Anda di halaman 1dari 55

BAB 14

TENAGA LISTRIK
B A B 14

TENAGA LISTRIK

I. PENDAHULUAN

Sektor tenaga listrik memegang peranan yang penting sekali


dalam pembangunan. Kegunaan dan intensitas penggunaan te-
naga listrik bertambah luas, baik sebagai prasarana produksi
maupun sebagai alat pemenuhan kebutuhan sehari-hari bagi
rumah tangga keluarga.
Sebagai faktor produksi tersedianya tenaga listrik yang cukup
menentukan laju kecepatan pembangunan sektor-sektor indus-
tri, pertanian, pertambangan, pendidikan, kesehatan dan lain-
lain. Pembangunan sektor-sektor ini adalah sangat vital bagi
tercapainya tujuan pembangunan seperti menciptakan kesem -
patan kerja, meningkatkan pendapatan nasional, mengubah
struktur ekonomi dan lain-lain. Di samping itu tersebarnya te-
naga listrik di kalangan masyarakat luas, yang membutuhkan
tenaga listrik untuk keperluan sehari-hari akan meningkatkan
kesejahteraan rakyat.
Karena pentingnya peranan sektor listrik, sektor usaha yang
kegiatannya berhubungan dengan pengadaan dan penyediaan
tenaga listrik bagi kebutuhan masyarakat harus digolongkan
sebagai perusahaan yang menyelenggarakan kemanfaatan
umum (public utilities). Perusahaan yang ditugaskan untuk
menampung dan melaksanakan semua kegiatan perancangan,
pembangunan dan pengusahaan tenaga listrik adalah Perusaha-
an Umum Lis tr ik Negar a (P LN).
Namun dalam melaksanakan tugasnya, perlu dijamin adanya
keseimbangan antara aspek sosial pada satu pihak dan peng -
usahaan berdasarkan prinsip-prinsip ekonomi perusahaan yang
rasionil dan sehat di lain pihak.

275
Dalam permulaan Repelita I, maka keseimbangan tersebut di
atas justru tidak tampak. Rasio pemakaian secara konsumtif
dan produktif tidak menunjukkan penggunaan listrik yang
efektif. Sedangkan dalam memperhitungkan tarip belum dila -
kukan penyusutan yang semestinya.
Secara fisik masih terdapat ketidakserasian antara kapasi-
tas jaringan transmisi dan distribusi dibandingkan dengan daya
terpasang. Di samping itu di berbagai tempat pusat-pusat tena-
ga listrik memerlukan rehabilitasi agar dapat ditingkatkan ka -
pasitas penggunaannya. Demikian pula diperlukan perbaikan
dan peningkatan efisiensi institutionil dalam organisasi yang
mengatur kelistrikan.
Dengan mengadakan langkah-langkah yang telah digariskan
itu maka selama Repelita I diselesaikan 594,61 km jaringan
transmisi, 22 buah gardu induk, 1352 km jaringan distribusi
tegangan menengah, 1418 km jaringan bertegangan rendah dan
1168 buah gardu distribusi. Dalam hal pusat-pusat tenaga lis-
trik telah diselesaikan penambahan sebesar 323,374 MW.
Dengan demikian maka pembangunan tenaga listrik selama
Repelita I adalah seperti tertera pada Tabel 14 - 1.
Dengan selesainya pembangunan-pembangunan tersebut,
maka terdapat penambahan daya terpasang yang memungkin-
kan peningkatan produksi selama Repelita I, seperti tertera
dalam Tabel 14 - 2.

Langkah-langkah interkoneksi antar sistem-sistem jaringan


transmisi di pulau Jawa telah dilakukan yang kemudian akan
diselesaikan pada Repelita II. Di luar Jawa terdapat sistem
kelistrikan yang terpisah-pisah bersifat lokal dengan penyedia-
an tenaga listrik yang bersifat terbatas. Dalam hal daya ter -
pasang maka pada akhir Repelita I terdapat jumlah 984,974 MW
pemilikan Perusahaan Umum Listrik Negara, sedang di luar
pengusahaannya diperkirakan sebesar 547 MW. Jika dilakukan
perincian menurut jenis pusat - pusat listrik, khusus mengenai

276
TABEL 14 - 1.
PEMBANGUNAN PUSAT-PUSAT TENAGA LISTRIK,
JARINGAN TRANSMISI DAN DISTRIBUSI REPELITA I

Jenis Kegiatan Satuan 1969/70 1970/71 1971/72 1972/73 1973/74 Jumlah

Pusat-pusat tenaga listrik MW 0,35 28,75 20,43 139,03 134,814 323,374

211.940 144.061 396.501


Tambahan produksi MWH 115.309 270.715 1.138.526

Jaringan transmisi Km 67,5 51,9 71,5 220,89 182,82 594,61

MVA 40
Gardu induk 91,5 51,5 61,25 229 473,25
Jaringan distribusi tegang
an menengah 489,94
75,07 287,09 287,3 212,60 1,352
Km
Jaringan distribusi tegang-

an rendah Km 127,93 349,23 344,9 436,69 141,80 1,418

Gardu distribusi buah 130 240 320 313 185 1,168

277
TABEL 1 4 - 2.
PENYEDIAAN TENAGA LISTRIK PLN REPELITA I

Item Satuan 1969/70 1970/71 1971/72 1972/73 1973/74

Daya terpasang MW 652,75 690,7 711,13 850,16 984,974


Produksi PLN MWH
1.411.975 1.577.989 1.706.153 1.912.581 2.278.873
Pembelian dari luar MWH
495.786 505.711 648.263 585.995 616.105
Jum1ah MWH
1.871.761 2.083.701 2.354.416 2.498.477 2.894.978

278
daya terpasang yang dibangun Perusahaan Umum Listrik N e -
gara, maka angka-angka menunjukkan gambaran sebagai berikut:

TABEL 1.4 - 3.

DAYA TERPASANG

Permulaan Repelita I Akhir Repelita I


Pusat-pusat listrik
MW % MW %

Tenaga Air 309,9 47,5 408,900 41,5


Tenaga Diesel 191,7 29,4 261,110 26,5
Tenaga Gas 42,0 6,4 80,290 8,2
Tenaga Mikrohydro - - 0,874 0,1
Tenaga Uap 108,8 16,7 233,800 23,7

J u m 1 a h: 652,4 100 984,974 100

Dibandingkan dengan keadaan tahun permulaan Repelita I,


ini berarti bukan saja penambahan daya terpasang tetapi pula
perbaikan jenis pusat-pusat listrik, maupun perbaikan penye -
baran di pulau-pulau seperti yang diajukan pada Tabel 14 - 4.

