ADMINISTRASI Dan PENGELOLAAN Sekolah
ADMINISTRASI Dan PENGELOLAAN Sekolah
DALAM
PENGELOLAAN PENDIDIKAN
BAB I
PENDAHULUAN
Pada dasarnya manajemen itu penting sebab pekerjaan itu berat dan sulit
untuk dikerjakan sendiri sehingga itu perlu pembagian kerja, tugas dan
tanggung jawab dalam penyelesaiannya. Manajemen yang baik akan
meningkatkan daya guna dan hasil guna semua potensi yang dimiliki.
Manajemen selalu dibutuhkan dalam setiap kerjasama dalam sekelompok
orang.
1. A. Administrasi Pendidikan
Kata administrasi berasal dari bahasa Latin yang terdiri atas
kata ad dan ministare.Kata ad mempunyai arti yang sama dengan
kata to dalam bahasa inggris, yang berarti “ke” atau “kepada”.
Dan ministare sama artinya dengan kata to surve atau toconductyang berarti
“melayani”, “membantu”, atau “mengarahkan”. Dalam bahasa inggris to
administer berarti pula “mengatur”, “memelihara” (to look after), dan
mengarahkan.[1]
Jadi, kata “administrasi” dapat diartikan sebagai suatu kegiatan atau usaha
untuk membantu, melayani, mengarahkan, atau mengatur semua kegiatan
didalam mencapai suatu tujuan. Meskipun peraktek administrasi sejak dahulu
kala telah dilaksanakan orang, bahkan sejak manusia bermasyarakat dan
bernegara, administrasi sebagai ilmu baru muncul pada permulaan
pertengahan kedua abad ke-19.
1. B. Manajemen Pendidikan
Manajemen berasal dari kata to manage yang artinya mengatur, pengaturan
dilakukan melalui proses dan diatur berdasarkan urutan dari fungsi-fungsi
manajemen itu. Jadi, manajemen merupakan suatu proses untuk mewujudkan
tujuan yang diinginkan.
G.R. Terry berpendapat bahwa manajement is a distinck process of planning,
organizing, actuating, and controling performed to determine and
accomplish stated objectivies by the use of human being other
recourses. Artinya manajemen adalah suatu proses yang khas yang terdiri
dari tindakan-tindakan perencanaan pengorganisasian, pengarahan, dan
pengendalian yang dilakukan untuk menentukan serta mencapai sasaran-
sasaran yang telah ditentukan melalui pemanfaatan sumber daya manusia dan
sumber-sumber lainnya.
Sedangkan menurut Haroid dan cyrilo Donnel mengemukakan managament
is getting things done throug people in bringing about tjis coordinating of
group activity themanager, as a manager plans, organizes, staffs, direct, and
control the acktivities other people. Artinya manajemen adalah usaha
mencapai tujuan tertentu melalui kegiatan orang lain. Dengan demikian
manajemen mengadakan kordinasi atas sejumlah aktivitas orang lain yang
meliputi perencanaan, pengorganisasian, penempatan, pengarahan, dan
pengendalian.[6]
Jika kita simak defenisi-defenisi diatas dapatlah ditarik kesimpulan bahwa
1. Planning
Planning ialah menetapkan pekerjaan yang harus dilaksanakan oleh kelopok
untuk mencapai tujuan yang digariskan. Planning mencakup kegiatan
pengambilan keputusan, karena termasuk pemilihan-pemilihan alternatif-
alternatif keputusan.
2. Organizing
Organizing ialah mengelompokkan dan menentukan berbagai kegiatan
penting dan memberikan kekuasaan untuk melaksanakan kegiatan.
1. Actuating
Actuating atau disebut juga “gerakan aksi” mencakup kegiatan yang
dilakukan seseorang manajer untuk mengawali dan melanjutkan kegiatan
yang ditetapkan untuk mengawali dan melanjutkan kegiatan yang ditetapkan
oleh unsur perencana dan pengorganisasian agar tujuan-tujaun tersebut dapat
dipahami.
1. Motovating
Motivating merupakan sebuah kata yang lebih disukai oleh beberapa pihak
dari pada kata actuating. Beberapa pihak yang lain menganggap arti dari
kedua kata tersebut adalah sama.
1. Staffing
Mencakup mendapatkan, menempatkan, dan mempertahankan anggota pada
posisi yang dibutuhkan oleh pekerjaan organisasi yang bersangkutan.
1. Directing
Merupakan pengarahan yang diberikan kepada bawahan sehingga mereka
menjadi pegawai yang berpengetahuan dan akan bekerja aktif menuju sasaran
yang telah ditetapkan oleh perusahaan.
1. Controling
Mencakup kelanjuatan tugas untuk melihat apakah kegiatan dilaksanakan
sesuai rencana. Pelaksanaan kegiatan dievaluasi dan penyimpangan yang
tidak di inginkan diperbaiki supaya tujuan dapat tercapai dengan baik
1. Inovating
Mencakup pengembangan gagasan baru, mengkombinasikan pemikiran baru
dengan yang lama, mencari gagasan dari kegitan lain dan melaksanakannya
atau dapat juga dilakukan dengan cara memberi stimulai kepada rekan
sekerja untuk mengembangkan gagasan baru dalam pekerjaan mereka.
1. Representing
Mencakup pelaksanaan tugas pegawai sebagai anggota resmi dari sebuah
perusahaannya dalam urusannya dengan pihak pemerintahan, kalangan
swasta bank, penjual, langganan, dan kalangan luar lainnya.
1. Coordinating
Merupakan sunkronisasi yang teratur dalam usaha individu yang
berhubungan dengan jumlah waktu dan tujuan mereka, sehingga diambil
tindakan yang serempak menuju sasaran yang telah ditetapkan.[9]
1. Manajemen Personalia
Manajemen ini berkisar pada staff development (teacher development),
meliputi:
1) Training
1. Manajemen Siswa
1) Penerimaan Siswa (Daya Tampung, Seleksi)
3) Pemberdayaan OSIS
1. Manajemen Keuangan
Dalam keuangan pengelolaan pendidikan, manajemen harus berlandaskan
pada prinsip: efektivitas, efisiensi dan pemerataan .
1. Manajemen Lingkungan
Urgensi manajemen terhadap lingkungan pendidikan bertujuan dalam
merangkul seluruh pihak terkait yang akan berpengaruh dalam segala
kebijakan dan keberlangsungan pendidikan. Manajemen ini berupaya
mewujudkan cooperation with Society dan stake holder identification.
BAB III
KESIMPULAN
v Planning
v Organizing
v Actuating
v Motovating
v Staffing
v Directing
v Controling
v Inovating
v Representing
v Coordinating
http://irpan1990.wordpress.com/administrasi-manajemen-dalam-pengelolaan-
pendidikan/
Program Administrasi
Tujuan Pendidikan Nasional berdasarkan kepada Pancasila, bertujuan untuk
meningkatkan kualitas manusia Indonesia, yaitu manusia yang beriman dan
bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa, berbudi pekerti luhur,
berkepribadian, berdisiplin, bekerja keras, tangguh, bertanggung jawab,
mandiri, cerdas dan terampil serta sehat jasmani dan rohani. Salah satu tujuan
Pendidikan Nasional di atas, diimplimentasikan dalam berbagai kegiatan
yang telah dilakukan diantaranya dalam pengelolaan administrasi sekolah
yang mencakup diantaranya dalam peningkatan jenis mutu pelayanan kepada
masyarakat. Dalam rangka mewujudkan pencapaian tujuan Pendidikan
Nasional dimaksud, maka kegiatan-kegiatan tersebut di atas harus ditunjang
oleh pelayanan administrasi sekolah yang teratur, terarah, dan terencana.
Pelayanan administrasi sekolah yang baik akan menunjang penyelenggaran
proses belajar dan mengajar yang baik pula sesuai Permendiknas Nomor 24
Tahun 2008.
a. Administrasi kepegawaian.
b. Administrasi keuangan.
c. Administrasi kesiswaan.
Pengorganisasian Personil.
Struktur Organisasi.
Tugas Pokok Bidang Administrasi.
Kepala Administrasi :
Dharma Nirwana, S.AP.
Bendahara Rutin :
Gularso
Bendahara PUMC:
Suhermiasri
Loading
http://sman5bdg.sch.id/page/p/11/Program%20Administrasi
i
ADMINISTRASI
DAN PENGELOLAAN SEKOLAH
(Administrasi Kurikulum dan Pembelajaran)
PUSAT PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN
PENDIDIK DAN TENAGA KEPENDIDKAN
PERTANIAN
CIANJUR
2009
KOMPETENSI SUPERVISI MANAJERIAL
i
KATA PENGANTAR
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 12 tahun 2007
tentang Standar Pengawas Sekolah/Madrasah berisi standar
kualifikasi dan kompetensi pengawas sekolah. Standar kualifikasi
menjelaskan persyaratan akademik dan nonakademik untuk diangkat
menjadi pengawas sekolah. Standar kompetensi memuat
seperangkat kemampuan yang harus dimiliki dan dikuasai pengawas
sekolah untuk dapat melaksanakan tugas pokok, fungsi dan tanggung
jawabnya.
