Anda di halaman 1dari 14

BBC Indonesia mengumpulkan pertanyaan Anda soal krisis kemanusiaan di

negara bagian Rakhine, Myanmar, yang menyebabkan sekitar 87.000 umat Muslim
Rohingya mengungsi ke Bangladesh untuk menyelamatkan diri dari kekerasan.

Kami menerima lebih dari 200 pertanyaan dari pembaca tentang apa yang kini tengah
terjadi di Myanmar. Kami pilih tujuh pertanyaan yang sering diajukan, dan berikut ini
adalah jawabannya.

Bagaimana awal mula permasalahan etnis Rohingya dan latar belakang terjadinya
konflik?

Sejak lebih dari sepekan lalu, kekerasan terbaru meletus di negara bagian Rakhine,
Myanmar, yang banyak dihuni Muslim Rohingya.

Gelombang kekerasan baru ini menandai eskalasi dramatis sejak Oktober 2016 lalu
ketika milisi Rohingya melakukan serangan dengan skala yang lebih kecil.

Para pengungsi menuduh aparat keamanan Myanmar dan kelompok militan radikal
Buddha membakar desa-desa mereka.

Pemerintah Myanmar berdalih, pasukan keamanan mereka sekadar mengambil


langkah balasan terhadap serangan bulan lalu terhadap lebih dari 20 pos polisi oleh
milisi Rohingya.

Bentrokan susulan sesudah itu membuat banyak warga sipil baik Islam maupun
Buddha, lari menyelamatkan diri dari desa-desa mereka.
 Krisis terbaru Rohingya: bagaimana seluruh kekerasan bermula?
 Perjalanan para pengungsi Rohingya menghindari kekerasan
 'Rohingya adalah kita': Solidaritas agama atau kemanusiaan?

Setelah serangan milisi pada bulan Oktober 2016, militer melakukan operasi
pembalasan yang keras, dan banyak warga Rohingya menuduh bahwa dalam operasi
itu pasukan keamanan melakukan pemerkosaan, pembunuhan, pembakaran desa dan
penyiksaan.

PBB sudah menyebut serangan balasan dari militer terhadap etnis Rohingya pada
Oktober lalu sebagai kejahatan terhadap kemanusiaan.

Militer Myanmar mengatakan mereka sebisa mungkin akan menahan diri tapi juga
menegaskan 'punya hak untuk membela diri dari serangan-serangan teroris'.

PBB mendefinisikan Rohingya sebagai minoritas agama dan bahasa dari Myanmar
barat dan bahwa Rohingya adalah salah satu dari minoritas yang paling dipersekusi
atau paling mendapat perlakuan buruk di dunia.
Namun asal kata Rohingya, dan bagaimana mereka muncul di Myanmar, menjadi isu
kontroversial. Sebagian sejarawan mengatakan kelompok ini sudah berasal dari
ratusan tahun lalu dan lainnya mengatakan mereka baru muncul sebagai kekuatan
identitas dalam seabad terakhir.

Hak atas fotoSUZAUDDIN RUBEL/AFP/GETTY IMAGESImage captionPengungsi Rohingya dari


negara bagian Rakhine di Myanmar berjalan di sepanjang jalan setapak dekat Teknaf,
Bangladesh, pada Selasa (04/09).

Pemerintah Myanmar berkeras bahwa mereka adalah pendatang baru dari subkontinen
India, sehingga konstitusi negara itu tidak memasukkan mereka dalam kelompok
masyarakat adat yang berhak mendapat kewarganegaraan.

Mereka tinggal di salah satu negara bagian termiskin di Myanmar, dan gerakan dan
akses mereka terhadap pekerjaan sangat dibatasi.
Secara historis, mayoritas penduduk Rakhine membenci kehadiran Rohingya yang
mereka pandang sebagai pemeluk Islam dari negara lain dan ada kebencian meluas
terhadap Rohingya di Myanmar.
 Menlu RI serahkan formula, pelapor khusus PBB dan Malala kritik Suu Kyi
 Rohingya di Myanmar: Kebenaran, kebohongan dan Aung San Suu Kyi

Di sisi lain, penduduk Rohingya merasa bahwa mereka adalah bagian dari Myanmar
dan mengklaim mengalami persekusi oleh negara. Negara tetangga Bangladesh sudah
menerima ratusan ribu pengungsi dari Myanmar dan tak mampu lagi menampung
mereka.

Banyak warga Rohingya yang tinggal di kamp penampungan sementara setelah


dipaksa keluar dari desa mereka oleh gelombang kekerasan komunal yang menyapu
Rakhine pada tahun 2012.
Apa bantuan yang diberikan Indonesia terhadap muslim Rohingya?