Penjualan listrik dalam tahun akhir Repelita I adalah sebe -


sar 2.175.806 MWH atau 75 % dari jumlah produksi, sedang-
kan sisanya sebesar 719.172 MWH atau 25% merupakan keru-
gian. Jika diperinci menurut golongan tarip dapat tercatat:
sosial sebesar 759.100 MWH atau 36,5%, rumah tangga sebe-
sar 435.300 MWH atau 20%, umum 336.300 MWH atau 15,5%,
jasa dan usaha 203.800 MWH atau 9,4 % dan produksi industri
sebesar 405.306 MWH atau 18,6%.

279
TABEL 14 - 4

DAYA TERPASANG MENURUT KEPULAUAN


Permulaan Repelita I Akhir Repelita I

Kepulauan MW %. Watt/cap MW % Watt/cap


Jawa 506,5 77,6 6,7 735,51 74,6 8,8
Sumatera 97,9 15,0 5,1 111,364 11,3 5,2
Kalimantan 15,7 2,5 3,1 43,09 4,4 7,7
Sulawesi 22,4 3,4 2,6 62,64 6,4 6,5
Maluku 3,3 0,5 3,5 4,45 0,5 4,1
Irian Jaya (belum dalam Org PLN) 10,52 1,1 16,2
Nusa Tenggara 6,6 1,0 0,9 17,4 1,7 1,5

Jumlah 652,4 100 5,6 984,974 100 7,6

Catatan : termasuk PLTA Juanda, belum dijumlahkan terpasang diluar PLN.

II. K E A D A A N DA N MASA LAH DEWA SA I NI .

Dari jumlah daya terpasang sebesar 984,974 MW terdapat


80% yang merupakan daya efektip, sehingga masih terdapat
sisanya sebesar 20% yang memerlukan perbaikan-perbaikan
dan penggantian-penggantian. Sementara itu telah dilakukan
usaha penambahan kapasitas pembangkit tenaga listrik dan
perbaikan serta penambahan kapasitas jaringan transmisi dan
jaringan distribusi. Pada tahun 1968 dapat dilihat adanya pro-
duksi sebesar 1,38 juta MWH atau 5,7 KWH/Cap yang mening-
kat menjadi 2,28 juta. MWH pada tahun 1973 atau 22,2 KWH/
Cap yang merupakan suatu kenaikan rata-rata sebesar 10,5%
setiap tahunnya. Namun demikian masih terdapat kekurangan-
kekurangan, karena belum tercapainya keseimbangan antara
280

11
279
penyediaan dan kebutuhan masyarakat yang lebih besar akan
tenaga listrik.
Kerugian dari produksi tenaga listrik Perusahaan Umum
Listrik Negara pada tahun terakhir Pelita I tersebut sebesar
719.172 MWH atau 25% menunjukkan angka yang masih ting-
gi, sehingga memerlukan usaha perbaikan untuk memperkecil-
nya. Dari perincian penjualan tenaga listrik menurut golongan
tarip, terlihat bahwa pemakaian untuk produksi/industri sebe-
sar 405.306 MWH atau 18,6% menunjukkan angka yang ren-
dah. Sebenarnya angka golongan industri ini cukup besar, yang
dipenuhi dengan penyediaan sendiri pembangkit tenaga listrik.
Dengan demikian jelaslah bahwa, pemakaian tenaga listrik Per-
usahaan Umum Listrik Negara sebagian besar masih bersifat
kcnsumtip.
Dalam hal menghadapi masalah efisiensi yang masih rendah,
telah diadakan perbaikan institusionil dan management secara
terus-menerus. Kemajuan-kemajuan yang dicapai selama Repe-
lita I tersebut di atas, adalah hasil dari pembangunan yang
disertai pula peningkatan institusionil dan management terse-
but. Peningkatan institusionil telah dilakukan dengan dike -
Iuarkannya Peraturan Pemerintah No. 18 tahun 1972 tentang
Perusahaan Umum Listrik Negara, yang mempertegas status
dan kewenangan khusus Perusahaan Umum Listrik Negara.
Peningkatan management di bidang personil, dengan disertai
usaha peningkatan keahlian dan ketrampilan menyebabkan
peningkatan produktivitas pegawai dari 70 MWH/pegawai per -
mulaan Repelita I, menjadi 132 MWH/pegawai pada akhir Re-
pelita I.
Dalam bidang administrasi, sesuai dengan peningkatan
pengusahaan, telah dilakukan usaha pengejaran keterlambatan
pekerjaan administrasi dam peningkatan sistem prosedur ad-
ministrasi. Mengenai bidang keuangan, pada dasarnya penda -
patan Perusahaan Umum Listrik Negara baru dapat menutup
biaya-biaya langsung pengusahaan di luar biaya penyusutan.
sehingga untuk pengembangan pengusahaan masih diperlukan

281
bantuan dari Pemerintah bagi keperluan investasi. Bantuan
tersebut selama Repelita I berasal dari Anggaran Pembangunan
APBN sebesar Rp. 54.074.951.250,- dan US $ 360.008.465,-
dari bantuan Proyek, yang tersebut akhir ini merupakan jum-
lah dari seluruh naskah perjanjian luar negeri yang telah di-
tandatangani sampai tanggal 31 Desember 1973.
Mengingat akan pengalaman-pengalaman pada pelaksanaan
pembangunan dari anggaran APBN termasuk bantuan proyek
di atas, telah ditinjau kemungkinan-kemungkinan untuk me-
ningkatkan daya serap pembangunan dengan memperbaiki
organisasi dan penyempurnaan produsen.
Hal-hal yang masih memerlukan perhatian antara lain:
a) Kemampuan pelaksanaan dalam meningkatkan daya serap
pembangunan yang tergantung dari pada perbaikan-perba-
ikan penunjang di bidang organisasi dan prosedur.
b) Peningkatan kwalitatif dan kwantitatif pelaksanaannya;
c) Ketergantungan laju pembangunan proyek-proyek tenaga
listrik pada material/peralatan dari luar negeri.
Pada pelaksanaan pengusahaannya yang masih memerlukan
perhatian antara lain:
a) Kesulitan pengusahaan di daerah disebabkan kekurangan
keandadan dan kapasitas cadangan tenaga listrik, kwalitas
personil untuk operasi dan pemeliharaan;
b) Macamnya mesin yang diperoleh yang tergantung dari sum-
ber bantuan proyek sehingga menyulitkan standarisasi dan
penyediaan spareparts.
Usaha meningkatkan pendapatan Perusahaan Umum Listrik
Negara dalam rangka meningkatkan pelayanan jasa kepada
masyarakat, telah ditinjau kemungkinan-kemungkinan untuk
menyehatkan Perusahaan Umum Listrik Negara yang tersusun
dalam suatu rancangan penyehatan Perusahaan Umum Listrik
Negara.
282