Ada enam dimensi kompetensi yang harus dikuasai pengawas
sekolah yakni: (a) kompetensi kepribadian, (b) kompetensi supervisi
manajerial, (c) kompetensi supervisi akademik, (d) kompetensi
evaluasi pendidikan, (e) kompetensi penelitian dan pengembangan,
dan (f) kompetensi sosial. Dari hasil uji kompetensi di beberapa
daerah menunjukkan kompetensi pengawas sekolah masih perlu
ditingkatkan terutama dimensi kompetensi supervisi manajerial,
supervisi akademik, evaluasi pendidikan dan kompetensi peneli- tian
dan pengembangan. Untuk itu diperlukan adanya diklat peningkatan
kompetensi pengawas sekolah baik bagi pengawas sekolah dalam
jabatan terlebih lagi bagi para pengawas sekolah.
Materi dasar untuk semua dimensi kompetensi sengaja
disiapkan agar dapat dijadikan rujukan oleh para pelatih dalam
melaksanakan diklat peningkatan kompetensi pengawas sekolah di
masing-masing dinas kab/kota di seluruh Indonesia.
Untuk meningkatkan kompetensi pengawas, PPPPTK Pertanian
mengadakan Pendidikan dan Pelatihan Jarak Jauh (PPJJ). Hal ini
diharapkan dapat meningkatkan kuantitas layanan yang diharapkan
sampai ke seluruh dinas kab/kota di Indonesia.
Perkembangan teknologi informasi ini membuka peluang bagi
dunia pendidikan untuk mengembangkan model pembelajaran yang
dapat membantu meningkatkan kompetensi pengawas dengan
kuantitas yang diharapkan.
ii
Bahan ajar ini digunakan pada PPJJ PPPPTK Pertanian Cianjur,
sebagai bahan acuan peningkatan kompetensi menejerial pengawas.
Cianjur, April 2009
Kepala PPPPTK Pertanian Cianjur
Drs. Dedy H. Karwan, MM
NIP 130929635
iii
http://ahmadialqorni.blogspot.com/2012/05/administrasi-dan-pengelolaan-
sekolah.html
Dosen,
Dr. H. Hasbi Indra, MA.
Disusun Oleh:
Dede Mahfudh
Dayat
MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS IBN KHALDHUN BOGOR
1430 H/2009 M
A. Pendahuluan
Bertolak dari asumsi bahwa life is education and education is life dalam arti
pendidikan sebagai persoalan hidup dan kehidupan maka diskursus seputar
pendidikan merupakan salah satu topik yang selalu menarik. Setidaknya ada dua
alasan yang dapat diidentifikasi sehingga pendidikan tetap up to date untuk dikaji.
Pertama, kebutuhan akan pendidikan memang pada hakikatnya krusial karena
bertautan langsung dengan ranah hidup dan kehidupan manusia. Membincangkan
pendidikan berarti berbicara kebutuhan primer manusia. Kedua, pendidikan juga
merupakan wahana strategis bagi upaya perbaikan mutu kehidupan manusia, yang
ditandai dengan meningkatnya level kesejahteraan, menurunnya derajat
kemiskinan dan terbukanya berbagai alternatif opsi dan peluang
mengaktualisasikan diri di masa depan.
Dalam tataran nilai, pendidikan mempunyai peran vital sebagai pendorong
individu dan warga masyarakat untuk meraih progresivitas pada semua lini
kehidupan. Di samping itu, pendidikan dapat menjadi determinan penting bagi
proses transformasi personal maupun sosial. Dan sesungguhnya inilah idealisme
pendidikan yang mensyaratkan adanya pemberdayaan.
Namun dalam tataran ideal, pergeseran paradigma yang awalnya
memandang lembaga pendidikan sebagai lembaga sosial, kini dipandang sebagai
suatu lahan bisnis basah yang mengindikasikan perlunya perubahan pengelolaan.
Perubahan pengelolaan tersebut harus seirama dengan tuntutan zaman.
Situasi, kondisi dan tuntutan pasca booming-nya era reformasi membawa
konsekuensi kepada pengelola pendidikan untuk melihat kebutuhan kehidupan di
masa depan. Maka merupakan hal yang logis ketika pengelola pendidikan
mengambil langkah antisipatif untuk mempersiapkan diri bertahan pada zamannya.
Mempertahankan diri dengan tetap mengacu pada pembenahan total mutu
pendidikan berkaitan erat dengan manajemen pendidikan adalah sebuah
keniscayaan.
B. Pembahasan
1. Pengertian Manajemen
Perkembangan dinamis aplikasi manajemen berangkat dari keragaman
definisi tentang manajemen. Semula, manajemen yang berasal dari bahasa Inggris:
management dengan kata kerja to manage, diartikan secara umum sebagai
mengurusi atau kemampuan menjalankan dan mengontrol suatu urusan atau “act
of running and controlling a business” (Oxford, 2005). Selanjutnya definisi
manajemen berkembang lebih lengkap. Stoner (1986) mengartikan manajemen
sebagai proses perencanaan, pengorganisasian, memimpin dan mengawasi usaha-
usaha dari anggota organisasi dan dari sumber-sumber organisasi lainnya untuk
mencapai organisasi yang telah ditetapkan. G.R. Terry (1986) –sebagaimana dikutip
Malayu S.P Hasibuan (1996)- memandang manajemen sebagai suatu proses,
sebagai berikut: “Management is a distinct process consisting of planning,
organizing, actuating and controlling performed to determine and accomplish
stated objectives by the use of human being and other resources”. Sementara,
Malayu S.P. Hasibuan (1995) dalam bukunya “Manajemen Sumber Daya Manusia”
mengemukakan bahwa manajemen adalah ilmu dan seni mengatur proses
pemanfaatan sumber daya manusia dan sumber-sumber lainnya secara efektif dan
efisien untuk mencapai tujuan tertentu.
Manajemen kemudian diartikan sebagai suatu rentetan langkah yang
terpadu untuk mengembangkan suatu organisasi sebagai suatu system yang
bersifat sosio-ekonomi-teknis; dimana system adalah suatu kesatuan dinamis yang
terdiri dari bagian-bagian yang berhubungan secara organik; dinamis berarti
bergerak, berkembang ke arah suatu tujuan; sosio (social) berarti yang bergerak di
dalam dan yang menggerakkan sistem itu adalah manusia; ekonomi berarti
kegiatan dalam sistem bertujuan untuk memenuhi kebutuhan manusia; dan teknis
berarti dalam kegiatan dipakai harta, alat-alat dan cara-cara tertentu (Kadarman,
1991).
Dengan demikian, manajemen merupakan kebutuhan yang niscaya untuk
memudahkan pencapaian tujuan manusia dalam organisasi, serta mengelola
berbagai sumberdaya organisasi, seperti sarana dan prasarana, waktu, SDM,
metode dan lainnya secara efektif, inovatif, kreatif, solutif, dan efisien.
2. Urgensi Manajemen dalam Pengelolaan Pendidikan
Kepekaan melihat kondisi global yang bergulir dan peluang masa depan
menjadi modal utama untuk mengadakan perubahan paradigma dalam manajemen
pendidikan. Modal ini akan dapat menjadi pijakan yang kuat untuk
mengembangkan pendidikan. Pada titik inilah diperlukan berbagai komitmen untuk
perbaikan kualitas. Ketika melihat peluang, dan peluang itu dijadikan modal,
kemudian modal menjadi pijakan untuk mengembangkan pendidikan yang disertai
komitmen yang tinggi, maka secara otomatis akan terjadi sebuah efek domino
(positif) dalam pengelolaan organisasi, strategi, SDM, pendidikan dan pengajaran,
biaya, serta marketing pendidikan.
Untuk menuju point education change (perubahan pendidikan) secara
menyeluruh, maka manajemen pendidikan adalah hal yang harus diprioritaskan
untuk kelangsungan pendidikan sehingga menghasilkan out-put yang diinginkan.
Walaupun masih terdapat institusi pendidikan yang belum memiliki manajemen
yang bagus dalam pengelolaan pendidikannya. Manajemen yang digunakan masih
konvensional, sehingga kurang bisa menjawab tantangan zaman dan terkesan
tertinggal dari modernitas.
