Anda di halaman 1dari 17

PROGRAM BERMAIN MEWARNAI GAMBAR

DI RUANG PERAWATAN ANAK LANTAI 1


RSUP Dr. KARIADI SEMARANG

Dosen Pembimbing : Ns. Elsa Naviati, M.Kep., Sp.Kep.An.


Pembimbing Klinik : Ns. Ubaidillah, S.Kep.

Oleh :
Izumi Ony Kusuma
22020116210012

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS XXVIII


DEPARTEMEN ILMU KEPERAWATAN
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS DIPONEGORO
2016
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Hospitalisasi merupakan proses karena suatu alasan yang berencana atau darurat
mengharuskan anak untuk tinggal di rumah sakit menjalani terapi dan perawatan sampai
pemulangan kembali ke rumah (Supartini, 2004). Hospitalisasi adalah suatu keadaan
krisis pada anak, saat anak sakit dan dirawat di rumah sakit sehingga anak harus
beradaptasi dengan lingkungan rumah sakit. (Wong, 2000). Hospitalisasi merupakan
perawatan yang dilakukan di rumah sakit dan dapat menimbulkan trauma dan stres pada
anak. Anak akan mengalami masa sulit karena tidak dapat melakukan kebiasaan seperti
biasanya. Lingkungan dan orang-orang asing, perawatan dan berbagai prosedur yang
dijalani oleh anak merupakan sumber utama cemas, terutama untuk anak yang pertama
kali dirawat di rumah sakit (Nelson, 2000).
Salah satu intervensi keperawatan dalam mengatasi dampak hospitalisasi anak
adalah dengan memberikan terapi bermain. Bermain merupakan aktivitas menyenangkan
bagi anak dan salah satu alat paling penting untuk menatalaksanakan kecemasan akibat
hospitalisasi. Bermain sangat penting bagi mental, emosional dan kesejahteraan anak.
Kebutuhan bermain tidak juga terhenti pada saat anak sakit atau dirawat anak di rumah
sakit (Wong, 2008). Tujuan menerapkan terapi bermain pada anak di rumah sakit adalah
agar anak dapat melanjutkan tumbuh kembang yang normal selama perawatan, agar dapat
mengekspresikan pikiran anak, agar anak dapat mengembangkan kreatifitas melalui
pengalaman bermain yang tepat dan agar anak dapat beradaptasi secara efektif dengan
lingkungan yang baru yaitu rumah sakit sehingga kecemasan anak karena hospitalisasi
dapat berkurang (Adriana, 2011). Selain itu, terapi bermain akan mengurangi perasaan
takut, cemas, sedih, tegang dan nyeri. Anak akan dapat mangalihkan rasa sakitnya pada
permainan (distraksi) dan relaksasi melalui kesenangannya dalam bermain. Akibat adanya
distraksi dan relaksasi yang terjadi, anak yang mengalami cemas akhirnya menjadi tidak
cemas lagi (Supartini, 2004).
Prinsip permainan selama di RS yaitu tidak membutuhkan banyak energi,
waktunya singkat, mudah dilakukan, aman, sesuai kelompok umur, melibatkan orang
tua, dan tentunya tidak bertentangan dengan terapi. Pemilihan jenis permainan harus
disesuaikan dengan usia anak. Pada anak-anak yang belum dapat mengekspresikan
perasaan dan pikiran mereka misalnya anak usia prasekolah (3-6 tahun) permainan
menggambar, mewarnai atau melukis merupakan permainan yang sesuai (Supartini,
2004). Mewarnai memberikan kesempatan pada anak untuk bebas berekspresi dan sangat
therapeutic, membuat anak mengekspresikan perasaannya, sebagai cara berkomunikasi
tanpa menggunakan kata (Suparto, 2003). Warna juga merupakan media terapi untuk
membaca emosi seseorang dan dapat meringankan stress pada anak (Farida, 2009).
Menggambar atau mewarnai gambar juga dapat memberikan rasa senang dan anak masih
tetap dapat melanjutkan perkembangan kemampuan motorik halus dengan menggambar
meskipun sedang menjalani perawatan di rumah sakit.

B. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Setelah dilakukan terapi bermain diharakapkan anak dapat beradaptasi dengan
lingkungan sekitar dan kebutuhan bermainnya dapat terpernuhi sesuai tumbuh
kembangnya.
2. Tujuan Khusus
a. Mengurangi kecemasan, ketakutan dan trauma selama hospitalisasi
b. Meningkatkan perasaan senang dan nyaman anak selama hospitalisasi
c. Memenuhi kebutuhan rekreasi anak yang belum terpenuhi selama hospitalisasi
d. Mengembangkan motorik halus, motorik kasar dan sensori anak
e. Mengembangkan kreativitas anak
f. Mempererat hubungan antara perawat dan anak

C. SASARAN
Pasien anak usia prasekolah (3-6 tahun) di Ruang Perawatan Anak Lantai 1 RSUP Dr.
Kariadi Semarang.
BAB II
DESKRIPSI KASUS

A. KARAKTERISTIK SASARAN
1. Kriteria inklusi :
a. Anak yang kooperatif
b. Anak yang tidak menangis
c. Anak dengan mobilisasi secara aktif
d. Anak dalam keadaan sadar penuh
e. Anak dengan usia prasekolah (3-6 tahun)
2. Kriteria eksklusi :
a. Anak yang tidak diijinkan orang tua mengikuti terapi bermain
b. Anak yang akan menjalani kemoterapi atau tindakan medis lain

B. ANALISA KASUS
Berdasarkan hasil observasi selama praktik di ruangan, sebagian besar anak
merasa takut dan bosan selama menjalani perawatan di rumah sakit. Anak terlihat
cemas dan rewel saat dilakukan tindakan keperawatan. Hal tersebut dapat
memberikan dampak negatif bagi anak dalam masa penyembuhannya, anak menjadi
tidak kooperatif dan akhirnya mempengaruhi lama perawatan. Oleh karena itu,
perawat perlu melakukan terapi bermain untuk mengurangi kecemasan dan kebosanan
selama hospitalisasi

