciptakan dari tanah liat, sari pati tanah, tanah
(QS.15:26,QS.23:12, QS.32:7, QS.55:14). Demikian pula basyar berasal dari tanah, tanah liat
kering (QS.15:28, QS.38:71,QS.30:20) dan air (QS.25:54). Sementara di ayat lain manusia
disempurnakan kejadiannya dengan ditiupkannya ruh Allah ke dalam tubuhnya (QS.15:29,
QS.38:72)
Ali Syariati (1982,1993) menfsirkan “tanah liat” (Lumpur) dalam penciptaan manusia sebagai
simbol kerendahan dan kenistaan, sedangkan ruh Allah adalah simbol kesucian dan kemuliaan
tertinggi. Jadi, kejadian manusia adalah gabungan dua anasir yang bertentangan antara Lumpur
dan ruh. Allah, atau secara simbolik menggambarkan karakteristik basyari dan insani. Yang
pertama unsur material dan yang kedua unsur rohani. Dalam bahasa Yusuf Qardhawi,
sebagaimana dikutip Jalaluddin Rahmat (1991), manusia adalah gabungan kekuatan tanah dan
hembusan Ilahi (bain qabdhat at thin wa nafkhat al ruh). Manusia adalah zat bidimensional
(bersifat ganda), terdiri atas sifat material dan spiritual (rohani). Sifat materialnya akan
cenderung dan menarik manusia ke arah kerendahan, agresifitas, stagnan dan immobilitas.
Sedangkan unsur rohani (ruh Allah) akan mengarahkan dirinya menaik ke puncak setinggi-
tingginya, yakni kepada Allah dan ruh Allah. Satu hal yang menarik, bahwa kedua unsur ini
harus berada dalam keseimbangan, “tidak boleh (seorang mulmin) mengurangi hak-hak tubuh
untuk memenuhi hakruh, dan tidak boleh ia mengurangi hak-hak ruh untuk memenuhi hak
tubuh”.
C. AN-NAS
Konsep An Nas mengacu pada manusia sebagai makhluk sosial. Manusia dalam arti An
Nas ini paling banyak disebut Al Qur’an (240 kali). Menariknya, dalam mengungkapkan
manusia sebagai makhluk sosial, Al Qur’an tidak pernah melakukan generalisasi.
Kedua
Pengelompokan manusia berdasarkan mayoritas, yang umumnya menggunakan
ungkapan aksaran al nas (sebagian besar manusia). Memperhatikan ungkapan ini kita
menemukan bahwa sebagian besar (mayoritas) manusia mempunyai kualitas rendah, baik dari
segi ilmu maupun iman. Hal ini dapat dilihat dari pernyataan Al Qur’an bahwa kebanyakan
manusia tidak berilmu (QS.7:187; QS.12:21; QS.28:68; QS.30:6,30; QS.45:26; QS.34:28,36;
QS.40:57), tidak bersyukur (QS.2:243, QS.12:38, QS.40:61), tidak beriman (QS.11:17,
QS.12:103, QS.13:1), fasiq (QS.5:49), melalaikan ayat-ayat Allah (QS.10:92), kafir (QS.17:89,
QS.25:50), dan kebanyakan harus menanggung adzab (QS.22:18). Ayat-ayat di atas dipertegas
dengan ayat-ayat yang lain untuk menunjukkan betapa sedikitnya (qolil) kelompok manusia yang
beriman (QS.2:88; QS.4:46,66,155; QS.38:24), yang berilmu atau dapat mengambil pelajaran
(QS.7:3, QS.18:22, QS.27:62, QS.40:58,QS.69:42), yang mau bersyukur atas nikmat Allah
(QS.7:10, QS.23:78, QS.32:9, QS.34:13, QS.67:23), dan_sebagian kelompok sosial lain_
selamat dari azab Allah (QS.11:116), dan tidak bisa diperdayakan syetan (QS.4:83). Kedua
kelompok tersebut dapat disimpulkan dalam ayat berikut:
“Jika kamu ikuti kebanyakan yang ada di bumi, mereka akan menyesatkan kamu dari jalan
Allah”. (QS.6:116)
Dari uraian di atas, tampak Al Qur’an memandang manusia dari serbadimensi, sebagai makhluk
biologis, psikologis, dan sosial. Sebagaimana ada hukum biologis manusia, maka ada juga
hukum-hukum yang mengendalikan manusia sebagai makhluk psikologis dan sosial.