Jika manajemen pendidikan sudah tertata dengan baik dan membumi,
niscaya tidak akan lagi terdengar tentang pelayanan sekolah yang buruk, minimnya
profesionalisme tenaga pengajar, sarana-prasarana tidak memadai, pungutan liar,
hingga kekerasan dalam pendidikan. Manajemen dalam sebuah organisasi pada
dasarnya dimaksudkan sebagai suatu proses (aktivitas) penentuan dan pencapaian
tujuan organisasi melalui pelaksanaan empat fungsi dasar: planning, organizing,
actuating, dan controlling dalam penggunaan sumberdaya organisasi. Karena
itulah, aplikasi manajemen organisasi hakikatnya adalah juga amal perbuatan SDM
organisasi yang bersangkutan.
a. Planning
Satu-satunya hal yang pasti di masa depan dari organisasi apapun termasuk
lembaga pendidikan adalah perubahan, dan perencanaan penting untuk
menjembatani masa kini dan masa depan yang meningkatkan kemungkinan untuk
mencapai hasil yang diinginkan. Mondy dan Premeaux (1995) menjelaskan bahwa
perencanaan merupakan proses menentukan apa yang seharusnya dicapai dan
bagaimana mewujudkannya dalam kenyataan. Perencanaan amat penting untuk
implementasi strategi dan evaluasi strategi yang berhasil, terutama karena aktivitas
pengorganisasian, pemotivasian, penunjukkan staff, dan pengendalian tergantung
pada perencanaan yang baik (Fred R. David, 2004).
Dalam dinamika masyarakat, organisasi beradaptasi kepada tuntunan
perubahan melalui perencanaan. Menurut Johnson (1973) bahwa: “The planning
process can be considered as the vehicle for accomplishment of system change”.
Tanpa perencanaan sistem tersebut tak dapat berubah dan tidak dapat
menyesuaikan diri dengan kekuatan-kekuatan lingkungan yang berbeda. Dalam
sistem terbuka, perubahan dalam sistem terjadi apabila kekuatan lingkungan
menghendaki atau menuntut bahwa suatu keseimbangan baru perlu diciptakan
dalam organisasi tergantung pada rasionalitas pembuat keputusan. Bagi sistem
sosial, satu-satunya wahana untuk perubahan inovasi dan kesanggupan
menyesuaikan diri ialah pengambilan keputusan manusia dan proses perencanaan.
Dalam konteks lembaga pendidikan, untuk menyusun kegiatan lembaga
pendidikan, diperlukan data yang banyak dan valid, pertimbangan dan pemikiran
oleh sejumlah orang yang berkaitan dengan hal yang direncanakan. Oleh karena itu
kegiatan perencanaan sebaiknya melibatkan setiap unsur lembaga pendidikan
tersebut dalam rangka peningkatan mutu pendidikan.
Menurut Rusyan (1992) ada beberapa hal yang penting dilaksanakan terus
menerus dalam manajemen pendidikan sebagai implementasi perencanaan,
diantaranya:
- Merinci tujuan dan menerangkan kepada setiap pegawai/personil lembaga
pendidikan.
- Menerangkan atau menjelaskan mengapa unit organisasi diadakan.
- Menentukan tugas dan fungsi, mengadakan pembagian dan
pengelompokkan tugas terhadap masing-masing personil.
- Menetapkan kebijaksanaan umum, metode, prosedur dan petunjuk
pelaksanaan lainnya.
- Mempersiapkan uraian jabatan dan merumuskan rencana/sekala
pengkajian.
- Memilih para staf (pelaksana), administrator dan melakukan pengawasan.
- Merumuskan jadwal pelaksanaan, pembakuan hasil kerja (kinerja), pola
pengisian staf dan formulir laporan pengajuan.
- Menentukan keperluan tenaga kerja, biaya (uang) material dan tempat.
- Menyiapkan anggaran dan mengamankan dana.
- Menghemat ruangan dan alat-alat perlengkapan.
Hirarki Rencana
Visi,
Misi,
Tujuan
Sasaran
Strategi
Kebijakan
Prosedur dan Kebijakan
Program
Anggaran
C. Penutup
Berkenaan dengan manajemen pendidikan, Islam telah menggariskan
bahwa hakikat amal perbuatan haruslah berorientasi bagi pencapaian ridla Allah
SWT. Bila perbuatan manusia memenuhi dua syarat itu sekaligus, maka amal itu
tergolong ahsan (ahsanul amal), yakni amal terbaik di sisi Allah SWT. Dengan
demikian, keberadaan manajemen organisasi dipandang pula sebagai suatu sarana
untuk memudahkan implementasi Islam dalam kegiatan organisasi tersebut.
Implementasi nilai-nilai Islam berwujud pada difungsikannya Islam sebagai kaidah
berpikir dan kaidah amal dalam seluruh kegiatan organisasi. Nilai-nilai Islam inilah
sesungguhnya nilai utama organisasi yang menjadi payung strategis hingga taktis
seluruh aktivitas organisasi.
Sebagai kaidah berpikir, aqidah dan syariah difungsikan sebagai asas atau
landasan pola pikir dalam beraktivitas. Sedangkan sebagai kaidah amal, syariah
difungsikan sebagai tolok ukur kegiatan. Tolok ukur syariah digunakan untuk
membedakan aktivitas yang halal atau haram. Hanya kegiatan yang halal saja yang
dilakukan oleh seorang muslim, sementara yang haram akan ditinggalkan semata-
mata untuk menggapai keridloan Allah SWT.
Daftar Pustaka
David, R. Fred. 2004. Konsep Manajemen Strategis, Edisi VII (terjemahan). Jakarta,
PT Indeks.
Hasibuan, S.P. Malayu. 1995. Manajemen Sumber Daya Manusia, cetakan II.
Jakarta, PT Toko Gunung Agung.
__________________. 1996. Manajemen, Dasar, Pengertian dan Masalah, Cetakan
I. Jakarta, PT Toko Gunung Agung.
Ismail, M. Yusanto. 2003. Pengantar Manajemen Syariat, Cetakan II. Jakarta,
Khairul Bayan.
Johnson, R.A. 1973. The Theory and Management of System. Tokyo: McGraw Hill
Kogakusha.
Kadarman, A.M. et.al. 1996. Pengantar Ilmu Manajemen. Jakarta, Gramedia.
Mondy, R.W.and Premeaux, S.H. 1995. Management: Concepts, Practices and Skills.
New Jersey, Prentice Hall Inc Englewood Cliffs.
Oxford, Learner’s Pocket Dictionary. 2005. Newyork, Oxford University Press.
Rusyan, A. Tabrani. 1992. Manajemen Kependidikan. Bandung: Media Pustaka.
Soetopo, Hendiyat dan Soemanto, Wasty. 1982. Pengantar Operasional
Administrasi Pendidikan. Surabaya: Usaha Nasional.
Sutisna, Oteng. 1985. Administrasi Pendidikan. Bandung: Angkasa.
Syafaruddin. 2005. Manajemen Lembaga Pendidikan Islam, Cetakan I. Jakarta:
Ciputat Press.
ANALISIS MASALAH
Agak berbeda dengan hal tersebut, dalam buku Depdiknas (2002:10) tentang
Materi Pelatihan Terpadu untuk Kepala Dinas Kabupaten/Kota, selain perubahan
paradigma dari “sentralistik ke desentralistik” dan orientasi pendekatan “dari
atas ke bawah” (top down approach) ke pendekatan “dari bawah ke atas”
(bottom up approach) sebagaimana yang sudah disebut dalam buku Fasli Jalal,
juga disebutkan tiga paradigma baru pendidikan lainnya, yaitu dari “birokrasi
berlebihan” ke “debirokratisasi”, dari “Manajemen Tertutup” (Closed
Management) ke “Manajemen Terbuka” (Open Management), dan
pengembangan pendidikan, termasuk biayanya, “terbesar menjadi tanggung
jawab pemerintah” berubah ke “sebagian besar menjadi tanggung jawab orang
tua siswa dan masyarakat (stakeholders).
Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) adalah salah satu strategi wajib yang
Indonesia tetapkan sebagai standar dalam mengembangkan
keunggulan pengelolaan sekolah. Penegasan ini dituangkan dalam USPN
Nomor 20 tahun 2003 pada pasal 51 ayat 1 bahwa pengelolaan satuan
pendidikan pendidikan menengah dilaksanakan berdasarkan standar pelayanan
minimal dengan prinsip manajemen berbasis sekolah.
MBS juga merupakan salah satu model manajemen strategik. Hal ini berarti
meningkatkan pencapaian tujuan melalui pengerahan sumber daya internal dan
eksternal. Menurut Thomas Wheelen dan J. David Hunger (1995), empat
langkah utama dalam menerapkan perencanaan strategik yaitu (1) memindai
lingkungan internal dan eksternal (2) merumuskan strategi yang meliputi
perumusan visi-misi, tujuan organisasi, strategi, dan kebijakan (3)
implementasi strategi meliputi penyusunan progaram, penyusunan anggaran, dan
penetapan prosedur (4) mengontrol dan mengevaluasi kinerja.
Bagaimana Menerapkan MBS?
