Anda di halaman 1dari 24

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi Kolelitiasis

Batu empedu atau gallstones adalah timbunan kristal di dalam kandung

empedu atau didalam saluran empedu. Batu yang ditemukan di dalam kandung

empedu disebut kolelitiasis,sedangkan batu di dalam saluran empedu disebut

koledokolitiasis. Batu kandung empedu biasanya baru menimbulkan gejala

dan keluhan bila batu menyumbat duktus sistikus atau duktus koledokus.

Oleh karena itu gambaran klinis penderita batu kandung empedu bervariasi dari

yang berat atau jelas sampai yang ringan atausamar bahkan seringkali tanpa gejala

(silent stone). Insiden batu kandung empedu di Indonesiabelum diketahui dengan

pasti, karena belum ada penelitian. Banyak penderita batu kandung empedu

tanpa gejala dan ditemukan secara kebetulan pada waktu dilakukan foto polos

abdomen, USG, atau saat operasi untuk tujuan yang lain

Kolelitiasis adalah penyakit batu empedu yang dapat ditemukan di dalam

kandung empedu atau di dalam saluran empedu, atau pada kedua-duanya.

Sebagian besar batu empedu, terutama batu kolesterol, terbentuk di dalam

kandung empedu. Kolelitiasis lebih sering dijumpai pada individu berusia diatas

40 tahun terutama pada wanita dikarenakan memiliki faktor resiko,yaitu: obesitas,

usia lanjut, diet tinggi lemak dan genetik. 1

Kandung empedu bentuknya seperti kantong, organ berongga yang

panjangnya sekitar 10 cm, terletak dalam suatu fossa yang menegaskan batas

3
anatomi antara lobus hati kanan dan kiri. Kandung empedu merupakan kantong

berongga berbentuk bulat lonjong seperti buah advokat tepat di bawah lobus kanan

hati. Fungsi kandung empedu, yaitu:4

a. Tempat menyimpan cairan empedu dan memekatkan cairan empedu yang ada

di dalamnya dengan cara mengabsorpsi air dan elektrolit. Cairan empedu ini

adalah cairan elektrolit yang dihasilkan oleh sel hati.

b. Garam empedu menyebabkan meningkatnya kelarutan kolesterol, lemak dan

vitamin yang larut dalam lemak, sehingga membantu penyerapannya dari

usus. Hemoglobin yang berasal dari penghancuran sel darah merah diubah

menjadi bilirubin (pigmen utama dalam empedu) dan dibuang ke dalam

empedu.

B. Etiologi

Penyebab batu empedu dan batu saluran empedu masih belum diketahui dengan

sempurna,akan tetapi faktor predisposisi yang paling penting tampaknya adalah

gangguan metabolismeyang disebabkan oleh perubahan susunan empedu,

stasis empedu dan infeksi kandungempedu.a. Perubahan komposisi empedu

kemungkinan merupakan faktor terpenting dalampembentukan batu empedu

karena hati penderita batu empedu kolesterol, mengekresiempedu yang sangat

jenuh dengan kolesterol. Kolesterol yang berlebihan ini mengendapdalam kandung

empedu (dengan cara yang belum diketahui sepenuhnya) untukmembentuk

batu empedu. Perubahan komposisi lainnya yaitu yang menyebabkan batupigmen

adalah terjadi pada penderita dengan high heme turnover. Penyakit hemolisisyang

berkaitan dengan batu pigmen adalah sickle cell anemia, hereditary

4
spherocytosis,dan beta-thalasemia. Selain itu terdapat juga batu campuran,

batu ini merupakancampuran dari kolesterol dan kalsium bilirubinat. Batu ini

sering ditemukan hampirsekitar 90% pada penderita kolelitiasis.b. Stasis empedu

dalam kandung empedu dapat mengakibatkan supersaturasi progresif,perubahan

komposisi kimia, dan pengendapan unsur-unsur tersebut. Gangguan

kontraksikandung empedu atau spasme spingter Oddi, atau keduanya dapat

menyebabkan stasis.Faktor hormonal (hormon kolesistokinin dan sekretin)

dapat dikaitkan denganketerlambatan pengosongan kandung empedu. c. Infeksi

bakteri dalam saluran empedu dapat berperan dalam pembentukan batu.