C. PRINSIP BERMAIN MENURUT TEORI (SESUAI KARAKTER SASARAN)


1. Permainan tidak boleh bertentangan dengan terapi yang sedang dijalankan anak.
2. Permainan yang tidak membutuhkan banyak energi, singkat, dan sederhana.
3. Permainan harus mempertimbangkan keamanan anak.
4. Permainan harus melibatkan kelompok umur yang sama.
5. Melibatkan orang tua.
D. KARAKTERISTIK PERMAINAN MENURUT TEORI (SESUAI KARAKTER
SASARAN)
1. Anak preschool (>3 tahun sampai 6 tahun)
Anak usia prasekolah mempunyai kemampuan motorik kasar dan halus yang
lebih matang dari pada anak usia toddler. Anak sudah lebih aktif, kreatif dan
imajinatif serta kemampuan berbicara dan berhubungan social dengan temannya
semakin meningkat.
Jenis permainan yang sesuai adalah “associative play, dramatic play dan skill
play”. Anak akan melakukan permainan bersama-sama dengan temannya dengan
komunikasi yang sesuai dengan kemampuan bahasanya. Anak juga sudah mampu
memainkan peran orang tua tertentu yang diidentifikasinya, seperti ayah, ibu dan
bapak atau ibu gurunya. Permainan yang menggunakan kemampuan motorik (skill
paly) banyak dipilih anak usia prasekolah.
2. Jenis permainan berdasarkan isi permainan
a. Social affective play
Inti permainan ini adalah adanya hubungan interpersonal yang
menyenangkan antara anak dan orang lain. Misalnya, permainan yang biasa
dilakukan adalah “cilukba”, berbicara sambil tersenyum dan tertawa. Anak
akan mencoba berespons terhadap tingkah laku orang tuanya misalnya
dengan tersenyum, tertawa, dan berbicara.
b. Sense of pleasure play
Permainan ini menggunakan alat yang dapat menimbulkan rasa
senang pada anak dan biasanya mengasyikkan. Misalnya, dengan
menggunakan pasir, anak akan membuat gunung-gunungan atau benda-
benda apa saja yang dapat dibentuknya dengan pasir. Bisa juga dengan
menggunakan air anak akan melakukan macam-macam permainan,
misalnya memindah-mindahkan air ke botol, bak, atau tempat lain. Ciri
khas permainan ini adalah anak akan semakin asyik bersentuhan dengan
alat permainan ini dan dengan permainan yang dilakukannya sehingga
susah dihentikan
c. Skill play
Permainan ini akan meningkatkan ketrampilan anak, khususnya
motorik kasar dan halus. Misalnya, anak akan terampil naik sepeda. Jadi,
keterampilan tersebut diperoleh melalui pengulangan kegiatan permainan
yang dilakukan. Semakin sering melakukan latihan, anak akan semakin
terampil.
d. Games atau permainan
Games atau permainan adalah jenis permainan yang menggunakan
alat tertentu yang menggunakan perhitungan atau skor. Permainan ini bisa
dilakukan oleh anak sendiri atau dengan temannya. Banyak sekali jenis
permainan ini mulai dari yang sifatnya tradisional maupun yang modern
misalnya, ular tangga, congklak, puzzle, dan lain-lain.
e. Unoccupied behaviour
Pada saat tertentu, anak sering terlihat mondar-mandir, tersenyum,
tertawa, jinjit-jinjit, bungkuk-bungkuk, memainkan kursi, meja, atau apa
saja yang ada di sekelilingnya. Jadi, sebenarnya anak tidak memainkan alat
permainan tertentu, dan situasi atau obyek yang ada di sekelilingnya yang
di gunakannya sebagai alat permainan. Anak tampak senang, gembira, dan
asyik dengan situasi serta lingkungannya tersebut .
f. Dramatic play
Permainan ini anak memainkan peran sebagai orang lain melalui
permainannya. Anak berceloteh sambil berpakaian meniru orang dewasa,
misalnya ibu guru, ibunya, ayahnya, kakaknya, dan sebagainya yang ingin
ia tiru. Apabila anak bermain dengan temannya, akan terjadi percakapan di
antara mereka tentang peran orang yang mereka tiru. Permainan ini penting
untuk proses identifikasi anak terhadap peran tertentu .
3. Jenis permainan berdasarkan karakter social
a. Onlooker play
Pada jenis permainan ini, anak hanya mengamati temannya yang
sedang bermain, tanpa ada inisiatif untuk ikut berpartisipasi dalam
permainan. Jadi, anak tersebut bersifat pasif, tetapi ada proses pengamatan
terhadap permainan yang sedang dilakukan temannya.
b. Solitary play
Pada permainan ini, anak tampak berada dalam kelompok permainan,
tetapi anak bermain sendiri dengan alat permainan yang dimilikinya, dan
alat permainan tersebut berbeda dengan alat permainan yang digunakan
temannya, tidak ada kerja sama, ataupun komunikasi dengan teman
sepermainannya.
c. Parallel play
Pada permainan ini, anak dapat menggunakan alat permainan yang
sama, tetapi antara satu anak dengan anak lainnya tidak terjadi kontak satu
sama lain sehingga antara anak satu dengan anak lain tidak ada sosialisasi
satu sama lain. Biasanya permainan ini dilakukan oleh anak usia toddler.
d. Associative play
Pada permainan ini sudah terjadi komunikasi antara satu anak dengan
anak lain, tetapi tidak terorganisasi, tidak ada pemimpin atau yang
memimpin permainan, dan tujuan permainan tidak jelas. Contoh permainan
jenis ini adalah bermain boneka, bermain hujan-hujanan dan bermain
masak-masakan.
e. Cooperative play
Aturan permainan dalam kelompok tampak lebih jelas pada
permainan jenis ini, juga tujuan dan pemimpin permainan. Anak yang
memimpin permainan mengatur dan mengarahkan anggotanya untuk
bertindak dalam permainan sesuai dengan tujuan yang diharapkan dalam
permainan tersebut. Misalnya, pada permainan sepak bola, ada anak yang
memimpin permainan, aturan main harus dijalankan oleh anak dan mereka
harus dapat mencapai tujuan bersama, yaitu memenangkan permainan
dengan memasukkan bola ke gawang lawan mainnya.
BAB III
METODOLOGI BERMAIN