Penerapan MBS sebagai salah satu model manajemen strategik dalam sistem
pengelolaan pendidikan dengan tujuan untuk mencapai peningkatan mutu
pendidikan yang berstandar maka terdapat beberapa langkah strategis yang perlu
sekolah lakukan:
1. Salah satu strategi adalah menciptakan prakondisi yang kondusif untuk dapat
menerapkan MBS, yakni peningkatan kapasitas dan komitmen seluruh warga
sekolah, termasuk masyarakat dan orangtua siswa. Upaya untuk memperkuat
peran kepala sekolah harus menjadi kebijakan yang mengiringi penerapan
kebijakan MBS. ”An essential point is that schools and teachers will need
capacity building if school-based management is to work”. Demikian De grouwe
menegaskan.
juga harus belajar menyesuaikan diri dengan peran dan saluran komunikasi yang
baru.
4. Harus disediakan dukungan anggaran untuk pelatihan dan penyediaan waktu
bagi staf untuk bertemu secara teratur.
4) Memerlukan Pelatihan
Pihak-pihak yang berkepentingan kemungkinan besar sama sekali tidak atau
belum berpengalaman menerapkan model yang rumit dan partisipatif ini. Mereka
kemungkinan besar tidak memiliki pengetahuan dan keterampilan tentang
hakikat MBS sebenarnya dan bagaimana cara kerjanya, pengambilan keputusan,
komunikasi, dan sebagainya.
Di Era otonomi daerah, ada perluasan peluang bagi peran serta masyarakat
dalam pendidikan baik secara kualitatif maupun kuantitatif. Oleh karena itu,
untuk mendorong partisipasi masyarakat, di tingkat Kabupaten/Kota dibentuk
Dewan Pendidikan, sedangkan di tingkat sekolah dibentuk komite sekolah.
Pembentukan komite sekolah didasarkan pada keputusan Mendiknas
No.044/U/2002 tentang panduan pembentukan komite sekolah.
Menurut panduan, pembentukan komite sekolah dilakukan secara transparan,
akuntabel, dan demokratis. Transparan berarti bahwa komite sekolah harus
dibentuk secara terbuka dan diketahui oleh masyarakat secara luas mulai dari
tahap pembentukan panitia persiapan, proses sosialisasi oleh panitia persiapan,
kriteria calon anggota, proses seleksi calon anggota, pengumuman calon
anggota, proses pemilihan, dan penyampaian hasil pemilihan. Akuntabel berarti
bahwa panitia persiapan pembentukan komite sekolah hendaknya menyampikan
laporan pertanggungjawaban kinerjanya maupun penggunaan dan kepanitiaan.
Sedangkan secara demokratis berarti bahwa dalam proses pemilihan anggota dan
pengurus dilakukan dengan musyawarah mufakat. Jika dipandang perlu, dapat
dilakukan melalui pemungutan suara.
http://kembar3n.wordpress.com/2012/07/07/reformasi-administrasi-publik-pada-
sektor-pendidikan-di-era-otonomi-daerah-melalui-manajemen-berbasis-sekolah-m-
b-s/ PENGAWAS SEKOLAH
KOMPETENSI SUPERVISI MANAJERIAL PENDIDIKAN DASAR
02-A2 PENGAWAS SEKOLAH
PENDIDIKAN
MENENGAH
ADMINISTRASI
DAN PENGELOLAAN SEKOLAH
DIREKTORAT TENAGA KEPENDIDIKAN
DIREKTORAT JENDERAL PENINGKATAN MUTU
PENDIDIK DAN TENAGA KEPENDIDIKAN
DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL
2008
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
Kata Pengantar ................................................................................................ i
Daftar Isi ......................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 1
A. Latar Belakang .................................................................................... 1
B. Dimensi Kompetensi ........................................................................... 1
C. Kompetensi yang Hendak Dicapai ...................................................... 2
D. Indikator Pencapaian........................................................................... 2
E. Alokasi Waktu ...................................................................................... 2
F. Skenario Pelatihan............................................................................... 2
BAB II DIMENSI ADMINISTRASI SEKOLAH........................................................ 4
A. Administrasi Kurikulum dan Pembelajaran ......................................... 5
B. Administrasi Kesiswaan ..................................................................... 21
C. Administrasi Pendidik dan Tenaga Kependidikan .............................. 35
D. Administrasi Sarana dan Prasarana Pendidikan .................................. 37
E. Administrasi Pembiayaan ................................................................... 44
F. Administrasi Program Hubungan Sekolah dengan Masyarakat ......... 50
G. Administrasi Bimbingan dan Konseling ............................................. 55
H. Administrasi Tata Persuratan ................................................. ............ 55
BAB III PENGELOLAAN SEKOLAH ..................................................................... 63
A. Pengertian, Tujuan, Karakteristik, dan Prinsip MBS ............................. 63
B. Kemampuan Dasar Pengawas Sekolah ................................................ 69
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................ 70
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.
Dalam dasa warsa terakhir berkembang visi dan paradigma baru dalam pengelolaan pendidikan
umumnya, dan sekolah khususnya. Apabila pada era sebelumnya sekolah dipandang sebagai bagian dari
birokrasi pendi- dikan, maka sekarang ini sekolah adalah lembaga yang melayani masyarakat.
Pergeseran paradigma ini berimplikasi luas dalam administrasi dan pengelo- laan sekolah.
Paling tidak ada tiga prinsip atau azas yang harus selalu diperhatikan dalam pengelolaan
sekolah, yaitu: partisipasi, transparansi dan akuntabilitas. Ketiga hal ini diharapkan dapat mendorong
peningkatan mutu pendidikan yang selama ini belum menggembirakan. Partisipasi, menuntut setiap
penye- lenggara dan pengelola sekolah melibatkan stakeholder dalam perumusan berbagai kebijakan.
Transparansi mengharuskan sekolah terbuka, terutama dalam pemerolehan dan penggunaan dana,
sehingga mendapatkan kepercayaan masyarakat. Transparansi tidak akan terjadi tanpa didukung oleh
akuntabilitas, yaitu pertanggung jawaban pihak sekolah terhadap orang tua dan masyarakat, tidak
hanya dalam aspek pengelolaan sumber-sumber daya, namun juga dalam proses pembelajaran dan
pelayanan yang mereka berikan.
Dengan adanya pergeseran paradigma tersebut, maka kepala sekolah semakin dituntut serius,
berhati-hati dan terbukan dalam administrasi dan pengelolaan sekolah. Hal ini tentu harus didukung
oleh pengawas, selaku pembina, pembimbing dan penilai kinerja sekolah.
Materi pelatihan ini dirancang bagi pengawas, sebagai bekal mereka dalam memantau dan
membina administrasi dan pengelolaan sekolah.
B. Dimensi Kompetensi
Dimensi kompetensi yang diharapkan dibentuk pada akhir pendidikan dan pelatihan
ini adalah dimensi kompetensi supervisi manajerial.
D. Indikator Pencapaian
Setelah menyelesaikan pelatihan ini, Pengawas diharapkan:
1. Mampu menguasai substansi dan teknis administrasi sekolah yang meliputi: administrasi kurikulum,
peserta didik, ketenagan, sarana dan prasarana, keuangan, bimbingan dan konseling serta
hubungan sekolah dengan masyarakat.
2. Mampu membina kepala sekolah dalam administrasi kurikulum, peserta didik, ketenagan, sarana dan
prasarana, keuangan, bimbingan dan konseling serta hubungan sekolah dengan masyarakat.
3. Mampu memahami konsep manajemen peningkatan mutu berbasis sekolah, tujuan, prinsip,
karakteristik dan implementasinya.
4. Mampu membina kepala sekolah dalam mengelola sekolah sesuai dengan manajemen peningkatan
mutu berbasis sekolah.
E. Alokasi Waktu
No. Materi Diklat Alokasi
1. Konsep Dasar Administrasi Sekolah 1 jam
2. Bidang Garapan Administrasi Sekolah 4 jam
3. Pengelolaan Sekolah berdasarkan MPBS 2 jam
F. Skenario Diklat
1. Perkenalan
2. Penjelasan tentang dimensi kompetensi, indikator, alokasi waktu dan ske-nario pendidikan
dan pelatihan administrasi dan pengelolaan sekolah
3. Pre-test
4. Eksplorasi pemahaman peserta berkenaan dengan administrasi dan penge-lolaan sekolah
melalui pendekatan andragogi.
5. Penyampaian Materi Diklat:
a. Menggunakan pendekatan andragogi, yaitu lebih mengutamakan pengungkapan kembali
pengalaman peserta pelatihan, menganalisis, menyimpulkan, dan mengeneralisasi dalam
suasana diklat yang aktif, inovatif, kreatif, efektif, menyenangkan, dan bermakna. Peranan
pelatih lebih sebagai fasilitator.
b. Diskusi tentang indikator keberhasilan administrasi dan pengelolaan sekolah.
c. Praktik analisis kasus pembinaan administrasi dan pengelolaan sekolah.
