BAB 2 Chole Lapsus
BAB 2 Chole Lapsus
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi Kolelitiasis
empedu atau didalam saluran empedu. Batu yang ditemukan di dalam kandung
dan keluhan bila batu menyumbat duktus sistikus atau duktus koledokus.
Oleh karena itu gambaran klinis penderita batu kandung empedu bervariasi dari
yang berat atau jelas sampai yang ringan atausamar bahkan seringkali tanpa gejala
pasti, karena belum ada penelitian. Banyak penderita batu kandung empedu
tanpa gejala dan ditemukan secara kebetulan pada waktu dilakukan foto polos
kandung empedu. Kolelitiasis lebih sering dijumpai pada individu berusia diatas
panjangnya sekitar 10 cm, terletak dalam suatu fossa yang menegaskan batas
3
anatomi antara lobus hati kanan dan kiri. Kandung empedu merupakan kantong
berongga berbentuk bulat lonjong seperti buah advokat tepat di bawah lobus kanan
a. Tempat menyimpan cairan empedu dan memekatkan cairan empedu yang ada
di dalamnya dengan cara mengabsorpsi air dan elektrolit. Cairan empedu ini
usus. Hemoglobin yang berasal dari penghancuran sel darah merah diubah
empedu.
B. Etiologi
Penyebab batu empedu dan batu saluran empedu masih belum diketahui dengan
adalah terjadi pada penderita dengan high heme turnover. Penyakit hemolisisyang
4
spherocytosis,dan beta-thalasemia. Selain itu terdapat juga batu campuran,
batu ini merupakancampuran dari kolesterol dan kalsium bilirubinat. Batu ini
Mukusmeningkatkan viskositas empedu dan unsur sel atau bakteri dapat berperan
C. Faktor Risiko
Kolelitiasis dapat terjadi dengan atau tanpa faktor risiko dibawah ini.
Namun, semakin banyak faktor risiko yang dimiliki seseorang, semakin besar
kemungkinan untuk terjadinya kolelitiasis. Faktor risiko tersebut antara lain :1,5
a. Jenis Kelamin
terhadap peningkatan eskresi kolesterol oleh kandung empedu. Hingga dekade ke-
5
kolelitiasis. Penggunaan pil kontrasepsi dan terapi hormon (esterogen) dapat
b. Usia
usia. Orang dengan usia > 40 tahun lebih cenderung untuk terkena kolelitiasis
dibandingkan dengan orang degan usia yang lebih muda. Di Amerika Serikat, 20
% wanita lebih dari 40 tahun mengidap batu empedu. Semakin meningkat usia,
usia.
Orang dengan Body Mass Index (BMI) tinggi, mempunyai risiko lebih
tinggi untuk terjadi kolelitiasis. Ini karenakan dengan tingginya BMI maka kadar
kolesterol dalam kandung empedu pun tinggi, dan juga mengurasi garam empedu
d. Makanan
lemak. Jika kadar kolesterol yang terdapat dalam cairan empedu melebihi batas
normal, cairan empedu dapat mengendap dan lama kelamaan menjadi batu. Intake
6
rendah klorida, kehilangan berat badan yang cepat (seperti setelah operasi
e. Riwayat keluarga
f. Aktifitas fisik
terjadinya kolelitiasis. Ini mungkin disebabkan oleh kandung empedu lebih sedikit
berkontraksi.
terstimulasi untuk berkontraksi, karena tidak ada makanan/ nutrisi yang melewati
kandung empedu.
i. Genetik
batu empedu bisa berjalan dalam keluarga. Di negara Barat penyakit ini sering
dijumpai, di USA 10-20 % laki-laki dewasa menderita batu kandung empedu. Batu
empedu lebih sering ditemukaan pada orang kulit putih dibandingkan kulit hitam.
7
Batu empedu juga sering ditemukan di negara lain selain USA, Chili dan Swedia.
D. Epidemiologi
prevalensi orang dewasa lebih tinggi. Angka prevalensi orang dewasa lebih tinggi
di negara Amerika Latin (20% hingga 40%) dan rendah di negara Asia (3% hingga
4%). Batu empedu menimbulkan masalah kesehatan yang cukup besar, seperti
a. Lebih dari 20 juta pasien diperkirakan mengidap batu empedu, yang total
b. Sekitar 1 juta pasien baru terdiagnosis mengidap batu empedu per tahun,
c.