Mukusmeningkatkan viskositas empedu dan unsur sel atau bakteri dapat berperan

sebagai pusat presipitasi/pengendapan. Infeksi lebih timbul akibat dari

terbentuknya batu dibandingpanyebab terbentuknya batu.

C. Faktor Risiko

Kolelitiasis dapat terjadi dengan atau tanpa faktor risiko dibawah ini.

Namun, semakin banyak faktor risiko yang dimiliki seseorang, semakin besar

kemungkinan untuk terjadinya kolelitiasis. Faktor risiko tersebut antara lain :1,5

a. Jenis Kelamin

Wanita mempunyai risiko 3 kali lipat untuk terkena kolelitiasis

dibandingkan dengan pria. Ini dikarenakan oleh hormon esterogen berpengaruh

terhadap peningkatan eskresi kolesterol oleh kandung empedu. Hingga dekade ke-

6, 20 % wanita dan 10 % pria menderita batu empedu dan prevalensinya

meningkat dengan bertambahnya usia, walaupun umumnya selalu pada wanita.

Kehamilan, yang menigkatkan kadar esterogen juga meningkatkan risiko terkena

5
kolelitiasis. Penggunaan pil kontrasepsi dan terapi hormon (esterogen) dapat

meningkatkan kolesterol dalam kandung empedu dan penurunan aktivitas

pengosongan kandung empedu.

b. Usia

Risiko untuk terkena kolelitiasis meningkat sejalan dengan bertambahnya

usia. Orang dengan usia > 40 tahun lebih cenderung untuk terkena kolelitiasis

dibandingkan dengan orang degan usia yang lebih muda. Di Amerika Serikat, 20

% wanita lebih dari 40 tahun mengidap batu empedu. Semakin meningkat usia,

prevalensi batu empedu semakin tinggi. Hal ini disebabkan:

- Batu empedu sangat jarang mengalami disolusi spontan

- Meningkatnya sekresi kolesterol ke dalam empedu sesuai dengan bertambahnya

usia.

- Empedu menjadi semakin litogenik bila usia semakin bertambah.

c. Berat badan (BMI)

Orang dengan Body Mass Index (BMI) tinggi, mempunyai risiko lebih

tinggi untuk terjadi kolelitiasis. Ini karenakan dengan tingginya BMI maka kadar

kolesterol dalam kandung empedu pun tinggi, dan juga mengurasi garam empedu

serta mengurangi kontraksi/ pengosongan kandung empedu.

d. Makanan

Konsumsi makanan yang mengandung lemak terutama lemak hewani

berisiko untuk menderita kolelitiasis. Kolesterol merupakan komponen dari

lemak. Jika kadar kolesterol yang terdapat dalam cairan empedu melebihi batas

normal, cairan empedu dapat mengendap dan lama kelamaan menjadi batu. Intake

6
rendah klorida, kehilangan berat badan yang cepat (seperti setelah operasi

gatrointestinal) mengakibatkan gangguan terhadap unsur kimia dari empedu dan

dapat menyebabkan penurunan kontraksi kandung empedu.

e. Riwayat keluarga

Orang dengan riwayat keluarga kolelitiasis mempunyai risiko lebih besar

dibandingkan dengan tanpa riwayat keluarga.

f. Aktifitas fisik

Kurangnya aktifitas fisik berhubungan dengan peningkatan risiko

terjadinya kolelitiasis. Ini mungkin disebabkan oleh kandung empedu lebih sedikit

berkontraksi.

g. Penyakit usus halus

Penyakit yang dilaporkan berhubungan dengan kolelitiasis adalah crohn

disease, diabetes, anemia sel sabit, trauma, dan ileus paralitik.

h. Nutrisi intravena jangka lama

Nutrisi intravena jangka lama mengakibatkan kandung empedu tidak

terstimulasi untuk berkontraksi, karena tidak ada makanan/ nutrisi yang melewati

intestinal. Sehingga risiko untuk terbentuknya batu menjadi meningkat dalam

kandung empedu.

i. Genetik

Batu empedu memperlihatkan variasi genetik. Kecenderungan membentuk

batu empedu bisa berjalan dalam keluarga. Di negara Barat penyakit ini sering

dijumpai, di USA 10-20 % laki-laki dewasa menderita batu kandung empedu. Batu

empedu lebih sering ditemukaan pada orang kulit putih dibandingkan kulit hitam.

