Anda di halaman 1dari 16

BAB I

PENDAHULUAN

Facial wash adalah salah satu cleansing agent yang digunakan pada wajah. Secara
tradisional, cleansing agent digunakan untuk mencapai kebersihan dan kesegaran wajah
dengan cara membersihkan wajah dari bakteri, debu dan minyak. Hal ini telah berkembang
selama lebih dari 1.000 tahun.1
Kebutuhan dan kesadaran manusia dalam menjaga kebersihan tubuh menimbulkan usaha
untuk membuat suatu material seperti sabun. Hal tersebut telah ada sejak 2500 BCE. Proses
pembuatan sabun yang disebut saponifikasi awalnya merupakan suatu rahasia hingga pada
akhirnya disebarluaskan pada tahun 1775. Hal ini menjadi awal pembentukan industri
pembuatan sabun. Industri pertama yang mengolah sabun telah ada pada tahun 1884 di
Inggris. Industri tertua yaitu Yardley kemudian disusul dengan industri lain seperti Colgate
Palmolive, Dial Corporation, Andrew Jegrens, Procter & Gamble dan Unilever pada tahun
1800-an. Semakin tingginya keinginan manusia dalam kesehatan, kenyamanan sensorik dan
kesegaran membawa pertumbuhan industri sabun yang pesat hingga abad ke-20.1
Pemakaian sabun yang tinggi menyadarkan kosumen akan dampak lain dari sabun seperti
iritasi kulit, gatal dan kulit kering. Hal ini mengawali keberadaan pembersih dalam bentuk
dan efek yang lebih ringan terutama pembersih wajah (facial wash) karena memiliki
pendekatan yang berbeda dan khusus.1
Facial wash lebih bertujuan dalam menyegarkan wajah dan mencapai kecantikan kulit
wajah yang optimal. Hal yang paling penting dari facial wash adalah membersihkan debris
kulit yang berminyak (termasuk make up) tanpa menyebabkan kerusakan kulit wajah. Produk
facial wash terdiri atas sistem foaming dan non-foaming serta towelettes. Pembersih non-
foaming tergolong dalam pembersih yang ringan namun kurang efektif dalam membersihkan
wajah. Pembersih wajah towelettes memberikan kenyamanan dan kemudahan dalam
penggunaanya.1 Facial wash (bentuk, fungsi dan komposisi) dan tipe kulit memiliki banyak
variasi sehingga pada kesempatan ini akan dibahas mengenai revolusi dari sabun, kandungan,
dan interaksinya dengan kulit.

1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Anatomi dan Fisiologi Kulit


2.1.1 Anatomi Kulit
Kulit merupakan organ terbesar tubuh. Orang dewasa memiliki luas kulit sekitar 1,5
hingga 2,0 m2 dan berat kulit sekitar 15% dari total berat badan.2 Kulit mengandung 3 lapisan
yaitu epidermis, dermis dan subkutis.3 Kulit diklasifikasikan sebagai kulit yang tipis dan tebal
berdasarkan relatif ketebalan epidermis. Kulit tebal terdapat di telapak tangan dan kaki, dan
permukaan jari tangan dan kaki. Kulit yang tebal memiliki kelenjar keringat tetapi tidak
memiliki kelenjar sebasea dan folikel rambut. Bagian tubuh yang lainnya dilindungi oleh
kulit yang tipis. Kulit tipis memiliki folikel rambut, kelenjar sebasea dan kelenjar keringat.2
Epidermis adalah lapisan paling atas yang terdiri atas empat lapisan (lima pada kulit
tebal) yaitu stratum basale, stratum spinosum, stratum granulosum dan stratum korneum.
Epidermis memiliki vaskularisasi yang sedikit dan tergantung pada difusi nutrisi dari jaringan
pendukung yang ada. Penyusun terbesar epidermis adalah keratinosit.2,3
a. Stratum basale tersusun atas sel kolumnar pendek hingga kuboid yang terdapat di
membran epitel yang disebut basal membrane zone (BMZ). Sel ini akan terpaku di atas
BMZ karena protein struktural yang memaku membran sitoplasma keratinosit pada BMX
yang disebut hemidesmosom yaitu BPAg dan integrin. Terdapat 3 tipe sel pada lapisan ini
yaitu keratinosit, melanosit dan sel merkel (sel taktil). Keratinosit merupakan sel yang
menyintesis keratin kulit. Keratinosit akan bermitosis dan menghasilkan sel epidermis
baru untuk menggantikan sel mati yang akan bereksfoliasi dari permukaan. Melanosit
adalah sel yang menyintesis melanin. Sel ini memiliki prosesus-prosesus panjang yang
tersebar sepanjang keratinosit basal dan mengeluarkan fragmen yang mengandung
melanin dari ujung prosesus. Keratinosit akan memfagosit fragmen tersebut dan
mengakumulasikan granul melanin di “sunny side” dari nukleus sehingga menyelubungi
DNA dari radiasi ultraviolet. Warna kulit manusia menunjukkan jumlah melanositnya. Sel
merkel berjumlah sedikit dan merupakan reseptor dari sensasi sentuhan. Sel taktil dan
serabut saraf dermis disebut diskus merkel (taktil).2,3
b. Stratum spinosum mengandung beberapa lapisan keratinosit. Kedalaman lapisan
tergantung pada mitosis dan kontribusi pergantian sel epidermal yang bereksfoliasi dari
permukaan kulit. Keratinosit pada lapisan spinosum yang terdorong ke atas akan
menghasilkan filamen keratin yang terus-menerus yang menyebabkan sel akan menjadi