E. Fisiologi
a. Empedu
30-60 cc.vesica fellea memiliki kemampuan untuk memekatkan empedu, dan untuk
sarang tawon. Empedu dibentuk oleh sel-sel hepar disimpan di dalam kanalikuli,
interlobaris. Saluran ini kemudian keluar dari hepar sebagai duktus hepatikus
8
kanan dan duktus hepatikus kiri, kemudian keudanyamembetuk duktus biliaris
komunis
mengakibatkan kontraksi dari kandung empedu. Pada saat yang sama,otot polos
yang terletak pada distal duktus koledukus dan ampula relaksasi, sehingga
sangat pentinguntuk proses emulsifikasi lemak dalam usus halus dan membantu
Proses koordinasi kedua aktifitas ini disebabkan oleh dua hal yaitu:
• Hormonal
empedu
• Neurogen
yang masuk sampai ke duodenum dan mengenai Sphincter Oddi. Sehingga pada
keadaan dimana kandung empedu lumpuh, cairan empedu akan tetap keluar
9
walaupun sedikit. Pengosongan empedu yang lambat akibat gangguan neurologis
a. Garam Empedu.
Asam empedu berasal dari kolesterol. Asam empedu dari hati ada
yang larutdalam lemak. Garam empedu yang masuk ke dalam lumen usus oleh kerja
besar (90 %)garam empedu dalam lumen usus akan diabsorbsi kembali
dari ilium. Sehingga bila ada gangguan pada daerah tersebut misalnya
oleh karena radang ataureseksi maka absorbsi garam empedu akan terganggu.
b. Bilirubin Hemoglobin yang terlepas dari eritrosit akan pecah menjadi heme
dan globin. Hemebersatu membentuk rantai dengan empat inti pyrole menjadi
bilverdin yang segeraberubah menjadi bilirubin bebas. Zat ini di dalam plasma
terikat erat oleh albumin. Sebagian bilirubin bebas diikat oleh zat lain
10
(konjugasi) yaitu 80% olehglukuronide. Bila terjadi pemecahan sel darah merah
F. Patofisiologi
berdasarkan bahan pembentuknya sebagai batu kolesterol, batu pigment dan batu
campuran. Lebih dari 90% batu empedu adalah kolesterol (batu yang mengandung
> 50% kolesterol) atau batu campuran (batu yang mengandung 20-50%
kolesterol). Angka 10% sisanya adalah batu jenis pigmen, yang mana
antara lain adalah keadaan statis kandung empedu, pengosongan kandung empedu
terbentuk di dalam kandung empedu. Pada keadaan normal, asam empedu, lesitin
batu. Kristal yang yang terbentuk terbak dalam kandung empedu, kemudian lama-
batu. Faktor motilitas kandung empedu, biliary stasis, dan kandungan empedu
tadi ada dalam kandung empedu terdorong dan dapat menutupi duktus sistikus,
11
batu dapat menetap ataupun dapat terlepas lagi. Apabila batu menutupi duktus
sitikus secara menetap maka mungkin akan dapat terjadi mukokel, bila terjadi
infeksi maka mukokel dapat menjadi suatu empiema, biasanya kandung empedu
dikelilingi dan ditutupi oleh alat-alat perut (kolon, omentum), dan dapat juga
juga berakibat terjadinya kolesistitis akut yang dapat sembuh atau dapat
empedu dapat maju masuk ke dalam duktus sistikus pada saat kontraksi dari
kandung empedu. Batu ini dapat terus maju sampai duktus koledokus kemudian
empedu cukup besar dapat menyumbat pad bagian tersempit saluran cerna (ileum
G. Gambaran Klinis
masuk ke dalam duktus sistikus atau duktus koledokus. Bilamana batu itu masuk
Apabila batu itu kecil, ada kemungkinan batu dengan mudah dapat melewati
12
duktus koledokus dan masuk ke duodenum.2
maupun seperti kolik bilier (nyeri kolik yang berat pada perut atas bagian kanan)
jika ductus sistikus tersumbat oleh batu, sehingga timbul rasa sakit perut yang
berat dan menjalar ke punggung atau bahu. Mual dan muntah sering kali berkaitan
dengan serangan kolik biliaris. Sekali serangan kolik biliaris dimulai, serangan
ini cenderung makin meningkat frekuensi dan intensitasnya. Gejala yang lain
seperti demam, nyeri seluruh permukaan perut, perut terasa melilit, perut terasa
13
H. Diagnosis
Anamnesis
(adanya batu empedu tanpa gejala), simptomatik (kolik bilier), dan kompleks (
adalah asimptomatis. Keluhan yang mungkin timbul adalah dispepsia yang kadang
utama berupa nyeri di daerah epigastrium, kuadran kanan atas atau perikomdrium.