7
Batu empedu juga sering ditemukan di negara lain selain USA, Chili dan Swedia.

D. Epidemiologi

Di negara barat, batu empedu mengenai 10% orang dewasa. Angka

prevalensi orang dewasa lebih tinggi. Angka prevalensi orang dewasa lebih tinggi

di negara Amerika Latin (20% hingga 40%) dan rendah di negara Asia (3% hingga

4%). Batu empedu menimbulkan masalah kesehatan yang cukup besar, seperti

ditunjukkan oleh statistik AS ini:3

a. Lebih dari 20 juta pasien diperkirakan mengidap batu empedu, yang total

beratnya beberapa ton.

b. Sekitar 1 juta pasien baru terdiagnosis mengidap batu empedu per tahun,

dengan dua pertiganya menjalani pembedahan.

c.

E. Fisiologi

a. Empedu

Vesica fellea berperan sebagai reservoir empedu dengan kapasitas sekitar

30-60 cc.vesica fellea memiliki kemampuan untuk memekatkan empedu, dan untuk

membantu proses ini,mukosanya mempunyai lipatan-lipatan permanen yang

satu sama lain saling berhubungansehingga permukaannya tampang seperti

sarang tawon. Empedu dibentuk oleh sel-sel hepar disimpan di dalam kanalikuli,

kemudian dialirkan keduktus biliaris terminalis yang terletak di dalam septum

interlobaris. Saluran ini kemudian keluar dari hepar sebagai duktus hepatikus

8
kanan dan duktus hepatikus kiri, kemudian keudanyamembetuk duktus biliaris

komunis

Empedu dialirkan sebagai akibat dari kontraksi dan pengosongan

parsial kandungempedu. Mekanisme ini diawali dengan masuknya makanan

berlemak ke duodenum. Lemakakan merangsang sekresi hormone kolesistokinin

dari mukosa duodenum, kemudian hormone iniakan masuk ke darah dan

mengakibatkan kontraksi dari kandung empedu. Pada saat yang sama,otot polos

yang terletak pada distal duktus koledukus dan ampula relaksasi, sehingga

memungkinkan masuknya empedu ke dalam duodenum. Garam-garam empedu

sangat pentinguntuk proses emulsifikasi lemak dalam usus halus dan membantu

pencernaan serta absorbsi lemak.

Proses koordinasi kedua aktifitas ini disebabkan oleh dua hal yaitu:

• Hormonal

Zat lemak yang terdapat pada makanan setelah sampai duodenumakan

merangsang mukosa sehingga hormon Cholecystokinin akan

terlepas.Hormon ini yang paling besar peranannya dalam kontraksi kandung

empedu

• Neurogen

Stimulasi vagal yang berhubungan dengan fase Cephalik dari sekresic

airan lambung atau dengan refleks intestino-intestinal akan

menyebabkankontraksi dari kandung empedu Rangsangan langsung dari makanan

yang masuk sampai ke duodenum dan mengenai Sphincter Oddi. Sehingga pada

keadaan dimana kandung empedu lumpuh, cairan empedu akan tetap keluar

9
walaupun sedikit. Pengosongan empedu yang lambat akibat gangguan neurologis

maupun hormonal memegang peran penting dalam perkembangan inti batu.

a. Garam Empedu.

Asam empedu berasal dari kolesterol. Asam empedu dari hati ada

dua macamyaitu: Asam Deoxycholat dan Asam Cholat.

Fungsi garam empedu adalah:

- Menurunkan tegangan permukaan dari partikel lemak yang

terdapatdalam makanan, sehingga partikel lemak yang besar dapat

dipecahmenjadi partikel-partikel kecil untuk dapat dicerna lebih lanjut.