Menteri Luar Negeri Retno Marsudi sudah bertemu dengan Aung San Suu Kyi untuk
membicarakan upaya penyelesaian masalah Rohingya. Dalam pertemuan tersebut,
Menlu menyerahkan Formula 4+1, yang isinya:

 Mengembalikan stabilitas dan keamanan

 Menahan diri secara maksimal dan tidak menggunakan kekerasan

 Perlindungan kepada semua orang yang berada di negara bagian Rakhine, tanpa memandang suku dan
agama

 Pentingnya segera dibuka akses untuk bantuan keamanan

"Saya hadir di Myanmar membawa amanah masyarakat Indonesia, yang sangat


khawatir terhadap krisis kemanusiaan di Rakhine dan agar Indonesia membantu," jelas
Menlu Retno kepada Aung San Suu Kyi, seperti tertulis dalam pernyataan pers
Kementerian Luar Negeri Indonesia.

"Empat elemen pertama merupakan elemen utama yang harus segera dilakukan agar
krisis kemanusian dan keamanan tidak semakin memburuk," jelas Menlu RI.
Apa langkah tegas PBB dalam menyikapi konflik inidan solusi agar warga Rohingya bisa
hidup dengan baik dan tidak merasa hidupnya terancam?
Pelapor khusus PBB soal hak asasi manusia untuk Myanmar, Yanghee Lee, sudah
mengkritik pemimpin de facto negara itu, Aung San Suu Kyi, karena gagal melindungi
minoritas Muslim Rohingya.

Menurut Yanghee Lee, situasi di Rakhine "sangat gawat" dan ini adalah waktunya bagi
Suu Kyi untuk "turun tangan".

Sementara itu, berbagai lembaga pemantau Hak Asasi manusia (HAM) melanjutkan
desakan agar pemerintah Myanmar mengizinkan Tim Pencari Fakta (TPF) yang
dibentuk Dewan HAM PBB untuk masuk dan mengungkap kebenaran peristiwa
kekerasan di negara bagian Rakhine, tempat tinggal umat sebagian besar Muslim
Rohingya.

Hak atas fotoAFP/GETTY IMAGESImage captionMenlu Indonesia Retno Marsudi sudah bertemu
dengan Aung San Suu Kyi untuk meminta pemerintah Myanmar menghentikan kekerasan di
Rakhine.

TPF kasus Rohingya, yang dibentuk Dewan HAM PBB pada Maret 2017, sejauh ini
belum mendapatkan izin melakukan tugasnya ke Myanmar, karena otoritas negara itu
menolak keberadaan tim tersebut.
Kenapa ASEAN tak ada respons untuk mendamaikan atau mencari solusi untuk
mendamaikan? Bagaimana pembahasan Rohingya di forum resmi ASEAN?

ASEAN sejauh ini belum mengeluarkan pernyataan apa pun terkait krisis kemanusiaan
di Myanmar.
Bagaimana sikap Aung San Suu Kyi sebagai pemenang Nobel Perdamaian atas
keberadaan etnis Rohingya di Myanmar?
Aung San Suu Kyi, sebagai pemimpin de facto Myanmar, telah banyak dikecam karena
tidak mengeluarkan pernyataan atau mengakui krisis yang terjadi di Rakhine terhadap
etnis minoritas Rohingya.

Pelapor khusus PBB soal hak asasi manusia untuk Myanmar Yanghee Lee
mengatakan bahwa Suu Kyi berada dalam posisi yang sulit namun tetap mengkritiknya
karena tidak mengecam kekerasan.

"Dia terperangkap antara batu dan tempat yang keras, namun saya kira saatnya
baginya untuk ke luar dari sana sekarang," kata Yanghee Lee.
 Foto-foto palsu kekerasan di Myanmar yang memperparah ketegangan
 Krisis Rohingya: 'Kami dengar orang-orang berteriak bakar, bakar, bakar'
Tokoh lain yang mengecam Suu Kyi adalah peraih Nobel Perdamaian lain, Malala
Yousafzai, yang mengatakan bahwa dia dan dunia menunggu pernyataan dari Suu Kyi.
Konflik antara pemerintah Myanmar dengan Rohingnya, apakah benar benar karena
murni faktor agama atau karena faktor lainnya?

Ada sisi agama dalam konflik ini, namun juga ada ketegangan antaretnis dan ekonomi.

Komunitas Rakhine merasa terdiskriminasi secara budaya, dieksploitasi secara


ekonomi dan terpinggirkan oleh pemerintah pusat yang didominasi oleh etnis Burma.

Dalam situasi ini, etnis Rohingya, oleh orang Rakhine dianggap sebagai pesaing dalam
perebutan sumber daya, sehingga menimbulkan ketegangan di negara bagian itu yang
kemudian memicu konflik dari dua kelompok etnis tersebut.

