SIWALAN
MENJADI PLAFON SEBAGAI WUJUD
PEMBERDAYAAN SUMBER DAYA ALAM YANG
BERASASKAN KEARIFAN LOKAL
gagasan tulisan ini disusun dalam rangka mengikuti Lomba Karya Tulis Ilmiah
SMA/Sederajat Se-Jawa tahun 2015 yang diselenggarakan oleh Unit Kegiatan
Mahasiswa, Pusat riset dan Kajian Ilmiah Mahasiswa, Fakultas Pertanian
Universitas
Diusulkan oleh:
ALIFAH PUSPITA DEWI /
CHINDY YULITA KP/
SITI AFIFATUR ROSYIDA/
H. Mukti S.Pd
NIP.
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas rahmat serta
hidayah-Nya kami dapat menyusun karya tulis dengan judul ” sebagai Wujud
Pemberdayaan Sumber Daya Alam yang Berasaskan Kearifan Lokal”. Karya tulis
ini kami susun untuk mengikuti Lomba Karya Tulis Ilmiah SMA/Sederajat Se-
Jawa 2015 yang diselenggarakan oleh...... sekaligus mensosialisasikan tentang
pengolahan...... Hal ini bermanfaat untuk memberikan solusi bagi masyarakat
dalam penyejahteraan hidup dan pembelajaran tentang kearifan lokal, khususnya
pada generasi muda.
Kami mengucapkan terima kasih terutama kepada pihak-pihak yang telah
membantu dan membimbing penulis dalam menyelesaikan penulisan karya tulis
ini yaitu:
1. H. Mukti S.Pd selaku kepala SMA Negeri 3 Tuban.
2. Nurhayati Angraeni, S.Pd. selaku guru pembimbing.
dan tak lupa kepada teman –teman yang telah memberikan motivasi kepada kami
dalam menyelesaikan karya tulis ini.
Penulis menyadari akan keterbatasan pengalaman dan kekurangan dalam
penulisan karya tulis ini, untuk itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang
bersifat konstruktif agar dapat penulis jadikan sebagai tambahan wawasan dan
pengembangan kreativitas sehingga penulis dapat membuat karya yang lebih baik.
Akhirnya penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada semua pihak
yang telah membantu dan semoga karya tulis ini dapat bermanfaat.
Penulis
ABSTRAK
Oleh :
ALIFAH PUSPITA DEWI/
CHINDY YLITA KP /
SITI AFIFATUR ROSYIDA /
Kabupaten Tuban merupakan salah satu daerah pertanian dan perkebunan
yang subur di provinsi Jawa Timur. Salah satu tanaman yang banyak tumbuh di
Kabupaten Tuban tepatnya di daerah Jalan Manunggal adalah pohon siwalan.
Buah siwalan ini tidak hanya di konsumsi buahnya saja untuk dimakan tetapi
kulitnya juga dapat diolah menjadi bentuk produk yang lain yaitu menjadi bahan
properti seperti plafon.
Dalam pengolahan kulit buah siwalan menjadi salah satu material pokok
bahan bangunan ini terdapat 4 cara yang dapat digunakan yaitu dengan dengan
cara penjemuran, tanpa penjemuran, pengepresan dengan penjemuran dan
pengepresan tanpa penjemuran.
Bahan-bahan yang digunakan juga sangat sederhana yaitu:
1. serabut Buah Siwalan
2. Semen Putih
3. Lem (Rajawali)
4. Triplek
5. Kawat
6. Paku
Alat yang digunakan adalah :
1. Pisau
2. Alat pengepres
3. Nampan
Bahan-bahan diatas umumnya mudah didapat sehingga harga penjualan
plafon dapat dijangkau semua kalangan masyarakat. Plafon ini aman dan tidak
mudah lapuk untuk digunakan karena berbahan dasar dari kulit buah siwalan yang
memiliki banyak kandungan serat yang sangat tinggi yang berguna untuk seberapa
kekuatan yang dapat ditahan oleh plafon tersebut. serabut buah siwalan ini tidak
kalah kuat dan aman dengan plafon produksi pabrik- pabrik terkenal.