- Membantu absorbsi asam lemak, monoglycerid, kolesterol dan vitamin

yang larutdalam lemak. Garam empedu yang masuk ke dalam lumen usus oleh kerja

kuman-kumanusus dirubah menjadi deoxycholat dan lithocholat. Sebagian

besar (90 %)garam empedu dalam lumen usus akan diabsorbsi kembali

oleh mukosa usussedangkan sisanya akan dikeluarkan bersama feses dalam

bentuk lithocholat.Absorbsi garam empedu tersebut terjadi disegmen distal

dari ilium. Sehingga bila ada gangguan pada daerah tersebut misalnya

oleh karena radang ataureseksi maka absorbsi garam empedu akan terganggu.

b. Bilirubin Hemoglobin yang terlepas dari eritrosit akan pecah menjadi heme

dan globin. Hemebersatu membentuk rantai dengan empat inti pyrole menjadi

bilverdin yang segeraberubah menjadi bilirubin bebas. Zat ini di dalam plasma

terikat erat oleh albumin. Sebagian bilirubin bebas diikat oleh zat lain

10
(konjugasi) yaitu 80% olehglukuronide. Bila terjadi pemecahan sel darah merah

berlebihan misalnya pada malariamaka bilirubin yang terbentuk sangat banyak

F. Patofisiologi

Batu empedu yang ditemukan pada kandung empedu di klasifikasikan

berdasarkan bahan pembentuknya sebagai batu kolesterol, batu pigment dan batu

campuran. Lebih dari 90% batu empedu adalah kolesterol (batu yang mengandung

> 50% kolesterol) atau batu campuran (batu yang mengandung 20-50%

kolesterol). Angka 10% sisanya adalah batu jenis pigmen, yang mana

mengandung < 20% kolesterol. Faktor yang mempengaruhi pembentukan batu

antara lain adalah keadaan statis kandung empedu, pengosongan kandung empedu

yang tidak sempurna dan konsentrasi kalsium dalam kandung empedu.3,6

Batu kandung empedu merupakan gabungan material mirip batu yang

terbentuk di dalam kandung empedu. Pada keadaan normal, asam empedu, lesitin

dan fosfolipid membantu dalam menjaga solubilitas empedu. Bila empedu

menjadi bersaturasi tinggi (supersaturated) oleh substansi berpengaruh (kolesterol,

kalsium, bilirubin), akan berkristalisasi dan membentuk nidus untuk pembentukan

batu. Kristal yang yang terbentuk terbak dalam kandung empedu, kemudian lama-

kelamaan kristal tersebut bertambah ukuran, beragregasi, melebur dan membetuk

batu. Faktor motilitas kandung empedu, biliary stasis, dan kandungan empedu

merupakan predisposisi pembentukan batu empedu empedu.3,7

Kolesistokinin yang disekresi oleh duodenum karena adanya makanan

mengakibatkan/ menghasilkan kontraksi kandung empedu, sehingga batu yang

tadi ada dalam kandung empedu terdorong dan dapat menutupi duktus sistikus,

11
batu dapat menetap ataupun dapat terlepas lagi. Apabila batu menutupi duktus

sitikus secara menetap maka mungkin akan dapat terjadi mukokel, bila terjadi

infeksi maka mukokel dapat menjadi suatu empiema, biasanya kandung empedu

dikelilingi dan ditutupi oleh alat-alat perut (kolon, omentum), dan dapat juga

membentuk suatu fistel kolesistoduodenal. Penyumbatan duktus sistikus dapat

juga berakibat terjadinya kolesistitis akut yang dapat sembuh atau dapat

mengakibatkan nekrosis sebagian dinding (dapat ditutupi alat sekiatrnya) dan

dapat membentuk suatu fistel kolesistoduodenal ataupun dapat terjadi perforasi

kandung empedu yang berakibat terjadinya peritonitis generalisata. Batu kandung

empedu dapat maju masuk ke dalam duktus sistikus pada saat kontraksi dari

kandung empedu. Batu ini dapat terus maju sampai duktus koledokus kemudian

menetap asimtomatis atau kadang dapat menyebabkan kolik. Batu yang

menyumbat di duktus koledokus juga berakibat terjadinya ikterus obstruktif,

kolangitis, kolangiolitis, dan pankretitis. Batu kandung empedu dapat lolos ke

dalam saluran cerna melalui terbentuknya fistel kolesitoduodenal. Apabila batu

empedu cukup besar dapat menyumbat pad bagian tersempit saluran cerna (ileum

terminal) dan menimbulkan ileus obstruksi.3,7

G. Gambaran Klinis

Batu empedu tidak menyebabkan keluhan penderita selama batu tidak

masuk ke dalam duktus sistikus atau duktus koledokus. Bilamana batu itu masuk

ke dalam ujung duktus sistikus barulah dapat menyebabkan keluhan penderita.

