Anda di halaman 1dari 14

PENGOPTIMALAN PENGOLAHAN KULIT BUAH

SIWALAN
MENJADI PLAFON SEBAGAI WUJUD
PEMBERDAYAAN SUMBER DAYA ALAM YANG
BERASASKAN KEARIFAN LOKAL

gagasan tulisan ini disusun dalam rangka mengikuti Lomba Karya Tulis Ilmiah
SMA/Sederajat Se-Jawa tahun 2015 yang diselenggarakan oleh Unit Kegiatan
Mahasiswa, Pusat riset dan Kajian Ilmiah Mahasiswa, Fakultas Pertanian
Universitas

Diusulkan oleh:
ALIFAH PUSPITA DEWI /
CHINDY YULITA KP/
SITI AFIFATUR ROSYIDA/

SEKOLAH MENENGAH ATAS NEGERI 3 TUBAN


Jalan Manunggal no. 14 Telp. (0356) 321997
2015
Halaman Pengesahan
1. Judul Kegiatan : Pengoptimalan Pengolahan Kulit Buah Siwalan Menjadi Plafon
Sebagai Wujud Pemberdayaan Sumber Daya Alam Yang Berasaskan Kearifan Lokal
2. Ketua Kelompok :
a. Nama Lengkap : Alifah Puspita Dewi
b. NIS :
c. Jurusan : XI IPA 1
d.Sekolah : SMA Negeri 3 Tuban Jl. Manunggal No. 14 Tuban
e. Alamat Rumah dan No Tel./HP : Perumahan Mondokan Santoso, Tuban /
082244641213
3. Anggota Kelompok :
a. Nama Lengkap : Chindy Yulita Krismuntiani Putri
b. NIS :
c. Jurusan : XI IPA.1
d.Sekolah : SMA Negeri 3 Tuban Jl. Manunggal No. 14 Tuban
e. Alamat Rumah dan No Tel./HP : Desa Padasan, Kerek, Tuban /
085733742733
4. Anggota Kelompok :
a. Nama Lengkap : Siti Afifatur Rosyida
b. NIS :
c. Jurusan : XI IPA.1
d.Sekolah : SMA Negeri 3 Tuban Jl. Manunggal No. 14 Tuban
e. Alamat Rumah dan No Tel./HP : Desa Sumberagung, Plumpang, Tuban /
085732730176
5. Guru Pendamping
a. Nama Lengkap dan Gelar : Nurhayati Angraeni,S.Pd.
b. NIP : 19731009 199801 2 001
c. Alamat Rumah dan No Tel./HP: Jln. Tanjung 3 No. 22 Perumnas Tasikmadu
Tuban / 081913802020
Tuban, 2015
Menyetujui,
Kepala SMA Negeri 3 Tuban

H. Mukti S.Pd
NIP.
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas rahmat serta
hidayah-Nya kami dapat menyusun karya tulis dengan judul ” sebagai Wujud
Pemberdayaan Sumber Daya Alam yang Berasaskan Kearifan Lokal”. Karya tulis
ini kami susun untuk mengikuti Lomba Karya Tulis Ilmiah SMA/Sederajat Se-
Jawa 2015 yang diselenggarakan oleh...... sekaligus mensosialisasikan tentang
pengolahan...... Hal ini bermanfaat untuk memberikan solusi bagi masyarakat
dalam penyejahteraan hidup dan pembelajaran tentang kearifan lokal, khususnya
pada generasi muda.
Kami mengucapkan terima kasih terutama kepada pihak-pihak yang telah
membantu dan membimbing penulis dalam menyelesaikan penulisan karya tulis
ini yaitu:
1. H. Mukti S.Pd selaku kepala SMA Negeri 3 Tuban.
2. Nurhayati Angraeni, S.Pd. selaku guru pembimbing.
dan tak lupa kepada teman –teman yang telah memberikan motivasi kepada kami
dalam menyelesaikan karya tulis ini.
Penulis menyadari akan keterbatasan pengalaman dan kekurangan dalam
penulisan karya tulis ini, untuk itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang
bersifat konstruktif agar dapat penulis jadikan sebagai tambahan wawasan dan
pengembangan kreativitas sehingga penulis dapat membuat karya yang lebih baik.
Akhirnya penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada semua pihak
yang telah membantu dan semoga karya tulis ini dapat bermanfaat.