2
lebih gepeng. Keratinosit akan saling menjauhi namun tetap saling berhubung dengan
beberapa desmosome yaitu desmoglein dan desmokolin.2,3 Granul lamelar
dipertimbangkan sebagai tanda pertama keratinisasi terlihat pada lapisan ini. Granul
lamelar mengandung lipid seperti ceramides, kolesterol dan asam lemak serta enzim
seperti protease, acid phospatase, lipases dan glikosidase. Terdapat sebuah peptida anti
mikroba yang disebut cathelicidin yang tersimpan didalam granul lamelar. Granul ini akan
bermigrasi ke permukaan dan mengeluarkan isinya dengan eksositosis.1
c. Stratum granulosum mengandung 2-5 lapisan keratinosit yang mengandung granul
keratohialin. Granul ini mengandung protein berupa proflagrin dan lorikrin yang berpadu
dengan filamen intermediat sitoskeleton dan mengkonversikannya menjadi keratin.
Profilagrin merupakan prekursor dari filagrin. Filagrin merupakan singkatan dari filament
aggregating protein.mKeratinosit di stratum spinosum dan granulosum memproduksi
vesikel yang berisi lipid. Vesikel tersebut akan melepaskan glikolipid yang menyebar
diantara membran keratinosit. Waktu normal yang dibutuhkan oleh keratinosit basal untuk
mencapai stratum granulosum adalah sekitar 14 hari.2,3

Gambar 1. Anatomi Kulit2

a. Stratum korneum mengandung lebih dari 30 lapisan mati.3 Permukaannya akan


mengalami eksfoliasi sebagai skuama tipis yang disebut dander. Keratinosit pada
lapisan ini merupakan sel yang paling matur dan telah menyelesaikan proses
keratinisasi. Keratinosit tersebut tidak mengandung organela. Stratum korneum terdiri
atas korneosit yang kaya akan protein dan dikelilingi oleh matriks lipid. 1Lapisan
stratum korneum akan membentuk suatu susunan sawar kulit yang sering disebut
sebagai brick and mortar atau susunan batu bata.3 Brick menunjukkan keratinosit dan

3
mortar adalah sesuatu yang dikeluarkan dari granul lamerlar termasuk lipid dan
protein.1 Waktu yang diperlukan keratinosit untuk melepaskan diri dari epidermis
adalah 14 hari.3

Keratinosit
Lipid intraseluler Desmosom
(lemak) e

Gambar 2. Desmosom membentuk perlekatan antar keratinosit. Keratinosit dikelilingi oleh lipid.
Struktur ini membentuk suatu sawar proteksi1

Sel-sel pada lapisan midcornified memiliki asam amino yang paling banyak dan
memiliki kemampuan mengikat air sedangkan lapisan paling dalam memiliki
kapasitas mengikat air yang kurang. Stratum korneum dideskripsikan sebagai lapisan
sel mati dikarenakan selnya telah berhenti untuk menyintesis protein dan tidak respon
terhadap sinyal seluler.1

Gambar 3. Lapisan-lapisan epidermis2

Lapisan tanduk ini memiliki fungsi sebagai sawar proteksi. Salah satu fungsi
proteksinya adalah mencegah kehilangan air secara transepidermal (Transepidermal
water loss/TEWL). Asam amino dan metabolit lainnya yang dibentuk dari pemecahan
filaggrin membentuk suatu substansi yang dikenal sebagai Natural Mosturizing
Factor (NMF).1