Apabila batu itu kecil, ada kemungkinan batu dengan mudah dapat melewati

12
duktus koledokus dan masuk ke duodenum.2

Batu empedu mungkin tidak menimbulkan gejala selama berpuluh tahun.

Gejalanya mencolok: nyeri saluran empedu cenderung hebat, baik menetap

maupun seperti kolik bilier (nyeri kolik yang berat pada perut atas bagian kanan)

jika ductus sistikus tersumbat oleh batu, sehingga timbul rasa sakit perut yang

berat dan menjalar ke punggung atau bahu. Mual dan muntah sering kali berkaitan

dengan serangan kolik biliaris. Sekali serangan kolik biliaris dimulai, serangan

ini cenderung makin meningkat frekuensi dan intensitasnya. Gejala yang lain

seperti demam, nyeri seluruh permukaan perut, perut terasa melilit, perut terasa

kembung, dan lain-lain.2,5

13
H. Diagnosis

Anamnesis

Kolelitiasis dapat dibagi menjadi beberapa stadium yaitu: asimptomatik

(adanya batu empedu tanpa gejala), simptomatik (kolik bilier), dan kompleks (

menyebabkan kolesistitis, koledokolitiasis, serta kolangitis). Sekitar 60-80 %

kolelitiasis adalah asimptomatik. Setengah sampai duapertiga penderita kolelitiasis

adalah asimptomatis. Keluhan yang mungkin timbul adalah dispepsia yang kadang

disertai intoleran terhadap makanan berlemak. Pada yang simtomatis, keluhan

utama berupa nyeri di daerah epigastrium, kuadran kanan atas atau perikomdrium.

14
Rasa nyeri lainnya adalah kolik bilier yang mungkin berlangsung lebih dari 15

menit, dan kadang baru menghilang beberapa jam kemudian. Timbulnya nyeri

kebanyakan perlahan-lahan tetapi pada 30% kasus timbul tiba-tiba.4,8

Penyebaran nyeri pada punggung bagian tengah, skapula, atau ke puncak

bahu, disertai mual dan muntah. Lebih kurang seperempat penderita melaporkan

bahwa nyeri berkurang setelah menggunakan antasida. Kalau terjadi kolelitiasis,

keluhan nyeri menetap dan bertambah pada waktu menarik nafas dalam. 4,8

Pemeriksaan Fisik

Batu kandung empedu

Apabila ditemukan kelainan, biasanya berhubungan dengan komplikasi, seperti

kolesistitis akut dengan peritonitis lokal atau umum, hidrop kandung empedu,

empiema kandung empedu, atau pangkretitis. Pada pemeriksaan ditemukan nyeri

tekan dengan punktum maksimum didaerah letak anatomis kandung empedu.

Tanda Murphy positif apabila nyeri tekan bertambah sewaktu penderita menarik

nafas panjang karena kandung empedu yang meradang tersentuh ujung jari tangan

pemeriksa dan pasien berhenti menarik nafas. 11

Batu saluran empedu

Baru saluran empedu tidak menimbulkan gejala dalam fase tenang. Kadang teraba

hati dan sklera ikterik. Perlu diketahui bahwa bila kadar bilirubin darah kurang dari

3 mg/dl, gejala ikterik tidak jelas. Apabila sumbatan saluran empedu bertambah

berat, akan timbul ikterus klinis. 11

15
Pemeriksaan Penunjang

a. Pemeriksaan laboratorium

Batu kandung empedu yang asimtomatik umumnya tidak menunjukkan kelainan

pada pemeriksaan laboratorium. Apabila terjadi peradangan akut, dapat terjadi

leukositosis. Apabila terjadi sindroma mirizzi, akan ditemukan kenaikan ringan

bilirubin serum akibat penekanan duktus koledukus oleh batu. Kadar bilirubin

serum yang tinggi mungkin disebabkan oleh batu di dalam duktus koledukus. Kadar

fosfatase alkali serum dan mungkin juga kadar amilase serum biasanya meningkat

sedang setiap setiap kali terjadi serangan akut.9,10

b. Pemeriksaan radiologis

Foto polos Abdomen

Foto polos abdomen biasanya tidak memberikan gambaran yang khas

karena hanya sekitar 10-15% batu kandung empedu yang bersifat radioopak.