Hak atas fotoJASMIN RUMI/AFP/GETTY IMAGESImage captionPengungsi Rohingya beristirahat


sementara di bawah tenda sementara di tengah lapangan di Ukhiya, Bangladesh, 3 September
2017.
Myanmar juga memiliki sejarah panjang ketidakpercayaan antaretnis yang dibiarkan
ada, dan kadang dieksploitasi, oleh militer.

Meski sering disebut tidak ada hubungan langsung antara berbagai ketegangan
kelompok masyarakat, namun rasa tidak percaya anter-etnis tersebut kini terbuka
setelah ada kebebasan.

Pengamat mengatakan bahwa pemerintah tidak cukup melakukan upaya mengatasi


kekerasan dan karenanya memunculkan risiko konflik lanjutan.
Bagaimana cara memberi bantuan ke pengungsi Rohingya?

Ada banyak cara yang bisa dilakukan, dari mulai mengirimkan makanan dan obat-
obatan lewat Aliansi Kemanusiaan Indonesia untuk Myanmar (AKIM) yang diresmikan
Menteri Luar Negeri Retno Marsudi, Kamis (31/08) lalu, meski akses bantuan belum
terbuka.

Aksi demonstrasi pun termasuk bentuk memberikan bantuan, meski tak semua orang
menganggap ini efektif.

Selain itu, sudah ada sekitar 12.000 pengungsi Rohingya di Indonesia yang
membutuhkan bantuan Anda.

Atau malah menjadi relawan anti-hoax untuk tidak menyebarkan berbagai foto
menyesatkan di media sosial.
http://www.bbc.com/indonesia/dunia-41149698

ERANAN AHLI GEOLOGI DI NUSA TENGGARA BARAT DALAM MITIGASI


BENCANA GEOLOGI

Kusnadi, Radyus Ramli Hindarman, Muhamaddin, Heryadi Rachmat

IAGI NUSRA Jl. Majapahit No. 40 Mataram Telp. (0370)621356


Fax.(0370)625766 E-Mail : kusnadi.dpe@gmail.com

Abstrak

Wilayah Nusa Tenggara Barat menempati posisi tatanan geologi yang kompleks dimana
terjadi benturan antara dua lempeng bumi Indo-Australia dan Eurasia yang terus bergerak
membentuk wilayah Nusa Tenggara Barat mengalami proses geologi yaitu sedimentasi,
pengangkatan, perlipatan dan patahan. Proses geologi ini selain menyebabkan Nusa
Tenggara Barat memiliki sumberdaya mineral dan panas bumi, juga mengakibatkan wilayah
Nusa Tenggara Barat memiliki gunung api aktif, memiliki pusat – pusat gempa bumi, dan memiliki
sebaran potensi rentan tanah longsor. Hal ini menyebabkan wilayah Nusa Tenggara Barat
memiliki potensi untuk terkena bencana geologi yaitu letusan gunungapi, gempa bumi, tsunami
dan tanah longsor.
Selama kurun waktu lebih kurang tiga puluh tahun wilayah Nusa Tenggara Barat (NTB),
telah kerap kali mengalami bencana geologi yang berupa gempa bumi dan tsunami, letusan
gunungapi, tanah longsor, dan amblesan tanah (subsidence). Bencana geologi ini telah
menimbulkan korban jiwa maupun kerusakan harta benda, antara lain : gempa bumi/tsunami
(Lunyuk 1979, Lombok Barat 1979, 2004 dan Dompu 2003), letusan gunungapi (Rinjani 1994,
2004, 2009 dan Sangeang Api 1985, 1997, 2009) dan tanah longsor (Cerorong 1994, Pusuk
2000, dan Dusun Kerujuk Pamenang), penurunan tanah (Dusun Terangtawah, Pamenang
Lombok Barat 200),serta banjir bandang (Sumbawa dan Lombok Barat 2009).
Bencana alam berupa letusan gunungapi, gempabumi/tsunami, tanah longsor dan
penurunan tanah, merupakan bencana yang tidak dapat dicegah dengann ilmu pengetahuan
serta teknologi yang ada sekarang dan sampai saat ini belum mampu memprediksi secara tepat
kapan bencana tersebut dapat terjadi untuk itu, ahli geologi di Nusa Tenggara Barat yang
tergabung dalam IAGI Pemda NTB telah melakukan kegiatan mitigasi bencana geologi mulai dari
identifikasi, pemetaan daerah rawan bencana, dan penyusunan rencana strategi (penyuluhan,
publikasi dll). Hal ini bertujuan untuk mengurangi dampak dari bencana alam tersebut.
Untuk kelancaran kegiatan mitigasi bencana geologi juga di butuhkan sinergitas dari
berbagai pihak baik pemerintah, masyarakat maupun lembaga yang terkait.