4
NMF yang terletak di dalam sel dan lipid yang dilepaskan oleh granul lamellar
memiliki peran penting dalam mengatur hidrasi kulit dan fleksibilatsnya.1
Fungsi utama dari stratum korneum adalah mencegah TEWL dan mengatur
keseimbangan cairan dalam kulit. Fungsi ini diatur oleh dua komponen yaitu lipid dan
NMF. NMF dilepas oleh granul lamelar dan mengandung asam amino dan metabolit
lainnya. NMF terletak didalam sel stratum korneum dan memberikan stratum
korneum humektan (pengikat air(. NMF terdiri atas zat kimia yang sangat larut dalam
air dan dapat mengabsorbsi sejumlah besar air. Hal ini menyebabkan stratum korneum
dapat mempertahankan kadar air yang tinggi pada saat lingkungan panas. Kadar NMF
terlihat menurun seiring dengan menambahnya usia. Lipid yang terdapat di
permukaan kulit mengandung trigliserida, asam lemak, squalene, kolesterol ester dan
kolesterol. Lipid tersebut merupakan bagian integral dari epidermis dan mencegah
TEWL dan masuknya bakteri patogen. Lipid tersebut juga mencegah kulit
mengabsorbsi agen larut air. Kadar lipid akan tergantung pada umur, genetik, variasi
musim dan diet. Kekurangan lipid memicu seseorang untuk memiliki kulit yang
kering. Hal ini dapat dilihat pada pasien yang menerima obat hipokolesterolemia
tampak mengalami perubahan kulit yaitu lebih kering. Lipid kulit berasal dari
pengeluaran granul lamelar. Lipid membantu menjaga NMF didalam keratinosit yang
perlu terjaga hidrasinya.1

Gambar 4. NMF terletak didalam korneosit. NMF dan bilayer lipid mencegah dehidrasi dari epidermis1

5
Dermis merupakan jaringan yang memberikan ketahanan pada kulit, termoregulasi,
perlindungan imunologik dan ekskresi. Fungsi tersebut dilaksanakan dengan baik karena
berbagai elemen yang berada pada dermis adalah struktur fibrosa dan filamentosa, ground
substance, dan selular yang terdiri atas endotel, fibroblas, sel radang, kelenjar, folikel rambut
dan saraf. Serabut kolagen membentuk sebagian besar dermis.3 Dermis terdiri atas 2 bagian
yaitu pars papilaris dan pars retikularis. Pars papilaris merupakan daerah jaringan areolar
didalam dan dekat dengan papila dermis yang membentuk 1/5 ketebalan dermis. Pars
retikularis mengandung jaringan konektif irreguler. Kolagen terbentuk lebih tebal dan
terdapat beberapa adiposit pada bagian ini.2
Lapisan subkutis terdiri atas jaringan lemak yang mampu mempertahan suhu tubuh dan
merupakan cadangan energi, juga menyediakan bantala yang meredam trauma melalui
permukaan kulit, deposisi lemak menyebabkan terbentuknya lekuk tubuh yang memberikan
efek kosmetis. Sel lemak terbagi dalam lobus-lobus yang dipisahkan oleh septa.3

2.1.2 Fisiologi Kulit


Kulit memiliki beberapa fungsi, yaitu:1,2,3
a. Perlindungan fisik terhadap gaya mekanik, sinar ultraviolet, bahan kimia
b. Perlindungan imunologik
c. Ekskresi
d. Pengindra
e. Pengaturan suhu tubuh
f. Pembentukan vitamin D
g. Kosmetis

2.1.3 Facial Wash


2.1.3.1 Konsep Facial Wash
Facial wash merupakan dasar untuk memelihara kesehatan dan menyumbangkan aspek
penampilan. Beberapa material yang dapat dihilangkan oleh facial wash adalah:4,5
a. Debu
b. Jelaga (dari udara)
c. Keringat
d. Produk sebum
e. Sisa kosmetik dan makeup
f. Substansi lain yang dibawa oleh udara tergantung pada lokasi geografis dan lingkungan

6
Seluruh material diatas melekat pada lapisan kulit yang mengandung minyak. Hal
tersebut menyebabkan air saja tidak efektif untuk membersihkan kulit. Air tidak dapat
bersatu dengan minyak sehingga air tidak mampu untuk menghilangkan lapisan kulit
berminyak yang mengandung material debris.4

2.1.3.2 Komposisi Facial Wash


Facial wash memiliki beberapa komposisi, antara lain:1
a. Surfaktan
Surfaktan adalah komposisi aktif dari facial wash. Surfaktan akan mengendalikan derajat
keringanan atau iritasi yang berhubungan dengan produk. Surfaktan yang bersifat anion
(negatif) memiliki karakteristik busa yang ideal. Hal ini mendasari penggunaannya
sebagai surfaktan yang utama dalam pembersih.

