Anda di halaman 1dari 24

LAPORAN PRESENTASI KASUS DOKTER INTERNSIP

PRE EKLAMSI BERAT PADA SECONDARY GRAVIDA

Disusun untuk Memenuhi Sebagian Syarat Program Internsip Dokter Indonesia

Disusun oleh:
dr. Dani Bangun Sakti Hasibuan

Pendamping:
dr. Azharul Yusri, Sp.OG
dr. Aisah Bee

Pembimbing:
dr. Dumaria Situmorang, Sp.OG

RSUD KABUPATEN KEPULAUAN MERANTI


RIAU
2016
BAB I
DESKRIPSI KASUS

I. IDENTITAS PASIEN
Nama Pasien : Ny. A
Umur : 27 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Pekerjaan : IRT
Agama : Islam
No.RM : 03.00.96
Alamat : Jl. Banglas
II. ANAMNESIS
Pasien masuk via IGD RSUD Kabupaten Kepulauan Meranti pada
tanggal 30 Maret 2016 pukul 20.00 WIB datang sendiri dengan keluhan nyeri
perut.
a. Keluhan Utama:
Nyeri perut menjalar ke ari-ari sejak 3 jam sebelum masuk rumah sakit
(SMRS).
b. Riwayat Penyakit Sekarang:
- Pasien mengeluhkan nyeri perut tanpa disertai mual dan muntah sejak
3 jam SMRS.
- Pasien mengaku hamil cukup bulan. HPHT : 06/7/2015, Taksiran
persalinan 13/04/2016, (Usia kehamilan 38-39 minggu). ANC teratur
di Bidan tiap bulan, tekanan darah normal 110/70 mmHg, terakhir
kontrol 1 bulan yang lalu tekanan darah 140/90 mmHg .
- Keluhan nyeri perut menjalar ke ari-ari (+), keluar air-air tidak
tertahankan dari kemaluan (-), keluar lendir bercampur darah dari
kemaluan disangkal pasien. Keluhan pandangan kabur (-), nyeri
kepala depan (-), nyeri ulu hati (-), mual dan muntah (-). Riwayat
hipertensi sebelumnya (-), Riwayat trauma (-), riwayat diurut (-) dan
riwayat keputihan disangkal pasien.

1
c. Riwayat Penyakit Dahulu:
- Hipertensi (-), Diabetes Melitus (-), Asma (-) Penyakit Jantung (-).
- Riwayat operasi kista 4 bulan yang lalu (November 2015)
d. Riwayat Penyakit Keluarga:
Hipertensi (-), Diabetes Melitus (-), Asma (-), Penyakit Jantung (-)
e. Riwayat Ante Natal Care :
Periksa kehamilan rutin setiap bulan ke bidan, pada usia kehamilan 8 bulan
tekanan darah tinggi 140/90 mmHg.
f. Riwayat Minum Obat:
Vitamin dan tablet penambah darah
g. Riwayat Haid:
Pertama menstruasi usia 13 tahun, siklus teratur 28 hari, selama 5-7 hari,
banyaknya 2-3 kali ganti pembalut/hari dan tidak ada nyeri haid.
h. Riwayat Perkawinan:
1 kali menikah tahun 2011, menikah saat usia 22 tahun
i. Riwayat Kehamilan/ Persalinan/ Abortus:
Hamil I : Laki- laki. 4 tahun, BBL 2700 gram, lahir normal di rumah,
dibantu oleh bidan
Hamil II : Kehamilan ini
j. Riwayat KB :
KB Suntik 3 bulan selama 1 tahun pada tahun 2013.
k. Riwayat Sosial Ekonomi
Suami bekerja sebagai honorer, ibu sebagai Ibu rumah tangga, hasil kerja
suami cukup untuk kebutuhan hidup sehari-hari

III. PEMERIKSAAN FISIK


a. Keadaan Umum
Tampak sakit sedang
b. Kesadaran
Komposmentis
c. Tanda Tanda Vital
Tekanan Darah : 170 / 100 mmHg

2
Frek. Nadi : 102 x / menit
Frek. Nafas : 22 x / menit
Suhu : 36,50C
Berat badan : 60 Kg
d. Status Generalis
 Kepala
Mata: Palpebra tidak edema, konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik
 Leher
Tidak teraba adanya pembesaran kelenjar tiroid dan kelenjar getah bening
 Thoraks
Paru : vesikuler +/+, ronkhi -/-, wheezing -/-
Jantung : dalam batas normal
 Abdomen : Status Obstetrikus
 Genitalia : Status Obstetrikus
 Ekstremitas : Edema pada kedua tungkai, CRT < 2 detik, akral hangat.,
refleks patella (+),
e. Status Obstretikus
 Muka : Kloasma gravidarum (-)
 Mammae : Hiperpigmentasi areola mammae, mammae membesar dan
menegang, papilla mammae menonjol.
 Abdomen
Inspeksi : Perut tampak membesar sesuai dengan usia kehamilan,
striae gravidarum (+), hiperpigmentasi linea mediana (+), skar (+).
Palpasi :
LI : Teraba massa bulat, lunak, tidak melenting, kesan bokong
TFU 3 jari dibawah prosesus xipoideus.
L II : Teraba tahanan terbesar disisi kanan, tahanan kecil disisi kiri,
kesan punggung kanan
L III : Teraba massa bulat, keras, melenting, kesan kepala
L IV : Belum masuk PAP
TFU : 28 cm, TBJ : 2325 gram.
His : (-)
3
Auskultasi : DJJ : 141 x/ menit, teratur (terdengar di sisi kanan)
Genitalia eksterna
Inspeksi : Vulva dan uretra tenang, lendir darah (-), air-air (-),
keputihan (-).
Genitalia interna
Inspekulo : Tidak dilakukan
VT / bimanual palpasi : Tidak dilakukan

