Anda di halaman 1dari 7

LAPORAN PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI DAN VIROLOGI

PEMERIKSAAN KUALITAS AIR

Nama : I Ketut Gede Gilang Gama Harta

NIM : 1608551030

Kelompok/ Gel. : VA / I

Tanggal : 13 Maret 2018

AsistenDosen :

PROGRAM STUDI FARMASI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS UDAYANA

2018
I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Permukaan bumi terdiri dari setidaknya 70% air. Air termasuk alam salah
satu kebutuhan primer bagi semua makhluk hidup. Manusia, hewan, dan
tumbuhan bahkan mikroorganisme sekalipun membutuhkan air untuk
kelangsungan hidup mereka. Kualitas air di suatu lingkungan juga dapat dijadikan
cerminan kebersihan lingkungan tersebut. Cemaran dan kontaminasi air oleh
mikroorganisme maupun bahan kimia semakin meningkat seiring meningkatnya
populasi manusia, perkembangan industri, dan menurunnya kesadaran manusia
untuk menjaga kelestarian lingkungan (Patil dkk., 2012).
Indonesia memiliki standar untuk kelayakan air minum secara
mikrobiologi yang diatur oleh Kementrian Kesehatan dengan Permenkes No. 492
Tahun 2010 yang menyatakan bahwa air yang dapat dikonsumsi secara
mikrobiologi adalah tidak ditemukannya bakteri total coliform dan Escherichia
coli dalam 100 mL air sampel (Menkes RI, 2010). Persyaratan-persyaratan lain
mengenai kualitas air minum meliputi persyaratan secara fisik, kimiawi, dan
radioaktif. Kontaminasi air tentunya adalah sesuatu yang perlu mendapat
perhatian lebih karena dapat menjadi penyebab maupun media penyebaran
penyakit secara meluas di masyarakat (Radji dkk., 2008).
Pengujian cemaran air secara mikrobiologi dilakukan dengan tiga tahap
yaitu uji dugaan, uji penetapan dan uji pelengkap. Seluruh rangkaian uji ini
ditujukan untuk mengetahui jumlah bakteri indikator cemaran (coliform dan fecal
coliform) dalam sampel air. Bakteri fecal coliform yang secara spesifik digunakan
sebagai indikator jumlah cemaran adalah bakteri Escherichia coli (Faisal, 2016).
Metode yang digunakan untuk mengetahuinya secara kuantitatif adalah metode
MPN (Most Probable Number) (Pratiwi, 2008).
1.2 Tujuan
1. Untuk mengetahui metode yang digunakan untuk pemeriksaan kualitas air.
2. Untuk mengetahui jumlah bakteri coliform dan E.coli pada sampel air.
3. Mengetahui batasan jumlah bakteri coliform dan E. coli untuk air siap
minum.
II. MATERI DAN METODE
2.1 Cara Kerja
Uji kualitas air dilakukan dengan 3 tahap pengujian untuk enam sampel air
dari sumber yang berbeda yaitu air laut, air sawah, air PDAM, air sungai, air
Indomaret dan air Le Minerale. Masing-masing sampel air dipipet sebanyak 10
mL, 1 mL dan 0,1 mL dan dimasukkan masing-masing ke dalam tabung reaksi
berisi media lactose broth dan tabung durham, kemudian dilakukan pengulangan
sebanyak 2 kali. Kesembilan tabung berisi sampel tersebut diinkubasi selama 24
jam pada suhu 28oC untuk uji dugaan.
Sampel air dengan hasil positif yang ditunjukkan oleh adanya gelembung
pada tabung durham diinokulasikan secara aseptis pada media BGBB (Brilliat
Green Bile 2% Brooth) dalam tabung reaksi dan diinkubasi kembali selama 24
jam pada suhu 28oC untuk uji penetapan. Sampel dengan hasil positif yang
ditunjukkan oleh adanya gelembung udara pada tabung durham dipindahkan ke
cawan Petri menggunakan jarum ose dengan metode streak pada media EMBA
(Etilen Metilen Blue Agar) dan diinkubasi selama 5 hari untuk uji pelengkap. E.
coli (koloni hijau metalik) dalam sampel dihitung dengan metode MPN.
III. HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1 Hasil
Terlampir
3.2 Pembahasan
Kualitas air diuji dengan melakukan uji dugaan, uji penetapan, dan uji
pelengkap untuk mengetahui derajat cemaran sampel air. Uji dugaan dilakukan
dengan media lactose brooth dengan prinsip coliform dapat memfermentasi
laktosa dengan hasil fermentasi berupa asam dan gas (Radji dkk., 2008). Coliform
digunakan sebagai bakteri indikator karena sifatnya yang tidak patogen dan
jumlahnya dapat mencerminkan kemungkinan adanya bakteri patogen dalam
sampel air (Slamet, 2004). Perhitungan dengan metode MPN didasari perhitungan
jumlah perkiraan terdekat pada hasil positif dari uji yang dilakukan.
Uji dugaan dan uji penetapan memiliki kesamaan pada hasil positifnya
yaitu terjadinya kekeruhan dan adanya gelembung gas dalam tabung durham
menandakan adanya bakteri coliform pada sampel uji (Fardiaz, 1992). Berbeda
dengan kedua uji tersebut, uji pelengkap bertujuan untuk mengidentifikasi adanya
Escherichia coli pada air menggunakan media EMBA (Etilen Metilen Blue Agar)
dengan hasil positif berupa koloni berwarna hijau metalik (Bambang dkk., 2014).
Melalui uji dugaan yang dilakukan diketahui bahwa sampel air Indomaret
dan Le Minerale tidak menghasilkan hasil positif berupa adanya gelembung gas
pada tabung durham. Oleh karena itu untuk dua sampel ini tidak pengujian tidak
dilanjutkan ke tahapan selanjutnya dan dianggap bahwa jumlah bakteri coliform
dan E. coli dalam sampel ini adalah 0 MPN/100mL. Uji penetapan pada sampel
yang menunjukkan hasil positif pada uji dugaan menghasilkan jumlah MPN
bakteri coliform: air sawah 3 MPN/100mL, air sungai 20 MPN/100mL, air PDAM
3 MPN/100mL, dan air laut 3 MPN/100mL. Penghitungan jumlah bakteri E. coli
dengan metode MPN pada uji pelengkap menghasilkan hasil sebagai berikut: air
sawah 4 MPN/100mL, air sungai 4 MPN/100mL, air PDAM 4 MPN/100mL dan
air laut 1 MPN/100mL
Penggolongan kualitas air oleh WHO dibagi menjadi 4 kelas berdasarkan
kehadiran bakteri coliform dalam air minum. Kelas I (sangat baik untuk
dikonsumsi) adalah air yang tidak mengandung bakteri coliform, kelas II (baik
dikonsumsi) mengandung coliform sebanyak 1-2MPN/100mL, kelas III (tidak
baik dikonsumsi) dengan jumlah coliform 3-10MPN/100mL, dan kelas IV (tidak
boleh dikonsumsi) mengandung coliform lebih dari 10MPN/100mL (Suriaman
dan Juwita, 2008).
Hubungan katagori kualitas air WHO unuk bakteri coliform dan peraturan
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia untuk syarat jumlah bakteri E. coli
dalam air dengan hasil pengujian pada praktikum yang dilakukan menunjukkan
bahwa hanya sampel air Indomaret dan Le Minerale yang baik untuk diminum.
Keempat sampel lainnya dapat dikatakan tidak layak minum karena masih
mengandung sejumlah MPN bakteri E. coli dalam 100mL volumenya. Sampel-
sampel yang belum layak minum tersebut sebaiknya diolah terlebih dahulu untuk
mengurangi jumlah bakteri patogen yang terkandung didalamnya. Air semakin
layak minum apabila jumlah coliform-nya sedikit (Bambang dkk., 2014).
IV. KESIMPULAN
1. Pemeriksaan kulitas air secara mikrobiologi dilakukan dengan 3 tahapan uji
yaitu uji dugaan, uji penetapan, dan uji pelengkap yang kemudian jumlah
bakteri indikatornya (coliform dan E. coli) dihitung dengan metode MPN
berdasarkan jumlah perkiraan bakteri terdekat.
2. Jumlah bakteri coliform: air Indomaret 0 MPN/100mL, air Le Minerale 0
MPN/100mL, air sawah 3 MPN/100mL, air sungai 20 MPN/100mL, air
PDAM 3 MPN/100mL, dan air laut 3 MPN/100mL. Jumlah bakteri E. coli: air
Indomaret 0 MPN/100mL, air Le Minerale 0 MPN/100mL, air sawah 4
MPN/100mL, air sungai 4 MPN/100mL, air PDAM 4 MPN/100mL dan air
laut 1 MPN/100mL.
3. WHO dan Kemenkes RI mensyaratkan untuk air yang layak minum harus
tidak mengandung E. coli dan batas coliform untuk air yang baik untuk
diminum menurut WHO adalah 1-2 MPN/100mL.