A. JUDUL PERMAINAN
Mewarnai Gambar

B. DESKRIPSI PERMAINAN
Mewarnai gambar adalah proses memberi warna pada media yang sudah
bergambar. Mewarnai gambar merupakan salah satu terapi bermain yang dapat di
lakukan pada anak usia pra sekolah. Gambar yang digunakan untuk diwarnai adalah
gambar sederhana dengan karakteristik yang sudah dikenal pada anak usia pra
sekolah. Pada umumnya anak usia pra sekolah sudah mampu mengenal objek-objek
yang pernah dilihatnya.
Sebelum terapi bermain mewarnai gambar dimulai, anak akan diberikan
petunjuk tentang aturan permainan. Anak dapat mewarnai gambar dengan warna
sesukanya ataupun mengikuti dari contoh yang sudah disediakan oleh perawat. Jika
anak-anak kesulitan dalam mewarnai, perawat akan membantu dan memfasilitasinya.
Orang tua anak akan dilibatkan untuk membantu proses bermain.

C. TUJUAN PERMAINAN
1. Mengurangi kecemasan, ketakutan dan trauma
2. Meningkatkan perasaan senang dan nyaman anak
3. Memenuhi kebutuhan rekreasi anak
4. Mengembangkan motorik halus, motorik kasar dan sensori anak
5. Mengembangkan kreativitas anak
6. Mempererat hubungan antara perawat dan anak

D. KETERAMPILAN YANG DIPERLUKAN


1. Kreativitas
2. Konsentrasi

E. JENIS PERMAINAN
Jenis permainan yaitu skill play untuk meningkatkan ketrampilan anak dalam
mewarnai gambar.
F. ALAT YANG DIPERLUKAN
1. Gambar
2. Alat warna (pensil warna, crayon atau spidol)

G. WAKTU PELAKSANAAN
Hari/tanggal : Jumat, 23 Desember 2016
Jam : 13.00-13.30 WIB
Tempat : Ruang Bermain Anak Lt.1 RSUP Dr. Kariadi

H. PROSES BERMAIN

No Kegiatan Perawat Pasien Waktu


1 Pembukaan - Mengucapkan salam Mendengarkan, 5 menit
- Memperkenalkan diri pada memperhatikan dan
pasien menjawab
- Memvalidasi pada orang tua
apakah pernah mengikuti
program terapi bermain
2 Penjelasan - Menjelaskan tujuan Mendengarkan, 5 menit
permainan mewarnai gambar memperhatikan dan
(tujuan, kontrak - Melakukan kontrak waktu menjawab
waktu, cara) lamanya bermain
- Menjelaskan cara bermain
3 Kegiatan terapi - Membagikan alat mewarnai Menerima alat 15
bermain gambar gambar dan pasien menit
- Memotivasi peran aktif mewarnai gambar
- Memberi pujian kepada
pasien
4 Penutup - Memvalidasi perasaan pasien Pasien dan orang tua 5 menit
terhadap terapi bermain yang terlihat senang
telah dilakukan Pasien dan orang tua
- Memvalidasi respon orang mengungkapkan
tua perasaan
- Menutup dengan salam