Kadang kandung empedu yang mengandung cairan empedu berkadar kalsium

tinggi dapat dilihat dengan foto polos. Pada peradangan akut dengan kandung

empedu yang membesar atau hidrops, kandung empedu kadang terlihat sebagai

massa jaringan lunak di kuadran kanan atas yang menekan gambaran udara dalam

usus besar, di fleksura hepatica.12

16
Ultrasonografi (USG)

Ultrasonografi mempunyai derajat spesifisitas dan sensitifitas yang tinggi

untuk mendeteksi batu kandung empedu dan pelebaran saluran empedu intrahepatik

maupun ekstra hepatik. Dengan USG juga dapat dilihat dinding kandung empedu

yang menebal karena fibrosis atau udem yang diakibatkan oleh peradangan maupun

sebab lain. Batu yang terdapat pada duktus koledukus distal kadang sulit dideteksi

karena terhalang oleh udara di dalam usus. Dengan USG punktum maksimum rasa

nyeri pada batu kandung empedu yang ganggren lebih jelas daripada dengan palpasi

biasa.12

17
Kolesistografi

Untuk penderita tertentu, kolesistografi dengan kontras cukup baik karena

relatif murah, sederhana, dan cukup akurat untuk melihat batu radiolusen sehingga

dapat dihitung jumlah dan ukuran batu. Kolesistografi oral akan gagal pada keadaan

ileus paralitik, muntah, kadar bilirubun serum diatas 2 mg/dl, okstruksi pilorus, dan

hepatitis karena pada keadaan-keadaan tersebut kontras tidak dapat mencapai hati.

Pemeriksaan kolesitografi oral lebih bermakna pada penilaian fungsi kandung

empedu.12

18
CT scan

Menunjukan batu empedu dan dilatasi saluran empedu.

ERCP ( Endoscopic Retrograde Cholangio Pancreatography)

Yaitu sebuah kanul yang dimasukan ke dalam duktus koledukus dan duktus

pancreatikus, kemudian bahan kontras disuntikkan ke dalam duktus tersebut.

Fungsi ERCP ini memudahkan visualisasi langsung stuktur bilier dan memudahkan

akses ke dalam duktus koledukus bagian distal untuk mengambil batu empedu,

selain itu ERCP berfungsi untuk membedakan ikterus yang disebabkan oleh

penyakit hati (ikterus hepatoseluler dengan ikterus yang disebabkan oleh obstuksi

bilier dan juga dapat digunakan untuk menyelidiki gejala gastrointestinal pada

pasien-pasien yang kandung empedunya sudah diangkat.ERCP ini berisiko

terjadinya tanda-tanda perforasi/ infeksi.12

19
Magnetic Resonance Cholangio-pancreatography (MRCP)

Magnetic resonance cholangio-pancreatography atau MRCP adalah

modifikasi dari Magnetic Resonance Imaging (MRI), yang memungkinkan untuk

mengamati duktus biliaris dan duktus pankreatikus. MRCP dapat mendeteksi batu

empedu di duktus biliaris dan juga bila terdapat obstruksi duktus.

I. Diagnosis banding

Diagnosis banding nyeri karena kolelitiasis adalah ulkus peptikum, refluks

gastroesofagus, dispepsia non ulkus, dismotilitas esofagus, irritable bowel

syndrome, kolik ginjal. Nyeri ulkus peptikum biasanya lebih sering, hampir setiap

hari dan berkurang sehabis makan. Nyeri yang timbul biasanya menetap di perut

kanan atas, pada kolelitiasis frekuensinya lebih jarang.2,13

Nyeri karena refluks dapat dibedakan dengan nyeri kolelitiasis dilihat dari

adanya rasa terbakar, lokasi nyeri di substernal, dan sering dipengaruhi oleh posisi,

dimana pada posisi supine rasa nyeri akan memberat. Nyeri epigastrium karena

kolelitiasis dan dispepsia nonulkus sukar dibedakan. Namun demikian nyeri karena

20
kolik bilier biasanya lebih hebat, frekuensinya sporadik, dan penyebaran nyeri