14
279
III. KEBIJAKSANAAN DAN LANGKAH-LANGKAH

Sasaran dalam bidang kelistrikan adalah mempertinggi dera-


jat masyarakat Indonesia, yang didasarkan pada pelaksanaan
pembangunan serta pengusahaan tenaga listrik secara efisien.
Dengan mempunyai kemampuan yang tinggi, baik di dalam
penambahan daya terpasang, peningkatan produksi maupun
penyaluran dan pendistribusian tenaga listrik, maka diharap-
kan pengusahaan tenaga listrik dapat dijalankan secara eko-
nomis.
Proyeksi pembangunan jangka pendek harus didasarkan pula
pada perhitungan sosio-tekno-ekonomis, yang setepat mungkin
dalam pemilihan cara konversi tenaga guna memanfaatkan keka-
yaan alam dan perkembangan teknologi menjadi tenaga listrik.
Juga dipersiapkan dan disesuaikan pula kemampuan untuk
melipat gandakan penyediaan tenaga lisrtrik sesuai dengan tahap
pembangunan nasional. Dengan demikian dapatlah dikejar
ketinggalan dalam penyediaan listrik untuk menenuhi kebu-
tuhan masyarakat dan kebutuhan industri yang semakin ber-
kembang.
Pada akhir Repelita I penjualan listrik oleh PLN kepada
sektor industri adalah sebesar 18,6%, yang berarti bahwa se-
bagian besar dari kebutuhan listrik untuk sektor industri masih
didapat dari tenaga pembangkit-pembangkit sendiri. Agar ke-
mampuan PLN dalam memberikan tenaga listrik dapat diting -
katkan, maka perlu ada sinkronisasi perencanaan sektor
industri dengan program pembangunan perlistrikan. Hal ini
disebabkan karena pada umumnya penyelesaian proyek-proyek
industri lebih cepat daripada proyek-proyek perlistrikan. Salah
satu contoh sinkronisasi program pembangunan PLN dengan
sektor industri yang sudah dapat dilaksamakan adalah dengan
proyek-proyek wilayah industri. Dalam hubungan ini PLN
dapat merancangkan penyediaan tenaga listrik lebih dahulu
untuk dapat memenuhi kebutuhan imdustri-industri dalam
kompleks tersebut.

283
Berdasarkan kebijaksanaan tersebut di atas, maka semua
usaha dan kegiatan pembangunan serta peningkatan pengusa-
haan tenaga listrik diarahkan sedemikian rupa sehingga dapat-
lah diharapkan pada akhir Repelita II dicapai keseimbangan
usaha (break even point). Dalam usaha peningkatan penyediaan
tenaga listrik tersebut, perlu pula disertai:
(a) Usaha peningkatan kwalitas dan kwantitas yang mempu-
nyai keandalan yang tinggi;
(b) Tersedianya sejumlah daya cadangan yang besarnya sama
dengan satuan pembangkit yang terbesar dan sekurang-
kurangnya 10% dari kemampuan yang terdapat pada
sistem;
(c Peningkatan daya guna sistem dengan usaha perbaikan
pada sistem, sehingga besarnya kerugian dapatlah diha-
rapkan diperkecil dengan 0,5% tiap tahun sehingga terca-
pai suatu tarap minimum.
Pada peningkatan pembangunan pusat-pusat pembangkit,
ditujukan untuk mengatasi penurunan kemampuan mesin-mesin
pembangkit karena usia dan pula untuk menampung kebutuhan
tenaga listrik bagi industri yang dilayani oleh pembangkit
sendiri dengan menyediakan lebih kurang 5% tiap tahun dari
peningkatan daya yang tersedia. Pada peningkatan dan pelak-
sanaan pembangunan pusat-pusat pembangkit di tingkat desa,
perlu diusahakan sejauh mungkin pemanfaatan secara optimal
semua sumber tenaga listrik dengan perancangan yang menye-
luruh.
Pada waktu ini dari 233 kabupaten, 192 dari padanya men-
dapatkan listrik dari PLN, 30 didirikan sendiri oleh Pemerintah
setempat dan 11 belum mempunyai tenaga listrik sama sekali.
Kebijaksanaan selanjutnya ialah agar program perlistrikan
akan sampai ke kecamatan, kumpulan desa yang berdekatan
satu sama lain maupun kepada badan koperasi, jika ternyata
kebutuhan tempat-tempat tersebut akan menjamin pengusahaan
yang masih ekonomis.
284

17
279
Perkembangan perlistrikan desa ini, terutama akan dilakukan
dengan mengambil tenaga listrik dari jaringan yang ada dan
membangun pusat-pusat 1istrik tenaga microhydro dan tenaga
diesel.
Disadari bahwa pendekatan secara regional dalam usaha
untuk ineningkatkan suatu sistem akan lebih menjamin ber-
hasilnya penyediaan tenaga listrik. Untuk mencapai ini perlu
diusahakan adanya interkoneksi sistem jaringan listrik apabila
keadaan beban telah memungkinkannya. Untuk memanfaatkan
sepenuhnya tenaga listrik yang dapat disediakan diusahakan
pula keseimbangan sistem antara pusat-pusat pembangkit
dengan jaringan transmisi dan jaringan distribusi. Keadaan
demikian memungkinkan pelayanan yang lebih merata akan
kebutuhan tenaga listrik. Mengingat hal tersebut di atas, dibu-
tuhkan laju pertumbuhan penyediaan daya sebesar kurang
lebih 18% tiap tahun dan dengan peningkatan daya guna sistem
maka laju pertumbuhan penyediaan tenaga listrik diharapkan
dapat mencapai antara 14-18% tiap tahun.
Di samping usaha peningkatan kemampuan penyediaan te-
naga listrik dalam waktu secepat-cepatnya, perlu adanya usaha
yang sifatnya menunjang pelaksanaan rencana pembangunan
dan pengusahaan tenaga 1istrik. Juga peningkatan pelayanan
terhadap masyarakat, antara lain peningkatan keahlian dan
ketrampilan personil, penyempurnaan sistem administrasi
perusahaan, perbaikan pelaksanaan operasi, perubahan tegangan
rendah menjadi 220 V/380 V dan pemeliharaan perlu dijalan-
kan.
Pada akhirnya untuk menyesuaikan dengan kebutuhan me-
nurut perkembangan sebenarnya, perlu dilakukan penyesuaian
rencana pembangunan secara berkala.