Pemeriksaan Penunjang
Hematologi rutin
Hemoglobin : 8.5 gr/dl
Eritrosit : 3.87 jt/mm3
Hematokrit : 27.1 %
Leukosit : 9.900/ul
Trombosit : 323.000/ul
Urinalisis
Ptotein urin : +++
Kimia Darah
Ureum : 9 mg/dl
Kreatinin : 0,43 mg/dl
GDS : 95 mg/dl
SGOT : 16 u/l
SGPT : 6 u/l
Elektrolit
Na+ : 137
K+ : 3,7
Cl- : 106
Golongan darah : AB+
CT : 6’
BT : 2.30’

4
USG tanggal 30/03/2016
Hasil : Janin intra uterin tunggal letak kepala, FM (+), FHM (+), BPD 91.2
mm, Plasenta implantasi di Corpus posterior. TBJ 2400-2500 gram, Usia
kehamilan 36-37 minggu.

DIAGNOSIS KERJA
G2P1A0H1 gravid 38-39 minggu belum inpartu + PEB + Post Laparatomy Kista a/i
Torsi Kista + JTHIU+ Letak Kepala

RENCANA
 Rawat inap ruang KMB
 Observasi KU, TTV, His, DJJ/jam, stabilisasi hemodinamik
 O2 nasal kanul 4 L/menit
 IVFD RL 20 gtt/menit makrodrip
 Pasang kateter uretra (urin inisial 150cc/ 2 jam)
 Pemberian regimen MgSO4 40% sesuai protap
 Observasi perburukan keadaan menjadi eklampsia, fetal distress
 Siapkan darah whole blood 2 kantong
 Metildopa tab 3x500 mg
 Rencana SC elektif besok pagi (31/03/2016)

Follow Up
Tanggal Subjektif dan Objektif Assessment Plan
30/03/2016 S : nyeri kepala (-) G2P1A0H1 Diet MB TKTP
O : KU : Cukup baik gravid 38-39 Obs KU, TTV,
Kes : Composmentis minggu DJJ
TD : 150/100 mmHg belum inpartu Obs tanda-tanda
HR : 84x/menit + PEB + Post perburukan
t : afebris Laparatomy eklampsi
St. Generalisata : dalam batas Kista a/i Obs tanda-tanda
normal Torsi Kista + fetal distres
JTHIU+ IVFD RL 20
St. Obstetri : his (-), djj 138 Letak Kepala gtt/menit
dpm, I= V/U tenang, VT tidak MgSO4
dilakukan dilanjutkan sesuai
protap
5
Metildopa tab
3x500 mg

31-03-2016 S : nyeri kepala (-) G2P1A0H1 Informed


O : KU : cukup baik gravid 38-39 Consent
Kes : Composmentis minggu Sediakan whole
TD : 140/90 mmHg belum inpartu blood 2 kantong
HR : 86 x/menit + PEB + Post Pro SC elektif
t : afebris Laparatomy hari ini
St. Generalisata : dalam batas Kista a/i Jam 7.30 pasien
normal Torsi Kista + didorong ke
St. Obstetri : his (-), djj 138 JTHIU+ ruang operasi
dpm, Letak Kepala
I= V/U tenang
VT tidak dilakukan

Laporan Operasi tanggal 31-03-2016

G2P1A0H1 gravid 38-39 minggu belum inpartu + PEB + Post Laparatomy Kista a/i
Torsi Kista + JTHIU+ Letak Kepala

- Setelah dilakukan spinal anestesi, penderita dibaringkan telentang


diatas meja operasi
- Dilakukan insisi mediana inferior, dilakukan adesiolisis, diperdalam
sampai dengan peritoneum parietale
- Plica vesica uterine dibuka dan disisihkan ke kaudal
- Dilakukan insisi semilunar pada SBR
- Identifikasi janin letak kepala, dilahirkan dengan meluksir kepala
- Lahir bayi, laki-laki, BBL 2560 gram
- Plasenta dilahirkan dengan tarikan ringan
- Luka uterus dijahit 2 lapis, simpul dan jelujur, kontrol perdarahan
- Reperitonealisasi visceral
- Evaluasi perdarahan, Aman
- Dinding abdomen dijahit lapis demi lapis, luka operasi ditutup dengan
kassa steril, kulit dijahit secara intracutan, operasi selesai

Instruksi post operasi:

- IVFD RL (2 amp tramadol + 1 amp Ketorolac): D5% 20 gtt


- MgSO4 dilanjutkan sesuai protap
- Pitogin 3x1 amp IV
- Ceftriaxon 3x1 gram IV
- Metronidazole 2x500 gram
- Valamin 1x1 botol
6
- Vitamin C 1x1 amp IV
- Transamin 3x500 mg IV
- Cek Hb 6 jam post op

Tanggal Subjektif dan Objektif Assessment Plan


01/04/2016 S: nyeri luka operasi P2A0H2 post Observasi KU,
(+), pusing (-), nyeri SCTP Hari ke -1 TTV, kontraksi,
kepala bagian depan (-), a/i preeklampsi perdarahan
nyeri ulu hati (-), berat + post
pandangan kabur (-) laparotomy kista Diet MB TKTP
O:
KU : Baik IVFD RL 20 tpm
Kes : composmentis
TD : 130/80 mmHg Transfusi 1
kantong WB
HR : 84 x/i
RR : 22 x/i
Metildopa tab
T:afebris
3x250 mg
S.generalis :
Konjungtiva anemis (-/-
Cefadroxil tab
)
3x500 mg
Paru : vesikuler (+/+),
rhonki (-/-), wheezing (-
Farmabex C 1x1
/-)
tab
S. Obstetrikus : TFU
teraba 2 jari diatas
pusat, kontraksi baik

Perdarahan merembes
dari vulva (+) ± 20 cc

Hb:8,0 gr/dl

02/04/2016 S : nyeri luka operasi P2A0H2 post Observasi KU,


(+), pusing (-), perut SCTP Hari ke-2 TTV, kontraksi,
kembung, nyeri a/i preeklampsi perdarahan
kepala bagian depan berat + post Diet MB TKTP
(-), nyeri ulu hati (-), laparotomy kista IVFD RL 20 tpm
pandangan kabur (-), Metildopa 3x250
O: KU : Baik mg
Kes : composmentis Cefadroxil 3x500
TD : 110/70 mmHg mg
HR : 84 x/i Paracetamol
RR : 22 x/i 3x500 mg
T:afebris Farmabex C 1x1
7
S.generalis : tab
Konjungtiva anemis (-/-
)
Thoraks : Paru :
vesikuler (+/+), rhonki
(-/-), wheezing (-/-)
S. Obstetrikus : TFU
teraba 1 jari diatas
pusat, kontraksi baik

Hb : 8.5 gr/dl
03/04/2016 S : perut kembung, P2A0H2 post Observasi KU,
kepala pusing (- SCTP Hari ke-3 TTV, kontraksi,
)nyeri kepala bagian a/i preeklampsi perdarahan
depan (-), nyeri ulu berat + post Aff Infus
hati (-), pandangan laparotomy kista Aff kateter uretra
kabur (-) GV
Cefadroxil 3x500
O : KU : Baik mg
Kesadaran : Kompos Paracetamol
Mentis 3x500 mg
TD : 110/80 mmHg Farmabex C 1x1
HR : 80 x/i tab
RR : 22 x/i Pasien Berobat
T:36,6 C jalan

S.generalis :
Konjungtiva anemis (-/-
)
Thoraks : Paru :
vesikuler (+/+), rhonki
(-/-), wheezing (-/-)
S. Obstetrikus : TFU
teraba 1 jari diatas
pusat, kontraksi baik

Luka operasi kering,


nanah (-), darah (-)

8
BAB II
PEMBAHASAN
Resume
Wanita, usia 27 tahun mengeluh nyeri perut menjalar ke ari-ari , tidak ada keluhan
keluar air-air tidak tertahankan, keluar lendir bercampur darah disangkal pasien. Keluhan
pandangan kabur (-),nyeri kepala depan (-), nyeri ulu hati (-), mual dan muntah (-). Riwayat
hipertensi sebelumnya (-), Riwayat trauma (-), riwayat diurut (-) riwayat keputihan disangkal
pasien. Hamil yang kedua. HPHT : 6/07/2015, Taksiran persalinan 13/04/2016, (Usia
kehamilan 38-39 minggu). ANC teratur di Bidan tiap bulan tekanan darah normal 110/70
mmHg, terakhir kontrol 1 bulan yang lalu tekanan darah 140/90 mmHg . Riwayat hipertensi
(-), asma (-) Riwayat penyakit jantung (-).
Pada pemeriksaan fisik didapatkan tekanan darah 170/100 mmHg, Nadi 102x/ menit.
Pada pemeriksaan Leopold:
L I : Teraba massa bulat, lunak, tidak melenting. TFU 28 cm
L II: Teraba tahanan terbesar disisi kanan, tahanan kecil disisi kiri.
L III:Teraba massa bulat, keras, melenting,kesan kepala
L IV: Belum masuk PAP
TFU : 28 cm, TBJ : 2325 gram.
His : (-)
Auskultasi : DJJ : 141 x/ menit, teratur (terdengar di sisi kanan).
Pada pemeriksaan penunjang, pemeriksaan laboratorium didapatkan Hb : 8.5 gr/dl,
Protein urine +3. USG : Hasil : Janin intra uterin tunggal letak kepala, FM (+), FHM (+),
BPD 91.2 mm, Plasenta implantasi di Corpus posterior. TBJ 2400-2500 gram, Usia
kehamilan 36-37 minggu letak kepala.
Pasien masuk via IGD datang sendiri didiagnosis G2P1A0H1 gravid 38-39 minggu
belum inpartu + Preeklampsi berat + post laparotomy kista (5bulan) + JTHIU+ Letak Kepala.
Diagnosis ini sudah tepat, menurut kaidah penulisan diagnosis penulisan diagnosis ibu harus
diikuti dengan diagnosis janin. Dari anamnesis diketahui bahwa HPHT pasien pada tanggal
6/07/2015. Berdasarkan rumus Naegele didapatkan usia kehamilan pasien 38-39 minggu.
Namun dari pemeriksaan USG taksiran usia kehamilan 36-37 minggu. Pada pasien sudah
benar diagnosis dengan G2 karena kehamilan ini merupakan kehamilan kedua pada pasien
(secondary gravida). Diagnosis Preeklampsi berat ditegakkan berdasarkan anamnesis dan
pemeriksaan fisik yaitu adanya peningkatan tekanan darah hingga 170/100 mmHg, dari
pemeriksaan protein urin hasilnya +3, sehingga penegakan diagnosis preeklampsi berat pada
pasien ini sudah tepat. Sesuai dengan algoritma diagnosis hipertensi dalam kehamilan.