PENDAHULUAN

Bencana alam adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang disebabkan oleh alam, yang
mengakibatkan korban dan penderitaan manusia, kerugian harta benda, kerusakan lingkungan,
kerusakan sarana prasarana dan fasilitas umum serta menimbulkan gangguan terhadap tata
kehidupan dan penghidupan masyarakat”. Sedangkan pengertian mengenai Bencana alam
beraspek geologi secara umum, adalah bencana alam yang diakibatkan oleh proses geologi
berupa :gempabumi, letusan gunungapi dan gerakantanah, banjir, dll.

Di wilayah Nusa Tenggara Barat telah terjadi "bencana alam beraspek geologi” yang telah
menimbulkan korban jiwa dan kerusakan harta benda cukup besar. Hal ini disebabkan posisi
Indonesia terletak pada kelompok lingkaran ‘Api Pasifik’ yang merupakan tempat tiga lempeng
berukuran benua (Lempeng Hindia-Australia, Lempeng Pasifik dan Lempeng Eurasia),
berinteraksi dan berbenturan (collision) satu dengan lain yang geraknya dapat bersifat
‘divergensi’, ‘konvergensi’ atau ‘shear’ (gesekan). Batas lempeng ini sangat labil dan ditandai oleh
gunungapi yang aktif serta kegempaan yang tinggi, di tempat inilah tertumpuk energi raksasa
yang sewaktu-waktu terlepas dalam bentuk gempabumi atau letusan gunungapi, serta kelainan
gejala geofisik lain seperti anomali gravitasi, magnetisme dan sebagainya.

Secara umum Penanggulangan bencana dapat diartikan sebagai "segala upaya dan kegiatan yang
meliputi mitigasi, pengawasan, penyelamatan, rehabilitasi dan rekonstruksi baik sebelum, saat dan
setelah bencana terjadi”.
Wilayah Nusa Tengara Barat terdiri atas dua pulau utama yaitu Pulau Lombok dan Pulau
Sumbawa, dengan luas total ± 20.153 km2; dan penduduk ± 3.646.000 jiwa.

Dari beberapa kejadian bencana alam beraspek geologi, seringkali satu


bencana diikuti bencana lainnya yang merupakan bencana susulan (sekunder) namun tidak
kalah bahayanya. Sebagai contoh bila terjadi gempabumi dapat terjadi gerakantanah atau
longsoran dan pada musim hujan dapat terjadi banjir bandang. Sedangkan akibat letusan
gunungapi yang menghasilkan timbunan material di bagian lereng, pada musim hujan dapat pula
terjadi banjir lahar atau banjir bandang.

BENCANA ALAM GEOLOGI DI WILAYAH NUSA TENGGARA BARAT


Nusa Tenggara Barat merupakan kelanjutan Jalur Sumatera-Jawa yang termasuk dalam
Kumpulan Sunda dan terletak pada pertemuan 2 lempeng, yaitu Lempeng Hindia-Australia
dan Eurasia yang ditandai munculnya 3 gunungapi aktif dan kegempaan yang tinggi (Gambar
1).

Lempeng-lempeng tersebut mempunyai sifat yang berlainan, Lempeng Asia bersifat asam dan
Lempeng-lempeng Hindia-Austalia dan Pasifik bersifat basa, akibatnya gunungapi di Indonesia
sifatnya eksplosif, sulit diduga dan sulit dikendalikan. Sebaliknya gunungapi yang muncul di
tengah Lempeng Samudera seperti di Hawaii dan Islandia umumnya tidak eksplosif.

Dari hasil pengamatan beberapa kejadian bencana alam geologi di wilayah Nusa Tenggara Barat,
baik yang diperoleh langsung di lapangan maupun dari catatan sejarah (laporan), umumnya
bencana alam gempabumi selalu diikuti dengan gerakantanah dan banjir. Demikian
pula letusan gunungapi umumnya selalu diikuti dengan bencana banjir, adakalanya disertai
dengan gerakantanah. Berikut ini adalah beberapa catatan bencana alam geologi berupa
gempabumi, letusan gunungapi dan gerakantanah, sebagian disertai banjir yang paling menonjol
di wilayah Nusa Tenggara Barat.

