Sim Bab 5
Sim Bab 5
Pengembangan Sistem
Disusun oleh :
Kristia Pangesti (1510209881)
6-SM 1
DOSEN PENGAMPU
SURABAYA
Pengembangan Sistem
5.1 Siklus Hidup Pengembangan Sistem/ System Development Life Cycle (SDLC)
SDLC (Systems Development Life Cycle, Siklus Hidup Pengembangan Sistem) atau Systems Life
Cycle (Siklus Hidup Sistem), dalam rekayasa sistem dan rekayasa perangkat lunak, adalah proses
pembuatan dan pengubahan sistem serta model dan metodologi yang digunakan untuk
mengembangkan sistem-sistem tersebut. Konsep ini umumnya merujuk pada sistem komputer
atau informasi. SDLC juga merupakan pola yang diambil untuk mengembangkan sistem
perangkat lunak, yang terdiri dari tahap-tahap: rencana(planning), analisis (analysis), desain
(design), implementasi (implementation), uji coba (testing) dan pengelolaan (maintenance).
SIKLUS PENGEMBANGAN HIDUP SDLC
1. Fase Definisi
Pada fase definisi pemakaian sistem dan analisis sistem melakukan analisis berjenjang
terhadap profesi bisnis yang berjalan saat ini dan sistem informasi yang digunakan. Ada 2
langkah dalam fase definisi :
Analisis Kelayakan : langkah ini umumnya melihat sistem apa yang harus dijalankan,
bagaimana data input sistem baru tersebut diperoleh, dan kecepatan pemrosesan untuk
menghasilkan outpu sistem itu sendiri. Hasil dari langkah ini adalah dokumen proposal
yang lebih lengkap dan sudah memasukkan sekilas sistem baru tersebut.
Penentuan Kebutuhan Sistem : langkah ini sangat berpengaruh karena keberhasilan dan
ketepatan pengembangan sistem sangat tergantung pada identifikasi kebutuhan sistem
yang benar.
2. Fase Kontruksi
Pada fase ini terdapat tiga langkah yang dijalankan, antar lain :
Desain Sistem : langkah ini mencakup perangkat keras dan perangkat lunak yang akan
digunakan untuk mengoprasikan sistem, mendesain isi dan struktur database sistem, dan
menentukan program-program pemrosesan sistem serta menghubungkan antara sistem
satu dengan yang lain.
Pembuatan Sistem : langkah ini membuat program komputer dan rancangan terinci dari
database dan file yang akan digunakan dalam sistem tersebut.
Pengujian Sistem : langkah ini menguji program sistem hingga lengkap dan dapat
dijalankan dengan sempurna. Semua pihak baik manajer atau bagian yang terlibat harus
bertanggung jawab terhadap pengujian sistem ini. Hal ini dimaksudkan agar sistem
tersebut dapat bekerja dengan baik.
3. Fase Implementasi
Pada fase ini terdapat dua langkah, yaitu :
Pemasangan : manajer perusahaan dan profesional sistem informasi bekerja sama untuk
menginstall sistem baru tersebut, yang biasanya melibatkan konversi data dan prosedur
lama ke yang baru.
Pemeliharaan : merupakan tahap yang terpanjang dari suatu sistem. Biasanya juga akan
dilakukan perubahan jika sistem yang sudah diterapkan itu kurang lengkap, misalnya
masalah harga pokok. Dalam pengembangan suatu sistem ada empat komponen yang
digunakan yakni input, proses, output dan penyimpanan.
3) Implementation (Implementasi)
Pada fase implementasi ini, penganalisis bekerja dengan para pengguna secara intens selama
workshop dan merancang aspek-aspek bisnis dan nonteknis perusahaan. Segera setelah aspek-
aspek ini disetujui dan sistem-sistem dibangun dan disaring, sistem-sistem baru atau bagian dari
sistem diujicoba dan kemudian diperkenalkan kepada organisasi (Kendall, 2010).