6. Post test
7. Refleksi bersama antara peserta dengan pelatih mengenai jalannya pela-tihan
8. Penutup
BAB II
DIMENSI ADMINISTRASI SEKOLAH
Sebagai suatu sistem, sekolah terdiri atas komponen-kompenen yang saling terkait dan
saling mempengaruhi dalam mencapai tujuan. Berbagai input mulai dari siswa, guru, biaya, serta
instrumental dan environmental input lainnya harus dapat didayagunakan seefektif mungkin
dalam proses transformasi, untuk menghasilkan output berupa peserta didik yang memiliki
seperangkat nilai, sikap, pengetahuan serta keterampilan baru. Untuk menda- yagunakan semua
sumber daya tersebut, diperlukan administrasi dan penge-lolaan sekolah yang baik.
Kata ‘administrasi’ berasal dari bahasa Latin, “ad” dan ”ministrare”. Ad berarti intensif,
ministrare berarti melayani, membantu, dan memenuhi. Administrasi berarti melayani secara
intensif (Husaini Usman, 2006). Selanjutnya, Simon (1987) menafsirkan bahwa administrasi
sebagai seni untuk menyelesaikan sesuatu. Kegiatan administrasi ditekankan pada proses dan
metode untuk menjamin suatu tindakan yang tepat.
Administrasi dapat dipandang sebagai proses dan dapat pula dipandang sebagai tugas
(kewajiban). Administrasi sebagai proses sama dengan admi-nistrasi dalam arti luas.
Administrasi sebagai proses kegiatan meliputi: perencanaan, pengorganisasian,
pengarahan/kepemimpinan dan pengawasan/ pengendalian. Keempat komponen tersebut
merupakan suatu sistem yang terpadu, yakni antara satu dengan lainnya saling berkaitan secara
utuh. Artinya, perencanaan harus diorganisasikan, diarahkan, dan diawasi. Pengorganisasian
juga harus direncanakan, diarahkan, dan kemudian dikendalikan. Begitu pula pengendalian pun
harus direncanakan, diorganisasikan, dan diarahkan. Oleh karena itu administrasi sekolah
merupakan kegiatan penyediaan, pengaturan dan pendayagunaan segenap sumber daya untuk
mencapai tujuan pendidikan di sekolah secara efektif dan efisien.
Adapun bidang tugas yang harus dikelola di dalam administrasi sekolah antara lain
mencakup: (1) administrasi kurikulum dan pembelajaran (2) administrasi kesiswaan, (3)
administrasi pendidik dan tenaga kependi- dikan, (4) administrasi sarana dan prasarana
pendidikan, (5) administrasi keuangan/pembiayaan, (6) administrasi program hubungan sekolah
dengan masyarakat, (7) administrasi program bimbingan dan konseling, dan (8) administrasi
persuratan. Berikut ini akan diuraikan kedelapan bidang tugas tersebut.
A. Mata Pelajaran
1. Pendidikan Agama 3
2. Pendidikan 2
Kewarganegaraan
3. Bahasa Indonesia 5
4. Matematika 5
5. Ilmu Pengetahuan Alam 4
6. Ilmu Pengetahuan Sosial 3
7. Seni Budaya dan 4
Keterampilan
8. Pendidikan Jasmani,
4
Olahraga dan Kesehatan
B. Muatan Lokal 2
C. Pengembangan Diri 2*)
Jumlah 26 27 28 32
b. Beban Belajar
Beban belajar yang diatur pada ketentuan ini adalah beban belajar sistem paket pada
jenjang pendidikan dasar dan menengah. Sistem Paket adalah sistem penyelenggaraan program
pendidikan yang peserta didiknya diwajibkan mengikuti seluruh program pembelajaran dan
beban belajar yang sudah ditetapkan untuk setiap kelas sesuai dengan struktur kurikulum yang
berlaku pada satuan pendidikan. Beban belajar setiap mata pelajaran pada Sistem Paket
dinyatakan dalam satuan jam pembelajaran.
Beban belajar dirumuskan dalam bentuk satuan waktu yang dibutuhkan oleh peserta
didik untuk mengikuti program pembelajaran melalui sistem tatap muka, penugasan terstruktur,
dan kegiatan mandiri tidak terstruktur. Semua itu dimaksudkan untuk mencapai standar
kompetensi lulusan dengan memerhatikan tingkat perkembangan peserta didik.
Kegiatan tatap muka adalah kegiatan pembelajaran yang berupa proses interaksi antara
peserta didik dengan pendidik. Beban belajar kegiatan tatap muka per jam pembelajaran pada
masing-masing satuan pendidikan ditetapkan sebagai berikut:
1) SD/MI/SDLB berlangsung selama 35 menit;
2) SMP/MTs/SMPLB berlangsung selama 40 menit;
3) SMA/MA/SMALB/ SMK/MAK berlangsung selama 45 menit.
Beban belajar kegiatan tatap muka per minggu pada setiap satuan pendidikan adalah sebagai
berikut:
1) Jumlah jam pembelajaran tatap muka per minggu untuk SD/MI/ SDLB:
Kelas I s.d. III adalah 29 s.d. 32 jam pembelajaran;
Kelas IV s.d. VI adalah 34 jam pembelajaran.
2) Jumlah jam pembelajaran tatap muka per minggu untuk SMP/MTs/SMPLB adalah 34 jam
pembelajaran.
3) Jumlah jam pembelajaran tatap muka per minggu untuk SMA/MA/SMALB/ SMK/MAK adalah
38 s.d. 39 jam pembelajaran.
Beban belajar kegiatan tatap muka keseluruhan untuk satuan pendidikan
TK/SD/MI/SMP/MTs adalah sebagaimana tertera pada Tabel 2.4.
Tabel 2.4. Beban Belajar Kegiatan Tatap Muka Keseluruhan
untuk Satuan Pendidikan SD/MI/SMP
Permulaan tahun pelajaran adalah waktu dimulainya kegiatan pembelajaran pada awal tahun
pelajaran pada setiap satuan pendidikan.
Minggu efektif belajar adalah jumlah minggu kegiatan pembelajaran untuk setiap tahun
pelajaran pada setiap satuan pendidikan.
Waktu pembelajaran efektif adalah jumlah jam pembelajaran setiap minggu, meliputi
jumlah jam pembelajaran untuk seluruh matapelajaran termasuk muatan lokal, ditambah jumlah
jam untuk kegiatan pengembangan diri.
Waktu libur adalah waktu yang ditetapkan untuk tidak diadakan kegiatan pembelajaran
terjadwal pada satuan pendidikan yang dimaksud. Waktu libur dapat berbentuk jeda tengah
semester, jeda antar semester, libur akhir tahun pelajaran, hari libur keagamaan, hari libur umum
termasuk hari-hari besar nasional, dan hari libur khusus.
KD = Kompetensi Dasar
2. Proses Pembelajaran
Administrasi standar proses memuat administrasi:
a. Perencanaan proses pembelajaran,
b. Pelaksanaan proses pembelajaran,
c. Penilaian hasil pembelajaran
d. Pengawasan proses pembelajaran.
Bentuk
Instrumen:
dst.
Skala
0-20 tidak tepat tidak bagus tidak sesuai
21-40 kurang tepat kurang bagus kurang sesuai
41-60 Tepat Bagus sesuai
61-80 tepat sekali bagus sekali sesuai sekali
81-100 sangat tepat sangat bagus sangat sesuai
Skala
A Amat baik 76-100
B Baik 51-75
C Cukup 26-50
D Kurang 26-50
Administrasi penilaian belajar siswa berupa arsip laporan hasil belajar siswa yang
diterima setiap tiga/enam bulan sekali.
Keterangan:
PT: Program Tahunan
PS: Program semester
RPP: Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
PMH: Persiapan Mingguan/ Harian
Contoh 2.10. Instrumen Pengawasan Administrasi Kurikulum
dan Program Pembelajaran
No. Komponen Ada Tidak ada Keterangan
A AT 1. Baik
2. Cukup
3. Jelek
1. Buku/ Dokumen Kurikulum
a. Standar Isi (kerangka dasar, struktur
kurikulum)
b. Standar Proses
c. Standar Kompetensi lulusan (standar
kompetensi, kompetensi dasar)
d. Standar Penilaian
e. Panduan – panduan (Penyusunan
Silabus dan Penilaian, pembelajaran)
2. Penyusunan Program Pengajaran
a. Pemetaan Standar Kompetensi dan
Kompetensi dasar setiap Mata Pelajaran
b. Standar Ketuntasan Belajar Minimal
(SKBM)
c. Perhitungan hari belajar efektif/ kalender
pembelajaran
d. Program semester dan Tahunan
e. Silabus dan system penilaian setiap
mata pelajaran
f. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
(RPP)
g. Jadwal Pelajaran
h. Tugas siswa
i. Pengembangan diri/ Ekstrakur
j. Perbaikan dan Pengayaan
3. Buku Nilai
a. Data Siswa
b. Ulangan harian
c. Ulangan umum
d. Tugas siswa
4. Leger/ DKN
5. Kumpulan soal
a. Ulangan harian
b. Ulangan umum
6. Grafik Daya Serap/ Ketuntasan Belajar
7. Grafik pencapaian target kompetensi
8 Grafik rata-rata nilai UAN
a. Siswa Baru
b. Siswa Lulusan
9. Observasi kelas
a. Kunjungan semua guru
b. Catatan tentang guru setelah diobservasi
10. Daftar buku wajib/ alat peraga dan
referensi
B. Administrasi Kesiswaan
Tujuan administrasi kesiswaan adalah mengatur kegiaatan-kegiatan peserta didik dari mulai
masuk sampai lulus sekolah. Pengaturan kegiatan peserta didik tersebut diarahkan pada
peningkatan mutu kegiatan belajar mengajar baik intra maupun ekstrakurikuler, sehingga
memberikan kontribusi bagi pencapaian visi, misi, dan tujuan sekolah serta tujuan pendidikan
secara keseluruhan. Ruang lingkup administrasi kesiswaan meliputi:
Pengertian kehadiran seperti yang dikemukakan di atas seringkali dipertanyakan, terutama pada
saat teknologi pendidikan dan pengajaran telah berkembang pesat seperti sekarang ini. Kalau misalnya
saja, aktivitas-aktivitas sekolah dapat dipancarkan melalui TV dan bisa sampai ke rumah, apakah
kehadiran peserta didik secara fisik di sekolah masih dipandang mutlak?