GEMPABUMI, TSUNAMI, GERAKANTANAH DAN BANJIR

Kejadian Gempabumi di wilayah Nusa Tenggara Barat telah menimbulkan korban jiwa dan
kerusakan harta benda cukup besar, umumnya apabila gempabumi disertai tsunami (gelombang
pasang) yang kemudian diikuti dengan gerakantanah dan banjir. Gempabumi tersebut
diantaranya adalah :
 Gempabumi disertai Tsunami Lunyuk Sumbawa, pada 17 Agustus 1977 dengan epicentrum
11,1O LS, 119,0O BT, magnitude 7 Skala Richter, kedalaman 33 km, bencana yang ditimbulkan
107 orang tewas, 54 orang hilang, 440 rumah hancur, 467 perahu hilang/rusak, 10 sekolah dan
rumah guru ambruk.
 Gempabumi Lombok, 30 Mei 1979 dengan epicentrum 8,207O LS dan 115,549O BT (pantai
Tanjung), magnitude 6,5 skala Richter, kedalaman 25 km, dan juga mengakibatkan tanah longsor
telah menimbulkan korban jiwa 28 orang meninggal, 29 orang lukaberat dan 50 orang luka
ringan. Kerusakan fisik berupa sarana peribadatan 295 buah rusak berat dan 203 rusak ringan,
sarana pendidikan 88 rusak berat dan 109 rusak ringan, sarana kesehatan 6 rusak berat dan 6
rusak ringan, sarana perekonomian 111 rusak berat dan 5 rusak ringan, sarana pemerintahan 49
rusak berat dan 24 rusak ringan, rumah 3977 rusak berat dan 5868 rusak ringan
 Gempabumi Dompu, 23 Januari 2003 terjadi pukul 08.08 Wita dengan episentrum 8,2º LS &
118,57º BT pada kedalaman 33 km, dengan magnitute 5 SR atau V-VI skala MMI. Korban dan
kerusakan berupa 2 org luka berat, 504 bangunan rusak meliputi: rumah penduduk, puskesmas
& fasilitas pendidikan, 1.977 warga kehilangan tempat tinggal di desa Daha & Hu’u, Kecamatan
Hu’u, Kabupaten Dompu. Gempa terasa V-VI MMI di Dompu. Pusat gempa di laut Flores,  40
km utara Bima (Gambar 10), sarana perekonomian sekitar 111 rusak berat dan 5 rusak ringan.
 Gempabumi Lombok, 2 Januari 2004 terjadi pada pukul: 03: 59: 30,02 WIB, Magnitude : 5,4 SR
(USGS, USA). Kedalaman : 33 Km pusat gempabumi (epicenter) : 8,4o LS dan 115,95o BT. Pusat
gempabumi berkemungkinan pada sistem sesar naik busur belakang (Flores) di wilayah utara
Nusatenggara.. Kerusakan di Pulau Lombok (kota Mataram, Kecamatan Sikur, Montong Gading,
Pemenang, Sekotong, Selagalas, Cakranegara, dan Kecamatan Batukliang), berupa 32 orang
luka-luka, 2.224 rumah penduduk rusak, 24 masjid dan musholla rusak, 7 sekolah dan 1 tempat
Pendidikan Al Quran (TPA) rusak, 9 rumah guru rusak. (Gambar 12).
 Gempabumi Sumbawa dan Bima terjadi pada bulan Juni dan Juli 2009 pada posisi 7,74o LS -
117,23o BT (14 Juni 2009); 10,9o LS - 117,66o BT (9 Juli 2009) dan 8,93o LS – 117,75o BT (20 Juli
2009) berkekuatan 5,4 – 5,7 SR dengan kedalaman pusat gempa antara 40 – 21 km, sejauh ini
kerusakan yang dilaporkan terjadi di Desa Labangka, 13 rumah penduduk rusak, dan 3
diantaranya tidak bias dihuni (Gambar 1) dan gempa-gempa tersebut tidak meinbulkan korban
jiwa.

Letusan Gunungapi dan Banjir

Gunungapi aktif tipe A di wilayah Nusa Tenggara Barat berjumlah sekitar 3 buah yang termasuk
dalam Kumpulan Sunda, terdapat di Pulau Lombok dan Sumbawa. Masing-masing gunung
tersebut sebagai berikut :
 G. Rinjani (+3726 m) merupakan gunungapi tertinggi kedua di Indonesia setelah G. Kerinci
(+3800m) di Sumatera, dan Gunung Barujari yang muncul dari kawah lamanya .
 G. Tambora merupakan gunungapi paling banyak menelan korban di Indonesia, bahkan di dunia
(lk 92.000 jiwa) akibat letusannya tahun 1815, sehingga membentuk kaldera berdiameter ± 7 km
dengan kedalaman ± 1 km dan abunya telah mempengaruhi perubahan global pada iklim.
 Gunung Sangeang Api adalah gunungapi aktif tipe strato yang terletak di P. Sangeang. Sifat
erupsinya adalah eksplosif dan ada juga kombinasi eksplosif dengan efusif yang dicirikan oleh
pembentukan kubah lava, guguran lava pijar dan leleran lava,

