ABSTRAK
Kata kunci : Alat Pelindung Diri, Keselamatan, Kesehatan, Kerja, Patung Kayu.
USE OF PERSONAL PROTECTIVE EQUIPMENT RELATED TO
OCCUPATIONAL HEALTH AND SAFETY AMONG CRAFTSMEN
IN THE REGION OF UBUD I COMMUNITY HEALTH CENTER,
GIANYAR, BALI.
ABSTRACT
tenaga kerja di Indonesia sekitar 106 kecelakaan kerja ini, maka diperlukan
atas, penulis merasa perlu melakukan dilakukan dengan memilih acak daftar
Perilaku
penelitian ini jika dilihat dari umur Sebaran daerah tempat bekerja
paling besar tersebar pada laki-laki dan Mas dan Peliatan. Industri ukir-ukiran
perempuan adalah kelompok usia 31-40 pada kedua daerah tersebut memang
yang produktif. Selain distribusi yang APD yang digunakan pada pekerja
cukup besar pada rentang usia pengrajin patung kayu tergantung dari
produktif, dilihat dari lama kerja jenis pekerjaan yang dilakukan melihat
sebagian besar responden memiliki dari resiko yang dapat ditimbulkan dari
pengalaman kerja kurang dari 10 tahun. pekerjaan tersebut berbeda-beda.
Berdasarkan tingkat pendidikan Pekerjaan pada pembuatan patung kayu
responden lebih dari 50% memiliki pada tahap awal adalah pemotong kayu
pendidikan terakhir SMA sampai S1. yang pekerjaannya memotong kayu-
kayu besar menjadi bukal kayu dengan cukup keras. Perusahaan patung kayu
menggunakan gerinda atau gergaji seharusnya memisahkan area untuk
gensaw yang nantinya bukal kayu memotong kayu dan memahat. Hal ini
tersebut akan digunakan untuk bertujuan untuk meminimalkan paparan
pemahatan. Pemakaian kacamata debu dan suara bising dari mesin
pelindung digunakan pada saat gerinda pada para pekerja. Namun pada
memakai gerinda atau gergaji pengamatan di lapangan dari 20
“gensaw”. Pemakaian kacamata perusahaan yang dipakai, hanya 2
pelindung pada pekerja termasuk rendah perusahan yang benar-benar
(15,4%). Kacamata pelindung memisahkan area untuk memotong kayu
digunakan untuk melindungi mata dari dan memahat. Sehingga setiap harinya
debu kayu, batu, atau serpihan kayu semua pekerja pada 1 area tersebut
yang ada pada saat proses pemotongan. terpapar debu dan suara bising dari
Mengingat partikel-partikel debu mesin.
berukuran sangat kecil dan halus yang Pekerjaan tahap selanjutnya adalah
terkadang tidak terlihat oleh kasat mata. pemahat yang pekerjaannya membentuk
Oleh karenanya bagian mata perlu bukal kayu menjadi bentuk-bentuk yang
mendapat perhatian dan diberikan diinginkan dengan menggunakan alat
perlindungan dengan menggunakan alat pahat dan palu. Pada tahap ini, APD
9,10
pelindung mata. APD lain yang yang diperlukan adalah masker dan
digunakan pada proses pemotongan
sarung tangan. Pada pemahat, jumlah
kayu adalah tutup telinga. Namun tutup responden yang memakai masker adalah
telinga merupakan APD yang paling 16 (37,2%), dan yang memakai sarung
sedikit digunakan (7,7%). Suara bising tangan adalah 7 (16,3%). Pekerjaan
yang dihasilkan dari mesin gerinda pada tahap akhir pada pembuatan patung
saat proses pemotongan kayu dapat kayu adalah pengamplas dan pengecat
menimbulkan terganggunya alat yang pekerjaannya menghaluskan
pendengaran para pekerja. Alat penutup patung-patung kayu yang sudah
telinga atau sumbat telinga dapat terbentuk tersebut dan memberikan
digunakan untuk menjaga dan pelitur atau vernis pada proses finishing.
melindungi telinga dari bunyi-bunyi Pada tahap ini, APD yang diperlukan
yang memiliki volume suara yang juga meliputi masker dan sarung tangan.