Gambar 1. Algoritma diagnosis PEB8

Penatalaksanaan

Pada saat di IGD RSUD Kab. Kepulauan Meranti pasien di stabilisasi dengan diberikan
O2 via nasal canule sebanyak 4L/menit dan dilanjutkan pemberian MgSO4 sesuai protap
yaitu MgSO4 40% 25 cc, bolus 4 gram MgSO4 40 % ( sebanyak 10 cc MgSO4 dalam 10 cc
RL bolus pelan 5 menit), kemudian 15 cc di drip dalam 500 cc RL selama 6 jam ( 1gram/
jam= 28 tetes permenit). Pemberian dopamed ( metyldopa ) 3x500mg untuk menurunkan
tekanan darah pasien. Rencana pemberian whole blood 2 kantong untuk persiapan operasi
jika terjadi perdarahan selama operasi berlangsung. Pasien juga dilakukan observasi keadaan

10
umum, ttv, his, djj/jam dan di rencanakan untuk SC Cito jika terjadi perburukan kondisi ibu
dan janin , terpasang kateter menetap.
Penatalaksanaan pasien ini sudah sesuai protap yang ada. Magnesium sulfat merupakan
obat pilihan untuk mencegah dan mengatasi kejang pada eklampsi. Alternatif lain adalah
diazepam. Hanya saja pemberian diazepam memiliki resiko depresi pernapasan neonatal. Bila
tekanan darah ≥ 200/120 mmHg, maka tekanan darah harus diturunkan segera dalam
hitungan menit sampai beberapa jam. Penurunan tekanan darah pada PEB tidak boleh terlalu
agresif yaitu tekanan darah diastol tidak kurang dari 90 mmHg atau maksimal 30%
dikarenakan penurunan tekanan darah yang berlebihan dapat menyebabkan gangguan
sirkulasi peredaran darah sehingga menyebabkan oksigenasi ke janin berkurang dan dapat
mencetuskan iskemia koroner, serebral atau renal.3 Pemberian metyldopa sebagai
antihipertensi pilihan pada pasien PEB.
Pada tanggal 31 Maret 2016 dilakukan penanganan aktif berupa terminasi
perabdominal. Pananganan aktif dilakukan karena kehamilan dengan PEB sering
dihubungkan dengan peningkatan mortalitas perinatal dan peningkatan morbiditas serta
mortalitas ibu. Sehingga beberapa ahli berpendapat untuk terminasi kehamilan setelah usia
kehamilan mencapai 34 minggu. Terminasi kehamilan adalah terapi definitif yang terbaik
untuk ibu untuk mencegah progresifitas PEB. Pada pasien ini dipilih terminasi perabdominal
dikarenakan belum ada tanda-tanda inpartu.3