sampai perut kanan atas dan skapula.2

Diagnosis banding untuk kolesistitis akut adalah apendisitis akut, pankreatitis

akut, hepatitis akut, perforasi ulkus, perforasi ulkus peptikum dan penyakit

intestinal akut lainnya. Untuk membedakan dengan pankreatitis akut, biasanya

nyeri pada pankreatitis akut lebih terlokalisir dan jarang disertai tanda peritoneal

akut. Nyeri sampai ke punggung, menghilang saat posisi duduk adalah khas untuk

pankreatitis akut. Gejala demam dan leukositosis mungkin sama pada kedua kasus,

tetapi peningkatan kadar serum amilase jauh lebih tinggi pada keadaan pankreatitis

akut. Pada keadaan pankreatitis yang berat, penderita tampak sangat toksik. Namun

pada penderita dengan kolesistitis akut dengan komplikasi pankreatitis akut USG

diperlukan untuk segera membedakan keadaan tersebut.4

Untuk membedakan dengan kolesistitis, pada keadaan hepatitis biasanya pada

pemeriksaan laboratorium menunjukkan kadar serum enzim hepar akan jauh lebih

tinggi dibanding dengan kolesistitis akut. Pada keadaan apendisitis akut, ditandai

oleh nyeri khas pada perut kanan bawah, diawali dari sekitar daerah umbilikal yang

kemudian menetap di perut kanan bawah. Pada keadaan perforasi usus, pada

pemeriksaan radiologis sering dijumpai adanya udara bebas pada foto polos

abdomen.2

J. Penatalaksanaan

Jika tidak ditemukan gejala, maka tidak perlu dilakukan pengobatan. Nyeri

yang hilang-timbul bisa dihindari atau dikurangi dengan menghindari atau

21
mengurangi makanan berlemak.2

Jika batu kandung empedu menyebabkan serangan nyeri berulang meskipun

telah dilakukan perubahan pola makan, maka dianjurkan untuk menjalani

pengangkatan kandung empedu (kolesistektomi). Pengangkatan kandung empedu

tidak menyebabkan kekurangan zat gizi dan setelah pembedahan tidak perlu

dilakukan pembatasan makanan.2

Penanganan operatif

a). Cholecystostomy

Kolesistostomi berguna untuk dekompesi dan drainase kandung emedu

yang terdistensi, mengalami inflamasi, hidropik atau purulen. Tindakan ini dapat

dilakukan pada pasien yang tiudak cukup memungkinkan kondisinya untuk

dilakukan operasi abdominal. Drainase perkutaneus yang dituntun ultrasound

dengan kateter pigtail merupakan prosedur yang dipilih. Kateter dimasukkan

melalui kawat penuntun yang sebelumya telah dipasang menembus dinding

abdomen, hepar, dan masuk ke dalam kandung empedu. Dengan menggunakan

kateter yang melewati hepar, resiko terjadinya empedu yang merembes dari sekitar

kateter dapat dikurangi. Kateter dapat dilepas apabila inflamasi sudah hilang dan

kondisi pasien membaik. Kandung empedu dapat dibuang jika ada indikasi,

biasanya dengan tindakan laparoskopi.2,10

22
b). Open cholecystectomi

Operasi ini merupakan standar untuk penanganan pasien dengan batu

empedu simptomatik. Indikasi yang paling umum untuk cholecystectomy adalah

kolik biliaris rekuren, diikuti oleh cholecystitis akut. Komplikasi yang berat jarang

terjadi, meliputi trauma CBD, perdarahan, dan infeksi. Data baru-baru ini

menunjukkan mortalitas pada pasien yang menjalani cholecystectomy terbuka pada

tahun 1989, angka kematian secara keseluruhan 0,17 %, pada pasien kurang dari 65

tahun angka kematian 0,03 % sedangkan pada penderita diatas 65 tahun angka

kematian mencapai 0,5 %.10

c). Cholecystectomy laparoscopy

Kolesistektomi laparoskopik mulai diperkenalkan pada tahun 1990 dan

sekarang ini sekitar 90% kolesistektomi dilakukan secara laparoskopi. 80-90% batu