Sensory, deposition Other additives

Occlusion, emolliency Oils/lipids

Hydration Humectants

Sensory Perfume

Stability Strutcturants

Cleansingm foam, lather Surfactants

Gambar 3. Kandungan khusus dari personal cleanser 1

Pembersih dalam bentuk batang (bars) harus menjaga bentuknya yang padat dan
strukturnya harus dapat menahan proses-proses dalam beberapa kondisi. Hal ini
menyebabkan pembersih bars digunakan secara terbatas. Surfaktan pada pembersih cair
(liquids) dapat memaparkan rentang zat kimia yang lebih luas dan dapat menggabungkan
beberapa pelembab.1

(a) (b) (c) (d)

Gambar 4. (a) Surfaktan anionik. (b) Surfaktan kationik. (c) Surfaktan nonionik. (d) Surfaktan amfoterik

7
Surfaktan yang paling sering digunakan pada pembersih bars adalah soaps (Alkyl
carboxylates). Soaps disebut juga sebagai surfaktan natural yang diproduksi melalui
proses saponifikasi meliputi reaksi trigliserida minyak/lemak dengan alkali.1 Kandungan
garam dari asam lemak yang bervariasi yaitu asam stearat, asam palmitat, asam oleat,
asam myristat, dan asam laurat.4 Bahan yang digunakan dibagi menjadi dua yaitu minyak
yang berasal dari sayuran (vegetable oils) dan bukan berasal dari sayuran (non-vegetable
oils). Vegetabale oils seperti minyal kelapa sawit dan derivatnya, rice bran oil, minyak
kacang tanah dan minyak jarak yang dicampur dengan minyak kelapa atau minyak biji
kelapa sawit merupakan bahan yang khas digunakan dalam produksi soaps. Non-
vegetable oils biasanya berasal dari lemak binatang.1
Soaps sangat efektif sebagai pembersih namun dikenal keras terhadap kulit. Masalah
pada kulit yang paling sering timbul dari pemakaian soaps adalah eritema, xerosis dan
pruritus.1
Beberapa faktor dapat mempengaruhi potensi iritasi produk pembersih terhadap kulit.
Tipe surfaktan merupakan faktor yang paling mempengaruhi. Surfaktan akan bekerja
paling aktif didalam larutan sehingga surfaktan dengan panjang rantai C 10 hingga C14
adalah yang paling agresif. Pembersih berbentuk dasar soap secara khas mengandung
surfaktan dengan distribusi panjang rantai ini.1
Kulit memiliki pH yang asam dengan rentang antara 4 dan 6,5 yang berfungsi
sebagai acid mantle. Soap memiliki pH 9,5-11. Penggunaan soap akan meningkatkan pH
kulit. Kuit yang normal dapat menurunkan pH kulit menjadi semula dalam waktu
setengah jam hingga 1 jam setelah pemakaian soap. Perubahan pH kulit yang tiba-tiba
dapat menyebabkan kulit iritasi. Selain itu, kemampuan bilasan yang kurang dapat
menyebabkan surfaktan akan tertinggal di kulit. Jika sisa pH kulit yang tertinggal
meningkat lebih dari 4 jam dikarenakan bilasan yang tidak adekuat maka alkali dapat
mengiritasi kulit. 1,4
Superfatted Soaps
Produk ini dibuat dari hasil saponifikasi yang tidak lengkap (netralisasi) dengan
meninggalkan asam lemak atau minyak tak bereaksi dalam produk atau dengan
menambahkan alkohol lemak, asam lemak atau ester selama proses manufacturing.
Superfatting akan meningkatkan kualitas produk soaps secara bervariasi termasuk
keringanan dan kelembutan, busa, jumlah busa dan karakteristik lainnya.1