IV. PROGRAM.
Berdasarkan hasil studi dan laju pertumbuhan ekonomi,
disusun perkiraan produksi seperti yang tertera pada Tabel 14-5.
285

279 19
PERKIRAAN PRODUKSI TENAGA LISTRIK PLN

PER TAHUN (G W H)

Pening-
katan
PLN Propinsi Pusat Beban 1973 1974 1978 P e r Ta
hun %

1 2 3 4 5 6 7

Exploi-
ta s i I A c e h Banda Aceh 9.9 10.9 16.0 10.0

Exploi-
tas i II Sumut. Medan 132.3 137.3 213.4 10.0.

Exploi-
ta s i III Sumbar. Padang 21.8 25.0 50.5 18.3.
Bukittinggi 10.2 12.2 25.9 20.5
Riau Pakanbaru 12.1 15.7 22.6 13.3

Exploi-
tasi IV Jambi Jambi 8.8 10.6 21.8 19.9
Sumsel. Palembang 173.1 252.6 379.1 17.0
Lampung Tg. Karang 17.4 19.5 30.1 12.0
Bengkulu Bengkulu 6.5 7.8 16.3 20.2.

Exploi-
tasi V Kalbar. Pontianak 26.1 37.6 67.3 20.9,

Exploi
tasi VI Kalteng. Palangka-
raya 0.50 0.60 1.24 19.9
Kalsel. Banjar-
masin
14.0 21.0 43.5 25.5
Kaltim. Balikpapan 11.0 29.1 59.5 28.1
Samarinda 9.7 23.5 51.0 39.8
286
1 2 3 4 5 6 7

Exploi-
tas i V II Sulut. Minahasa 39.5 48.0 81.0 15.4
(Menado]
Sulteng. Pa1u 0.60 0.72 1.49 19.9

Exploi-
tasi VIII Uj. Pandang Uj. Pandang 50.3 98.4 225.5 35.0

0.80 1.01 2.40 25.0


Sultenggara Kendari

Exploi-
8.7 12.7 20.4 18.5
tasi IX Maluku Ambon
Exploi-
13.1 14.8 28.5 16.9
tasi X Irian Jaya Jayapura
7.7 8.5 11.5 8.4
Biak
2.7 3.2 6.6 20.0
Sorong
Exploi-
tas i X I 2.7 3.5 10.0 30.0
N.T. Timur Kupang
3.8 4.3 6.7 12.0
N.T. Barat Ampenan
32.0 55.9 140.1 34.4
Ba1i Denpasar
529.3 724.0 1304.0 19.7
Distr. I Jatim. Jatim.
317.5 349.4 776.5 19.6
Distr. II Jateng/ Jateng/
D.I. Yogya- D.I. Jogya-
karta Karta
Distr. III Jabar/D.K.I. 1605.0 3170.00 16.1
Jabar
Distr. IV D.K.I.

Jum1ah: 2962.1 3532.8 6782.4 18.0

287

11
Dengan mempertimbangkan beberapa faktor pengusahaan
antara lain beban puncak, besar daya cadangan dan keandalan
sistem, perencanaan waktu secara menyeluruh termasuk usaha
dalam mendapatkan dana untuk pembiayaannya, disusunlah
program fisik pembangunan kelistrikan dalam Repelita II
dengan pokok-pokok di bawah ini.
Susunan ini berupa angka-angka proyeksi yang secara ber-
kala akan ditinjau kembali dan disesuaikan dengan perkem-
bangan.

A Pusat-pusat listrik sebesar kurang lebih 1105 MW dengan


perincian:
Pusat-pusat listrik tenaga Air (PLTA) sebesar 126 MW
Pusat-pusat listrik tenaga Uap (PLTU) sebesar 425 MW
Pusat-pusat listrik tenaga Gas (PLTG) sebesar 355 MW
Pusat-pusat listrik tenaga Diesel (PLTD) sebesar 182 MW
Pusat-pusat listrik tenaga Panas Bumi (PLTP) sebesar
10 MW
Pusat-pusat listrik tenaga Microhydro (PLTM) sebesar
7 MW
B. Jaringan transmisi dengan perincian :
1.920 Km jaringan 150 KV
1.600 Km jaringan 70 KV
180 Km jaringan 30KV, dan
2.490 MVA gardu induk yang bersangkutan.
C. Jaringan distribusi dengan perincian:
8.500 Km tegangan primer
11.020 Km tegangan sekunder, dan
5.640 buah gardu distribusi yang bersangkutan.
D. Pembangunan sarana fisik bagi kegiatan penunjang, antara
lain untuk survey, management, penelitian serta peningkatan
keahlian dan ketrampilan personil, peningkatan organisasi
dan persiapan-persiapan antara lain pembangunan dalam
Repelita III.

288
Pembangunan pusat-pusat listrik tenaga air akan meman-
faatkan kekayaan alam berupa sungai-sungai besar dan danau-
danau. Di samping itu biaya operasi dibandingkan dengan
sumber enersi lainnya adalah sangat rendah. Tetapi pemba-
ngunan pusat-pusat listrik tenaga air memerlukan waktu yang
panjang dan investasi yang besar.

Pusat-pusat lriistrik tenaga air yang menurut rencana diha-


rapkan selesai dalam Repelita II ini adalah sebanyak 125,55
MW, yang terdiri dari PLTA-PLTA Batang Agam (Sumatra
Barat), Tes (Bengkulu), Tonsea Lama (Sulawesi Utara),
Karang Kates III (Jawa Timur), Wlingi (Jawa Timur), Garung
(Jawa Tengah), dan Juanda/Jatiluhur VI (Jawa Barat). Selain
PLTA Batang Agam, PLTA Garung dan PLTA Wlingi, proyek -
proyek tersebut merupakan perluasan dari pusat-pusat Iistrik
yang telah ada.

Karena pernbangunan suatu PLTA memerlukan waktu yang


panjang, maka dalam Repelita II sudah akan dimulai pula pene-
litian/pembangunan beberapa PLTA yang diharapkan akan
selesai dalam Repelita III, seperti:

- PLTA Sawangan (di Sulawesi Utara) yang menurut feasi-


bility study dapat dibangun pusat listrik dengan daya
terpasang lebih kurang 10 MW.

- PLTA Sentani (di Irian Jaya) yang menurut feasi-


bility study akan dapat dibangun pusat listrik yang
mempunyai daya terpasang lebih kurang 10 MW.