Jika pendidikan atau pengajaran dipandang sebagai sekedar penyampaian pengetahuan,
sedangkan para peserta didik dapat menyerap pesan-pesan pendidikan melalui layar kacanya di rumah,
ketidakhadiran peserta didik di sekolah secara fisik mungkin tidak menjadi persoalan. Sebaliknya, jika
pendidikan bukan sekadar penyerapan ilmu pengetahuan, melainkan lebih jauh membutuhkan
keterlibatan aktif secara fisik dan mental dalam prosesnya, maka kehadiran secara fisik di sekolah tetap
penting apapun alasannya, dan bagaimanapun canggihnya teknologi yang dipergunakan. Pendidikan
telah lama dipandang sebagai suatu aktivitas yang harus melibatkan peserta didik secara aktif, dan tidak
sekedar sebagai penyampaian informasi belaka.
Disiplin sangat penting artinya bagi peserta didik. Karena itu, ia harus ditanamkan secara terus-
menerus kepada peserta didik. Jika disiplin ditanamkan secara terus menerus, maka disiplin tersebut
akan menjadi kebiasaan bagi peserta didik. Orang-orang yang berhasil dalam bidangnya masing-masing
umumnya mempunyai kedisiplinan yang tinggi. Sebaliknya orang yang gagal, umumnya tidak disiplin.
Apa yang dimaksud dengan disiplin? Banyak para ahli yang memberikan pengertian sesuai dengan
sudut pandang mereka. The Liang Gie (1972) memberikan pengertian disiplin sebagai berikut:
“Disiplin adalah suatu keadaan tertib di mana orang-orang yang tergabung dalam suatu organisasi
tunduk pada peraturan-peraturan yang telah ada dengan rasa senang hati”.
2. Prasarana
Adapun prasarana pendidikan di sekolah bisa diklasifikasikan menjadi dua macam, yaitu:
a. Prasarana pendidikan yang secara langsung digunakan untuk proses belajar mengajar, seperti
ruang teori, ruang perpustakaan, ruang praktik keterampilan, dan ruang laboratorium.
b. Prasarana sekolah yang keberadaannya tidak digunakan untuk proses belajar mengajar, tetapi
secara langsung sangat menunjang terjadinya proses belajar mengajar, misalnya ruang kantor,
kantin sekolah, tanah dan jalan menuju sekolah, kamar kecil, ruang usaha kesehatan sekolah,
ruang guru, ruang kepala sekolah, dan tempat parkir kendaraan.
Proses administrasi sarana prasarna meliputi 5 hal, yaitu: (1) penentuan kebutuhan, (2)
pengadaan, (3) pemakaian, (4) pengurusan dan pencatatan, (5) pertanggungjawaban. Untuk lebih
jelasnya, perhatikan gambar berikut.
Penentuan Kebutuhan
Pertanggungjawaban Pengadaan
4. Perpustakaan
Perpustakaan merupakan jantungnya sebuah sekolah. Suatu sekolah bisa berkualitas apabila
sekolah tersebut dapat menyediakan, mengelola dan memanfaatkan perpustakaan secara efektif.
Perpustakaan adalah tempat menyediakan buku-buku bacaan, penunjang, dan referensi lain baik
berbentuk cetak maupun elektronik (books or nonbooks materials) yang mendukung tercapainya tujuan
pendidikan. Selain itu, perpustakaan juga merupakan tempat kegiatan siswa belajar (membaca buku
atau referensi lain dan atau memperhati tayangan melalui media pembelajaran lainnya yang disediakan
sehingga membantu keefektifan kegiatan belajar mengajar. Untuk itu, di sekolah wajib diselenggarakan
perpustakaan. Untuk membantu penyelenggaraan perpustakaan yang efektif maka perlu diadakan
administrasi perpustakaan, yaitu:
a. Pengelola
b. Ruang Perpustakaan
c. Program Kerja
d. Perlengkapan, seperti:
1) Kartu Anggota Perpustakaan
2) Kartu Peminjam
3) Kartu Katalog
4) Katalog Buku/non-buku (media elektronik)
E. Administrasi Pembiayaan
Standar pembiayaan adalah standar yang mengatur komponen dan besarnya biaya operasi satuan
pendidikan yang berlaku selama satu tahun. (PPRI No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional
Pendidikan, Pasal 1 ayat 10). Pembiayaan pendidikan terdiri atas:
1. Biaya investasi
2. Biaya operasi
3. Biaya personal.
Pelaksanaan ketiga hal di atas di atas diperlukan adanya proses merencanakan,
mengorganisasikan, mengarahkan, mengkoordinasikan, mengawasi, dan melaporkan kegiatan
bidang keuangan agar tujuan sekolah dapat tercapai secara efektif dan efisien.
1. Perencanaan
Beberapa hal yang perlu mendapat perhatian dalam menyusun rencana keuangan sekolah
sebagai berikut.
1) Perencanaan harus realistis
Perencanaan harus mampu menilai bahwa alternatif yang dipilih sesuai dengan kemampuan
sarana/fasilitas, daya/ tenaga, dana, maupu waktu.
2) Perlunya koordinasi dalam perencanaan
Perencanaan harus mampu memperhatikan cakupan dan sarana/ volume kegiatan sekolah
yang kompleks.
3) Perencanaan harus berdasarkan pengalaman, pengetahuan, dan intuisi.
Pengalaman, pengetahuan, dan intuisi, mampu menganalisa berbagai kemungkinan yang
terbaik dalam menyususn perencanaan.
4) Perencanaan harus fleksible (luwes).
Perencanaan mampu menyesuaikan dengan segala kemungkinan yang tidak diperhatikan
sebelumnya tanpa harus membuat revisi.
5) Perencanaan yang didasarkan penelitian
Perencanaan yang berkualitas perlu didukung suatu data yang lengkap dan akurat melalui
suatu penelitian.
6) Perencanaan sesuai dengan tujuan.
Perencanaan yang baik akan menentukan mutu kegiatan-kegiatan yang diselenggarakan.
Jumlah
........................
Kepala Sekolah
........................
NIP.
3. Pelaksanaan
Pelaksanaan administrasi keuangan terdiri dari hal-hal sebagai berikut.
1. Pengurusan Keuangan. Hal-hal yang berkenaan dengan pengurusan keuangan adalah:
a. SK Bendaharawan Sekolah.
b. Bendaharawan bukan Guru atau Kepala Tata Usaha.
c. Penunjukkan Bendaharawan memenuhi persyaratan.
d. Pemeriksaan keuangan oleh Kepala Sekolah
e. Pemisahan antara bendaharawan:
- Rutin
- OPF
- SPP – DPP – Komite Sekolah
- BOS, BIS, BOM
- Sanggar PKG/LKG
2. Kelengkapan Tata Usaha keuangan sekolah, meliputi:
a. Daftar Gaji.
b. Daftar lembur dan atau daftar honorarium.
c. Buku Kas Tabelaris, Buku Kas dan Buku Kas Pembantu
d. Tempat penyimpanan uang, kertas berharga dan tanda bukti pengeluaran
e. Brand Kas
3. Pencatatan Keuangan. Pencatatan keuangan terdiri dari:
a. Pengerjaan pembukuan kas umum/tabelaris sesuai dengan peraturan yang berlaku.
b. Penerimaan SPMU otorisasi rutin, dibukukan pada buku register SPMU, sedangkan
penerimaan OPF dalam buku tersendiri.
c. Penerimaan dan penyetoran SPP dibukukan sesuai dengan peraturan yang berlaku (tanda
bukti setoran).
d. Penerimaan dan penggunaan DPP dibukukan sesuai dengan peraturan yang berlaku.
e. Penerimaan dan penyetoran PPh dan PPn dibukukan pada buku kas umum/tabelaris
f. Penerimaan dan penggunaan dana bantuan pemerintah setempat atau dari Komite Sekolah
dibukukan dalam buku kas khusus.
g. Telah dibuat berita acara penutupan kas pada saat penutupan buku kas setiap tiga bulan
(inspeksi mendadak minimal tiga bulan sekali)
h. Tanda bukti pengeluaran (surat pertanggungan jawab disampaikan ke KPKN, tidak melewati
tanggal 10 bulan berikutnya)
i. Laporan penggunaan keuangan menurut sumbernya kepada atasan yang bersangkutan
j. Peringatan/teguran tertulis kepada Bendaharawan apabila ada penggunaan uang yang tidak
sesuai dengan tanda bukti yang ada dan penggunaan diluar rencana.
k. Perlu diperhatikan/diteliti ada tidaknya tunggakan untuk pembayaran listrik, telepon, air, atau
gas pada sekolah yang bersangkutan.