>>>>>>>>>>Sementara itu, pembuatan plafon ini memiliki kelebihan
dibandingkan dengan pembuatan plafon pada umumnya. Keripik ini sudah terasa
manis tanpa pemanis buatan sehingga rasa manis keripik belimbing ini tidak
menimbulkan serak pada tenggorokan.
Bahan dasar pembuatan keripik belimbing madu ini tidak membutuhkan
gula sebagai pemanis. Karena rasa manis dari buah belimbing madu ini sudah bisa
dijadikan rasa manis pada keripik belimbing yang sudah jadi. Sehingga dapat
menekan biaya produksi keripik belimbing.
Keuntungan dari pengolahan buah Belimbing Madu ini antara lain dapat
memberikan alternatif pengolahan buah Belimbing Madu, memberikan solusi
kepada para petani dan penjual buah belimbing Madu, dapat meningkatkan
kesejahteraan masyarakat serta memberikan alternatif pilihan makanan ringan
kepada konsumen atau penikmat.
Pengolahan buah Belimbing Madu sebagai alternatif makanan ringan yaitu
keripik, dapat memberikan ide bagi masyarakat Kabupaten Tuban untuk
memanfaatkan buah belimbing Madu sebagai salah satu bahan dasar makanan
ringan, sehingga dapat menciptakan lapangan pekerjaan baru untuk masyarakat
Kabupaten Tuban yang. Dengan adanya hal tersebut, maka tringkat pengangguran
di Kabupaten Tuban dapat diminimalisir.
Pemerintah daerah Kabupaten Tuban, sebaiknya mendukung adanya
pengolahan Belimbing Madu menjadi keripik dengan cara memberikan modal
pinjaman bagi produsen dan memberikan bantuan alat produksi keripik belimbing
yang menggunakan teknologi canggih.
Dengan adanya pemberdayaan sumber daya yang berasaskan kearifan
lokal sebagai sarana pembelajaran masyarakat dan generasi muda khususnya
untuk dapat mencintai tanah air secara umum dan Kabupaten Tuban khususnya
melalui pengembangan potensi sumber daya alam dan manusia.
Penulis
DAFTAR ISI
Hlm.
Halaman Judul …………………………………………………………………… i
Halaman Pengesahan ……………………………………………………………. ii
Kata Pengantar …………………………………………………………………… iii
Abstrak …………………………………………………………………………… iv
Daftar isi …………………………………………………………………………. vi
Daftar tabel………………………………………………………………………. viii
BAB I PENDAHULUAN………………………………………………….. 1
1.1 Latar Belakang ………………………………………………... 1
1.2 Permasalahan ………………………………………………….. 3
1.2.1 Ruang Lingkup ……………………………………….. 3
1.2.2 Batasan Masalah ……………………………………… 3
1.2.3 Rumusan Masalah …………………………………….. 3
1.3 Tujuan Penulisan ……………………………………………… 4
1.4 Manfaat Penulisan …………………………………………….. 4
BAB II KAJIAN PUSTAKA ……………………………………………….. 6
2.1 Buah belimbing………………………………………………. 6
2.2 Keripik……………….. ……………………………………… 8
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ……………………………………. 9
3.1 Rancangan Penulisan …………………………………………. 10
3.2 Sampel / Sumber Data ………………………………………… 11
3.3 Instrumen Penulisan ………………………………………….. 11
3.4 Teknik Pengumpulan Data …………………………………… 12
BAB IV PENGOPTIMALAN PENGOLAHAN BUAH BELIMBING 13
MENJADI KERIPIK SEBAGAI WUJUD PEMBERDAYAAN
SUMBER DAYA ALAM YANG BERASASKAN KEARIFAN
LOKAL
4.1 Cara Pembuatan Plafon Serabut Kulit Siwalan........................... 13
4.2 Kelebihan Plafon Serabut Kulit Siwalan .................................... 18
4.3
Keuntungan Pengolahan Serabut Kulit Siwalan ........................ 19
4.4
Wujud Pemberdayaan Sumber Daya Yang Berasaskan
Kearifan Lokal ........................................................................... 20
BAB V PENUTUP ………………………………………………………….. 22
5.1 Simpulan ………………………………………………………. 22
5.2 Saran ………………………………………………………….. 23
DAFTAR PUSTAKA
BIODATA
LAMPIRAN
1. PENDAHULUAN
Semakin meningkatnya kebutuhan perumahan saat ini menyebabkan kebutuhan
akan bahan bangunan semakin meningkat pula. Seperti yang kita ketahui
bersama, bahan yang digunakan
untuk bangunan terdiri dari bahan-bahan atap, langit-langit (plafon), dinding dan
lantai. Permasalahan adalah bagaimana kita dapat membuat bahan-bahan
tersebut dengan mudah memperoleh bahan bakunya, mutunya baik, tidak
mengganggu kesehatan dan ramah lingkungan.