SDLC tradisional disebut juga pendekatan airterjun (waterfall approach), karena memiliki
aliran satu arah – menuju ke penyelesaian proyek. Masalah akan didefinisikan dalam tahap-
tahap perencanaan dan analisis. Solusi-solusi alternative diidentifikasi dan dievaluasi dalam
tahap desain, lalu solusi yang terbaik diimplementasikan dan digunakan. Selama sistem
penggunaan dikumpulkan umpan balik untuk melihat seberapa baik sistem mampu memecahkan
masalah yang telah ditentukan. Namun, masih terdapat kelemahan yaitu dengan seiring
bertambahnya ukuran dan kompleksitas suatu sistem melewati tahapan-tahapan dengan sekali
jalan menjadi suatu hal yang tidak mungkin dilakukan.
B. Prototyping
Prototyping adalah proses pembuatan prototype. Prototipe adalah suatu versi dari sebuah sistem
potensial yang memberikan ide bagi para pengembang dan calon pengguna bagaimana sistem
akan berfungsi dalam bentuk yang telah selesai.
Jenis-Jenis Prototipe
1. Prototipe evolusioner (evolutionary prototype)
Terus menerus disempurnakan sampai memiliki seluruh fungsionalitas yang dibutuhkan
pengguna dari sistem yang baru.
Langkah-langkah pengembangan Prototipe evolusioner :
Mengidentifikasi kebutuhan pengguna
Membuat suatu prototype
Menentukan apakah prototype dapat diterima
Menggunakan prototype
2. Prototipe persyaratan (requirements prototype)
Dikembangkan sebagai suatu cara untuk mendefinisikan persyaratan-persyaratan
fungsional dari sistem baru.
Langkah-langkah pengembangan prototype persyaratan :
Mengidentifikasi kebutuhan pengguna
Membuat suatu prototype
Menentukan apakah prototype dapat diterima
Membuat kode sistem baru
Menguji sistem baru
Menentukan apakah sistem baru dapat diterima
Membuat sistem baru menjadi sistem produksi
Daya tarik prototyping :
Membaiknya komunikasi antara pengembang dan pengguna
Pengembang dapat melakukan pekerjaan lebih baik dalam menentukan kebutuhan
pengguna
Pengguna memainkan peranan yang lebih aktif dalam pengembangan sistem
Pengembang dan pengguna menggunakan waktu yang lebih sedikit dalam
mengembangkan sistem
Implementasi jauh lebih mudah
Mengurangi biaya pengembangan dan meningkatkan kepuasan pengguna
Potensi kesulitan dari prototyping :
* Terburu-buru menyerahkan prototype dapat menyebabkan diambilnya jalan pintas dalam
definisi masalah.
* Pengguna dapat terlalu gembira dengan prototype yang diberikan dengan ekspektasi yang
tidak realistis sehubungan dengan sistem produksinya
* Prototype evolusioner bisa jadi tidak terlalu efisien
* Alat-alat prototyping tertentu memungkinkan tidak mencerminkan teknik-teknik desain yang
baik
Prototyping merupakan metodologi pendekapan SDLC yang paling behasil dengan catatan bisa
mewaspadai potensi-potensi kesulitan di atas. Menempatkan SDLC Tradisional, Prototyping,
RAD, Pengembangan Berfase, dan BPR dalam Perspektif
Ada dua tipe DSS yang dikenal, yaitu: Model-driven DSS dan Data-driven DSS. Jenis
DSS yang pertama merupakan suatu sistem yang berdiri sendiri terpisah dari sistem informasi
organisasi secara keseluruhan. DSS ini sering dikembangkan langsung oleh masing-masing
pengguna dan tidak langsung dikendalikan dari divisi sistem informasi. Kemampuan analisis dari
DSS ini umumnya dikembangkan berdasarkan model atau teori yang ada dan kemudian
dikombinasikan dengan tampilan pengguna yang membuat model ini mudah untuk digunakan.
Jenis DSS yang kedua, data-driven DSS, menganalisis sejumlah besar data yang ada atau
tergabung di dalam sistem informasi organisasi. DSS ini membantu untuk proses pengambilan
keputusan dengan memungkinkan para pengguna untuk mendapatkan informasi yang bermanfaat
dari data yang tersimpan di dalam database yang besar. Banyak organisasi atau perusahaan mulai
membangun DSS ini untuk memungkinkan para pelanggannya memperoleh data dari website-
nya atau data dari sistem informasi organisasi yang ada.