Manusia sebagai basyar berkaitan erat dengan unsur material yang dilambangkan dengan tunduk
kepada “takdir” Allah di alam semesta. Sama taatnya dengan matahari, gunung, hewan dan
tumbuhan. Ia tumbuh dan berkembang akhirnya mati. Dalam keadaan ini manusia dengan
sendirinya musayyar (menerima apa adanya, nrimo ing pandhum, tidak punya pilihan). Akan
tetapi, manusia sebagai al insan dn an nas beetalian dengan hembusan ruh Tuhan. Keduanya
tetap dikenakan aturan-aturan (sunnatullah), tetapi ia diberikan kebebasan dari kekuatan untuk
tunduk atau melepaskan diri dari hukum itu. Dititik ini manusia menjadi makhluk
yang mukhayaar(punya kebebasan dan pilihan alternative). Ia bisa terjerembab ke lembah nista,
tetapi ia bisa melakukan pendakian spiritual luar biasa, menyerap sifat-sifat rabbaniyah_menurut
ungkapan Ibn’Arabi_sepertisama’, basyar, kalam, qadar, rahman, malik, ghoffar,
alim, dansebagainya. Ia mengemban wilayah Ilahiyah seperti Thabathaba’i. Karena itu, ia
dituntut untuk bertanggung jawab.
Karena pada manusia ada predisposisi negative dan positif sekaligus. Menurut Al Qur’an,
kewajiban manusia adalah memenangkan predisposisi positif. Ini terjadi bila manusia tetap setia
pada amanah yang dipikulnya. Secara konkrit kesetiaan ini diungkapkan dengan kepatuhan pada
syariat yang dirancang sesuai amanah. Al Qur’an tidak lain merupakan rangkaian ayat yang
mengingatkan manusia untuk memenuhi janjinya itu.
Ada dua komponen esensial yang membentuk hakikat manusia berbeda dan membedakannya
dengan makhluk lain, yaitu potensi mengembangkan iman dan ilmu. Buah dari keduanya adalah
amal shalih. Di kedua aspek ini hakikat kemanusiaan sesungguhnya. Karena menurut Al Qur’an
sedikit manusia yang beriman dan berilmu. Kelompok terakhir inilah yang disebut Al Qur’an,
“Allah mengangkat derajat orang-orang yang beriman dan berilmu diantara kamu”. (QS. Al
Mujadilah(58):11)
KONSEP MANUSIA DALAM BERBAGAI PRESFEKTIF
Aristoteles. Berbeda dengan Plato, ia memandang manusia sebagai satu kesatuan. Tubuh dan
jiwa adalah satu substansi. Perbedaan keduanya bukan perbedaan esensial. Bagi Aristoteles
jiwa manusia tidak terpenjara dalam tubuh. Ketidakbebasan manusia bukan dalam kondisi
terpenjaranya jiwa oleh badan melainkan ketidakmampuan mereka menggunakan
keseluruhan sistem psiko-fisik dalam memahami alam semesta dan ketidakmampuan
mengembangkan dirinya dalam kehidupan sehari-hari,termasuk kehidupan sosial. Tujuan
hidup manusia adalah mencapai kebahagiaan, tetapi bukan kebahagiaan yang hedonistik,
bukan yang semata mementingkan kenikmatan fisik. Kebahagiaan manusia adalah
kebahagiaan yang dicapai dengan tindakan-tindakan rasional .
Psikoanalisa. Sigmund Freud adalah salah satu tokoh psikologi yang memandang manusia
sebagai makhluk deterministik, dengan kata lain ia melihat manusia tidak bebas. Kepribadian
manusia terdiri dari dua bagian yaitu kesadaran dan ketidaksadaran. Bagian ketidaksadaran
jauh lebih luas dari bagian kesadaran. Dan bagian ketidaksadaran tersebut memiliki pengaruh
besar pada diri manusia. banyak perilaku manusia yang dipengaruhi oleh ketidaksadarannya.