- PLTA Ayung (di Bali) yang menurut pre-feasibility study


dapat dibangun pusat listrik yang mempunyai daya terpa-
sang lebih kurang 10 MW.

- PLTA Cimanuk (di Jawa Barat), yang menurut feasibility


study dapat dibangun untuk pusat listrik pemikul beban
puncak dengan daya terpasang sebesar 400 MW. Proyek
ini merupakan suatu proyek serba guna.

289

410476 - (10).
- PLTA Saguling (di Citarum Jawa Barat), untuk ini akan
diadakan feasibility dan engineering study. Menurut suatu
pre-feasibility study daya terpasang diperkirakan sebesar
400-600 MW.
PLTA Serayu, menurut pre-feasibility study yang ada
terdapat dua tempat yang dapat dibangun pusat listrik
tenaga air dengan masing-masing daya terpasang 170 MW
dan 180 MW.
PLTA Maninjau di Sumatra Barat yang diperkirakan
mempunyai daya terpasang 45 MW.
- PLTA Sadang di Sulawesi Selatan yang diperkirakan
mempunyai daya terpasang lebih kurang 50 MW.
- PLTA Larona di Sulawesi Tenggara yang diperkirakan
mempunyai daya terpasang lebih kurang 150 MW.
- PLTA Jratun Seluna di Jawa Tengah yang diperkirakan
mempunyai daya terpasang 30-50 MW.
Usaha pembangunan pusat-pusat listrik tenaga air perlu
didukung oleh program penghijauan daerah hulu sungai atau
sekitar danau yang dimaksud, agar terdapat kelanggengan
debit air pada setiap waktu, sehingga menjamin penyediaan
listrik seterusnya.
Pusat-pusat listrik tenaga uap yang akan diselesaikan dalam
Repelita II ialah:
a) PLTU Muara Karang dengan daya terpasang sebesar
2 X 100 MW.
b) PLTU Semarang dengan daya terpasang sebesar 2 X 50
MW.
c) PLTU Surabaya dengan daya terpasang 2 X 50 MW.
d) PLTU Ujung Pandang dengan daya terpasang 25 MW.
Selain dari itu akan dimulai pembangunan perluasan dari
pada PLTU Muara Karang, PLTU Semarang dan pembangunan
PLTU baru seperti PLTU Cirebon, PLTU Cilacap, PLTU Gresik.

290
P L T U Bukit Asam, P L T U Sumatra Barat (Ombilin), P L T U
Medan dan yang harus sudah selesai dalam tahun-tahun
pertama Repelita III.
Guna menanggulangi kekurangan daya sebelum pembangkit
utama selesai akan dibangun pembangkit-pembangkit yang
lebih kecil dan segera dapat dipergunakan. Untuk ini diran-
cangkan pembangunan sejumlah 355 MW terdiri dari:
1. PLTG Jaya/Jabar dengan jumlah daya terpasang 220 MW.
2. PLTG Medan 20 MW.
3. PLTG Palembang 15 MW.
4. PLTG Ujung Pandang 15 MW.
5. PLTG Semarang 20 MW.
6. PLTG Surabaya 25 MW.
7. PLTG Cilacap 2 X 20 MW.
Setelah pembangkit utama selesai dibangun, PLTG-PLTG ini
menjadi unit pemikul beban puncak.
Dalam pelaksanaan proyek-proyek tersebut, maka akan
dimanfaatkan sebanyak mungkin sumber enersi yang terdapat
di daerah itu sendiri. Dengan demikian maka untuk P L T U
Ombilin dan PLTU Bukit Asam akan diarahkan penggunaan
batu bara, sedangkan gas bumi yang terdapat di berbagai
daerah akan dipakai sebagai bahan bakar guna beberapa PLTU
dan PLTG.
Untuk kebutuhan tambahan tenaga listrik di daerah-daerah
yang terpencil (isolated) akan dibangun pusat tenaga listrik
diesel dengan daya terpasang 182,1 MW dengan lokasi tersebar
di seluruh Indonesia, kebanyakan di luar Jawa. Jika keadaan
lokasi memungkinkan maka akan didirikan pusat-pusat listrik
tenaga hydro di berbagai tempat dengan jumlah daya terpasang
7 MW. Kedua jenis pusat listrik diesel maupun microhydro akan
mempunyai peranan yang penting dalam perkembangan per-
listrikan desa.
291
Dalam pada itu ada perkembangan baru dalam memanfaat-
kan kekayaan alam dengan akan dibangun pusat listrik tenaga-
uap panas bumi (PLTP) di daerah Dieng (Jawa Tengah) dan
Kamojang (Jawa Barat). Diharapkan dalam Repelita II ini
akan ada penambahan daya terpasang sebesar 10 MW.
Rencana pembangunan jaringan transmisi dan distribusi
dibuat dengan memperhatikan agar terdapat keseimbangan
yang lebih sesuai antara pembangunan pusat tenaga listrik
dengan jaringan transmisi dan distribusi.
Guna meningkatkan keandalan dan pula menghemat pembi-
ayaan perlu adanya interkoneksi antara sistem yang terpisah.
Dalam Repelita II diharapkan sudah ada interkoneksi antara
sistem Jawa Barat, Ketenger dan Tuntang di Jawa Tengah, dan
antara sistem Madiun dan Kalikonto di Jawa Timur. Pula dalam
awal Repelita II ini akan diadakan studi untuk merencanakan
interkoneksi antara sistem Jawa Barat, Jawa Tengah dan Jawa
Timur, dengan demikian akan terdapat satu sistem di pulau
Jawa.
Program pembangunan tenaga listrik selama Repelita II
adalah seperti tertera dalam Tabel 14-6.
Dengan adanya penambahan daya terpasang maupun
jaringan transmisi dan distribusi tersebut maka dimungkinkan
penyediaan tenaga listrik seperti tertera dalam Tabel 14-7.
Untuk meningkatkan kemampuan daya serap pelaksanaan
dan pengusahaan dari hasil pembangunan tersebut di atas dan
untuk dapat mengikuti kemajuan teknologi kelistrikan serta
meningkatkan kemampuan pemberian jasanya kepada masya-
rakat, maka disusunlah rancangan penunjang antara lain
seperti tercantum di bawah ini.
Peningkatan keahlian dan ketrampilan untuk meningkatkan
kemampuan dari seluruh lapisan personil dan untuk memper -
baiki susunan personil. Direncanakan untuk dapat melatih
5000 pegawai dalam Repelita II dan untuk ini diperlukan mem-
bangun pusat-pusat latihan.