Penulis
ABSTRAK
Oleh :
ALIFAH PUSPITA DEWI/
CHINDY YLITA KP /
SITI AFIFATUR ROSYIDA /
Kabupaten Tuban merupakan salah satu daerah pertanian dan perkebunan
yang subur di provinsi Jawa Timur. Salah satu tanaman yang banyak tumbuh di
Kabupaten Tuban tepatnya di daerah Jalan Manunggal adalah pohon siwalan.
Buah siwalan ini tidak hanya di konsumsi buahnya saja untuk dimakan tetapi
kulitnya juga dapat diolah menjadi bentuk produk yang lain yaitu menjadi bahan
properti seperti plafon.
Dalam pengolahan kulit buah siwalan menjadi salah satu material pokok
bahan bangunan ini terdapat 4 cara yang dapat digunakan yaitu dengan dengan
cara penjemuran, tanpa penjemuran, pengepresan dengan penjemuran dan
pengepresan tanpa penjemuran.
Bahan-bahan yang digunakan juga sangat sederhana yaitu:
1. serabut Buah Siwalan
2. Semen Putih
3. Lem (Rajawali)
4. Triplek
5. Kawat
6. Paku
Alat yang digunakan adalah :
1. Pisau
2. Alat pengepres
3. Nampan
Bahan-bahan diatas umumnya mudah didapat sehingga harga penjualan
plafon dapat dijangkau semua kalangan masyarakat. Plafon ini aman dan tidak
mudah lapuk untuk digunakan karena berbahan dasar dari kulit buah siwalan yang
memiliki banyak kandungan serat yang sangat tinggi yang berguna untuk seberapa
kekuatan yang dapat ditahan oleh plafon tersebut. serabut buah siwalan ini tidak
kalah kuat dan aman dengan plafon produksi pabrik- pabrik terkenal.
>>>>>>>>>>Sementara itu, pembuatan plafon ini memiliki kelebihan
dibandingkan dengan pembuatan plafon pada umumnya. Keripik ini sudah terasa
manis tanpa pemanis buatan sehingga rasa manis keripik belimbing ini tidak
menimbulkan serak pada tenggorokan.
Bahan dasar pembuatan keripik belimbing madu ini tidak membutuhkan
gula sebagai pemanis. Karena rasa manis dari buah belimbing madu ini sudah bisa
dijadikan rasa manis pada keripik belimbing yang sudah jadi. Sehingga dapat
menekan biaya produksi keripik belimbing.
Keuntungan dari pengolahan buah Belimbing Madu ini antara lain dapat
memberikan alternatif pengolahan buah Belimbing Madu, memberikan solusi
kepada para petani dan penjual buah belimbing Madu, dapat meningkatkan
kesejahteraan masyarakat serta memberikan alternatif pilihan makanan ringan
kepada konsumen atau penikmat.
Pengolahan buah Belimbing Madu sebagai alternatif makanan ringan yaitu
keripik, dapat memberikan ide bagi masyarakat Kabupaten Tuban untuk
memanfaatkan buah belimbing Madu sebagai salah satu bahan dasar makanan
ringan, sehingga dapat menciptakan lapangan pekerjaan baru untuk masyarakat
Kabupaten Tuban yang. Dengan adanya hal tersebut, maka tringkat pengangguran
di Kabupaten Tuban dapat diminimalisir.
Pemerintah daerah Kabupaten Tuban, sebaiknya mendukung adanya
pengolahan Belimbing Madu menjadi keripik dengan cara memberikan modal
pinjaman bagi produsen dan memberikan bantuan alat produksi keripik belimbing
yang menggunakan teknologi canggih.
Dengan adanya pemberdayaan sumber daya yang berasaskan kearifan
lokal sebagai sarana pembelajaran masyarakat dan generasi muda khususnya
untuk dapat mencintai tanah air secara umum dan Kabupaten Tuban khususnya
melalui pengembangan potensi sumber daya alam dan manusia.