4. Pengawasan
Pengawasan adalah usaha untuk mencegah terjadinya penyimpangan dari aturan, prosedur
atau ketentuan Dengan pengawasan (controlling) diharapkan penyimpangan yang mungkin terjadi
dapat ditekan sehingga kerugian dapat dihindari. Pengawasan dapat ditempuh melalui:
a. Pemeriksaan Kas
Pemeriksaan adalah suatu proses sistematis untuk memperoleh bukti secara objektif tentang
pernyataan-pernyataan berbagai kejadian/kegiatan sekolah dengan tujuan untuk menetapakan
tingkat kesesuaian antara pernyataan-pernyatan tersebut dengan kriteria yang telah ditetapkan,
dan penyampaian hasil-hasilnya kepada yang berkepentingan.
Prosedur pemeriksaan kas yang biasa dilakukan oleh pembiasa sebagai berikut :
a) Dilakukan dengan tiba-tiba
b) Bendaharawan wajib mengeluarkan uang yang dikuasainya dalam lingkup tanggung jawab
atasnya
c) Adakah bukti-bukti pembayaran yang belum dibukukan
d) Adakah surat-surat berharga
e) Bendahawan harus membuat surat pernyataan dengan bentuk yang sudah dibakukan
f) Adakah bukti-bukti pengeluaran yang belum disahkan oleh kepala sekolah
g) Sisa kas harus sama dengan sisa dibuku khas umum. Sisa kas terdiri dari (uang kertas, uang
logam) saldo bank, surat berharga.
h) Setelah selesai pemeriksaan kas, maka perlu dibuat register penutupan kas
i) Selanjutnya BKU ditutup dan ditandatangani oleh bendaharaawan dan kepala sekolah
j) Buat Berita Acara Pemeriksaan kas dengan format yang telah dibakukan
k) Penyampaian Berita Acara pemeriksaan kas
2. Tujuan Humas
a) Meningkatkan partisipasi, dukungan, dan bantuan secara konkret dari masyarakat baik berupa
tenaga, sarana prasaran maupun dana demi kelancaran dan tercapainya tujuan pendidikan.
b) Menimbulkan dan membangkitkan rasa tanggung jawab yang lebih besar pada masyarakat
terhadap kelangsungan program pendidikan di sekolah secara efektif dan efisien.
c) Mengikutsertakan masyarakat dalam memecahkan permasalahan yang dihadapi sekolah.
d) Menegakkan dan mengembangkan suatu citra yang menguntungkan (favorable image) bagi
sekolah terhadap para stakeholdernya dengan sasaran yang terkait, yaitu piblik internal dan
publik eksternal.
e) Membuka kesempatan yang lebih luas kepada para pemakai produk/lulusan dan pihak-pihak
yang terkait untuk partisipasi dalam meningkatkan mutu pendidikan.
3. Prinsip-prinsip Humas
Prinsip-prinsip humas menurut Fasli Jalal dan Dedy Supriyadi (2001) disingkat TEAM WORK.
a) T = Together (bersama-sama), antara anggota yang satu dengan anggota yang lainnya bisa
bekerja sama dalam organisasi agar dapat mencapai tujuan orgaisasi secara efektif dan
efisien.
b) E = Emphaty (pandai merasakan perasaan orang lain), menjaga perasaan orang lain dengan
selalu menghargai pendapat dan hasil kerja orang lain. Menjaga untuk tidak membuat
orang lain tersinggung.
c) A = Assist (saling membantu), ringan tangan untuk membantu pekerjaan orang lain dalam
organisasi sehingga dapat nmenghindarkan persaingan negatif.
d) M = Maturity (saling penuh kedewasaan), dewasa dalam menghadapi permasalahan,
bisa mengendalikan diri dari emosi sehingga dapat mengatasi masalah secara baik dan
menguntungkan bersama.
e) W = Willingness (saling mematuhi), menjunjung keputusan bersama dengan mematuhi
aturan-aturan sebagai hasil kesepakatan bersama.
f) O = Organization (saling teratur), bekerja sesuai dengan aturan main yang ada dalam
organisasi dan sesuai dengan tugas serta kewajiban masing-masing anggota.
g) R = Respect (saling menghormati), menghormati antara satu dengan yang lainnya,
menghormati dari yang muda dengan yang lebih tua begitu sebaliknya, dari yang lebih
tua dengan yang lebih muda sehingga bisa menjaga kekompakan kerja.
h) K = Kindness (saling berbaik hati), bersabar, menyikapi orang lain secara baik.
4. Fungsi Humas
Menurut Edward L. Bernay, dalam (Ruslan, 2006) terdapat tiga fungsi utama humas (public
relation) yaitu:
a) memberikan penerangan kepada masyarakat.
b) melakukan persuasi untuk mengubah sikap dan perbuatan masyarakat secara langsung.
c) berupaya untuk mengintegrasikan sikap dan perbuatan suatu badan/lembaga sesuai dengan
sikap dan perbuatan masyarakat atau sebaliknya.
Selanjutnya, fungsi humas menurut pakar humas Internasional, Cutlip & Centre, and
Canfield (1982) dirumuskan sebagai berikut.
a) Menunjang aktivitas utama manajemen dalam mencapai tujuan bersama.
b) Membina hubungan yang harmonis antara badan/organisasi dengan publiknya yang
merupakan khalayak sasran.
c) Mengidentifikasi segala sesuatu yang berkaitan dengan opini, persepsi, dan tanggapan
masyarakat terhadap badan/ organisasi yang diwakilinya, atau sebaliknya.
d) Melayani keinginan publiknya dan memberikan sumbang saran kepada pimpinan demi tujuan
dan manfaat bersama.
e) Menciptakan komunikasi dua arah timbal balik, dan mengatur informasi, publikasi serta pesan
dari badan/ organisasi ke publiknya, demi tercapainya citra positif bagi kedua belah pihak.
Dua pendapat tentang fungsi humas di atas dapat disimpulkan sebagai berikut.
a) Agen pembaharuan
b) Wadah kerja sama
c) Penyalur aspirasi
d) Pemberi informasi.
5. Pelaksanaan Humas
Aktivitas, program, tujuan (goal) hingga pada sasaran yang hendak dicapai oleh organisasi/ instansi
tidak terlepas dari dukungan masyarakat. Berikut adalah beberapa hal yang termasuk pada
pelaksanaan humas.
a) Mengundang komite sekolah untuk membantu pemecahan permasalahan sekolah.
b) Memberdayakan sumber daya pendidikan yang ada di masyarakat yang meliputi:
(1) Sumber daya lingkungan
(a) kebun percobaan pertanian/ kehutanan
(b) kolam ikan
(c) daerah perkebunan/reboisasi
(d) perpustakaan
(2) Sumber daya manusia
(a) dokter
(b) guru tari
(c) polisi
(d) dll.
c) Berperan serta secara aktif dalam semua kegiatan masyarakat yang mendukung program
sekolah.
Contoh: bakti sosial, menghadiri undangan, berbela sungkawa, dan sebagainya.
d) Melaksanakan perubahan ke arah yang lebih baik, misalnya: budaya belajar, budaya disiplin,
budaya sopan santun, dan pelaksanaan perintah.
Selanjutnya, secara singkat dapat disimpulkan bahwa administrasi hubungan sekolah dengan
masyarakat meliputu hal-hal berikut.
1) Hubungan kerja sama sekolah dengan orang tua dan Komite Sekolah.
2) Hubungan sekolah dengan lembaga lain.
3) Partisipasi sekolah dalam kegiatan masyarakat.
2) Menyusun Surat.
Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam menyusun surat, yaitu:
Syarat Surat
a) Objektif
b) Sistematis
c) Singkat, tidak bertele-tele
d) Jelas masalahnya, alamat tujuan dan alamat pengirim
e) Lengkap isinya
f) Sopan
g) Wujud fisik yang menarik (kualitas kertas, bentuk surat, ketikan dan sebagainya)
Bahasa Surat:
a) Menggunakan bahasa yang komunikatif, dapat dimengerti artinya oleh penulis surat.
b) Bahasa baku/ resmi, yakni sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia.