11
Gambar 2. Algoritma penatalaksanaan pasien dengan pre-eklampsi berat9

12
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA

PRE-EKLAMPSIA DAN EKLAMPSIA


3.1 Definisi
Preeklampsia/eklampsia merupakan kesatuan penyakit yang langsung disebabkan
oleh kehamilan. Definisi preeklamsia adalah hipertensi disertai proteinuria dan edema akibat
kehamilan setelah usia kehamilan 20 minggu atau segera setelah persalinan. Gejala ini dapat
timbul sebelum 20 minggu bila terjadi penyakit trofoblastik. Pre-eklampsia merupakan
penyulit kehamilan yang akut dan dapat terjadi ante, intra, dan postpartum. Berdasarkan
gejala-gejala klinik pre-eklampsia dapat dibagi menjadi pre-eklampsia ringan dan pre-
eklampsia berat.1
Pre-eklampsia ringan adalah suatu sindroma spesifik kehamilan dengan menurunnya
perfusi organ yang berakibat terjadinya vasospasme pembuluh darah dan aktivasi endotel.
Pre-eklampsia berat ialah pre-eklampsia dengan tekanan darah sistolik ≥ 160mmHg dan
tekanan darah diastolik ≥ 110 mmHg disertai protenuria lebih 5g/24 jam.1
Pre-eklampsia ialah penyakit dengan tanda-tanda khas tekanan darah tinggi
(hipertensi), pembengkakan jaringan (edema), dan ditemukannya protein dalam urin
(proteinuria) yang timbul karena kehamilan. Penyakit ini umumnya terjadi dalam trimester
ke-3 kehamilan, tetapi dapat juga terjadi pada trimester kedua kehamilan.2,3 Keadaan ini
sering tidak diketahui atau diperhatikan sehingga tanpa disadari dalam waktu singkat pre-
eklampsia berat bahkan dapat menjadi eklampsia.1,4
Penggolongan preeclampsia menjadi preeclampsia ringan dan preeclampsia berat
dapat menyesatkan karena preeklampsia ringan dalam waktu yang relative singkat dapat
berkembang menjadi preeclampsia berat.1
Preeklampsia berat dibagi menjadi:
 Preeklampsia berat tanpa impending eclampsia
 Preeklampsia berat dengan impending eclampsia.
Disebut impending eclampsia bila preeklampsia berat disertai gejala-gejala subjektif berupa :
• Muntah-muntah
• Sakit kepala yang keras karena vasospasm atau oedema otak

13
• Nyeri epigastrium karena regangan selaput hati oleh haemorrhagia atau oedema, atau
sakit karena perubahan pada lambung. Impending eklampsia ditangani sebagai
eklampsia.
Hipertensi ialah tekanan darah sistolik dan diastolik ≥ 140/90 mmHg. Pengukuran
tekanan darah sekurang-kurangnya dilakukan 2 kali selang 4 jam. Proteinuria ialah adanya
300 mg protein dalam urin selama 24 jam atau sama dengan ≥ +1 dipstick. Edema, dahulu
edema tungkai, dipakai sebagai tanda-tanda pre-eklampsia, tetapi sekarang edema tungkai
tidak dipakai lagi, kecuali edema generalisata (anasarka).4
Istilah “eklampsia” berasal dari bahasa Yunani yang berarti “halilintar” karena gejala
eklampsia datang dengan mendadak dan menyebabkan suasana gawat dalam kebidanan.5
Eklampsia adalah preeklampsia yang disertai dengan kejang-kejang dan/atau koma.4 Definisi
lain juga mengatakan kejang yang terjadi pada wanita hamil yang tidak ada kaitannya dengan
kelainan otak.4 eklampsia lebih sering pada primigravida daripada multipara. Tergantung dari
saat timbulnya eklampsia dibedakan eklampsia gravidarum (eklampsia antepartum),
eklampsia parturientum (eklampsia intrapartum), dan eklampsia puerperale (eklampsia
postpartum). Kebanyakan terjadi antepartum (50%). Perlu dikemukakan bahwa pada
eklampsia gravidarum sering kali persalinan mulai tidak lama kemudian.3

3.2 Faktor Risiko


Terdapat faktor resiko terjadinya hipertensi dalam kehamilan, yaitu: 1,6
1. Primigravida, primipaternitas
2. Hiperplasentosis, misalnya mola hidatidosa, kehamilan multipel, diabetes mellitus,
hidrops fetalis, bayi besar
3. Umur yang esktrim
4. Riwayat keluarga pernah pre-eklampsia/eklampsia
5. Penyakit-penyakit ginjal dan hipertensi yang sudah ada sebelum hamil
6. Obesitas

3.3 Gejala Klinis


Hipertensi biasanya timbul lebih dahulu dari pada tanda-tanda lain. Bila peningkatan
tekanan darah tercatat pada waktu kunjungan pertama kali dalam trimester pertama atau
kedua awal (umur kehamilan 20 minggu), ini mungkin menunjukkan bahwa penderita
menderita hipertensi kronik. Tetapi bila tekanan darah ini meninggi dan tercatat pada akhir
14
trimester kedua dan ketiga, mungkin penderita menderita preeklampsia. (setelah 20 minggu
kehamilan)1
Disamping adanya gejala yang nampak diatas pada keadaan yang lebih lanjut timbul
gejala-gejala subyektif yang membawa pasien ke dokter. Gejala subyektif tersebut ialah:2
1. Sakit kepala yang keras karena vasospasmus atau oedema otak.
2. Sakit di ulu hati karena regangan selaput hati oleh haemorrhagia atau edema, atau
sakit kerena perubahan pada lambung.
3. Gangguan penglihatan. Penglihatan menjadi kabur, kadang-kadang pasien buta.
Gangguan ini disebabkan vasospasmus, edema atau ablatio retina. Perubahan ini dapat
dilihat dengan ophtalmoscop.
4. Gangguan pernafasan sampai sianosis
5. Pada keadaan berat akan diikuti gangguan kesadaran

3.4 Etiologi dan Patofisiologi


Etiologi pre-eklampsia dan eklampsia sampai sekarang belum diketahui dengan jelas.
Banyak teori telah dikemukakan, tetapi tidak ada teori yang dianggap mutlak benar. Teori-
teori sekarang yang banyak dianut adalah :1
1. Teori kelainan vaskularisasi plasenta
2. Teori iskemia plasenta, radikal bebas dan disfungsi endotel
3. Teori intoleransi imunologik antara ibu dan janin
4. Teori adaptasi kerdiovaskularori genetik
5. Teori defisiensi gizi
6. Teori inflamasi

3.5 Komplikasi Preeklampsia/eklampsia


Nyeri epigastrium menunjukkan telah terjadinya kerusakan pada liver dalam
bentuk kemungkinan:1,4
 Perdarahan subkapsular
 Perdarahan periportal sistem dan infark liver.
 Edema parenkim liver.
 Peningkatan pengeluaran enzim liver.