8
Transparent Soaps
Produk ini mengandung kadar humektan yang tinggi seperti gliserol yang cenderung
melarutkan soaps ke dalam lapang transparan yang tampak bening. Produk ini
mengandung bahan aktif yang tinggi dan pH yang alkali sehingga cenderung
meningkatkan iritasi.1
Combination Bars (Combars)
Produk ini biasanya mengandung soaps natural dalam kombinasinya dengan surfaktan
sintetis yang lebih ringan. Surfaktan sintetik cenderung untuk mengurangi iritasi
walaupun pH tinggi yaitu sekitar 9,0 – 9,5. Combars dapat mengurangi iritasi kulit
dibandingkan soap bars yang normal.1
Syntetic Detergents Bars
Bars mengandung surfaktan sintetik yang sering disebut “syndet bars”. Surfaktan dibuat
melalui esterifikasi, ethoxylaton, dan sulfonasi minyak, lemak dan produk petroleum.
Akali gliseril eter sulfonat, alfa olefin sulfonat, betains, sulfosuksinat dan sodium cocoyl
isetionat merupakan surfaktan sitetik yang biasanya digunakan dalam syndet bars.
Pembersih bars dengan soaps (alkyl carboxylate) diformulasikan dalam rentang pH
alkali dengan nilai 10-10,5. Syndet bars (alkyl isethionate-based bars) diformulasikan
dalam pH yang netral. Asam lemak dengan titik rebus yang tinggi, waxes dan ester
merupakan komposisis lain yang terkandung dalam syndet bars. Sodium cocyl isetionat
merupakan surfaktan sintetik yang paling sering digunakan.1
Surfaktan yang khusus digunakan dalam pembersih cair adalah kombinasi surfaktan
anion dan amfoterik (netral). Surfaktan non ionik dan surfaktan yang berbasis asam
amino telah dipakai dalam sistem pembersih dikarenakan kemampuannya dalam
meningkatkan kelembutan kulit. Surfaktan anionik yang digunakan dalam pembersih cair
adalah soaps (garam asam lemak) dan surfaktan sintetik seperti alkali eter sulfat, alkali
acul isetionat, alkyl phospates, alkyl sulfosuccinate dan alkyl sulfonates. Surfaktan
anionik berbasis asam amino seperti acyl glycinates merupakan surfaktan yang paling
sering digunakan sebagai surfaktan pembersih cair. Penggunaan surfaktan zwitterionic
termasuk cocoamido propyl betaine dan cocoamphoacetate. Alkylpolyglucoside
merupakan surfaktan nonionik yang ditemukan dalam beberapa pembersih. Kebanyakan
pembersih cair memiliki pH dari netral ke asam kecuali yang mengandung soap sebagai
bahan aktif utama seperti beberapa produk yang cenderung memiliki rentang pH yang
alkali.1

9
Surfaktan sangat efisien dalam melarutkan minyak dan sebum yang tidak diinginkan
dari kulit, tetapi juga dapat menghilangkan lipid kulit. Hasil yang muncul ini akan
menjadi suatu tantangan yaitu surfaktan yang efisien dalam membersihkan wajah namun
pemilihan pembersih yang tidak tepat dapat mengurangi kemampuan kulit untuk
mengatur kehilangan air. Komplikasi lain yaitu membersihkan wajah dengan air saja
dapat memberikan efek samping terhadap kulit dengan leaching of faktor pelembut alami
kulit.5
Interaksi antara surfakatan pembersih yang tidak baik dengan protein dan lipid
stratum korneum dapat merusak kulit. Perubahan dapat dirasakan sebagai rasa kaku
setelah mencuci muka. Surfaktan yang tidak baik dapat berikatan dengan protein stratum
korneum menyebabkan pembengkakan sel kulit dan hiperhidrasi. Hal ini biasanya diikuti
dengan penyusutan yang cepat ketika terjadi evaporasi kulit sehingga kulit terasa kering
dan kaku. Rasa kaku dan kering pada kulit dapat terjadi setelah membersihkan kulit
berhubungan dengan hilangnya lipid dan protein stratum korneum. Sel kulit yang
membengkak akan mempermudah masuknya komposisi pembersih lainnya seperti
parfum atau pewarna dan menyebabkan respon biokimia seperti iritasi dan gatal.
Penggunaan yang terus menerus akan menyebabkan kulit kering, kerusakan barrier atau
sawar kulit, eritema dan gatal.5
Facial wash yang berkualitas meminimalisir kerusakan yang disebabkan oleh
surfaktan dan mengkompensasi kerusakan dengan menyediakan efek pelembab.
Surfaktan terdiri atas beberapa jenis yaitu surfaktan anionik, non-ionik, amfoterik dan
kationik. Sedangkan pelembab yang dapat ditambahkan adalah emollients, humectants
atau occludents.1
b. Structurants1
Structurants digunakan untuk memelihara bentuk padat pada pembersih bars serta
memberikan fasilitas proses manifacturing. Penggunaan strukturan termasuk didalam
asam lemak rantai panjang, waxes dan alkyl esters. Peran strukturan pada pembersih cair
adalah untuk menyediakan konsistensi yang tepat untuk penyediaan dan pengalaman
penggunaan yang optimal. Strukturan juga memastikan stabilitas fisik dari fase
suspensi/dispersi dan memberikan manfaat kelembaban.
c. Emollients1,4
Emollient ditambahkan pada pembersih untuk meminimalisir efek kering dari surfaktan
pada kulit. Emollients yang khusus atau oklusif digunakan dalam gel shower pelembab
adalah minyak triglisedia, lemak, petrolatum, parafin dan minyak mineral.