14
Rasa nyeri lainnya adalah kolik bilier yang mungkin berlangsung lebih dari 15
menit, dan kadang baru menghilang beberapa jam kemudian. Timbulnya nyeri
bahu, disertai mual dan muntah. Lebih kurang seperempat penderita melaporkan
keluhan nyeri menetap dan bertambah pada waktu menarik nafas dalam. 4,8
Pemeriksaan Fisik
kolesistitis akut dengan peritonitis lokal atau umum, hidrop kandung empedu,
Tanda Murphy positif apabila nyeri tekan bertambah sewaktu penderita menarik
nafas panjang karena kandung empedu yang meradang tersentuh ujung jari tangan
Baru saluran empedu tidak menimbulkan gejala dalam fase tenang. Kadang teraba
hati dan sklera ikterik. Perlu diketahui bahwa bila kadar bilirubin darah kurang dari
3 mg/dl, gejala ikterik tidak jelas. Apabila sumbatan saluran empedu bertambah
15
Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan laboratorium
bilirubin serum akibat penekanan duktus koledukus oleh batu. Kadar bilirubin
serum yang tinggi mungkin disebabkan oleh batu di dalam duktus koledukus. Kadar
fosfatase alkali serum dan mungkin juga kadar amilase serum biasanya meningkat
b. Pemeriksaan radiologis
karena hanya sekitar 10-15% batu kandung empedu yang bersifat radioopak.
tinggi dapat dilihat dengan foto polos. Pada peradangan akut dengan kandung
empedu yang membesar atau hidrops, kandung empedu kadang terlihat sebagai
massa jaringan lunak di kuadran kanan atas yang menekan gambaran udara dalam
16
Ultrasonografi (USG)
untuk mendeteksi batu kandung empedu dan pelebaran saluran empedu intrahepatik
maupun ekstra hepatik. Dengan USG juga dapat dilihat dinding kandung empedu
yang menebal karena fibrosis atau udem yang diakibatkan oleh peradangan maupun
sebab lain. Batu yang terdapat pada duktus koledukus distal kadang sulit dideteksi
karena terhalang oleh udara di dalam usus. Dengan USG punktum maksimum rasa
nyeri pada batu kandung empedu yang ganggren lebih jelas daripada dengan palpasi
biasa.12
17
Kolesistografi
relatif murah, sederhana, dan cukup akurat untuk melihat batu radiolusen sehingga
dapat dihitung jumlah dan ukuran batu. Kolesistografi oral akan gagal pada keadaan
ileus paralitik, muntah, kadar bilirubun serum diatas 2 mg/dl, okstruksi pilorus, dan
hepatitis karena pada keadaan-keadaan tersebut kontras tidak dapat mencapai hati.
empedu.12
18
CT scan
Yaitu sebuah kanul yang dimasukan ke dalam duktus koledukus dan duktus
Fungsi ERCP ini memudahkan visualisasi langsung stuktur bilier dan memudahkan
akses ke dalam duktus koledukus bagian distal untuk mengambil batu empedu,
selain itu ERCP berfungsi untuk membedakan ikterus yang disebabkan oleh
penyakit hati (ikterus hepatoseluler dengan ikterus yang disebabkan oleh obstuksi
bilier dan juga dapat digunakan untuk menyelidiki gejala gastrointestinal pada
19
Magnetic Resonance Cholangio-pancreatography (MRCP)
mengamati duktus biliaris dan duktus pankreatikus. MRCP dapat mendeteksi batu
I. Diagnosis banding
syndrome, kolik ginjal. Nyeri ulkus peptikum biasanya lebih sering, hampir setiap
hari dan berkurang sehabis makan. Nyeri yang timbul biasanya menetap di perut
Nyeri karena refluks dapat dibedakan dengan nyeri kolelitiasis dilihat dari
adanya rasa terbakar, lokasi nyeri di substernal, dan sering dipengaruhi oleh posisi,
dimana pada posisi supine rasa nyeri akan memberat. Nyeri epigastrium karena
kolelitiasis dan dispepsia nonulkus sukar dibedakan. Namun demikian nyeri karena
20
kolik bilier biasanya lebih hebat, frekuensinya sporadik, dan penyebaran nyeri
akut, hepatitis akut, perforasi ulkus, perforasi ulkus peptikum dan penyakit
nyeri pada pankreatitis akut lebih terlokalisir dan jarang disertai tanda peritoneal
akut. Nyeri sampai ke punggung, menghilang saat posisi duduk adalah khas untuk