DAFTAR PUSTAKA
Bambang, A. G., Fatimawati, dan N. S. Kojong. 2014. Analisis Cemaran Bakteri
Coliform dan Identifikasi Escherichia coli pada Air Isi Ulang dari Depot
di Kota Manado. Jurnal Ilmiah Farmasi 3(3):326-330

Faisal, A. P.. 2016. Gambaran Bakteri Total Coliform pada Air Minum Isi Ulang
(AMIU) dan Lamanya Penyimpanan. Mahakam Medical Laboratory
Technology Journal 1(2):61-70.

Fardiaz, S. 1992. Analisis Mikrobiologi Pangan. Jakarta: PT Gramedia Pustaka


Utama.

Menkes RI. 2010. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.492


tentang Persyaratan Kualitas Air Minum. Jakarta: MENKES RI.

Patil, P. N., D. V. Sawant and R. N. Deshmukh. 2012. Physico-Chemical


Parameters for Testing of Water. International Journal of Environmental
Sciences 3(3).

Pratiwi, S.T. 2008. Mikrobiologi Farmasi. Jakarta: Erlangga.

Radji, M., H. Oktavia, dan H. Suryadi. 2008. Pemeriksaan Bakteriologis Air


Minum Isi Ulang di Beberapa Depo Air Minum Isi Ulang di Daerah
Lenteng Agung dan Srengseng Sawah Jakarta Selatan. Majalah Ilmu
Kefarmasian5(2):101-109.

Slamet, J.S. 2004.Kesehatan Lingkungan. Yogyakarta: Gadjah Mada University

Suriaman, E. dan Juwita. 2008. Penelitian Mikrobiologi Pangan “Uji Kualitas


Air”. Skripsi. Jurusan Biologi Fakultas Sains dan Teknologi Universitas
Islam Negeri Malang.
LAMPIRAN

Gambar 1. Sampel air Le Minerale pada media lactose broth tidak menghasilkan
gelembung setelah diinkubasi selama 24 jam

Anda mungkin juga menyukai