292
TABEL 14 - 6
PROGRAM PEMBANGUNAN TENAGA LISTRIK DALAM
REPELITA II DIBANDING DENGAN REPELITA I

Jenis Repelita I *)
Satuan Repelita II
Kegiatan

Pusat-pusat tenaga
Listrik MW 323,374 1.105,2
Tambahan produksi MWH 1.138.526 3.887.422
Jaringan transmisi
Km 594.61 3.700
Gardu induk MVA 473,25 2.490
Jaringan distribusi
tegangan menengah Km 1.352 8.500
Jaringan distribusi
tegangan rendah Km 1.418 11.020
Gardu distribusi Buah 1.168 5.640

*) Menurut perkiraan yang dibuat pada bulan Januari 1974.

TABEL 14 - 7
PERKIRAAN PENYEDIAAN TENAGA LISTRIK

Satuan 1973-74 1974-75 1978-79

Daya terpasang MW 984.974 1.187.144 2.089.374

Produksi MWIH 2.894.978 3.532.800 6.782.400


293

290 28
30
297
31
297
Di samping pusat latihan di Cibogo Bogor, direncanakan pula
untuk membangun dan melaksanakan pendidikan di tempat
lain seperti Jakarta, Medan, Surabaya, Ujung Pandang dan
Semarang.

Untuk personil tingkat pimpinan, serta personil untuk pene -


litian/riset dan survey, direncanakan untuk diberi pendidikan
dan pengalaman tambahan di dalam negeri dan/atau di luar
negeri, baik melalui bantuan proyek maupun melalui bantuan
teknik.
Sejalan dengan peningkatan pelaksanaan pembangunan fisik
proyek-proyek tenaga listrik dan peningkatan pengusahaan
tenaga listrik, diperlukan personil baik untuk melaksanakan
pembangunan fisik proyek-proyek maupun untuk melayani
pengusahaan yang meningkat. Di samping itu diperlukan per-siapan
dan pelaksanaan perbaikan struktur personil melalui penilaian
kembali antara lain identifikasi tugas dan analisa tugas. Sejalan
dengan rencana tersebut di atas dilakukan pula usaha untuk
memperbaiki dan menyesuaikan peraturan kepegawaian sehingga
disiplin kerja dapat ditingkatkan.
Dengan program tersebut di atas, jumlah dan kemampuan
pegawai pada akhir Repelita II diperkirakan sedemikian rupa
sehingga bila produktivitas personil pada permulaan Repelita
II adalah 132 MWH/pegawai setahun, maka pada akhir Repe-
lita II diperkirakan menjadi 210-225 MWH/pegawai setahun,
dengan struktur personil yang lebih baik.
Untuk peningkatan kemampuan perancangan, baik kwalitatip
maupun kwantitatip, diperlukan penyempurnaan dan pengem-
bangan organisasi perancangan. Direncanakan untuk me-
nyusun program jangka panjang tingkat regional dan nasio -
nal baik di bidang physik maupun di bidang pembiayaan.
Pengalaman dalam Repelita I memberikan petunjuk untuk
meningkatkan organisasi, prosedur pembangunan dan pembi-
ayaan. Sejalan dengan itu diusahakan keserasian antara
mekanisme pembangunan dengan kelaziman perusahaan yang

297

32
297
akhirnya akan menuju kepada sistem anggaran yang menye-
luruh (integrated) baik yang bersumber pada anggaran
perusahaan maupun APBN.
Sejalan dengan peningkatan pelaksanaan pembangunan fisik
proyek-proyek tenaga listrik serta untuk meningkatkan kemam-
puan pelayanan jasa kepada masyarakat, maka perlu adanya
peningkatan dalam bidang pengusahaan tenaga listrik Pening-
katan yang dimaksud mencakup antara lain :
(a) peningkatan organisasi dan prosedur pengusahaan pem-
bangkitan, penyaluran dan distribusi tenaga listrik;
(b) peningkatan dan perbaikan sistem dan fasilitas penyediaan
bahan bakar dan pelumas, baik kwalitatip dan kwantitatip
maupun ditinjau dari lokasinya;
(c) peningkatan penyediaan spareparts dan material serta
peralatan listrik lainnya, agar didapat kelangsungan
pengusahaan;
(d) pendirian pusat-pusat pengaturan pembangkitan dan pe-
nyaluran tenaga listrik (load dispatch center) berikut
fasilitas-fasilitas yang diperlukan termasuk sistem komuni-
kasi ekstern dan intern;
(e) pembentukan pusat-pusat pengolahan data pengusahaan.
Peningkatan bidang administrasi meliputi peningkatan sis-
tem dan prosedur bidang keuangan dan pembukuan pada
umumnya. Dalam hal ini termasuk mekanisasi pekerjaan
administrasi, pengaturan fisik keuangan, pemeriksaan (audit),
asuransi, dan tarip.
Diperlukan pula peningkatan usaha di bidang riset, pengem-
bangan dan jasa-jasa teknik beserta segala fasilitas yang
diperlukan dalam bidang pengusahaan tenaga listrik dan usaha di
bidang standarisasi serta bantuan bagi pengembangan
industri listrik dalam negeri.
Selanjutnya direncanakan untuk menyusun peraturan menge-
nai standarisasi, ijin pengusahaan kepada pihak ketiga, syarat-
syarat penyambungan dan peraturan instalasi.
298

34
297
Di samping itu direncanakan pula untuk menunjang segala
usaha dalam rangka menyusun dan menetapkan suatu kebijak -
sanaan nasional tentang pemanfaatan tenaga (energy) dan
bahan bakar yang sangat dibutuhkan bagi kesempurnaan
perkembangan kelistrikan.
Program pembiayaan proyek-proyek tenaga listrik dalam
Repelita II dibuat berdasarkan rencana waktu pelaksanaan dari
masing-masing proyek bersangkutan sejak dimulainya pekerjaan
jasa-jasa teknik (engineering service). Pada umumnya penye -
diaan biaya berakhir dengan selesainya pembangunan fisik pada
taraf mulai jalan (commissioning) kecuali bagi proyek-proyek
tertentu, masih perlu disediakan biaya untuk masa perawatan
serta bimbingan untuk operasi dan pemeliharaan.
Program tersebut tidak hanya dibuat untuk pembangunan
proyek-proyek baru secara fisik, tetapi juga mencakup ke -
giatan penunjang antara lain untuk survey, management,
penelitian serta peningkatan keahlian dan ketrampilan personil,
peningkatan organisasi dan persiapan-persiapan antara lain
pembangunan dalam Repelita III.
Pembiayaan yang dibutuhkan pada umumnya dibuat berda-
sarkan urgensi dan prioritas yang harus diberikan kepada usaha
yang dapat meningkatkan pembangunan ekonomi.
Program biaya investasi ini didasarkan atas anggaran baik
rupiah maupun valuta asing. Untuk memenuhi kebutuhan dalam
jangka waktu lima tahun dari Repelita II diperlukan biaya
berkisar Rp. 380.000.000.000,- seperti terlihat dalam Tabel
14-10.
Dalam biaya ini belum termasuk investasi yang dibiayai
dengan biaya penyambungan dan/atau biaya perluasan oleh
calon langganan dan langganan dalam rangka penyambungan
langganan-langganan tersebut.