Menurut Freud pada bagian ketidaksadaran ini diisi oleh dorongan-dorongan instingtif
bersifat primitif yang menggerakkan manusia untuk mendapatkan kenikmatan. Selain insting
primitif, dalam wilayah ketidaksadaran tersimpan pula berbagai kenangan peristiwa
traumatik dan hal-hal yang dilupakan oleh seseorang, yang tidak dapat ditampilkan di
kesadarannya karena dianggap tidak dapat diterima oleh masyarakat. Jadi dalam pandangan
Freud, manusia terutama digerakkan oleh instingnya.
Psikologi Behaviorisme. Dua tokoh behaviorisme yang terkenal adalah J.B. Watson dan B.F.
Skinner. Keduanya memandang manusia sebagai hasil pembiasaan stimulus-respons.
Lingkungan berperan penting dalam menentukan kepribadian seseorang. Mengikuti
pandangan kaum empiris seperti John locke, behaviorisme memandang manusia lahir dalam
kondisi seperti tabularasa atau kertas putih yang masih belum ditulisi. Pengalaman
berhadapan dan bersentuhan dengan lingkungan menyebabkan kertas putih tertulisi. Manusia
adalah makhluk pasif yang menerima bentukan dari lingkungan.
Psikologi Humanistik. Carls Rogers dan Abraham Maslow memandang manusia sebagai
makhluk yang bebas dengan kehendak untuk mengaktualisasi potensi-potensinya. Sejak lahir
manusia memiliki potensi-potensi yang dapat dikembangkannya sendiri. Manusia tidak
ditetapkan akan jadi apa nantinya. Ia bisa jadi apa saja karena ia memiliki semua potensi
untuk jadi apapun. Yang menentukan akan jadi apa dia adalah dirinya sendiri dengan bantuan
fasilitas dari lingkungan. Manusia pada tingkat tertentu bertingkah laku bukan lagi karena
dorongan-dorongan insting atau kekurangan-kekurangan yang ada padanya, tetapi karena
keinginannya untuk mengaktualisasi potensi-potensinya. Ia mencintai karena memiliki
potensi mencintai, bekerja karena memiliki potensi bekerja dan sebagainya.
2. Manusia mempunyai kecenderungan dekat dengan Tuhan. Dengan kata lain, manusia
sadar akan kehadiran Tuhan jauh di dasar sanubari mereka. Jadi segala keraguan dan
keingkaran kepada Tuhan muncul ketika manusia menyimpang dari fitrah mereka sendiri.
Ingatlah, ketika Tuhanmu mengeluarkan anak-anak keturunan Adam dari sulbi mereka
dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman): “Bukankah
Aku ini Tuhanmu?” Mereka menjawab: “Benar (Engkau Tuhan kami), kami menjadi
saksi.” (QS.30:43)
Oleh karena itu hadapkanlah wajahmu kepada keyakinan yang lurus sebelum datang
dari Allah suatu hari yang tidak dapat ditolak kedatangannya. (QS.30:43)
3. Manusia dalam fitrahnya memiliki sekumpulan unsur surgawi yang luhur, yang berbeda
dengan unsur-unsur badani yang ada pada binatang, tumbuhan dan benda-benda tak
bernyawa. Unsur-unsur itu merupakan suatu senyawa antara alam nyata dan metafisis,
antara rasa dan nonrasa(materi), antara jiwa dan raga.
(Dialah) yang menciptakan segala sesuatu dengan sebaik-baiknya, dan yang memulai
penciptaan manusia dari lempung, kemudian Dia menjadikan keturunannya dari saripati
air yang hina (air mani), kemudian menyempurnakannya dan meniupkan ke dalam
(tubuh)nya ruh-Nya…(QS.32:7-9)
4. Penciptaan manusia benar-benar telah diperhitungkan secara teliti, bukan suatu
kebetulan. Karenanya manusia merupakan suatu makhluk pilihan.
Sesungguhnya telah Kami tawarkan amanat kepada langit, bumi dan gunung-gunung,
tetapi mereka semua enggan memikulnya dan mereka khawatir akan mengkhianatinya.