10
d. Humectants1
Humektan yang larut dalam air seperti gliserol digunakan untuk impart efek lembab.
e. Parfum1,4
Parfum merupakan kandungan yang paling mahal dalam pembersih dan kepentingannya
tergantung pada perspektif konsumen.
f. Kandungan spesifik lainnya1,4
Kandungan lain untuk manfaat yang spesifik seperti anti mikroba mengandung zat aktif
bakterisida seperti triclosan atau triclocarban, antiaging atau nutrisi kulit. Komposisi lain
dibatasi oleh U.S. Food and Druf Administration (FDA).
g. Asam salisilat atau benzoyl peroxide1,4
Kandungan ini terdapat pada perawatan acne dalam facial wash. Produk ini memiliki pH
yang cenderung rendah.

2.1.3.3 Cara Kerja Facial Wash


Soaps memberikan struktur molekular yang khusus yang disebut micelle. Micelle akan
membungkus droplet lemak yang berada di lapisan kulit. Ketika droplet lemak tersebut telah
terbungkus, maka air dapat melepaskannya dari kulit dengan mudah. Hal ini terjadi
dikarenakan molekul soap akan menyusun droplet lemak dalam bentuk micelle yang
disebabkan oleh muatan listrik yang dibawa. Micelle pada soap akan membungkus droplet
lemak dan akhirnya mudah untuk dihilangkan dari kulit.4

Fat
dropet
ttl

(a) (b)
Gambar 5. (a) Micelle soap. (b) Micelle membungkus droplet lemak4

2.1.3.4 Efek Facial Wash


Stratum korneum merupakan lapisan teratas kulit dan berperan sebagai sawar protektif.
Stratum korneum mengandung kira-kira 70% protein, 15% lemak dan 15% air dan tebal 20
um (kira-kira 10 lapisan). Membran ini mencegah material luar masuk kedalam tubuh serta

11
mencegah kehilangan material yang berasal dari dalam. Stratum korneum memiliki struktur
brick and mortar yaitu protein dan lipid. Protein disebut sebagai keratinosit, merupakan sel
gepeng dengan pembungkus protein. Didalam pembungkus terdapat gumpalan keratin dengan
berat molekul yang rendah dan asam amino yang hidrofilik. Bagian hidrofilik pada stratum
korneum berada didalam korneosit dan berhubungan dengan gumpalan keratin dan asam
amino hidrofilik. Hal ini merupakan faktor pelembab natural. Air pada stratum korneum
sangat penting untuk memlihara fleksibiltas kulit, elastisitas dan proses biologis yang
bervariasi.1
Korneosit pada lapisan akan berikatan dengan lapisan dibawahnya melalui protein yang
disebut desmosom. Enzim yang berada di stratum korneum akan memecah protein desmosom
sehingga keratinosit akan bereksfoliatif. Stratum korneum merupakan lapisan yang akan
terpajan oleh surfaktan di pembersih wajah dengan konsentrasi 5-20%. Pada konsentrasi ini,
surfaktan memiliki kemampuan untuk merusak protein dan lipid stratum korneum serta
meningkatkan pelepasan dari asam amino yang larut air (hidrofilik). Kerusakan tersebut
tergantung pada kealamian surfaktan dan kondisi pembersih (temperatur dan kekasaran).1
Efek jangka pendek facial wash adalah hidrasi stratum korneum yang meningkat dalam
10-30 menit setelah mecuci wajah. Faktor yang mempengaruhi hidrasi stratum korneum
selama dan setelah mencuci wajah:1
a. Jumlah air yang diserap stratum korneum saat pembersihan wajah
b. Jumlah air yang menguap setelah pembersihan wajah
c. Kesembangan air distratum korneum yang ditentukan oleh kelembaban dan kondisi
temperatur setelah membersihkan wajah
Efek dari facial wash adalah efek protein. Surfaktan yang berikatan dengan protein akan
menurunkan kapasitas air yang berikatan dengan protein.1
Efek lain dari facial wash adalah efek lipid. Lipid pada kulit mengandung kolesterol,
asam lemak dan ceramides. Lipid tidak larut dalam surfaktan namun kolesterol dan asam
lemak rantai panjang akan larut dalam micelle. Masuknya surfaktan anionik kedalam lapisan
lipid dapat menginduksi ion didalam lapisan tersebut dan mengubah permeabilitasnya. Hal ini
akan menyebabkan pecahnya lapisan lipid tersebut dan bersatu dengan micelle sehingga
terjadi solubilisasi liposom. Pembesihan kolesterol dari wajah lebih efektif dengan soap
dibandingkan dengan syndet. Hal ini dikarenakan pH soap menyebabkan ionisasi dari lapisan
asam lemak, memfalisitasi ekstraksi kolesterol dari stratum korneum.1
Efek jangka panjang dari facial wash ialah kekeringan kulit, pengelupasan (flaing),
pembersihan wajah dari skuama (scaling), eritema dan pruritus.1