Pada pengamplas dan pengecat, jumlah semakin lama pula paparan debu kayu
responden yang memakai masker adalah diterimanya, sehingga kemungkinan
31 (65,9%), dan yang memakai sarung untuk terjadi penurunan kapasitas paru
tangan adalah 8 (17%). Proses juga akan lebih besar. Walaupun hasil
pengolahan bahan baku untuk dijadikan penelitian tersebut tidak menemukan
patung cenderung menghasilkan polusi. hubungan yang signifikan antara lama
Polusi berasal dari debu yang dihasilkan paparan debu pekerja dengan fungsi
dari proses pemahatan serta paru, penelitian lain menyebutkan
pengamplasan kayu. Dampak yang bahwa dengan konsentrasi >4mg/m3
dapat ditimbulkan dari polusi industri dapat menyebabkan penurunan fungsi
kerajinan kayu dapat mengganggu paru. Faktor lain yang mempengaruhi
kesehatan pekerja dan pencemaran adalah konsentrasi debu kayu di area
udara. Bahaya debu kayu bagi kerja, ukuran debu, kadar partikel debu
kesehatan bahwa debu merupakan dan lain-lain.4,5 Sebuah studi oleh
bahan partikel (particulate matter) Osman dan Pala (2009) juga membahas
apabila masuk ke dalam saluran mengenai pajanan debu kayu di industri
pernapasan manusia maka dapat mebel di kawasan industri kecil di
menimbulkan penyakit khususnya Bursa Turki menunjukkan terjadinya
berupa gangguan sistem pernapasan penurunan fungsi paru pada pekerja
yang ditandai dengan pengeluaran akibat pajanan debu yang rutin.4
lendir secara berlebihan yang Pengrajin memahat patung kayu dengan
menimbulkan gejala utama berupa menggunakan alat pahat dan palu,
batuk berdahak yang berkepanjangan. resiko pekerjaan yang dapat
Gangguan umum yang sering terjadi ditimbulkan oleh alat-alat tersebut yaitu
adalah batuk, sesak napas, kelelahan dapat menimbulkan perlukaan terhadap
4
umum dan berat badan menurun. Hasil dirinya. Selain itu bahan kimia dari
penelitian Laga dkk tahun 2013 pelitur juga dapat menyebabkan iritasi
disebutkan jam kerja yang lama juga dan alergi pada kulit. Penggunaan
akan berpengaruh pada kesehatan sarung tangan sangat dibutuhkan untuk
saluran pernafasan. Semakin lama mengurangi risiko kecelakaan kerja
tenaga kerja menghabiskan waktu untuk yang ditimbulkan oleh benda-benda
bekerja di area kerjanya, maka akan tajam dan kontak langsung dengan
bahan kimia tersebut.6 Namun pada DAFTAR PUSTAKA
penelituan, penggunaan sarung tangan 1. Department Kesehatan RI.
pada pengrajin patung kayu adalah Kesehatan Kerja. Jakarta: Depkes
rendah. Hal ini tampaknya berkaitan RI. 2008.
kebiasaan dan rasa kurang 2. International Labour Organization.
nyaman/gerah pada tangan responden Keselamatan dan Kesehatan Kerja.
saat memahat atau mengecat bila Jakarta: 2013; h.8-111.
6
memakai sarung tangan. 3. Dinas Perindustrian dan
Perdagangan. Jumlah pekerja di
SIMPULAN industri kerajinan ukir-ukiran dari
tangan juga sangat rendah (kurang dari 5. Hestya I, Wijono TH, Setiorini S.