Penulis
DAFTAR ISI
Hlm.
Halaman Judul …………………………………………………………………… i
Halaman Pengesahan ……………………………………………………………. ii
Kata Pengantar …………………………………………………………………… iii
Abstrak …………………………………………………………………………… iv
Daftar isi …………………………………………………………………………. vi
Daftar tabel………………………………………………………………………. viii
BAB I PENDAHULUAN………………………………………………….. 1
1.1 Latar Belakang ………………………………………………... 1
1.2 Permasalahan ………………………………………………….. 3
1.2.1 Ruang Lingkup ……………………………………….. 3
1.2.2 Batasan Masalah ……………………………………… 3
1.2.3 Rumusan Masalah …………………………………….. 3
1.3 Tujuan Penulisan ……………………………………………… 4
1.4 Manfaat Penulisan …………………………………………….. 4
BAB II KAJIAN PUSTAKA ……………………………………………….. 6
2.1 Buah belimbing………………………………………………. 6
2.2 Keripik……………….. ……………………………………… 8
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ……………………………………. 9
3.1 Rancangan Penulisan …………………………………………. 10
3.2 Sampel / Sumber Data ………………………………………… 11
3.3 Instrumen Penulisan ………………………………………….. 11
3.4 Teknik Pengumpulan Data …………………………………… 12
BAB IV PENGOPTIMALAN PENGOLAHAN BUAH BELIMBING 13
MENJADI KERIPIK SEBAGAI WUJUD PEMBERDAYAAN
SUMBER DAYA ALAM YANG BERASASKAN KEARIFAN
LOKAL
4.1 Cara Pembuatan Plafon Serabut Kulit Siwalan........................... 13
4.2 Kelebihan Plafon Serabut Kulit Siwalan .................................... 18
4.3
Keuntungan Pengolahan Serabut Kulit Siwalan ........................ 19
4.4
Wujud Pemberdayaan Sumber Daya Yang Berasaskan
Kearifan Lokal ........................................................................... 20
BAB V PENUTUP ………………………………………………………….. 22
5.1 Simpulan ………………………………………………………. 22
5.2 Saran ………………………………………………………….. 23
DAFTAR PUSTAKA
BIODATA
LAMPIRAN
1. PENDAHULUAN
Semakin meningkatnya kebutuhan perumahan saat ini menyebabkan kebutuhan
akan bahan bangunan semakin meningkat pula. Seperti yang kita ketahui
bersama, bahan yang digunakan
untuk bangunan terdiri dari bahan-bahan atap, langit-langit (plafon), dinding dan
lantai. Permasalahan adalah bagaimana kita dapat membuat bahan-bahan
tersebut dengan mudah memperoleh bahan bakunya, mutunya baik, tidak
mengganggu kesehatan dan ramah lingkungan.

