Anda di halaman 1dari 3

KENALI PENYAKIT ULKUS KAKI DIABETIK LEBIH DINI

Ulkus kaki diabetik sampai saat ini masih menjadi masalah kesehatan utama di
seluruh dunia, karena kasus yang semakin meningkat, penderita diabetes mellitus yang
meningkat, ulkus bersifat kronis dan sulit sembuh, dapat mengalami infeksi dengan resiko
amputasi bahkan mengancam nyawa, sehingga dapat memberi beban sosial ekonomi bagi
pasien, masyarakat dan negara.
Ulkus kaki diabetik merupakan salah satu komplikasi pada kaki yang ditemukan pada
penderita diabetes. Komplikasi ini dapat berbentuk apa saja yang disebabkan kerusakan
akibat tingginya kadar gula darah, dan apabila terjadi luka pada kaki akan sangat mudah
menginfeksi. Rendahnya ketahanan tubuh dan kemampuan tubuh yang terbatas dalam
menyembuhkan luka pada kaki penderita diabetes menyebabkan infeksi dapat bertambah
parah, bahkan bisa terjadi kecacatan dan harus diamputasi untuk memutus infeksi dari kaki.
Berdasarkan data World Health Organization (WHO), Indonesia menjadi negara ke-7
dengan penderita diabetes terbesar di seluruh dunia. Dan sebanyak 15% dari penderita
mengalami ulkus kaki diabetik.
Terdapat dua mekanisme penting dalam terjadinya ulkus kaki diabetik :
1. Kerusakan pembuluh darah tepi
Kondisi diabetes menyebabkan masalah aliran darah dari jantung ke seluruh tubuh.
Aliran darah dari jantung diperlukan untuk memulihkan kerusakan jaringan pada
bagian tubuh yang luka. Tanpa aliran darah yang baik ,akan sangat sulit suatu luka
untuk pulih bahkan tidak akan pulih kembali. Dampaknya adalah kematian jaringan
karena kurangnya asupan darah (gangrene) dan disertai luka terbuka (ulserasi) yang
sangat berisiko terinfeksi kuman di kaki.
2. Kerusakan saraf
Kebanyakan penderita diabetes tidak menyadari adanya luka maupun tingkat
keparahan luka yang terus bertambah akibat gangguan saraf (neuropati) yang
disebabkan oleh kerusakan yang ditimbulkan dari tingginya kadar gula darah. Kondisi
neuropati menyebabkan penderita diabetes tidak merasakan sakit atau tekanan pada
kaki. Di samping dampaknya terhadap luka, penderita diabetes yang mengalami
neuropati juga memiliki kesulitan menggerakan kaki karena gangguan saraf dengan
otot kaki.
Kedua faktor penyebab tersebut saling berkaitan dan menyebabkan kecacatan kaki permanen
pada penderita diabetes.
Riwayat diabetes lebih dari 10 tahun, laki – laki, dengan kontrol gula darah buruk,
kegemukan, riwayat konsumsi obat diabetes pada penderita yang tidak teratur hingga muncul
komplikasi pada jantung, mata, dan ginjal adalah beberapa faktor resiko yang dapat
menyebabkan ulkus diabetik.
Tanda dan gejala ulkus kaki diabetik seperti sering kesemutan, nyeri kaki saat
istirahat., sensasi rasa berkurang, kerusakan jaringan (nekrosis), penurunan denyut nadi pada
kaki, dingin dan kuku menebal dan kulit kering. Ulkus diabetik cenderung terjadi pada daerah
tumpuan beban terbesar, seperti tumit, telapak kaki, ujung jari yang menonjol (ibu jari dan
jari kedua). Sebaiknya jika terdapat gejala tersebut, pasien memerlukan pemeriksaan dari
tenaga kesehatan agar mendapatkan penanganan yang tepat. Akan dilakukan pemeriksaan
lebih lanjut seperti foto rontgen kaki, EMG (Electromyographi), ABI (Ankle Brachial Index),
dan pemeriksaan laboratorium untuk mengetahui apakah ulkus kaki diabetik menjadi infeksi
dan menentukan kuman penyebabnya
Penggolongan menurut Wagner-Meggit dikembangkan pada tahun 1970-an, dan
digunakan secara luas untuk menggolongkan derajat luka pada kaki diabetes, meliputi :
Derajat 1 : Ulkus superfisial tanpa terlibat jaringan dibawah kulit
Derajat 2 : Ulkus dalam
Derajat 3 : Ulkus dalam hingga mengenai tulang
Derajat 4 : Tukak dengan Gangren lokal / telapak kaki
Derajat 5 : Tukak dengan Gangren luas / melibatkan keseluruhan kaki

Pengelolaan kaki diabetes dapat dibagi menjadi 2 kelompok besar, yaitu pencegahan
kaki diabetes dan ulkus (pencegahan primer sebelum terjadi perlukaan kulit) dan pencegahan
kecacatan yang lebih parah (pencegahan sekunder dan pengelolaan ulkus/gangren diabetik)
1. Pencegahan Primer
Penyuluhan cara terjadinya ulkus kaki diabetik sangat penting, harus selalu
dilakukan setiap saat. Berbagai usaha pencegahan sesuai dengan tingkat risiko
dengan melakukan pemeriksaan dini setiap ada luka pada kaki secara mandiri
ataupun ke dokter terdekat.
2. Pencegahan Sekunder
Pengelolaan ulkus kaki diabetik dengan kerjasama multidisipliner sangat
diperlukan. Berbagai hal harus ditangani dengan baik dan dikelola bersama,
meliputi perawatan luka, pencegahan dan penanganan infeksi, pengobatan, dan
edukasi.
Perawatan luka sejak awal harus dikerjakan dengan baik dan teliti. Debridement yang
baik dan adekuat akan sangat membantu mengurangi jaringan nekrotik, dengan demikian
akan sangat mengurangi produksi pus atau cairan dari ulkus. Berbagai terapi topikal dapat
dimanfaatkan untuk mengurangi mikroba pada luka, cairan normal saline sebagai pembersih
luka. Jika luka sudah lebih baik dan tidak terinfeksi lagi, penutupan luka dengan kasa dapat
dipertahankan beberapa hari Pemberian antibiotik harus selalu sesuai dengan hasil
pemeriksaaan laboratorium biakan kuman.
Jika kaki dengan ulkus diabetik tetap dipakai untuk berjalan (menahan berat badan),
luka selalu mendapat tekanan, sehingga tidak akan sempat menyembuh. Dengan kemajuan
teknologi di bidang kedokteran, berbagai upaya tindakan revaskularisasi dan pembedahan,
serta terapi hiperbarik dapat direncanakan pada pasien dengan derajat ulkus diabetik yang
berat. Terapi hiperbarik dilaporkan bermanfaat memperbaiki vaskularisasi dan oksigenisasi
jaringan luka pada kaki diabetik.
Prognosis kaki diabetik bergantung pada berbagai faktor yang terlibat dalam
patofisiologi, komplikasi, dan penyakit yang menyertai. Penatalaksanaan holistik harus
ditekankan untuk menurunkan mortalitas dan morbiditas kaki diabetik. Diagnosis dini dan
penanganan tepat merupakan hal yang penting untuk mencegah amputasi dan menjaga
kualitas hidup penderita.

Anda mungkin juga menyukai