Dalam angka tersebut di atas termasuk kebutuhan akan


devisa yang tinggi, mengingat bahwa sebagian besar peralatan
nasih harus didatangkan dari luar negeri.

299
TABEL 14 - 8
PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN SEKTOR TENAGA LISTRIK
MENURUT GOLONGAN PROYEK
1974/75 dan 1974/75 - 1978/79

(Juta Rupiah)
Anggaran Pembangunan
Golongan Proyek
1974/75 1974/75 - 1978/79

A. Pembangunan pusat pusat listrik baru dan


peningkatan pusat-pusat iistrik yang ada. 31.904 225.740
B. Pembangunan transmisi dan gardu induk baru
serta peningkatan transmisi dan gardu induk 7.255 40.310
yang ada.
C. Pembangunan distribusi baru dan peningkatan
distribusi yang ada. 13.404 94.800
D. Usaha usaha penunjang (peningkatan keahlian
dan ketrampilan, riset, survey, dan sebagainya.). 2.365 18.950
Jumlah 54.928 379.800
Perincian lebih lanjut untuk tiap-tiap kegiatan mengenai
lokasi, kapasitas pusat-pusat tenaga listrik yang akan dibangun
dan panjangnya jaringan-jaringan yang akan dipasang dapat
dilihat pada Tabel 14-9.
Kebutuhan biaya untuk pusat listrik adalah paling menon-
jol. Hal ini disebabkan selain keadaan daya terpasang yang
masih sangat rendah dewasa ini, juga disebabkan pusat-pusat
listrik yang dibangun tidak seluruhnya dapat selesai dalam
Repelita II tetapi baru dalam Repelita III, sedang biaya pem-
bangunannya sudah harus dikeluarkan dalam Repelita II.
Program pengusahaan dalam Repelita II terutama ditujukan
pada usaha penyehatan keuangan dalam rangka usaha penye-
hatan PLN secara menyeluruh. Sedangkan program fisik serta
bantuan program penunjang diharapkan akan dapat dicapai
keseimbangan usaha pada akhir Repelita II, dengan disertai
peningkatan pelayanan jasa-jasa kepada masyarakat.
Usaha peningkatan dalam pengusahaan tenaga listrik terse-
but, disertai pula usaha mutu dan keandalan dengan memper-
hitungan faktor keamanan dan keselamatan personil dan
masyarakat pemakai serta memperkecil kerugian jaringan dan
gangguan-gangguan yang timbul.
Usaha penyehatan Perusahaan Umum Listrik Negara telah
dilakukan dengan bantuan Pemerintah yang bersifat investasi
pada Perusahaan Umum Listrik Negara dan peningkatan
pengusahaan, sehingga investasi yang direncanakan dalam
Repelita II cukup memberikan dasar bagi pengusahaan yang
sehat, yang memungkinkan untuk tercapainya titik keseimbangan
usaha.
Sungguhpun demikian disadari bahwa usaha tersebut perlu
disertai peninjauan tingkat harga penjualan tenaga listrik
pada saat-saat tertentu.
Dengan demikian pada akhir Repelita II diharapkanPerusa -
haan Umum Listrik Negara telah dapat membiayai sendiri
sebagian dari rancangan investasinya dengan menggunakan

301
TABEL 14 - 9

PERINCIAN INSTALASI TENAGA LISTRIK YANG DI


PROYEKSIKAN DALAM REPELITA II

KAPASITAS
INSTALASI MW
PLN PROPINSI TENAGA LISTRIK PANJANG
KM
1 2 3 4

EXPL. I ACEH PLTD Aceh *


P LTM Aceh *
Distribusi Aceh *
PLTA Asahan *
EXPL. II SUMATERA UTARA
PLTD Medan
6X4
PLTD Sumatera Utara *
PLTG Medan 1 X 20
PLTM Surnatera Utara *
PLTU Medan 2 X 25
Trans. Sumatera Utara 2 X 80
Distribusi Medan
Distribusi Sumatera Utara *
PLTA Batang Agam 3 X 3,35
EXPL. III. SUMATERA BARAT
PLTA Maninjau 3 X 15

302

* tersebar
1 2
3 4

PLTU Sumatera Barat (Ombilin) 2 X 25


PLTD Padang 2X2,5 + 2X5
PLTD Bukittinggi 2 X 1,2
PLTD Sumatera Barat *
PLTM Sumatera Barat *
Trans. Sumatera Barat 2 X 125
Distribusi Sumatera Barat
Distribusi Sum. Bar. (tersebar) *
PLTD Pakanbaru 1,5 + 3x2
R IAU
PLTD Riau *
PLTM Riau *
Distribusi Pakanbaru *
Distribusi Riau *
JAMBI PLTD Jambi *
EXPL. IV PLTM Jambi *
Distribusi Jambi *
SUMATERA SELATAN
PLTD Sumatera Selatan 1 X 15

PLTG Palembang *
PLTM Sumatera Selatan *
PLTU Bukit Asam 2 X 50

303
*) terbesar.
1 2 3 4

Trans.Sumatera Selatan 2 X 110


Distribusi Palembang
Distribusi Sumatera Selatan *
LA M P U N G PLTD Lampung *
PLTM Lampung *
Distribusi Lampung
BENGKULU PLTA Tes 2X2
PLTD Bengkulu *
PLTM Bengkulu *
Distribusi Bengkulu *
EXPL. V KALIMANTAN BARAT PLTD Pontianak 5X4
PLTD Kalimantan Barat *
PLTM Kalimantan Barat *
Distribusi Pontianak
Distribusi Kalimantan Barat *
PLTD Kaiimantan Tengah *
KALIMANTAN TENGAH PLTM Kaiimantan Tengah *
Distribusi Kalimantan Tengah *
PLTD Kalimantan Selatan *
PLTM Kalimantan Selatan *
Trans. Kalimantan Selatan 1X 50