Hal ini bisa teratasi jika kita memanfaatkan bahan limbah atau bahan sisa untuk
bahan bangunan tersebut.
Adapun salah satu permasalahan utama dalam menyediakan rumah di Indonesia
adalah tingginya biaya konstruksi bangunan dan lahan. Selama ini berbagai
penelitian sudah dilakukan tetapi masih belum ditemukan alternatif teknik
konstruksi yang efisien serta penyediaan bahan bangunan dalam jumlah besar
dan ekonomis. Hal ini dapat memberikan suatu alternatif untuk memanfaatkan
limbah-limbah industri yang dibiarkan begitu saja.
Selama ini kita mengenal plafon dalam beberapa istilah yang berbeda, misalnya
ada yang mengenal plafon dengan sebutan langit-langit. Dalam sejarah, plafon
berasal dari bahasa belanda yang merujuk pada makna garis batas biasanya
horizontal antara lantai dengan atap. Plafon merupakan papan buatan jenis
komposit yang terbuat dari partikel-partikel kayu atau bahan selulosa lainnya
yang diikat dengan perekat organik dan dengan bantuan tekanan dan panas (hot
press) dalam waktu tertentu. [8].
Tebu merupakan salah satu tanaman pengumpul silicon (Si) yaitu tanaman yang
serapan Si-nya melebihi serapannya terhadap air. Selama pertumbuhan (1 tahun),
tebu menyerap Si sekitar 500-700 kg per ha lebih tinggi dibanding unsur - unsur
lainnya. Sebagai pembanding, dalam kurun waktu yang sama tebu menyerap
antara 100-300 kg kalium (K), 40-80 kg fosfor (P), dan 50-500 kg nitrogen (N)
per ha [6].
Produksi gula tebu yang terus meningkat membawa dampak terhadap
peningkatan amapas tebu dengan peningkatan yang besar. Ampas tebu yang
merupakan limbah buangan ini belum dapat dimanfaatkan secara maksimal di
Indonesia seperti negara lain. Di beberapa negara ampas tebu memiliki beberapa
kegunaan yang dimanfaatkan sebagai pembersih lantai, digunakan untuk
menjaga kondisi tanah agar selalu siap pakai untuk pertanian, sebagai makanan
unggas, dibuat plastik dan dapat pula dibuat partikel board. Pada umumnya
ampas tebu digunakan untuk bahan bakar untuk memanaskan boiler pada pabrik
tebu. Dari hasil pembakaran tersebut menghasilkan abu ampas tebu yang juga
dapat difungsikan sebagai pupuk [9].
Ampas tebu adalah hasil sampingan dari proses ekstraksi (pemerahan) cairan
tebu. Dari satu pabrik dapat dihasilkan ampas tebu sekitar 35% - 40% dari berat
tebu yang digiling. Mengingat begitu banyak jumlahnya, maka ampas tebu akan
memberikan nilai tambah untuk pabrik, bila diberi perlakuan lebih lanjut [11].
Poliester kristalin cair merupakan salah satu polimer kristalin cair yang
digunakan industri karena sifat mekanis dan ketahanan terhadap panasnya.
Bersama dengan katalisnya, poliester digunakan sebagai perekat yang baik,
sehingga dapat digunakan bersama bahan lainnya [10].
2. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Plafon
Plafon adalah bagian konstruksi merupakan lapis pembatas antara rangka
bangunan dengan rangka atapnya, sehingga bisa sebagai atau dapat dikatakan
tinggi bangunan dibawah rangka atapnya. Pada dasarnya plafon dibuat dengan
maksud untuk mencegah cuaca panas atau dingin agar tidak langsung masuk ke
dalam rumah setelah melewati atap. Namun demikian dewasa ini plafon tidak
lagi hanya sekedar penghambat panas atau dingin, melainkan juga sebagai hiasan
yang akan lebih mempercantik interior suatu bangunan. Fungsi dari plafon
tersebut adalah: 1. Plafon merupakan bagian dari interior yang harus didesain
sehingga ruangan menjadi sejuk dan enak dipandang (artistik). 2. Plafon sebagai
batas tinggi suatu ruangan tentunya ketinggian dapat diatur sesuaikan dengan
fungsinya ruangan yang ada. Umpamanya; untuk ruang tamu pada sebuah rumah
tinggal cenderung tinggi plafon direndahkan, begitu juga ruang keluarga atau
ruang makan, agar mempunyai kesan lebih familier dan bersahabat. 3. Plafon
berfungsi juga sebagai isolasi panas yang datang dari atap atau sebagai penahan
perambatan panas dari atap. 4. Plafon dapat juga sebagai meredam suara air
hujan yang jatuh diatas atap, terutama pada penutup atap dari bahan logam. 5.
Plafon sebagai finishing (elemen keindahan), mempunyai tempat untuk
menggantungkan bola lampu, sedang bagian atasnya untuk meletakkan kabel-
kabel listriknya [7].
2.2 Siwalan