Berikut adalah letusan gunungapi yang diserati banjir yang terjadi di wilayah Nusa Tenggara
Barat, diantaranya adalah :
 Letusan Sangeangapi sejak tahun tahun 1953, 1985 dan 1997 (Gambar.1) telah menghasilkan
aliran lava, awan panas, jatuhan piroklastika dan banjir lahar, sehingga menyebabkan beberapa
kali pengungsian seluruh penduduk dari Sangeang Pulau ke Sangeang Darat. Pada tahun 2009
aktivitas vulkanik pada gunung ini mulai aktif kembali sejak tanggal 2 Juni 2009, dimana dari
pantauan visual tampak hembusan asap putih dengan ketinggian maksimum ± 15 m dari bibir
kawah
 Letusan G. Barujari tahun 1944, 1966 dan pada Juni 1994 (Gambar.2) telah menghasilkan
aliran lava, endapan piroklastika dan banjir lahar. Akibat letusan terakhir ini, endapan abunya
telah telah menyebabkan banjir lahar yang memakan korban 37 orang meninggal, kerusakan
bangunan/rumah, sawah dan pendangkalan saluran irigasi. Di samping itu puluhan jadwal
penerbangan internasional dari dan ke Denpasar tertunda, karena lemparan abu hasil letusan G.
Barujari cukup tinggi.
Setelah periode 1994, sampai saat ini Gunung Barujari telah mengalamai 2 kali letusan yaitu
pada tahun 2004 dan Mei 2009. Letusan pada periode 2009 (Gambar.3) menghasilkan material
berupa debu, pasir, lava dan batu pijar yang jatuh/terendapkan disekitar kawah. Jatuhan abu juga
dapat tersebar di sekeliling G. Rinjani tergantung pada arah angin. Apabila letusannya membesar
ancaman bahaya akan terjadi di bagian utara G. Rinjani, terutama di daerah aliran Sungai Kokok
Putih yang berhulu di area bukaan kawah. Apabila terjadi limpahan air Danau Segara Anak,
akibat letusan, maka dapat menyebabkan banjir bandang di Sungai Kokok Putih.

Banjir Bandang dan Gerakantanah

Selama kurun waktu 30 tahun, di wilayah Nusa Tenggara Barat telah terjadi beberapa kali
gerakantanah dan banjir yang menimbulkan korban jiwa dan kerusakan harta benda. Lokasi
kejadian tanah longsor dan banjir tersebut diantaranya :
 Dusun Cerorong, Kecamatan Pringgarata Kabupaten Lombok Tengah tahun 1994, terjadi
longsoran yang membentuk lembah yang luas dan dalam (>30 m), berjarak sekitar 40 meter dari
pemukiman, jalan dan sekolah yang sekarang telah direlokasi ke tempat baru. Pada tahun yang
sama di Dusun Berora Kecamatan Gerung Lombok Barat, juga terjadi longsor yang merenggut
korban jiwa 4 orang dan kerusakan pada rumah penduduk.
 Gunung Pusuk, Kecamatan Aikmel (tahun 1997) terjadi longsoran yang menyebabkan putusnya
jalan pintas antara Aikmel dengan Desa Sembalun yang menyebabkan korban jiwa. Pada tahun
yang sama di Dusun Batubolong, Kecamtan Gunung Sari Lombok Barat, terjadi longsoran yang
menyebabkan retakan dan bergeraknya tanah secara perlahan-lahan seluas ± 20.000 m2, dan
diungsikannya penduduk sebanyak 11 KK.
 Dusun Manggala Kabupaten Lombok Barat, pada bulan Januari 1999 terjadi longsoran yang
menyebabkan rumah tertimbun lumpur dan gelundungan batu dengan diameter sampai 1 m,
sehingga penduduk diungsikan.
 Jalan trans Sumbawa Besar – Lunyuk pada km 67- km 86 longsoran terjadi hampir tiap tahun di
musim penghujan dan pernah mengakibatkan terisolirnya Kota Kecammatan Lunyuk, karena
terputusnya jalan.
 Dusun Ni’u Kecamatan Rasana’e Kabupaten Bima (tahun 2000) terjdi longsoran seluas 18.900
m2 menyebabkan kerusakan pada ladang dan pekuburan penduduk.
 Dusun Terong Tawah, Kecamatan Labuapi Kabupaten Lombok Barat pada tahun 2001, terjadi
amblesan yang mengakibatkan amblesnya rumah penduduk akibat adanya aliran air tanah yang
mengerus dan membentuk rongga di bawah tanah.
 Dusun Kerujuk, Kecamatan Pemenang Barat, Kabupaten Lombok barat tahun 2002 terjadi
longsoran yang menyebabkan terkuburnya ladang, 7 buah rumah penduduk serta hewan piaraan,
diakibatkan perubahan fungsi lahan.
 Kecamatan Labuapi Kabupaten Lombok Barat, Kecamatan Gangga Kabupaten Lombok utara,
Kota mataram dan Kabupaten Sumbawa Barat pada bulan Januari 2009, terjadi banjir bandang
dan tanah longsor yang mengakibatkan kerusakan jalan, perumahan penduduk, lahan pertanian
dan korban jiwa. Banjir ini diakibatkan oleh curah hujan yang tinggi, jenis litologi dan perubahan
tata lahan dari hutan menjadi fungsi lahan lainnya seperti ladang, kebun atau pemukiman
sehingga lahan menjadi kritis.
 Mambalan dan Desa Mekarsari, Kecamatan Gunungsari, Kabupaten Lombok Barat April 2009.
Gerakan tanah yang terjadi berupa longsoran bahan rombakan, material longsoran berupa aliran
lumpur dan batuan piroklastik (tras batuapung). Longsoran terjadi pada tebing sungai di bagian
hulu dan lereng perbukitan yang banyak dimanfaatkan sebagai lokasi pemukiman. Disamping itu
juga terjadi banjir akibat volume air hujan yang berlebihan dan pemampatan material longsor
pada bagian hulu sungai sehingga sungai tidak mampu menampung air sehingga melimpah
kebagian samping sungai mencapai 10–50 m.