Hal ini bisa teratasi jika kita memanfaatkan bahan limbah atau bahan sisa untuk
bahan bangunan tersebut.
Adapun salah satu permasalahan utama dalam menyediakan rumah di Indonesia
adalah tingginya biaya konstruksi bangunan dan lahan. Selama ini berbagai
penelitian sudah dilakukan tetapi masih belum ditemukan alternatif teknik
konstruksi yang efisien serta penyediaan bahan bangunan dalam jumlah besar
dan ekonomis. Hal ini dapat memberikan suatu alternatif untuk memanfaatkan
limbah-limbah industri yang dibiarkan begitu saja.
Selama ini kita mengenal plafon dalam beberapa istilah yang berbeda, misalnya
ada yang mengenal plafon dengan sebutan langit-langit. Dalam sejarah, plafon
berasal dari bahasa belanda yang merujuk pada makna garis batas biasanya
horizontal antara lantai dengan atap. Plafon merupakan papan buatan jenis
komposit yang terbuat dari partikel-partikel kayu atau bahan selulosa lainnya
yang diikat dengan perekat organik dan dengan bantuan tekanan dan panas (hot
press) dalam waktu tertentu. [8].
Tebu merupakan salah satu tanaman pengumpul silicon (Si) yaitu tanaman yang
serapan Si-nya melebihi serapannya terhadap air. Selama pertumbuhan (1 tahun),
tebu menyerap Si sekitar 500-700 kg per ha lebih tinggi dibanding unsur - unsur
lainnya. Sebagai pembanding, dalam kurun waktu yang sama tebu menyerap
antara 100-300 kg kalium (K), 40-80 kg fosfor (P), dan 50-500 kg nitrogen (N)
per ha [6].
Produksi gula tebu yang terus meningkat membawa dampak terhadap
peningkatan amapas tebu dengan peningkatan yang besar. Ampas tebu yang
merupakan limbah buangan ini belum dapat dimanfaatkan secara maksimal di
Indonesia seperti negara lain. Di beberapa negara ampas tebu memiliki beberapa
kegunaan yang dimanfaatkan sebagai pembersih lantai, digunakan untuk
menjaga kondisi tanah agar selalu siap pakai untuk pertanian, sebagai makanan
unggas, dibuat plastik dan dapat pula dibuat partikel board. Pada umumnya
ampas tebu digunakan untuk bahan bakar untuk memanaskan boiler pada pabrik
tebu. Dari hasil pembakaran tersebut menghasilkan abu ampas tebu yang juga
dapat difungsikan sebagai pupuk [9].
Ampas tebu adalah hasil sampingan dari proses ekstraksi (pemerahan) cairan
tebu. Dari satu pabrik dapat dihasilkan ampas tebu sekitar 35% - 40% dari berat
tebu yang digiling. Mengingat begitu banyak jumlahnya, maka ampas tebu akan
memberikan nilai tambah untuk pabrik, bila diberi perlakuan lebih lanjut [11].