Pohon Siwalan atau disebut juga Pohon Lontar (Borassus flabellifer) adalah
sejenis palma (pinang-pinangan) yang tumbuh di Asia Tenggara dan Asia
Selatan. Pohon Lontar (Borassus flabellifer) menjadi flora identitas provinsi
Sulawesi Selatan. Pohon ini banyak dimanfaatkan daunnya, batangnya, buah
hingga bunganya yang dapat disadap untuk diminum langsung sebagai legen
(nira), difermentasi menjadi tuak ataupun diolah menjadi gula siwalan (sejenis
gula merah).

Pohon Siwalan (Lontar) merupakan pohon palma (Palmae dan Arecaceae) yang
kokoh dan kuat. Berbatang tunggal dengan ketinggian mencapai 15-30 cm dan
diameter batang sekitar 60 cm. Daunnya besar-besar mengumpul dibagian ujung
batang membentuk tajuk yang membulat. Setiap helai daunnya serupa kipas
dengan diameter mencapai 150 cm. Tangkai daun mencapai panjang 100 cm.

Buah Lontar (Siwalan) bergerombol dalam tandan dengan jumlah sekitar 20-an
butir. Buahnya bulat dengan diameter antara 7-20 cm dengan kulit berwarna
hitam kecoklatan. Tiap butirnya mempunyai 3-7 butir daging buah yang
berwarna kecoklatan dan tertutupi tempurung yang tebal dan keras.

Pohon Siwalan atau Pohon Lontar dibeberapa daerah disebut juga sebagai ental
atau siwalan (Sunda, Jawa, dan Bali), lonta (Minangkabau), taal (Madura), dun
tal (Saksak), jun tal (Sumbawa), tala (Sulawesi Selatan), lontara (Toraja), lontoir
(Ambon), manggitu (Sumba) dan tua (Timor). Dalam bahasa inggris disebut
sebagai Lontar Palm

Pohon Siwalan atau Lontar (Borassus flabellifer) tumbuh di daerah kering.


Pohon ini dapat dijumpai di Asia Tenggara dan Asia Selatan. Di Indonesia,
Pohon Siwalan tumbuh di Jawa Timur dan Jawa Tengah bagian timur, Madura,
Bali, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, dan Sulawesi.

Pohon Siwalan atau Lontar mulai berbuah setelah berusia sekitar 20 tahun dan
mampu hidup hingga 100 tahun lebih.