LANGKAH-LANGKAH PENANGGULANGAN BENCANA ALAM

Untuk mengatisipasi bencana alam beraspek geologi tersebut, para ahli geologi diwilayah Bali-
Nusa Tenggara yang tergabung dalam IAGI Pengda Nusa Tenggara telah melakukan berbagai
upaya ‘penanggulangan’ berupa mitigasi, kewaspadaan dan penyuluhan yang dilakukan
sebelum terjadinya bencana. Sedangkan penyelidikan adakalanya
disertai penyuluhan dilakukan pada saat setelah terjadinya bencana. Dalam melakukan upaya
penyelidikan, para ahli geologi di lapangan bekerjasama dengan para ahli dari berbagai disiplin
ilmu terkait untuk membuat suatu rekomendasi sebagai langkah-langkah
penanggulangan. Penjelasan mengenai kegiatan penanggulangan tersebut adalah sebagai
berikut :
 Mitigasi adalah segala upaya dan kegiatan yang dilakukan untuk meniadakan sebagian atau
seluruh bencana yang terjadi, diantaranya berupa menyiapkan peta rawan bencana gunungapi,
gempabumi , gerakantanah dan pembangunan pos pengamat gunungapi, gempabumi dan
gerakantanah.
 Kewaspadaan adalah segala upaya dan kegiatan yang dilakukan untuk mengurangi dan
memperkecil akibat-akibat yang ditimbulkan oleh bencana, diantaranya berupa kegiatan
pemantauan, penyuluhan dan pelatihan, gawar dini dan penyebaran informasi.
 Rekomendasi dibuat berdasarkan hasil pemantauan di lokasi kejadian berupa penyelidikan
geologi yang meliputi penyebab terjadinya bencana dan memprediksi kemungkinan terjadinya
bencana susulan serta langkah-langkah yang harus dilakukan.
 Penyuluhan dan Pelatihan adalah kegiatan yang dapat dilakukan langsung di lokasi pada saat
setelah terjadinya bencana atau secara periodik di wilayah-wilayah yang berpotensi bencana
alam beraspek geologi. Kegiatan tersebut dimaksudkan untuk meningkatkan
kemampuan/keterampilan masyarakat dan Aparat setempat, dalam menghadapi terjadinya
bencana agar mampu melakukan pencegahan dan mitigasi serta penanganan bencananya.

Berdasarkan beberapa pengalaman, bencana alam geologi berupa gempabumi dan letusan
gunungapi umumnya sering diikuti oleh jenis bencana alam lainnya seperti
tsunami, gerakantanah dan banjir. Sehingga untuk membuat rekomendasi penanggulangannya,
harus bersifat ‘konperhensif’ dan disesuaikan dengan kondisi potensi bencana alam geologi
setempat.

Berikut adalah beberapa upaya penanggulangan bencana alam geologi yang umum harus
dilakukan.
 Langkah Penanggulangan Bencana Alam Gempabumi
Penyusun peta zona rawan gempabumi beserta ikutannya seperti tsunami dan tanah longsor,
penyusunan persyaratan pembanguan, gedung/ bangunan bekerjasama dengan pihak terkait,
pemantauan/monitoring lokasi-lokasi rawan gempa, penyelidikan di lokasi kejadian bencana alam
gempabumi dan penyiapan penduduk melalui penyuluhan dan pelatihan.
 Langkah Penanggulangan Bencana Alam Letusan Gunungapi
Mengadakan sosialisasi Peta Daerah Bahaya Gunungapi (Rawan Bencana Gunungapi),
Pemantauan/monitoring gunungapi secara visual, seismik, petrokimia, kimia, kemagnetan,
deformasi muka bumi, tahanan jenis dan statistik, Penyelidikan di lokasi kejadian letusan
gunungapi dan Penyiapan penduduk melalui penyuluhan dan pelatihan
 Langkah Penanggulangan Bencana Alam Gerakantanah
Penyusunan Peta Zona rawan gerakan tanah, Pemantauan/monitoring lokasi-lokasi rawan
gerakantanah, Penyelidikan di lokasi terjadinya gerakantanah dan Penyiapan penduduk melalui
penyuluhan dan pelatihan.
 Langkah Penanggulangan Bencana Alam Banjir
Penyusunan peta Zona rawan banjir, Pemantauan/monitoring lokasi-lokasi banjir, Pembuatan
bangunan penanggulangan banjir, Penyelidikan di lokasi kejadian bencana alam banjir dan
Penyiapan penduduk melalui penyuluhan dan pelatihan.