Manusialah yang mau memikul amanat itu, sungguh ia sangat zalim dan
bodoh. (QS.33:72)
Sesengguhnya Kami telah menciptakan manusia dari setetes mani yang bercampur yang
hendak Kami uji (dengan perintah dan larangan), karena itu Kami jadikan ia mendengar
dan melihat, ke jalan lurus Kami telah membimbingnya, ada yang bersyukur dan ada
pula yang kafir. (QS.76:2-3)
6. Manusia dikaruniai pembawaan yang mulia dan martabat. Tuhan, pada kenyataannya,
telah menganugrahi manusia keunggulan-keunggulan atas makhluk-makhluk lain.
Manusia akan menghargai dirinya sendiri hanya jika mereka mampu merasakan
kemuliaan dan martabat tersebut, serta mau melepaskan diri mereka dari kepicikan segala
jenis kerendahan budi, penghambaan dan hawa nafsu.
Sesungguhnya Kami telah muliakan anak-anak Adam, Kami angkat mereka di darat dan
di lautan…., dan Kami lebihkan mereka dengan kelebihan yang telah Kami ciptakan.
(QS.17:70)
7. Manusia memiliki kesadaran moral. Mereka dapat membedakan yang baik dari yang
jahat melalui inspirasi fitri yang ada pada mereka.
8. Jiwa manusia tidak akan pernah damai, kecuali dengan mengingat Allah. Keinginan
mereka tidak terbatas, mereka tidak pernah puas dengan apa yang telah mereka peroleh.
Di lain pihak, mereka lebih berhasrat untuk ditinggikan ke arah perhubungan dengan
Tuhan Yang Maha Abadi.
(Yaitu) orang-orang yang beriman dan hatinya menjadi tentram dengan mengingat
Allah. (QS.13:28)
Hai manusia, sesungguhnya kamu telah bekerja dengan sungguh-sungguh untuk
mencapai Tuhanmu, maka kamu pasti menemukan-Nya. (QS.84:6)
9. Segala bentuk karunia duniawi diciptakan untuk kepentingan manusia. Jadi manusia
berhak memanfaatkan itu semua dengan cara yang sah.
Dialah Allah, yang menjadikan segala yang ada di bumi untuk kamu….. (QS.2:29)
Dan Dia telah merundukkan untukmu apa yang ada di langit dan apa yang ada di
bumi. (QS.45:13)
10. Tuhan menciptakan manusia agar mereka menyembah-Nya. Tunduk patuh kepada Tuhan
menjadi tanggung jawab manusia.
Aku tidak menciptakan jin dan manusia, melainkan supaya mereka menyembah-Ku.
(QS.51:56)
https://buletinmitsal.wordpress.com/perspektif/konsepsi-tentang-manusia-dari-berbagai-
pandangan/
Asal Mula Manusia, Teori Evolusi Darwin vs Nabi Adam a.s
1. Australophithecines
2. Homo habilis
3. Homo erectus
4. Homo sapiens
Genus yang dianggap sebagai nenek moyang manusia yang mirip kera tersebut oleh
evolusionis digolongkan sebagai Australopithecus, yang berarti "kera dari
selatan". Australophitecus,yang tidak lain adalah jenis kera purba yang telah punah,
ditemukan dalam berbagai bentuk. Beberapa dari mereka lebih besar dan kuat dan tegap,
sementara yang lain lebih kecil dan rapuh dan lemah. Dengan menjabarkan hubungan
dalam rantai tersebut sebagai "Australopithecus > Homo Habilis > Homo erectus> Homo
sapiens," evolusionis secara tidak langsung menyatakan bahwa setiap jenis ini adalah
nenek moyang jenis selanjutnya.
Saat Allah Swt. merencanakan penciptaan manusia, ketika Allah mulai membuat “cerita”
tentang asal-usul manusia, Malaikat Jibril seolah khawatir karena takut manusia akan
berbuat kerusakan di muka bumi. Di dalam Al-Quran, kejadian itu diabadikan,
".. Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat, 'Sesungguhnya, Aku
akan menciptakan seorang manusia dari tanah liat kering (yang berasal) dari lumpur
hitam yang diberi bentuk. Maka, apabila Aku telah menyempurnakan kejadiannya, dan
telah meniupkan ke dalamnya ruh (ciptaan)-Ku, maka tunduklah kamu kepadanya
dengan bersujud" (QS. Al Hijr: 28-29).