2.3 Serabut Siwalan


Ampas tebu adalah campuran dari serat yang kuat, dengan jaringan parenkim
yang lembut yang
3
mempunyai tingkat higroskopis yang tinggi, dihasilkan melalui penggilingan
tebu. Pada proses penggilingan tebu, terdapat 5 kali proses pengilingan batang
tebu, dimana pada hasil pengilingan pertama dan kedua dihasilkan nira mentah
yang berwarna kuning kecoklatan, kemudian pada proses penggilingan
ketiga,keempat dan kelima menghasilkan nira dengan volume yang berbeda-
beda. Setelah gilingan terakhir menghasilkan ampas tebu yang kering. Pada
proses penggilingan awal yaitu proses penggilingan pertama dan kedua
dihasilkan ampas tebu basah. Hasil dari ampas tebu gilingan kedua ditambahkan
susu kapur (3Be) yang berfungsi sebagai senyawa yang menyerap nira dari serat
ampas tebu sehingga pada penggilingan ketiga nira masih dapat diserap
meskipun volumenya lebih sedikit dari hasil gilingan kedua. Penambahan
senyawa ini dilakukan pada pengilingan ketiga, keempat dan kelima dengan
volume yang berbeda-beda. Semakin sedikit nira dalam ampas tebu, semakin
banyak susu kapur (3Be) yang ditambahkan [6].
Secara garis besar, proses produksi dari tebu menjadi ampas tebu dapat dilihat
pada gambar berikut :
Gambar 2.1 Proses produksi dari tebu menjadi ampas tebu
2.3.1 Komponen Penyusun Serat Ampas Tebu
Tanaman tebu yang sering kita lihat tidak hanya berisi air yang digunakan
sebagai bahan pembuat gula tetapi memiliki komposisi yang lebih kompleks
yakni: sacharose, zat sabut/fiber, gula reduksi dan beberapa bahan lainnya.
Sabut/serat yang terkandung dalam ampas tebu, tersusun dari beberapa
komponen penyusun yakni: Cellulosa, Hemicellulosa, Pentosa dan Lignin yang
komposisinya pada Table 2.1. Tabel 2.1 Komponen Penyusun Serat Ampas Tebu
No. Komponen Jumlah (%) 1 Cellulosa 26% -
43% 2 Hemicellulosa 17% - 23% 3 Pentosa
20% - 33% 4 Lignin 13% - 22%
2.4 Polyester
Polyester adalah suatu kategori polimer, salah satu hasil yang diperoleh secara
sintetik sama halnya dengan nilon. Bahan-bahan mentah yang dimaksud
diperoleh dari industri minyak bumi. Setelah melalui banyak perombakan kimia
diperoleh polyester dalam bentuk butir-butir dan cair.
3. METODOLOGI
Bahan baku yang digunakan untuk pembuatan plafon : serbuk ampas tebu dan
menggunakan perekat polyester. Ampas tebu yang digunakan pada pembuatan
plafon adalah serat tebu yang dikeringkan agar lebih mudah dicincang dan
kemudian diblender sehingga menghasilkan serbuk ampas tebu halus lalu di
ayak. Bahan baku tersebut di timbang sesuai dengan komposisi : Sampel I, II,
III, IV, V seperti pada Tabel 3.1
Setelah bahan baku ditimbang, kemudian dicampur (mixer) dan diaduk dalam
wadah (beaker glass) hingga merata ± 3 menit. Selanjutnya adonan (slurry)
tersebut dituangkan ke dalam cetakan yang terbuat dari baja berbentuk balok (10
2 0,5 cm). Proses pengeringan atau pengerasan dilakukan di dalam Hot
Compressor dengan suhu 100˚C. Lama penekanan untuk satu sampel pada saat
dipanaskan adalah 20 menit..
20 mm 5 mm
100 mm
Gambar 3.1. Ukuran Sampel
Pengujian yang dilakukan meliputi : Daya serap air ( water absorption ),
densitas, kuat tarik, kuat lentur dan kuat impak. Pengujian Daya serap air ( water
absorption ) mengacu [4], kuat tarik mengacu [5], kuat lentur mengacu [2] , kuat
impak mengacu [3].