I. HAL-HAL YANG PERLU DIWASPADAI


1. Tetesan infus macet karena akan melibatkan gerak tangan yang banyak
2. Lingkungan yang terlalu ramai atau terlalu hening akan mempengaruhi
konsentrasi anak dalam bermain
3. Ruangan yang sempit atau terlalu lebar mempengaruhi keinginan anak untuk
bermain
4. Waktu bermain harus disesuaikan dengan waktu istirahat anak. Anak yang sedang
sakit cenderung memilih untuk beristirahat daripada bermain. Tingkat konsentrasi
anak ketika bermain 10-15 menit.
5. Anak merasa jenuh atau bosan selama proses bermain
6. Anak mengeluh lelah dan tidak fokus
7. Anak tidak mau menyelesaikan proses bermain

J. ANTISIPASI MEMINIMALKAN HAMBATAN


Hambatan dapat diantisipasi dengan cara menjalin hubungan saling percaya
dengan komunikasi teraupetik antara perawat dengan anak dan keluarga. Satu hari
sebelum pelaksanaan terapi bermain, perawat sudah melakukan persiapan dan kontrak
waktu dengan anak dan orang tua terkait terapi bermain yang akan dilakukan.
Ajak orang tua atau keluarga untuk mendampingi, agar anak tidak merasa
ditinggal dan takut dengan perawat. Ajak anak untuk melakukan permainan disaat
yang tepat misalkan tidak mengajaknya di jam tidur siang karena itu akan
mengganggu mood seseorang dalam beraktivitas ketika memang dipaksakan bermain,
begitu pula dalam memberikan pengetahuan tentang permainan yang akan dilakukan,
kesalahan dalam menginformasikan akan membuat kemungkinan anak tidak mengerti
dan tidak bersemangat. Dalam waktu pelaksanaan diharapkan untuk tidak terlalu lama
karena untuk mengurangi resiko gerak tangan yang dilakukan. Saat pelaksanaan
terapi, jaga komunikasi dengan anak dan beri pujian positif atas tindakan yang telah
dilakukan serta beri semangat pada anak untuk melanjutkan permainan.

K. PENGORGANISASIAN
Keterangan :
1 1. Pasien
3 2 2. Perawat
3. Orang tua
L. KRITERIA EVALUASI
1. Evaluasi Struktual
a. Pre-planning telah disiapkan dua hari sebelum kegiatan.
b. Pre-planning terapi bermain telah disetujui oleh clinical instructor.
c. Persiapan alat, tempat, kontrak waktu sudah dilakukan satu hari sebelum
kegiatan.
2. Evaluasi Proses
a. Rencana pelaksanaan kegiatan 30 menit.
b. Terapi bermain dapat dilakukan sesuai dengan rencana.
c. Perawat melakukan terapi bermain sesuai dengan yang telah direncanakan.
d. Anak aktif dan antusias mengikuti terapi bermain.
e. Pelaksanaan terapi bermain dapat berjalan dengan lancar.
3. Evaluasi Hasil
a. Anak merasa senang dan tidak bosan
b. Anak tidak merasa cemas dan tidak takut dengan perawat
c. Anak menyelesaikan terapi bermain mewarnai gambar
BAB IV
PELAKSANAAN BERMAIN

A. Judul Terapi Bermain


Mewarnai Gambar

B. Waktu Pelaksanaan
Hari/tanggal : Jumat, 6 Januari 2017
Jam : 13.30-14.00 WIB
Tempat : Ruang Anak Lt.1 RSUP Dr. Kariadi