empedu di Inggris dibuang dengan cara ini karena memperkecil resiko kematian

dibanding operasi normal (0,1-0,5% untuk operasi normal) dengan mengurangi

komplikasi pada jantung dan paru. Kandung empedu diangkat melalui selang yang

23
dimasukan lewat sayatan kecil di dinding perut.15

Indikasi awal hanya pasien dengan kolelitiasis simtomatik tanpa adanya

kolesistitis akut. Karena semakin bertambahnya pengalaman, banyak ahli bedah

mulai melakukan prosedur ini pada pasien dengan kolesistitis akut dan pasien

dengan batu duktus koledokus. Secara teoritis keuntungan tindakan ini

dibandingkan prosedur konvensional adalah dapat mengurangi perawatan di rumah

sakit dan biaya yang dikeluarkan, pasien dapat cepat kembali bekerja, nyeri

menurun dan perbaikan kosmetik. Masalah yang belum terpecahkan adalah

kemanan dari prosedur ini, berhubungan dengan insiden komplikasi 6r seperti

cedera duktus biliaris yang mungkin dapat terjadi lebih sering selama

kolesistektomi laparaskopi.2

Kelebihan tindakan ini meliputi nyeri pasca operasi lebih minimal,

pemulihan lebih cepat, hasil kosmetik lebih baik, mempersingkatkan waktu

perawatan di rumah sakit dan biaya yang lebih murah. Indikasi tersering adalah

nyeri bilier yang berulang. Kontraindikasi absolut serupa dengan tindakan terbuka

yaitu tidak dapat mentoleransi tindakan anestesi umum dan koagulopati yang tidak

dapat dikoreksi. Komplikasi yang terjadi berupa perdarahan, pankreatitis, bocor

Ductus cysticus dan trauma Ductus biliaris. Resiko trauma Ductus biliaris sering

dibicarakan, namun umumnya berkisar antara 0,5–1%. Dengan menggunakan

teknik laparoskopi kualitas pemulihan lebih baik, tidak terdapat nyeri, kembali

menjalankan aktifitas normal dalam 10 hari, cepat bekerja kembali, dan semua otot

abdomen utuh sehingga dapat digunakan untuk aktifitas olahraga.2,15

24
d). Cholecystectomy minilaparotomy

Modifikasi dari tindakan cholecystectomy terbuka dengan insisi

lebih kecil dengan efek nyeri pasca operasi lebih rendah

K. Komplikasi

Komplikasi yang umum dijumpai adalah (batu saluran empedu), kolesistitis

akut, pakreatitis akut, emfiema dan perforasi kandung empedu.

25
Kolesistokinin yang disekresi oleh duodenum karena adanya makanan

menghasilkan kontraksi kandung empedu, sehingga batu yang tadi ada dalam

kandung empedu terdorong dan dapat menutupi duktus sistikus, batu dapat menetap

ataupun dapat terlepas lagi. Apabila batu menutupi duktus sitikus secara menetap

maka mungkin akan dapat terjadi mukokel, bila terjadi infeksi maka mukokel dapat

menjadi suatu empiema, biasanya kandung empedu dikelilingi dan ditutupi oleh

alat-alat perut (kolon, omentum), dan dapat juga membentuk suatu fistel

kolesistoduodenal. Penyumbatan duktus sistikus dapat juga berakibat terjadinya

kolesistitis akut yang dapat sembuh atau dapat mengakibatkan nekrosis sebagian

dinding (dapat ditutupi alat sekitarnya) dan dapat membentuk suatu fistel

kolesistoduodenal ataupun dapat terjadi perforasi kandung empedu yang berakibat

terjadinya peritonitis generalisata.14

Batu kandung empedu dapat maju masuk ke dalam duktus sistikus pada saat

kontraksi dari kandung empedu. Batu ini dapat terus maju sampai duktus koledokus

kemudian menetap asimtomatis atau kadang dapat menyebabkan kolik. Batu yang

menyumbat di duktus koledokus juga berakibat terjadinya ikterus obstruktif,

kolangitis, kolangiolitis, dan pankretitis.11

Batu kandung empedu dapat lolos ke dalam saluran cerna melalui

terbentuknya fistel kolesitoduodenal. Apabila batu empedu cukup besar dapat

menyumbat pad bagian tersempit saluran cerna (ileum terminal) dan menimbulkan

ileus obstruksi.

26

Anda mungkin juga menyukai