15
Tekanan darah dapat meningkat sehingga menimbulkan kegagalan dari kemampuan
sistem otonom aliran darah sistem saraf pusat (ke otak) dan menimbulkan berbagai bentuk
kelainan patologis sebagai berikut:3
1) Edema otak karena permeabilitas kapiler bertambah
2) Iskemia yang menimbulkan infark serebal
3) Edema dan perdarahan menimbulkan nekrosis
4) Edema dan perdarahan pada batang otak dan retina
5) Dapat terjadi herniasi batang otak yang menekan pusat vital medula oblongata.
Komplikasi terberat adalah kematian ibu dan janin. Usaha utama ialah melahirkan
bayi hidup dari ibu yang menderita preeklamsia dan eklamsia.

Komplikasi dibawah ini yang biasa terjadi pada preeklampsia berat dan eklampsia :
1). Solusio plasenta. Komplikasi ini terjadi pada ibu yang menderita hipertensi akut dan
lebih sering terjadi pada preeklamsia.
2). Hipofibrinogenemia. Biasanya terjadi pada preeklamsia berat. Oleh karena itu
dianjurkan untuk pemeriksaan kadar fibrinogen secara berkala.
3). Hemolisis. Penderita dengan preeklamsia berat kadang-kadang menunjukkan gejala
klinik hemolisis yang dikenal dengan ikterus. Belum diketahui dengan pasti apakah
ini merupakan kerusakkan sel hati atau destruksi sel darah merah. Nekrosis periportal
hati yang sering ditemukan pada autopsi penderita eklamsia dapat menerangkan
ikterus tersebut.
4). Perdarahan otak. Komplikasi ini merupakan penyebab utama kematian maternal
penderita eklamsia.
5). Kelainan mata. Kehilangan penglihatan untuk sementara, yang berlangsung sampai
seminggu dapat terjadi. Perdarahan kadang-kadang terjadi pada retina. Hal ini
merupakan tanda gawat akan terjadi apopleksia serebri.
6). Edema paru-paru. Paru-paru menunjukkan berbagai tingkat edema dan perubahan
karena bronkopneumonia sebagai akibat aspirasi. Kadang-kadang ditemukan abses
paru-paru.
7). Nekrosis hati. Nekrosis periportal hati pada preeklamsia/eklamsia merupakan akibat
vasospasme arteriole umum. Kelainan ini diduga khas untuk eklamsia, tetapi ternyata
juga dapat ditemukan pada penyakit lain. Kerusakan sel-sel hati dapat diketahui
dengan pemeriksaan faal hati, terutama penentuan enzim-enzimnya.
16
8). Sindroma HELLP yaitu haemolysis, elevated liver enzymes dan low platelet
merupakan sindrom kumpulan gejala klinis berupa gangguan fungsi hati,
hepatoseluler (peningkatan enzim hati [SGPT,SGOT], gejala subjektif [cepat lelah,
mual, muntah, nyeriepigastrium], hemolisis akibat kerusakan membran eritrosit oleh
radikal bebas asam lemak jenuh dan tak jenuh. Trombositopenia (<150.000/cc),
agregasi (adhesi trombosit di dinding vaskuler), kerusakan tromboksan
(vasokonstriktor kuat), lisosom.
9). Kelainan ginjal. Kelainan ini berupa endoteliosis glomerulus yaitu pembengkakan
sitoplasma sel endotelial tubulus ginjal tanpa kelainan struktur yang lainnya. Kelainan
lain yang dapat timbul ialah anuria sampai gagal ginjal.
10). Komplikasi lain. Tergigit, trauma dan fraktur karena jatuh akibat kejang-kejang,
pneumonia aspirasi dan DIC (disseminated intravascular cogulation).
11). Prematuritas, dismaturitas dan kematian janin intra-uterin.