Poliester kristalin cair merupakan salah satu polimer kristalin cair yang
digunakan industri karena sifat mekanis dan ketahanan terhadap panasnya.
Bersama dengan katalisnya, poliester digunakan sebagai perekat yang baik,
sehingga dapat digunakan bersama bahan lainnya [10].
2. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Plafon
Plafon adalah bagian konstruksi merupakan lapis pembatas antara rangka
bangunan dengan rangka atapnya, sehingga bisa sebagai atau dapat dikatakan
tinggi bangunan dibawah rangka atapnya. Pada dasarnya plafon dibuat dengan
maksud untuk mencegah cuaca panas atau dingin agar tidak langsung masuk ke
dalam rumah setelah melewati atap. Namun demikian dewasa ini plafon tidak
lagi hanya sekedar penghambat panas atau dingin, melainkan juga sebagai hiasan
yang akan lebih mempercantik interior suatu bangunan. Fungsi dari plafon
tersebut adalah: 1. Plafon merupakan bagian dari interior yang harus didesain
sehingga ruangan menjadi sejuk dan enak dipandang (artistik). 2. Plafon sebagai
batas tinggi suatu ruangan tentunya ketinggian dapat diatur sesuaikan dengan
fungsinya ruangan yang ada. Umpamanya; untuk ruang tamu pada sebuah rumah
tinggal cenderung tinggi plafon direndahkan, begitu juga ruang keluarga atau
ruang makan, agar mempunyai kesan lebih familier dan bersahabat. 3. Plafon
berfungsi juga sebagai isolasi panas yang datang dari atap atau sebagai penahan
perambatan panas dari atap. 4. Plafon dapat juga sebagai meredam suara air
hujan yang jatuh diatas atap, terutama pada penutup atap dari bahan logam. 5.
Plafon sebagai finishing (elemen keindahan), mempunyai tempat untuk
menggantungkan bola lampu, sedang bagian atasnya untuk meletakkan kabel-
kabel listriknya [7].
2.2 Siwalan
Pohon Siwalan atau disebut juga Pohon Lontar (Borassus flabellifer) adalah
sejenis palma (pinang-pinangan) yang tumbuh di Asia Tenggara dan Asia
Selatan. Pohon Lontar (Borassus flabellifer) menjadi flora identitas provinsi
Sulawesi Selatan. Pohon ini banyak dimanfaatkan daunnya, batangnya, buah
hingga bunganya yang dapat disadap untuk diminum langsung sebagai legen
(nira), difermentasi menjadi tuak ataupun diolah menjadi gula siwalan (sejenis
gula merah).
Pohon Siwalan (Lontar) merupakan pohon palma (Palmae dan Arecaceae) yang
kokoh dan kuat. Berbatang tunggal dengan ketinggian mencapai 15-30 cm dan
diameter batang sekitar 60 cm. Daunnya besar-besar mengumpul dibagian ujung
batang membentuk tajuk yang membulat. Setiap helai daunnya serupa kipas
dengan diameter mencapai 150 cm. Tangkai daun mencapai panjang 100 cm.
Buah Lontar (Siwalan) bergerombol dalam tandan dengan jumlah sekitar 20-an
butir. Buahnya bulat dengan diameter antara 7-20 cm dengan kulit berwarna
hitam kecoklatan. Tiap butirnya mempunyai 3-7 butir daging buah yang
berwarna kecoklatan dan tertutupi tempurung yang tebal dan keras.
Pohon Siwalan atau Pohon Lontar dibeberapa daerah disebut juga sebagai ental
atau siwalan (Sunda, Jawa, dan Bali), lonta (Minangkabau), taal (Madura), dun
tal (Saksak), jun tal (Sumbawa), tala (Sulawesi Selatan), lontara (Toraja), lontoir
(Ambon), manggitu (Sumba) dan tua (Timor). Dalam bahasa inggris disebut
sebagai Lontar Palm
Pohon Siwalan atau Lontar mulai berbuah setelah berusia sekitar 20 tahun dan
mampu hidup hingga 100 tahun lebih.