Tabel 3.1. Komposisi campuran bahan baku pada pembuatan plafon Kode
Sampel Serbuk Ampas Poliester Tebu (gr) (gr)
I 4 8 II 6 8 III 8 8 IV 10 8 V 12 8
*FMIPA USU Jl. Bioteknologi No. 1 Kampus USU Medan
4
4. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1Analisis Uji Daya Serap Air
Uji daya serap air dapat dihitung dengan menggunakan persamaan :
Daya serap air (%) = % 100x M MM k Kb
…(1)
Hubungan antara Daya serap air ( water absorption) terhadap massa serbuk
ampas tebu pada plafon dapat diperlihatkan pada gambar grafik dibawah ini .
Water absorption dari plafon berkisar antara 11,54% – 40%, waktu perendaman
selama 24 jam. Hasil pengujian dapat dilihat pada Grafik 4.1 sebagai berikut :
Grafik 4.1 Massa Serbuk Ampas Tebu –vs- Daya Serap Air
Pengujian ini bertujuan untuk melihat bagaimana ketahanan beton terhadap
pengaruh cuaca jika digunakan. Dari grafik di atas dapat disimpulkan bahwa
dengan bertambahnya serbuk ampas tebu yang digunakan, maka nilai daya serap
airnya semakin besar. Demikian sebaliknya dengan berkurangnya jumlah serbuk
ampas tebu yang digunakan, maka nilai daya serap airnya akan semakin kecil.
4.2 Analisis Uji Tarik
Persamaan yang digunakan untuk memperoleh kekuatan tarik yaitu:
Hasil pengujian dapat dilihat pada Grafik 4.2 sebagai berikut :
Grafik 4.2 Massa Serbuk ampas tebu –vs- Kuat tarik
Dari grafik di atas dapat terlihat bahwa kemampuan maksimum benda uji ditarik
berada pada komposisi 8:8 yakni berada pada 3058,6 kPa, ini menunjukkan
bahwa kemampuan serbuk ampas tebu memiliki kemampuan yang sangat baik
dalam pengujian tarik. Sedangkan harga minimum berada pada komposisi 12:8
harga uji tarik mangalami penurunan yakni sebesar 557,6 kPa.
Kuat tarik plafon semakin meningkat jika kadar campuran serbuk ampas tebu
berkisar antra 4 gr sampai 10 gr. Sedangkan pencampuran lebih dari 10 gr akan
mengurangi kuat tarik plafon. Jika digunakan campuran serbuk ampas tebu
melebihi kadar tersebut maka akan menurunkan kuat tarik plafon. Penurunan ini
diperkirakan disebabkan oleh ikantan antar bahan campuran yang kurang kuat
pada penggunaan serbuk ampas tebu diatas 10 gr.
4.3 Analisis Uji Kuat Lentur
Persamaan yang digunakan untuk memperoleh kekuatan lentur yaitu :
UFS = ) 3.....(.................... 2 3 2bd PL
dengan : L = jarak span (cm) P = load/beban (kgf) b
= lebar sampel (cm) d = tebal sampel (cm) UFS = kuat
lentur (MPa)
Hubungan antara kuat lentur terhadap komposisi sampel pada plafon
diperlihatkan pada gambar grafik dibawah ini. Kuat lentur plafon berkisar antara
3,09 – 17,01 MPa.
Grafik 4.3 Massa Serbuk Ampas Tebu –vs- Kuat lentur
Kuat lentur plafon semakin meningkat jika kadar campuran serbuk ampas tebu
berkisar antra 4 gr – 8 gr. Sedangkan pencampuran lebih dari 8 gr akan
mengurangi kuat lentur plafon. Jika digunakan campuran serbuk ampas tebu
melebihi kadar tersebut maka akan menurunkan nilai kuat lentur plafon.
Penurunan ini diperkirakan disebabkan
*FMIPA USU Jl. Bioteknologi No. 1 Kampus USU Medan
5
oleh ikantan antar bahan campuran yang kurang kuat pada penggunaan serbuk
ampas tebu diatas 8 gr.
4.4 Analisis Uji Impak
Untuk mengetahui seberapa besar kekuatan impak yang dimiliki oleh sampel
maka digunakan persamaan :
)4.(..............................
AEIss
Hubungan antara kuat impak terhadap komposisi sampel pada plafon