Bagian Surat:
Kepala surat
Tanggal Suar
Nomor Surat
Perihal
Alamat dalam
Salam pembuka
Isi surat
Salam penutup
Nama Jabatan (penutup surat)
Inisial
Tembusan
Bentuk Surat:
1) Resmi/Official Style
2) Lurus Penuh/ Full Block Style
3) Lurus/ Block Style/ Modified Block Style
4) Setengah Lurus/ Semi Block Stye
5) Sederhana/ Simplified Style
6) Lekuk/ Idented Style
7) Alinea menggantung/ hanging paragraf
8) Lurus dengan perihal atau ” Pokok Surat/ Subject Notice.
3) Pengurusan Surat
Pengurusan surat meliputi: mencatat, mengarahkan, dan mengendalikan surat baik surat masuk
maupun surat keluar.
a) Pengurusan Surat Masuk
Urusan kerja pengurusan surat masuk, yaitu: menerima surat masuk dan mengecek kebenaran
alamatnya, membubuhkan tanda tangan/ paraf pada buku ekspedisi pengantar surat,
kemudian memilih surat untuk memisahkan surat dinas dan surat pribadi, memilih surat dinas
atas dasar rahasia (tertutup) dengan tidak rahasia (terbuka).
Pengurusan surat masuk dibagi menjadi tiga, yaitu:
(1) Pengurusan surat masuk biasa (rutin)
Pengurusan surat biasa tidak menggunakan kartu sebagai sarana pencatat surat,
melainkan menggunakan lembar pengantar surat rutin. Setiap surat yang diterima oleh
satuan kerja yang menangani surat menyurat dan kearsipan dikelompokkan berdasarkan
instansi atau satuan kerja asal surat. Selanjutnya, masing-masing kelompok surat dicatat
pada lembar pengantar surat berdasarkan satuan kerja pengolah surat yang
bersangkutan.
(2) Pengurusan surat masuk penting
Surat diidentifikasi sebagai surat penting apabila:
Surat terlambat sampai di unit pengolah sehingga dapat berakibat terganggunya
kelancaran pekerjaan;
Surat hilang/ terlambat sampai di unit pengolah sehingga dapat menimbulkan
kerugian;
Surat memerlukan tidak lanjut;
Surat mempengaruhi kelanjutan hidup organisasi yang bersangkutan.
Surat hilang sehingga sulit memperoleh informasi tentang surat tersebut di tempat
lain.
BAB III
PENGELOLAAN SEKOLAH MELALUI MBS
Pengelolaan sekolah yang dibahas dalam bab ini difokuskan pada pengelolaan berbasis
sekolah atau lebih populer dengan istilah manajemen berbasis sekolah (MBS). Bab ini akan
memuat tentang (a) pengertian MBS, tujuan, prinsip-prinsip dan karakteristik MBS, dan (b)
Kemampuan Pengawas dalam MBS
2. Tujuan MBS
Tujuan umum MBS bertujuan untuk memandirikan atau memberdayakan sekolah melalui
pemberian kewenangan (otonomi) kepada sekolah, pemberian fleksibilitas yang lebih besar kepada
sekolah untuk mengelola sumberdaya sekolah, dan mendorong partisipasi warga sekolah dan
masyarakat untuk meningkatkan mutu pendidikan.
Tujuan khusus MBS untuk meningkatkan:
a. Kinerja sekolah (mutu, relevansi, efisiensi, efektivitas, inovasi, dan produktivitas sekolah)
melalui kemandirian dan inisiatif sekolah,
b. Transformasi proses belajar mengajar secara optimal,
c. Peningkatkan motivasi kepala sekolah untuk lebih bertanggung jawab terhadap mutu
peserta didik,
d. Tanggung jawab sekolah kepada stakeholders,
e. Tanggung jawab baru bagi pelaku MBS,
f. Kepedulian warga sekolah dan masyarakat dalam penyelenggaraan pendidikan,
g. Kompetensi sehat antar sekolah,
h. Efisiensi dan efektivitas sekolah,
i. Usaha mendesentralisasi manajemen pendidikan, dan
j. Pemberdayaan sarana dan prasarana sekolah yang ada sesuai kebutuhan peserta didik.
3. Karakteristik MBS
MBS memiliki karakteristik yang harus dipahami oleh sekolah yang menerapkan. Karakteristik MBS
didasarkan atas input, proses, dan output.
b. Proses Pendidikan
Proses ialah berubahnya sesuatu (input) menjadi sesuatu yang lain (output). Di tingkat sekolah,
proses meliputi pelaksanaan administrasi dalam arti proses (fungsi) dan administrasi dalam arti sempit.
Sekolah yang efektif memiliki:
1) PBM yang efektivitasnya tinggi;
2) Kepemimpinan sekolah yang kuat;
3) Lingkungan sekolah yang aman dan tertib;
4) Penggelolaan tenaga pendidik dan kependidikan yang efektif;
5) Memiliki budaya mutu;
6) Memiliki tim kerja yang kompak, cerdas, dan dinamis;
7) Memiliki kewenangan (kemandirian);
8) Partisipasi stakeholder tinggi;
9) Memiliki keterbukaan manajemen;
10) Memiliki kemauan dan kemampuan untuk berubah (psikologis dan fisik);
11) Melakukan evaluasi dan perbaikan secara berkelanjutan;
12) Responsif dan antisipatif terhadap kebutuhan;
13) Komunikasi yang baik;
14) Memiliki akuntabilitas; dan
15) Sekolah memiliki sustainabilitas (keberlangsungan hidup).
c. Input Pendidikan
Input adalah sesuatu yang harus tersedia untuk berlangsungnya proses. Input juga disebut
sesuatu yang berpengaruh terhadap proses. Input merupakan prasyarat proses. Input terbagi empat
yaitu input SDM, input sumberdaya, input manajemen, dan input harapan.
Input SDM meliputi: kepala sekolah, guru, pengawas, staf TU, dan siswa. Input sumberdaya
lainnya meliputi: peralatan, perlengkapan, uang, dan bahan). Input perangkat (manajemen) meliputi:
struktur organisasi, peraturan perundang-undangan, deskripsi tugas, kurikulum, rencana, dan program.
Input harapan meliputi: visi, misi, strategi, tujuan, dan sasaran sekolah.
Input pendidikan meliputi: (1) memiliki kebijakan, tujuan, dan sasaran mutu yang jelas; (2)
sumberdaya tersedia dan siap, (3) staf yang kompeten dan berdekasi tinggi; (4) memiliki harapan
prestasi yang tinggi, (5) fokus pada pelanggan (khususnya siswa), dan (6) manajemen (Depdiknas, 2002).
Tinggi rendahnya mutu input tergantung kesiapan input. Makin tinggi kesiapan input, makin
tinggi pula mutu input. Kesiapan input sangat diperlukan agar proses berjalan dengan baik. Proses
bermutu tinggi bila pengkoordinasian, penyerasian input harmonis sehingga mampu menciptakan
situasi belajar yang menyenangkan, mampu mendorong motivasi belajar, dan benar-benar
memberdayakan siswa. Memberdayakaan siswa mengandung makna siswa menguasai ipteks yang
diajarkan, menghayati, mengamalkan, dan mampu belajar cara belajar (mampu mengembangkan
dirinya). Output bermutu tinggi bila sekolah menghasilkan prestasi akademik dan nonakademik siswa,
dan prestasi lainnya seperti yang telah diungkapkan di atas.
4. Prinsip-Prinsip MBS
Prinsip-prinsip yang perlu diperhatikan dalam melaksanakan MBS adalah sebagai berikut.
a. Pendidikan yang efektif melibatkan semua pihak yang terkait.
b. Sekolah adalah unit terpenting bagi pendidikan yang efektif.
c. Segala keputusan sekolah dibuat oleh pihak-pihak yang benar-benar mengerti tentang sekolah
termasuk seluruh warganya.
d. Guru-guru harus membantu dalam pembuatan keputusan program pendidikan dan kurikulum.
e. Sekolah memiliki kemandiria dalam membuat keputusan pengalokasian dana, dan
f. Perubahan akan bertahan lebih lama apabila melibatkan stakeholder.
Depdiknas. 2003. Pedoman Administrasi Sekolah Dasar. Jakarta: Direktorat Pendidikan TK dan SD
Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah.
Depdiknas. 2002. Pedoman Administrasi Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama. Jakarta: Direktorat
Pendidikan Lanjutan Pertama Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah.
Depdikbud. 1997. Petunjuk Administrasi Sekolah Menengah Umum. Jakarta: Direktorat Sarana
Pendidikan Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah.
Depdikbud. 1994. Petunjuk Pelaksanaan Supervisi di Sekolah. Jakarta : Direktorat Pendidikan Menengah
Umum. Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah.
PPRI No.19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan. Jakarta : Depdiknas.
Permendiknas Nomor 19 tahun 2007 tentang Standar Pengelolaan Pendidikan oleh Satuan Pendidikan
Dasar dan Menengah, Jakarta: Depdiknas.