C. Persiapan
Perubahan pola sosial akibat hospitalisasi pada anak dapat memberikan dampak
adanya rasa cemas, khawatir dan takut pada diri anak. Salah satu intervensi yang perlu
diberikan adalah terapi bermain, selain untuk mempertahankan komunikasi antara
perawat dengan anak juga untuk menstimulasi pertumbuhan dan perkembangan anak
meskipun dalam perawatan.
Persiapan yang dilakukan yaitu pre planing kegiatan terapi bermain, alat dan
tempat pertemuan, melakukan kontrak waktu kepada orang tua dan anak. Pre-
planning kegiatan disusun untuk menentukan jenis bermain yang akan dilakukan
disesuaikan dengan usia anak yaitu usia prasekolah. Jenis permainan yang dipilih
adalah mewarnai gambar.

D. Pelaksanaan
1. Orientasi
a. Memberikan salam terapeutik
Memberi salam terapeutik sebagai salam pembuka dan sapaan sehingga
menciptakan hubungan interpersonal yang akrab.
b. Menanyakan kembali keadaan
Perawat menanyakan keadaan pada anak bagaimana kabar hari ini.
2. Kontrak
a. Menjelaskan pada anak dan keluarga tentang permainan yang akan
dilakukan dan manfaat bagi anak. Manfaat bermain di rumah sakit yaitu
untuk memenuhi kebutuhan bermain anak, dan menggunakan waktu yang
senggang untuk kegiatan yang bermanfaat.
b. Membuat kontrak waktu untuk bermain yaitu 30 menit.
c. Menjelaskan cara dan aturan bermain.
3. Proses
Setelah perawat menjelaskan manfaat, cara bermain dan melakukan kontrak
waktu. An. M langsung memulai mewarnai gambar yang telah disiapkan oleh
perawat. Perawat menfasilitasi anak apabila anak membutuhkan bantuan, dan
melakukan komunikasi saat proses bermain, setelah kurang lebih 30 menit An. M
mengatakan lelah dan berhenti melakukan mewarnai gambar.
4. Penutupan
Perawat mengakhiri kegiatan dengan mengucapkan salam dan terima kasih
kepada anak dan orang tua.

E. Evaluasi
1. Evaluasi Struktur
a. Pre planning dan media telah disiapkan 2 hari sebelum terapi
b. Pre planning telah disetujui oleh pembimbing 2 hari sebelum terapi
c. Kontrak waktu dengan pasien 1 hari sebelum terapi bermain dilaksanakan
2. Evaluasi Proses
a. Rencana pelaksanaan kegiatan sesuai rencana yaitu 30 menit
b. Anak yang diberikan terapi bermain adalah An. M
c. Terapi dapat dilakukan sesuai yang telah direncanakan
d. An. M antusias mengikuti terapi bermain
e. Pelaksanaan kegiatan dapat berjalan dengan lancar
3. Evaluasi Hasil
a. An. M dapat menyelesaikan terapi bermain mewarnai gambar
b. An. M terlihat senang setelah mengikuti terapi bermain
c. Saat permainan berlangsung terjalin komunikasi antara An. M dan perawat
sehingga anak tidak merasa cemas atau takut

F. Hambatan
1. Jumlah anak prasekolah yang kooperatif terbatas
2. An.M mewarnai gambar menggunakan tangan kiri, karena tangan kanan
terpasang infus sehingga anak tidak mewarnai gambar dengan maksimal karena
mengalami kesulitan dalam memegang pensil warna