diperlihatkan pada gambar grafik dibawah ini. Kuat impak plafon berkisar antara
0,6 – 2 kJ/m2.
Gambar 4.4 Massa Serbuk Ampas Tebu –vs- Impak
Dari Grafik 4.4 dapat dilihat bahwa penambahan serbuk ampas tebu dapat
mempengaruhi kemampuan sampel uji dalam menerima tekanan dimana nilai
impak maksimum diperoleh pada komposisi 4:8 yaitu sebesar 2 kJ/m2 dan nilai
impak minimum diperoleh pada komposisi 12:8 yakni 0,6 kJ/m2. Semakin besar
jumlah serbuk ampas tebu yang digunakan maka semakin kecil nilai kekuatan
impaknya. Hal ini disebabkan karena semakin banyaknya serbuk ampas tebu,
maka energi yang diserap akan semakin kecil.
5. KESIMPULAN
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan mengenai pemanfaatan serbuk
ampas tebu dan poliester dalam pembuatan plafon, maka dapat diambil
kesimpulan, yaitu :
1. Dari hasil diketahui bahwa semakin tinggi kadar serbuk ampas tebu, maka
semakin tinggi nilai daya serap air, sehingga densitasnya semakin rendah. Ini
dapat dilihat bahwa plafon memiliki nilai densitas dan daya serap air yang sesuai
dengan standar SNI 03-2105(1996) dimana untuk papan partikel densitas
bernilai /cm3 dan daya serap air maksimum 50%. 2. Dari hasil pengujian
mekanik yang diperoleh baik uji tarik, uji lentur dan uji impak terbaik berada
pada komposisi (8:8) dengan nilai uji
tarik 3058,6 kPa, nilai uji lentur 17,01 MPa dan nilai uji impak 2 kJ/m2. 3.
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan baik sifat fisis dan mekanik untuk
pembuatan plafon, terbaik pada komposisi 8 gr.
6. UCAPAN TERIMA KASIH
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak Akhiruddin, Ibu Sudiati,
Bapak Perdinan Sinuhaji, Ibu Manis Sembiring dan Bapak Kurnia Sembiring
yang telah membantu.
7. DAFTAR PUSTAKA
[1] Anwar, S. 2008. Ampas Tebu.
http://www.scribd.com/doc/47591245/AmpasTebu. Diakses tanggal 15 Maret
2012. [2]ASTM D-790. Standard Tests Method for Flexural Strength of
Materials. [3]ASTM D-256. Standards Tests Method for Impact Strength of
Materials. [4]Banurea, Rahmadhani. 2011. Pemanfaatan Serbuk Batang Kelapa
Sawit sebagai Pengisi pada Pembuatan Lembaran Plafon Gipsum dengan Bahan
Pengikat Poliuretan. Tesis. Medan : Universitas Sumatera Utara. [5]Gurning, P S
Lokita. 2012. Pembuatan Papan Komposit dengan Memanfaatkan Limbah
Polipropilene dan Serat Eceng Gondok. Skripsi. Medan : Universitas Sumatera
Utara. [6]Hidayati, Nurwahyu. 2010. Pengaruh Penambahan Abu Ampas Tebu
Terhadap Sifat Fisis dan Mekanis Batako. Skripsi. Medan : Universitas
Sumatera Utara. [7]http://teorikuliah.blogspot.com/2009/08/konstr uksi-
plafon.html. Diakses tanggal 15 Maret 2012. [8] Paino. 2011. Pemanfaatan Serat
Bambu sebagai Campuran Gipsum untuk Pembuatan Profil Plafon dengan Bahan
Pengikat Lateks Akrilik.http://repository.usu.ac.id/handle/1234 56789/28435.
Diakses tanggal 15 Maret 2012. [9]Sihotang, Emelda. 2009. Pemanfaatan Abu
Ampas Tebu pada Pembuatan Mortar. Skripsi. Medan : Universitas Sumatera
Utara. [10]Stichting Rubber. 1983. Pembuatan BarangBarang dari Karet Alam.
Cetakan Pertama. Jakarta : Erlangga. [11]Swadaya, Penerba. 2000.
Pembudidayaan Tebu di Lahan Sawah dan Tegalan. Jakarta : Penerba swadaya
Daftar Tabel

1.1 Tabel perbandingan percobaan pembuatan keripik Belimbing Madu.............17

Anda mungkin juga menyukai