12
Adanya efek-efek yang ditimbulkan oleh facial wash maka muncullah pembersih yang
mengandung pelembab dan lebih lembut untuk digunakan. Langkah pertama dari pembersih
wajah yang lembut adalah meminimalisir potensial perusak surfaktan terhadap protein dan
lipid. Kemudian mengkompensasi kerusakan dan memberikan manfaat postif melalui
perpaduan agen yang bersifat memperbaiki kedalam facial wash.1

2.1.3.5 Peran Mild Facial Wash dalam Pengobatan Gangguan Dermatologi


Beberapa gangguan kulit seperti xerosis, dermatitis, psoriasis, dermatitis atopi, rosacea,
dan kerusakan kulit akibat cahaya dihubungkan terhadap tingkat variasi disfungsi sawar kulit.
Facial wash ataupun skin cleansing merupakan bagian yang penting dalam perawatan kulit.
Peran utamanya adalah untuk menghilangkan debris, minyak, polutan lingkungan dan bakteri
dari kulit. Akan tetapi, facial wash juga memiliki peran melemahkan sawar kulit. Oleh karena
itu, penggunaan pembersih kulit yang berbasis soap akan menyebabkan eksaserbasi
gangguan kulit pada paisen.1
a. Pasien dengan akne vulgaris
Suatu penelitian double blind memiliki 50 orang subjek penelitan yang menggunakan
benzamycin atau benzamycin dengan differin untuk mengobati acne yang tergolong
derajat sedang. Pasien-pasiein tersebut diinstruksikan untuk menggunakan soap bar atau
mild syndet bar untuk membersihkan wajah selama periode 4 minggu. Hasil
menunjukkan subjek penelitian yang menggunakan soap memiliki keluhan irritasi kulit
seperti xerosis, terbakar pada wajah lebih berat dibandingkan yang menggunakan syndet
bar.
b. Pengobatan photodamage dengan Retin-A
Retin-A (tretinoin) merupakan pengobatan topikal akne dan gangguan kulit lainnya
seperti kerutan dan pigmentasi karena kerusakan kulit oleh sinar matahari. Retin-A dapat
meningkatkan kerentanan kulit terhadap iritasi. Oleh karena itu, pasien yang
menggunakan Retin-A sebaiknya menggunakan pembersih yang tidak mengeksaserbasi
status sawar kulit yang lemah.