G. Timbal Balik
Setelah mengikuti program bermain, diharapkan anak tidak merasa bosan
selama di rumah sakit dan kreativitas anak dapat dilatih. Selama proses tersebut anak
sangat antusias dalam mengikuti kegiatan bermain. Anak terlihat senang dengan jenis
permainan yang diberikan karena akhirnya anak dapat mewarnai gambar kembali di
rumah sakit, karena ketika di rumah anak sering mewarnai gambar setiap harinya.
Diharapkan kepada keluarga untuk tetap memenuhi kebutuhan bermain anak untuk
mengurangi dampak hospitalisasi yang dirasakan oleh anak.
H. Dokumentasi
BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
Permainan mewarnai gambar yang telah dilaksanakan sesuai dengan jenis
permainan anak usia prasekolah yaitu skill play, merupakan permainan untuk
meningkatkan ketrampilan anak, khususnya motorik kasar dan halus. Permainan ini
dilakukan oleh An. M berusia 4 tahun.
Setelah dilakukan terapi bermain mewarnai gambar, An.M dan orang tua
tampak lebih senang karena dapat mengurangi kejenuhan dan dapat mengembangkan
kreativitas anak selama di rumah sakit. An.M terlihat lebih santai dan mau
berkomunikasi dengan perawat. Walaupun kondisi anak sedang sakit, bermain
merupakan salah satu kebutuhan yang harus dipenuhi bagi anak-anak. Kendala yang
ditemukan pada saat program bermain adalah infus yang terdapat di tangan kanan
anak. An.M mewarnai gambar menggunakan tangan kiri sehingga anak tidak
mewarnai gambar dengan maksimal karena mengalami kesulitan dalam memegang
pensil warna.
.
B. Saran
Terapi bermain dapat menimbulkan kedekatan antara perawat dengan anak
sehingga dapat mengurangi kecemasan dan ketakutan anak terhadap proses perawatan
di rumah sakit serta komunikasi dengan anak pun menjadi lebih mudah. Hal ini tentu
dapat membantu kelancaran pemberian tindakan terapeutik atau keperawatan pada
anak yang nantinya dapat mempercepat kesembuhan anak.
Persiapan kegiatan terapi bermain harus dilakukan dengan baik seperti mencari
pasien yang sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkan. Setelah dilakukan terapi
bermain, diharapkan perawat dapat menindak lanjuti kegiatan bermain kepada pasien
di ruangan dan diharapkan perawat dapat memenuhi kebutuhan bermain anak di ruang
perawatan.
DAFTAR PUSTAKA

Agustina, E., Puspita, A. (2010). Pengaruh Pemberian Terapi Bermain Mewarnai Gambar
Terhadap Penurunan Tingkat Kecemasan Anak Prasekolah yang Rawat Inap (Studi
Experimental di Ruang Nusa Indah Rumah Sakit Umum Daerah Pare Tahun 2010).
Jurnal AKP, 2(1), 36-43.
Dosen PSIK STIK Bina Husada Palembang. (2013). Analisis Terapi Bermain Mewarnai
Terhadap Penurunan Kecemasan Akibat Hospitalisasi Pada Anak Usia Prasekolah (3-
6 tahun) di Ruang Anak RSUD Sobirin Lubuk Linggau Tahun 2013. Jurnal Harapan
Bangsa, 1(2).
Kapti, R.E., Ahsan, Istiqomah, A. (2013). Pengaruh Bermain dengan Mewarnai Terhadap
Penurunan Skor Perilaku Maladaptif Anak Usia Prasekolah (3-5 tahun) yang
Mengalami Hospitalisasi di Rumah Sakit Kabupaten Kediri. Jurnal Ilmu Keperawatan,
1(2), 169-175.
Pratiwi, E.S., Deswita. (2013). Perbedaan Pengaruh Terapi Bermain Mewarnai Gambar
dengan Bermain Puzzle Terhadap Kecemasan Anak Usia Prasekolah di IRNA Anak
RSUP Dr.M.Djamil Padang. NERS JURNAL KEPERAWATAN, 9(1), 16-20.
Wowiling, F.E., Ismanto, A.Y., Babakal, A. Pengaruh Terapi Bermain Mewarnai Gambar
Terhadap Tingkat Kecemasan Pada Anak Usia Pra Sekolah Akibat Hospitalisasi di
Ruangan IRINA E BLU RSUP. PROF. DR. R. D. KANDOU MANADO.

Anda mungkin juga menyukai