3.6 Penanganan
Eklampsia merupakan komplikasi obstetri kedua yang menyebabkan 20 – 30%
kematian ibu. Komplikasi ini sesungguhnya dapat dikenali dan dicegah sejak masa kehamilan
(preeklampsia). Preeklampsia yang tidak mendapatkan tindak lanjut yang adekuat ( dirujuk
ke dokter, pemantauan yang ketat, konseling dan persalinan di rumah sakit ) dapat
menyebabkan terjadinya eklampsia pada trimester ketiga yang dapat berakhir dengan
kematian ibu dan janin. 1,3
Prinsip penatalaksanaan eklampsia sama dengan PEB. Tujuan utamanya ialah
menghentikan berulangnya serangan konvulsi dan mengakhiri kehamilan secepatnya dengan
cara yang aman setelah keadaan ibu mengizinkan. Penanganan pre-eklampsia bertujuan untuk
menghindari kelanjutan menjadi eklampsia dan pertolongan kebidanan dengan melahirkan
janin dalam keadaan optimal dan bentuk pertolongan dengan trauma minimal. Pengobatan
hanya dilakukan secara simtomatis karena etiologi preeklampsia, dan faktor-faktor apa dalam
kahamilan yang menyebabkannya, belum diketahui. 1
Tujuan utama penanganan ialah : 1
(1) mencegah terjadinya eklampsia
2) melahirkan janin hidup
(3) melahirkan janin dengan trauma sekecil-kecilnya.
Terapi medikamentosa yang diberikan pada pasien dengan PEB antara lain adalah:
17
a. tirah baring
b. oksigen
c. kateter menetap
d. cairan intravena.
Cairan intravena yang dapat diberikan dapat berupa kristaloid maupun koloid dengan
jumlah input cairan 1500 ml/24 jam dan berpedoman pada diuresis, insensible water loss,
dan central venous pressure (CVP). Balans cairan ini harus selalu diawasi.
e. Magnesium sulfat (MgSO4)1
Obat ini diberikan dengan dosis 10 cc MgSO4 40% secara intravena loading dose dalam 5
menit. Kemudian dilanjutkan dengan MgSO4 40% sebanyak 15 cc dalam 500 cc ringer
laktat (RL) atau sekitar 26 tetes/menit. Magnesium sulfat ini diberikan dengan beberapa
syarat, yaitu:
1. refleks patella normal
2. frekuensi respirasi >16x per menit
3. produksi urin dalam 4 jam sebelumnya >100cc atau 0.5 cc/kgBB/jam
4. tersedia kalsium glukonas 10% dalam 10 cc sebagai antidotum.
Bila nantinya ditemukan gejala dan tanda intoksikasi maka kalsium glukonas tersebut
diberikan dalam tiga menit.
f. Antihipertensi
Antihipertensi diberikan jika tekanan darah diastolik >110 mmHg. Pilihan
antihipertensi yang dapat diberikan adalah nifedipin 10 mg. Setelah 1 jam, jika tekanan darah
masih tinggi dapat diberikan nifedipin ulangan 10 mg dengan interval satu jam, dua jam, atau
tiga jam sesuai kebutuhan. Penurunan tekanan darah pada PEB tidak boleh terlalu agresif
yaitu tekanan darah diastol tidak kurang dari 90 mmHg atau maksimal 30%. Penggunaan
nifedipin ini sangat dianjurkan karena harganya murah, mudah didapat, dan mudah mengatur
dosisnya dengan efektifitas yang cukup baik.

18
Daftar obat untuk penanganan hipertensi kronik dalam kehamilan.8

Penatalaksanaan preeklampsia berat (PEB) terdiri dari :1


 Penanganan Aktif
Kehamilan dengan PEB sering dihubungkan dengan peningkatan mortalitas perinatal
dan peningkatan morbiditas serta mortalitas ibu.Sehingga beberapa ahli berpendapat untuk
terminasi kehamilan setelah usia kehamilan mencapai 34 minggu. Terminasi kehamilan
adalah terapi definitif yang terbaik untuk ibu untuk mencegah progresifitas PEB.

Indikasi untuk penatalaksanaan aktif pada PEB dilihat baik indikasi pada ibu maupun
janin:1
1. Indikasi penatalaksanaan PEB aktif pada ibu:
a. kegagalan terapi medikamentosa:
• setelah 6 jam sejak dimulai pengobatan medikamentosa, terjadi kenaikan darah yang
persisten
• setelah 24 jam sejak dimulainya pengobatan medikamentosa, terjadi kenaikan
desakan darah yang persisten
b. tanda dan gejala impending eklampsia
c. gangguan fungsi hepar
d. gangguan fungsi ginjal
e. dicurigai terjadi solusio plasenta
f. timbulnya onset partus, ketuban pecah dini, dan perdarahan
g. umur kehamilan ≥ 37 minggu

19
h. Intra Uterine Growth Restriction (IUGR) berdasarkan pemeriksaan USG timbulnya
oligohidramnion
2. Indikasi penatalaksanaan PEB aktif pada janin:
3. Indikasi lain yaitu trombositopenia progresif yang menjurus ke sindrom HELLP
(hemolytic anemia, elevated liver enzymes, and low platelet count).

 Penanganan Ekspektatif1
Terdapat kontroversi mengenai terminasi kehamilan pada PEB yang belum cukup
bulan. Beberapa ahli berpendapat untuk memperpanjang usia kehamilan sampai se-aterm
mungkin sampai tercapainya pematangan paru atau sampai usia kehamilan di atas 37 minggu.
Adapun penatalaksanaan ekspektatif bertujuan:
1. Mempertahankan kehamilan sehingga mencapai umur kehamilan yang memenuhi syarat
janin dapat dilahirkan
2. Meningkatkan kesejahteraan bayi baru lahir tanpa mempengaruhi keselamatan ibu
berdasarkan luaran ibu dan anak, berdasarkan usia kehamilan, pada pasien PEB yang
timbul dengan usia kehamilan dibawah 24 minggu, terminasi kehamilan lebih
diutamakan untuk menghindari komplikasi yang dapat mengancam nyawa ibu (misalnya
perdarahan otak). Sedangkan pada pasien PEB dengan usia kehamilan 25 sampai 34
minggu, penanganan ekspektatif lebih disarankan.