Firman inilah yang membuat malaikat bersujud kepada manusia, sementara iblis tetap
dalam kesombongannya dengan tidak melaksanakan firman Allah. Inilah dosa yang
pertama kali dilakukan oleh makhluk Allah yaitu kesombongan. Karena kesombongan
tersebut Iblis menjadi makhluk paling celaka dan sudah dipastikan masuk neraka.
Kemudian Allah menciptakan Hawa sebagi teman hidup Adam. Allah berpesan pada
Adam dan Hawa untuk tidak mendekati salah satu buah di surga, namun Iblis menggoda
mereka sehingga terjebaklah Adam dan Hawa dalam kondisi yang menakutkan. Allah
menghukum Adam dan Hawa sehingga diturunkan kebumi dan pada akhirnya Adam dan
Hawa bertaubat. Taubat mereka diterima oleh Allah, namun Adam dan Hawa menetap
dibumi. Baca Surat Al-Baqarah Ayat 33-39.
Adam adalah ciptaan Allah yang memiliki akal sehingga memiliki kecerdasan, bisa
menerima ilmu pengetahuan dan bisa mengatur kehidupan sendiri. Inilah keunikan
manusia yang Allah ciptakan untuk menjadi penguasa didunia, untuk menghuni dan
memelihara bumi yang Allah ciptakan. Dari Adam inilah cikal bakal manusia diseluruh
permukaan bumi. Melalui pernikahannya dengan Hawa, Adam melahirkan keturunan
yang menyebar ke berbagai benua diseluruh penjuru bumi; menempati lembah, gunung,
gurun pasir dan wilayah lainnya diseluruh penjuru bumi. Hal ini dijelaskan dalam firman
Allah SWT yang berbunyi:
"Dan sesungguhnya Kami muliakan anak-anak Adam; Kami angkut mereka didaratan
dan di lautan; Kami berikan mereka rezeki dari yang baik-baik dan Kami lebihkan
mereka dengan kelebihan yang sempurna atas kebanyak makhluk yang telah Kami
ciptakan." (QS. al-Isra' [17]: 70)
Demikianlah dua pendapat tentang asal mula manusia. Jika sobat bertanya kepada saya,
maka saya akan memilih option yang kedua. Drama penciptaan Adam di Surga memang
sudah sangat melekat dibenak saya sejak masih kecil dan ingusan. Tentu saja ini benar
adanya, karena seluruh keluarga saya beragama Islam. Pengetahuan demikian sudah
diajarkan oleh kedua orang tua saya sejak masih kecil. Tidak hanya berasal dari kedua
orang tua, pengetahuan demikian juga saya peroleh dengan cerita yang sama saat duduk
di bangku sekolah dasar. Keyakinan saya semakin kuat, apalagi saya seorang Islam.
Bertolak ukur dari keyakinan saya terhadap Al-Qur'an maka saya sangat mengerti dan
paham akan drama penciptaan adam disurga tersebut.
Keyakinan saya tak pernah goyah akan cerita asal mula manusia ini, sebelum saya tau
tentang Teori Darwin. Teori Darwin saya pelajari saat duduk dibangku sekolah menengah
pertama. Karena masih dalam masa labil, saya tidak mau terjerumus kedalam kesesatan.
Dan akhirnya saya menanyakan kembali kepastiannya kepada kedua orang tua saya.
Lagi- lagi kedua orang tua saya meyakinkan akan kebenaran Al-Qur'an, kitab suci umat
Islam. Hingga saat ini saya masih meyakini apa saja yang tertulis dalam Al-Quran.
Demikian pula tentang asal mula manusia dan drama penciptaan Adam di surga hingga
turun kebumi. Jadi, tetap pada pilihan pertama, Nabi Adam a.s adalah manusia pertama
di muka bumi dan Nabi Adam a.s merupakan nenek moyang kita.