2.1.3.6 Pemilihan Facial Wash yang Tepat


Facial wash tepat dan berkualitas dibutuhkan untuk membersihan secara tepat dan
memelihara fungsi sawar kulit dan flora normal. Facial wash sebaiknya terdiri dari
kombinasi dari surfaktan dan pelembab serta bebas dari bahan-bahan yang tidak penting
seperti fragrancec, pewarna dan minyak esensial serta memiliki pH yang asan dan sesuai

13
kulit. Pelembab membantu mencegah perubahan kulit yang disebabkan oleh siurfaktan.
Emollients merupakan paraffin cair atau safflower oil yang berfungsi sebagai sacrificial lipid
yang dapat meminimalisir pengelupasan lipid kulit akibat surfaktan. Agen pelembut oklusif
seperti petrolatum dapat mengurangi kekeringan. Sediaan humektan yang paling khusus
adalah gliserin.5
Gliserin merupakan komponen alami yang terdapat pada kulit manusia. Gliserin
ditransportasikan dari dermis melewati keratinosit oleh air transmembran/ protein transport
gliserin, aquaporin 3. Fungsi gliserin seperti NMF dengan kemampuan higrosporiknya
meningkatkan kapasitas air yang tertahan dari stratum korneum. Gliserin topikal melindungi
kulit dari dermatitis iritan dan mempercepat perbaikan dari kulit yang teriritasi. Gliserin
topikal berperan sebagai sawar perbaikan melalui pengaturan deskuamasi korneosit dan
mampu mengatur hidrasi kulit pada penggunaan dengan kadar rendah.5

Tabel 1. Pembersih, surfaktan dan pelembab5


QV face gentle QV Gentle wash QV Wash
Intended for Dry, sensitive skin Dry skin Normal to dry skin
Acidic pH Yes Yes Yes
Ingridients Aqua, petrolatum, sodium Aqua, glycerin 15% , Aqua, sodium lauryl
laureth sulfate, carthamus sodium lauroyl sulfate, glycerin 10%,
tinctorius, glycerin, lauryl sarcosinate, disodium lauryl betaine, disodium
betaine, xanthan gum, cocoamphodiacetate, cocoamphodiacetate,
guar hydroxpropyl lauryl betaine, sodium sodium cocoyl
trimonium chloride, cocoyl isethionate, isethionate, PEG-120
tocopherol, acrylates/C10-30, Alkyl methyl glucose dioleate,
methylparaben, acrylate crosspolymer, glycole stearate,
propylparaben, sodium astyene/acrylates methylparaben, citric
polyacrylate, citric acid. copolymer, aminomethyl acid, propylparaben
propanol, methylparaben,
propylparaben.

14
BAB III
KESIMPULAN

Facial wash adalah salah satu cleansing agent yang digunakan pada wajah. Secara
tradisional, cleansing agent digunakan untuk mencapai kebersihan dan kesegaran wajah
dengan cara membersihkan wajah dari bakteri, debu dan minyak.1

Beberapa material yang dapat dihilangkan oleh facial wash adalah debu, jelaga (dari
udara), keringat, produk sebum, sisa kosmetik dan makeup serta, substansi lain yang dibawa
oleh udara tergantung pada lokasi geografis dan lingkungan. Seluruh material diatas melekat
pada lapisan kulit yang mengandung minyak. Hal tersebut menyebabkan air saja tidak efektif
untuk membersihkan kulit. Air tidak dapat bersatu dengan minyak sehingga air tidak mampu
untuk menghilangkan lapisan kulit berminyak yang mengandung material debris.4

Facial wash memiliki beberapa komposisi, antara lain surfaktan, structurants, emollients,
humectants, parfum, kandungan spesifik lainnya, asam salisilat atau benzoyl peroxide. Efek
jangka panjang dari facial wash ialah kekeringan kulit, pengelupasan (flaking), pembersihan
wajah dari skuama (scaling), eritema dan pruritus. Adanya efek-efek yang ditimbulkan oleh
facial wash maka muncullah pembersih yang mengandung pelembab dan lebih lembut untuk
digunakan .1,4 Hal ini menyebabkan pemilihan dari facial wash harus tepat.

15
DAFTAR PUSTAKA

1. Baumann L, Saghari S, Subramanyan K. Cleansing agent in Cosmetic dermatology


second edition. US: McGraw-Hill. 2009. hal. 3-7,263-272
2. Saladin. Chapter 6 The integumentary system didalam Anatomy & physiology: The
unity of form and function Ed 3rd. Newyork: McGraw-Hill. 2003: 192-205
3. Rihatmadja R. Anatomi dan faal kulit didalam Ilmu penyakit kulit dan kelamin Edisi
ketujuh Cetakan kedua. Jakarta: FKUI. 2010. hal. 3-7
4. Shai A & Maibach HI. Skin cleansing in Handbook of cosmetic skin care second
edition. UK: Informa. 2009. hal 34-40
5. Greive K. Cleansers and moisturiserz: the basics. WPR(internet). 2015 Jun;23(2):76-
80

16

Anda mungkin juga menyukai