pankreatitis akut. Gejala demam dan leukositosis mungkin sama pada kedua kasus,
tetapi peningkatan kadar serum amilase jauh lebih tinggi pada keadaan pankreatitis
akut. Pada keadaan pankreatitis yang berat, penderita tampak sangat toksik. Namun
pada penderita dengan kolesistitis akut dengan komplikasi pankreatitis akut USG
pemeriksaan laboratorium menunjukkan kadar serum enzim hepar akan jauh lebih
tinggi dibanding dengan kolesistitis akut. Pada keadaan apendisitis akut, ditandai
oleh nyeri khas pada perut kanan bawah, diawali dari sekitar daerah umbilikal yang
kemudian menetap di perut kanan bawah. Pada keadaan perforasi usus, pada
pemeriksaan radiologis sering dijumpai adanya udara bebas pada foto polos
abdomen.2
J. Penatalaksanaan
Jika tidak ditemukan gejala, maka tidak perlu dilakukan pengobatan. Nyeri
21
mengurangi makanan berlemak.2
tidak menyebabkan kekurangan zat gizi dan setelah pembedahan tidak perlu
Penanganan operatif
a). Cholecystostomy
yang terdistensi, mengalami inflamasi, hidropik atau purulen. Tindakan ini dapat
kateter yang melewati hepar, resiko terjadinya empedu yang merembes dari sekitar
kateter dapat dikurangi. Kateter dapat dilepas apabila inflamasi sudah hilang dan
kondisi pasien membaik. Kandung empedu dapat dibuang jika ada indikasi,
22
b). Open cholecystectomi
kolik biliaris rekuren, diikuti oleh cholecystitis akut. Komplikasi yang berat jarang
terjadi, meliputi trauma CBD, perdarahan, dan infeksi. Data baru-baru ini
tahun 1989, angka kematian secara keseluruhan 0,17 %, pada pasien kurang dari 65
tahun angka kematian 0,03 % sedangkan pada penderita diatas 65 tahun angka
sekarang ini sekitar 90% kolesistektomi dilakukan secara laparoskopi. 80-90% batu
empedu di Inggris dibuang dengan cara ini karena memperkecil resiko kematian
komplikasi pada jantung dan paru. Kandung empedu diangkat melalui selang yang
23
dimasukan lewat sayatan kecil di dinding perut.15
mulai melakukan prosedur ini pada pasien dengan kolesistitis akut dan pasien
sakit dan biaya yang dikeluarkan, pasien dapat cepat kembali bekerja, nyeri
cedera duktus biliaris yang mungkin dapat terjadi lebih sering selama
kolesistektomi laparaskopi.2
perawatan di rumah sakit dan biaya yang lebih murah. Indikasi tersering adalah
nyeri bilier yang berulang. Kontraindikasi absolut serupa dengan tindakan terbuka
yaitu tidak dapat mentoleransi tindakan anestesi umum dan koagulopati yang tidak
Ductus cysticus dan trauma Ductus biliaris. Resiko trauma Ductus biliaris sering
teknik laparoskopi kualitas pemulihan lebih baik, tidak terdapat nyeri, kembali
menjalankan aktifitas normal dalam 10 hari, cepat bekerja kembali, dan semua otot
24
d). Cholecystectomy minilaparotomy
K. Komplikasi
25
Kolesistokinin yang disekresi oleh duodenum karena adanya makanan
menghasilkan kontraksi kandung empedu, sehingga batu yang tadi ada dalam
kandung empedu terdorong dan dapat menutupi duktus sistikus, batu dapat menetap
ataupun dapat terlepas lagi. Apabila batu menutupi duktus sitikus secara menetap
maka mungkin akan dapat terjadi mukokel, bila terjadi infeksi maka mukokel dapat
menjadi suatu empiema, biasanya kandung empedu dikelilingi dan ditutupi oleh
alat-alat perut (kolon, omentum), dan dapat juga membentuk suatu fistel
kolesistitis akut yang dapat sembuh atau dapat mengakibatkan nekrosis sebagian
dinding (dapat ditutupi alat sekitarnya) dan dapat membentuk suatu fistel
Batu kandung empedu dapat maju masuk ke dalam duktus sistikus pada saat
kontraksi dari kandung empedu. Batu ini dapat terus maju sampai duktus koledokus
kemudian menetap asimtomatis atau kadang dapat menyebabkan kolik. Batu yang
menyumbat pad bagian tersempit saluran cerna (ileum terminal) dan menimbulkan
ileus obstruksi.
26