Apakah sobat setuju bahwa Nabi Adam a.s adalah nenek moyang manusia? Jika masih
belum yakin, mari kita yakinkan bersama-sama. Untuk meyakinkan kita bahwa Teori
Darwin merupakan sebuah kesalahan, saya akan sedikit membahas tentang kesalahan
tersebut. Berikut sedikit penjelasan yang dapat saya ungkapkan kembali, dari beberapa
buah buku yang dulu pernah saya baca. Disini saya akan berbagi tentang pembuktian
kesalahan Teori Darwin berdasarkan kepercayaan ilmiah dan rasional. Ada tiga alasan
ilmiah yang menjadi dasar bahwa manusia bukan berasal dari kera:
1. Mata
Ilmu pengetahuan mengakui bahwa mata hanya dapat berfungsi jika tersusun
sepenuhnya. Mata setengah jadi tidak akan bisa melihat. Jika kehilangan lensa mata saja,
maka mata akan rusak dan tidak dapat melihat sama sekali. Teori evolusi menyatakan
bahwa manusia terjadi melalui proses secara bertahap secara kebetulan. Maka akan
terjadi proses setengah jadi lalu jadi. Hal ini tidak bisa terjadi pada mata, karena mata
tersusun atas bagian yang sangat komplek dan tak tersederhanakan. Oleh karena itu teori
evolusi dinyatakan runtuh.
2. Temuan Fosil
"Jika setiap spesies berasal dari spesies lain secara bertahap, mengapa dimana-mana kita
tidak melihat bentuk transisi yang amat banyak? Akan tetapi, dikawasan antara, yang
mempunyai kondisi antara kehidupan, mengapa kita sekarang tidak menemukan jenis
yang kemungkinan besar merupakan perantara? Kesulitan ini cukup membingungkan
saya dalam waktu lama."
Demikian sedikit kutipannya dari sebuah buku yang pernah saya baca. Disana terlihat
jelas bahwa Darwin menyadari kelemahan teorinya. Ia menyatakan jika tidak ditemukan
bentuk transisi dan ada bentuk yang tidak mungkin terjadi karena evolusi karena tak
tersederhanakan maka teorinya runtuh.Penemuan fosil dari waktu kewaktu belum
menemukan adanya bentuk transisi. Sehingga secara otomatis Teori Darwin runtuh
dengan sendirinya.
3. Sel
Menuru Darwin manusia dan semua makhluk hidup berasal dari nenek moyang yang
sama yang berupa makhluk bersel satu. Makhluk bersel satu tersebut terus berevolusi
hingga menjadi kera, dari kera menjadi manusia dalam waktu yang lama. Namun
nyatanya dulu, Darwin bisa melihat sel hanya permukaannya saja yang berupa kotak
sederhana. Darwin juga tidak mampu menjelaskan asal usul sel tersebut. Oleh karena itu,
lagi-lagi Teori Darwin dinyatakn runtuh.
http://www.mungkinblog.com/2012/05/asal-mula-manusia-teori-evolusi-darwin.html
UNSUR-UNSUR MANUSIA
Ada dua unsur yang ada dalam diri manusia yang sangat berpengaruh.
Dua unsur yang dimaksud adalah unsur Jasmani yang bersifat lahir (kelihatan) dan Rohani yang
bersifat kasat mata (tidak kelihatan). Unsur yang kedua ini hanya dapat dirasakan, karena
memang termasuk bagian naluri manusia.
1. Unsur Jasmani
a. Farji
Dengan farji orang dapat menjaga stabilitas kondisi jasadnya dari terkena
penyakit.
b. Hidung
Dengan hidung, orang dapat mengedus segala bau, yang sedap atau yang tidak
sedap. Melalui alat pengendus ini pula orang dapat meningkatkan gairah untuk
memperoleh kenikmatan.
c. Kaki
Dengan kaki orang dapat menuruti perintah menuju maksud yang dikehendaki
akalnya. Sekalipun tidak tertutup kemungkinan adanya pengganti lain yang dapat
menjalankan
fungsi kaki. Misalnya kursi roda dll.
d. Lidah
Dengan Lidah orang dapat mengecap dan merasakan phit, asam, manis dan
sebagainya.
e. Mata
Dengan mata orang dapat melihat dan membedakan warna, rupa atau bentuk
segala sesuatu yang dijumpainya.
f. Perasa
Dengan indra perasa orang dapat merasakan panas atau dinginnya udara, kasar
dan halusnya suatu benda melalui sentuhan dan rabaan.
g. Perut
Orang dapat menyimpan dan mengatur segala keperluan tubuhnya dari makanan
dan minuman yang dibutuhkan untuk hidupnya.
h. Tangan
Dengan tangan orang dapat memegang, menyentuh, meraba segala sesuatu yang
dikehendakinya.
i. Telinga
Orang dapat mendengar atau menguping segala jenis ragam suara yang ada di
sekelilingnya.