Penggunaan kortikosteroid direkomendasikan pada semua wanita usia kehamilan 24-


34 minggu yang berisiko melahirkan prematur, termasuk pasien dengan PEB. Preeklampsia
sendiri merupakan penyebab ±15% dari seluruh kelahiran prematur. Ada pendapat bahwa
janin penderita preeklampsia berada dalam keadaan stres sehingga mengalami percepatan
pematangan paru.
National Institutes of Health (NIH) merekomendasikan:
a. Semua wanita hamil dengan kehamilan antara 24–34 minggu yang dalam persalinan
prematur mengancam merupakan kandidat untuk pemberian kortikosteroid antenatal
dosis tunggal.
b. Kortikosteroid yang dianjurkan adalah betametason 12 mg sebanyak dua dosis dengan
selang waktu 24 jam atau deksametason 6 mg sebanyak 4 dosis intramuskular dengan
interval 12 jam.

20
c. Keuntungan optimal dicapai 24 jam setelah dosis inisial dan berlangsung selama tujuh
hari.

3.7 Prognosis
Kriteria Eden adalah kriteria untuk menentukan prognosis eklampsia. Kriteria Eden
antara lain:7
1. koma yang lama (prolonged coma)
2. nadi diatas 120
3. suhu 39,4°C atau lebih
4. tekanan darah di atas 200 mmHg
5. konvulsi lebih dari 10 kali
6. proteinuria 10 g atau lebih
7. tidak ada edema, edema menghilang
Bila tidak ada atau hanya satu kriteria di atas, eklampsia masuk ke kelas ringan; bila
dijumpai 2 atau lebih masuk ke kelas berat dan prognosis akan lebih buruk.

21
BAB IV
KESIMPULAN

Preeklamsia adalah hipertensi disertai proteinuria dan edema akibat kehamilan setelah
usia kehamilan 20 minggu atau segera setelah persalinan. Gejala ini dapat timbul sebelum 20
minggu bila terjadi penyakit trofoblastik. Pre-eklampsia merupakan penyulit kehamilan yang
akut dan dapat terjadi ante, intra, dan postpartum. Berdasarkan gejala-gejala klinik pre-
eklampsia dapat dibagi menjadi pre-eklampsia ringan dan pre-eklampsia berat.
Etiologi pre-eklampsia dan eklampsia sampai sekarang belum diketahui dengan jelas.
Banyak teori telah dikemukakan, tetapi tidak ada teori yang dianggap mutlak benar.
Penatalaksanaan preeklampsia berat (PEB) terdiri dari penanganan aktif dan
penanganan ekspektatif.

22
DAFTAR PUSTAKA

1. Angsar, MD. Hipertensi dalam kehamilan. Dalam ilmu kebidanan sarwono


prawiroharjo. Jakarta : PT. Bina Pustaka Sarwono Prawiroharjo. 2009. Hal. 531-59.
2. K A Douglas, C W G Redman. Eclampsia in the United Kingdom. Paper. BMJ 1994.
http://www.bmj.com/content/309/6966/1395. [cited on : april, 01, 2015]
3. Rozhikan. Faktor-faktor resiko terjadinya preeklampsia berat di Rumah Sakit Dr. H.
Soewondo Kendal. Tesis. Program Magister Epidemiologi universitas Diponegoro.
Semarang;2007.
4. Hypertensive disorders in pregnancy. In: Cunningham FG, et al,editors. Williams
Obstetrics. 22rd ed. New York: McGraw-Hill, 2010;p. 762-65.
5. World Health Organization. Making pregnancy safer. 2005. Dari :
http://www.who.int/making_pregnancy_safer/topics/maternal_mortality/en/index.htm
l [dikutip 01 April 2015].
6. National library of medicine national institute of health.
http://www.nlm.nih.gov/medlineplus/ency/article/000899.htm. [cited on : april 01,
2015]
7. Mochtar R. Sinopsis Obstetri. Jakarta :EGC. 1998
8. Sibai BM. Diagnosis and managemen of Gestasional hipertension and Preeclampsia.
High risk pregnancy series : an expert's reviews. vol.102. Edisi pertama. New York :
The American College of Obstetricians and Gynaecologist. Alih bahasa : Wibowo N.
Diagnosis dan Managemen Preeklampsia Berat. Jakarta : Divisi Fetomaternal Bagian
Obstetri and Ginekologi FKUI-RSCM;2004.
9. Darci R. Block, PhD, and Amy K. Saenger, PhD. Prediction, Diagnosis, and
Management Beyond Proteinuria and Hypertension
http://www.aacc.org/publications/cln/2010/February/Pages/series0210.aspx. [diakses
pada 1 april 2015]

23

Anda mungkin juga menyukai