KESIMPULAN

Kesimpulan yang dapat dibuat dari hasil uraian di atas adalah sebagai berikut :
 Wilayah Nusa Tenggara Barat terletak pada pertemuan 2 lempeng, yaitu Lempeng Hindia-
Australia dan Eurasia sehingga merupakan daerah labil dan berpotensi akan terjadinya bencana
alam geologi berupa gempabumi, letusan gunungapi, gerakantanah dan banjir. Hal ini ditandai
dengan munculnya 3 gunungapi aktif dan kegempaan yang tinggi.
 Bencana alam geologi adalah suatu gejala alam yang tidak dapat dicegah dan selalu dikaitkan
dengan bahaya terhadap jiwa manusia, kerugian harta benda dan kerusakan lingkungan
hidup. Untuk mengantisipasi berbagai bencana tersebut, para ahli geologi yang tergabung dalam
IAGI Nusa Tenggara telah melakukan berbagai upaya penanggulangan berupa mitigasi,
kewaspadaan, penyelidikan, penyuluhan dan pelatihan. Penyelidikan merupakan kegiatan yang
dilakukan pada saat setelah terjadinya bencana untuk mengetahui penyebab bencana dan
kemungkinan bencana susulan yang mungkin timbul, sebagai bahan rekomendasi kepada
instansi terkait untuk penanggulangan bencana tersebut.
 Proses tektonik lempeng adalah motor penggerak letusan gunungapi dan gempabumi serta
bencana alam geologi lainnya, sehingga pengertian tentang proses ini dapat membantu kita
dalam usaha menanggulangi bencana-bencana tersebut. Geosains khususnya geofisika adalah
pengetahuan yang mempelajari sifat fisika bumi. Salah satu tujuan utama ilmu geofisika adalah
meramalkan kejadian mendatang termasuk bencana alam gempabumi, letusan gunungapi dan
banjir.
Foto dan peta kejadian bencana geologi di Provinsi Nusa Tenggara Barat

DAFTAR PUSTAKA

1. Adjat Sudradjat., 1992. Majalah Pertambangan dan Energi No. 6/Thn XVII/1992.
2. ……………………., 1989. Forecasting And Mitigation Hazard In Indonesia. in : Pusat Penelitian
dan Pengembangan Geologi, Geologi Kuarter Kaitannya Dengan Bencana Alam. : 24-40
3. ................................, 199?, Seputar Gunungapi dan Gempabumi, Ilham Jaya Bandung.
4. Alzwar, M., 1989. Gunungapi aktif di Indonesia, Ancaman Bahaya dan Usaha
Penanggulangannya, Direktorat Vulkanologi Bandung.
5. Heryadi Rachmat, 1990. Mengenal Tata Cara Pencegahan dan Penanggulangan Bencana
Alam Geologi, Kanwil Dep. Pertambangan dan Energi Prop. NTB.
6. Heryadi Rachmat, 2004, Mengenal Ancaman Bencana Geologi, Ikatan Ahli Geologi Indonesia
Pengurus daerah Nusa Tenggara.
7. ……………..dan Suratno, 1993, Penyuluhan Bencana Alam Di Kab. Sikka, Ende, Manggarai
dan Ngada (Flores), Kanwil Dep. Pertambangan dan Energi Prop. NTB.
8. Katili, J.A., 1986. Laksana Beraraknya Mega, CV. Bina Jasa Offset Jakarta.
9. .................., 1989. Geologi Indonesia, Majalah Ikatan Ahli Geologi Indonesia, vol. khusus 60
tahun Prof. DR. J.A. Katili.
10. Kusumadinata, R.P., 1979, Data Dasar Gunungapi Indonesia.
11. Nono Suratno, 1992, Potensi Bencana Alam di NTB dan Upaya Penanggulangannya, Kanwil
Dep. Pertambangan dan Energi Prop. NTB
12. Suparto Siswowidjojo, 1992, Majalah Pertambangan dan Energi No. 6/Thn XVII/1992.
http://geologistabdinegara.blogspot.co.id/2012/06/v-behaviorurldefaultvmlo.html

Anda mungkin juga menyukai