2. Unsur Rohani
a. Akal pikiran
berfungsi menjadi pembeda yang amat tajam, antara manusia dengan makhluk
lain.Tidak ada satupun makhluk Allah yang penciptaanya dibekali dengan akal
selain manusia. Dengan pemberian akal inilah manusia sebagai makhluk yang
lemah, justru dapat tampil menguasai semuanya.
b. Nafsu
Nafsu ialah jisim(bentuk) yang halus yang diciptakan oleh Alloh dua ribu tahun
sebelum Alloh menciptakan jasad. Adapun jisim tersebut sebelum
berhubungan/bertemu dengan jasad itu disebut Ruh, dan ketika
bertemu/berhubungan dengan jasad disebut Nafsu, Ruh sebelum mengenal apa-
apa (selain Alloh), Ruh itu selalu Istifadhoh dihadapan Alloh tanpa perantara,.
Adapun Nafsu berhubung sudah berkumpul pada jasad lalu bisa mengenal selain
Alloh, yang menyebabkan lupa dan jauh dengan Alloh, dan menjadikan hijab
untuk wushul /Musyahadah kepda Alloh, Istifadhoh minalloh dan ma’rifat billah.
Apabila Nafsu sudah seperti itu maka membutuhkan beberapa
peringatan(pengobatan) seperti memperbanyak dzikir, Tawajjuh,
Mujahadah,Muroqobah dan mauidhoh hasanah, supaya segera ingat dan taqorrub
kepada Alloh, bisa wushul, Musyahadah, makrifat dan Istifadhoh minalloh.
النفس اللوامة اى النفوس الشريفه التي التزال تلوم نفسها في الدنيا واالخرة فاذا اجتهد في الطاعة تلوم نفسها على
عدم الزياده واذا قصرت تلوم نفسها على التقصير
(Nafsu lauwamah yakni nafsu yang mulia, yang tidak habis-habisnya untuk menyesali
dirinya sendiri, didalam masalah dunia dan akhrat. Sebab nafsu ini ketika semangat
beribadah/taat, ia menyesal karena merasa kurang banyak ketaatannya, apalagi
ketika ia berbuat dosa.(ket, Kitab ااااا ااااjuz 2, hal 414).
(3). ألنفس الملهمةNafsu Mulhimah,
Yaitu Nafsu yang selalu mendapat ilham supaya berbuat menunaikan kebaikan. Alloh
berfirman: فألهمها فجورها وتقواها.“ ونفس وما سواهاdan nafsu serta penyempurnaannya
(ciptaannya). Maka Alloh mengilhamkan kepada nafsu itu (jalan) kefasikan dan
ketakwaannya”.
Adapun warna sinar/cahaya Nafsu Mulhimah yaitu merah. Tempatnya dibawah susu
kanan kira-kira dua jari,( لطيفه الروحlathifah Ruh).
Adapun warna sinar/cahaya Nafsu Mutmainnah yaitu putih. Tempatnya diantara dada
dan susu kiri kira-kira dua jari, (لطيفة السرlathifah sirri).
Keterangan:
هي التي ال يستفزها خوف وال حزن وهذه الخاصة قد تحصل عند الموت عند سماع البشارة من:النفس المطمئنة
المالئكة وتحصل عند البعث وعند دخول الجنة بال شك
Nafsu Mutmainnah ini nafsu yang tidak terpengaruh dengan perkara-perkara yang
menakutkan atau menyusahkan, khususiyyah ini terkadang muncul ketika mati, dan
mendapat kabar gembira dari malaikat, terkadang muncul ketika dibangkitkan dari
kubur, dan terkadang muncul ketika masuk surga.( Ket kitab ااااا ااااjuz 2
hal 446).
(5). النفس الراضيةNafsu Rodhiyah
Yaitu : Nafsu yang sudah Ridho terhadap semua ketentuan dan kehendak Alloh dalam
segala hal.
Dalam al-qur’an disebutkan “ ارجعي الى ربك راضية. Kembalilah kepada Tuhanmu
dengan hati yang puas.” yakni ridho dengan semua ketentuan Alloh. Atau juga firman
Alloh : “ ورضوا عنهdan mereka sama ridho dengan ketentuan Alloh” yakni orang-
orang yang mempunyai sifat khosyah/taqwa kepada Alloh mendapat balasan dari
Alloh, sehingga jiwa/nafsunya puas dan ridho terhadap semua ketentuan Alloh.
Pengertian tafsir ini yaitu apabila nafsu sudah menjadi nafsu kamilah, karena sifat-
sifatnya yang baik dan sempurna, maka Alloh dawuh dan memerintahkan supaya
nafsu itu masuk kedalam golongan orng-orang yang sholih, dan masuk kedalam
surganya Alloh.
(Keterangan dari kitab الفيوضات الربانيهhal 34-38. Dan kitab قطر الغيثhal 5).
{1}
هي جوهر مشرق على البدن فان اشرق على ظاهر البدن وباطنه حصلت اليقظة وان اشرق على باطن:والنفس
البدن دون ظاهره حصل النوم وان انقطع اشراقه بالكلية حصل الموت
“Nafsu yaitu: jisim(bentuk) halus yang bisa menyinari badan lahir dan batin maka
akan menimbulkan terjaga(melek/tidak tidur). Apabila menyinari battin saja, maka
akan menimbulkan tidur. Apabila terputus keseluruhan(tidak menyinari lahir batin),
maka akan menimbulkan kematian.”
{2}
واصل كل طاعة ويقظة وعفة ومشاهدة عدم.واصل كل معصية وغفلة وشهوة وشرك هو الرضا عن النفس
الرضا عنها
Asal usul/pokok dari pada kemaksiatan, ghoflah (lupa pada Alloh), syahwat
(kesenangan), dan kemusyrikan itu sebab ridho dengan hawa nafsu. Dan asal usul/
pokok daripada ketaatan, terjaga (melek), terhindar dari barang haram, syubhat dan
makruh, dan musyahadah (melihat Alloh), itu sebab tidak adanya ridho dengan
nafsu.
Firman Alloh :
واما من خاف مقام ربه ونهى النفس عن الهوى فان الجنة هي المأوي
Dan Adapun orang-orang yang takut kepada kebesaran Tuhannya dan menahan diri
dari keinginan hawa nafsunya. Maka sesungguhnya surgalah tempat tinggalnya.
Rosululloh saw. Bersabda:
ال يؤمن احدكم حتى يكون هواه تابعا لما جئت به
tidak sempurna iman seseorang kecuali hawa nafsunya mengikuti apa yang aku
bawa(yang dibawa nabi yaitu syari’at islam). Ket ااااا ااااjuz 4 hal 286.
{3}
ولها باعتبار تاثرها بالمجاهدات سبع مرات.فحينئذ الشئ انفع للعبد من تهذيب نفسه
Maka dari itu tidak ada perkara yang lebih bermanfaat bagi hamba, kecuali
membersihkan nafsunya. Dan untuk membersihkan nafsu supaya bisa berhasil,
sebaiknya melalui mujahadah tujuh yang akan diterangkan selanjutnya.
c. Kalbu
Kalbu atau sering disebut hati, merupakan satu unsur yang dimiliki oleh bagian
rohani tidak diketahui bentuk, hakikat dan zatnya. Hanya kesan sifatnya saja yang
diketahui manusia.Yang dimaksud adalah kekuatan dan tenaga yang tersimpan
pada hati dan tersembunyi dari pikiran dan indera manusia. Jadi yang dimasud
hati atau kalbu, bukan suatu organ yang terdapat pada rongga dada sekalipun ada
penjelasan seperti itu.
d. Roh
Roh mempunyai fungsi yang sangat vital dan bahkan paling menetukan bagi
kehidupan manusia. Setiap manusia yang hidup mempunyai roh, tetapi bentuk dan
wujudnya tidak dapat diraba atau dirasakan diterangkan atau dijelaskan.
Manusia hanya mengenal namanya saja, tanpa mengenal bentuk perwujudannya.
Tetapi hampir setiap manusia meyakini kalau dalam dirinya terdapat roh yang
menjadi sumber kehidupannya.
http://islamwiki.blogspot.co.id/2009/01/manusia-dalam-pandangan-islam.html
https://alhidayahkita.wordpress.com/2013/08/31/unsur-dalam-diri-manusia/