304
Distribusi Banjarmasin
Distribusi Kalimantan Selatan *
KALIMANTAN T1MUR PLTD Kalimantan Timur 11 X 3,2
PLTD KAL. TIMUR tersebar *
PLTM Kalimantan Timur *
Distribusi Kalimantan Timur
Distribusi Ka!. Timur tersebar *
EXPL. VII SULAWESI UTARA PLTA Tonsea Lama 1 X 4,5
PLTD Menado 4,5
PLTD Bitung 7,5
PLTD Sulawesi Utara *
PLTM Sulawesi Utara
Trans. Sulawesi Utara 2 X 26
Distr. Minahasa
Distr. Sulawesi Utara *
SULAWESI TENGAH PLTD Sulawesi Tengah *
PLTM Sulawesi Tengah *
Distr. Sulawesi Tengah *
SULAWESI SELATAN PLTD Sulawesi Selatan
EXPL. Vlll 1 X 15
PLTG Ujung Pandang

PLTM Sulawesi Selatan *


PLTU Ujung Pandang 1 X 12,5 + 2X25
1 2 3 4
Distr. Ujung Pandang
Distr. Sulawesi Selatan *
SULAWESI TENGGARA PLTD Sulawesi Tenggara *
PLTM Sulawesi Tenggara *
Distr. Sulawesi Tenggara *

MALUKU PLTD Maluku *


EXPL. iX
PLTM Maluku *
Distribusi Maluku *

EXPL. X IRIAN JAYA


PLTA Sentani 10
PLTD Biak 2X1
PLTD Jayapura 2X2
PLTD frian Jaya *
PLTM irian Jaya *
Distribusi Biak
Distribusi Jayapura
Distribusi Irian Jaya *
EXPL. XI NUSATENGGARA TIMUR PLTD *
PLTM *
'Distribusi *
*
NUSATENGGARA PLTD
BARAT PLTM *
Distribusi *
1 2 3 4
BALi PLTA Ayung 10
PLTD Bali 41
PLTD Bali Tersebar
PLTM Bali *
Distribusi Bali
Distribusi Bali Tersebar *
PEMB. I/
DISTR. I JAWA TIMUR PLTA Karangkates III 1 X 35
PLTA Wlingi 1 X 27
PLTG Surabaya 1 X 25
PLTD Jawa Timur +
PLTM Jawa Timur +
PLTU Surabaya 2 X 50
PLTU Gresik 2 X 100
Transmisi Jawa Timur 710

Distribusi Jawa Timur


+
Tersebar
PEMB.II/
DISTR.II JAWA TENGAH PLTA Garung 2 X 10
PLTD Jawa Tengah +
PLTG Semarang 1 X 20

+) tersebar
3 4
1 2

2X20
PLTG Cilacap
PLTM Jawa Tengah +
PLTU Semarang 4X50
PLTU Cilacap 1 X 100
PLTP Dieng 1 X 5
Trans.Jawa Tengah 147 + 2 x. 216
Distr. Jawa Tengah
Distr. Jawa Tengah
Tersebar
+

DI YOGYAKARTA Distr. Yogyakarta termasuk


Distribusi Jawa Tengah

PEMB.III/ PLTA Saguling


DISTR.III JAWA BARAT 400 - 600
PLTA Juanda VI 25
PLTA Cimanuk 250
PLTD Jawa Barat +
PLTM Jawa Barat +
PLTU Cirebon 1 X 100
PLTP Kamojang 1X5
Trans. Jawa Barat 2 X 126 + 2 X 577

+) tersebar
Distribusi Jawa Barat
4
1 2 3

Distribusi Jawa Barat


Tersebar

PEMB-III
DKI JAKARTA RAYA PLTG Jakarta 11 X 20
DISTR-IV
PLTU Muarakarang 3.X 100.
Distribusi Jakarta

TERSEBAR TERSEBAR SELURUH


INDONESIA PL TD 49,5
PLTM 6,67
Distribusi
Penyediaan listrik untuk
lndustrial Estate
Peningkatan Pusat Pusat
Lrstrik
Peningkatan Transmisi dan
Distribusi

PENUNJANG TERSEBAR SELURUH Peningkatan Keahlian &


INDONESIA Ketrampilan Kerja.
Usaha-Usaha Penunjang.
dana penyusutan yang telah berhasil dipupuknya, yang meliputi
aktiva pembangkitan, penyaluran dan pendistribusian serta
perlengkapannya, termasuk penelitian dan penelaahannya.

Walaupun semua kegiatan perancangan, pembangunan dan


pengusahaan tenaga listrik ditugaskan kepada Perusahaan
Umum Listrik Negara, namun dalam jangka waktu yang dekat
ini kebutuhan akan tenaga listrik terutama pada sektor indus-
tri, belum dapat dilayani sepenuhnya dari penyediaan yang ada.
Terhadap kekurangan akan kebutuhan tenaga listrik tersebut,
maka kepada industri-industri pertambangan dapat diberikan
kesempatan untuk memenuhinya sendiri, setelah terlebih dahu-
lu mendapat izin dari Perusahaan Umum Listrik Negara.

Besarnya daya pembangkit sendiri di luar PLN tersebut


diperkirakan akan meningkat dari 547 MW pada akhir Repelita
I menjadi lebih kurang 1000 MW pada akhir Repelita II.

Dalam angka tersebut diatas tidak termasuk kebutuhan dari


proyek-proyek besar di sektor industri dan pertambangan.
Dengan pembangunan pusat-pusat peleburan timah dan nikel
di berbagai tempat, diperkirakan akan dibangun sendiri pusat
tenaga listrik sebesar kurang lebih 225 MW. Demikian juga
untuk kebutuhan dua proyek LNG akan dibangun pembangkit
listrik sendiri sebesar 250 MW.

Disamping itu pembangunan industri besi baja di Jawa Barat


memerlukan sedikit-dikitnya 250 MW dalam Repelita II, yang
kemudian akan diperluas menjadi 500 MW dalam Repelita III.
Menurut perkiraan-perkiraan yang ada untuk pembangunan
wilayah industri Batam diperlukan 180 MW yang akan diba-
ngun sendiri.

Khusus mengenai Proyek Asahan perlu dimaklumi bahwa


pusat tenaga listrik merupakan bagian dari penanaman modal
Proyek Pusat Peleburan Aluminium. Pusat tenaga listrik terse but
mempunyai kapasitas 600 MW yang akan diharapkan akan

310
selesai pada tahun 1981. Sebagian dari tenaga listrik sebesar
lebih kurang 50 MW dapat diharapkan disalurkan untuk umum.
Jika jumlah daya terpasang dari proyek-proyek besar ini
diperhitungkan dalam penggunaan listrik, maka perbandingan
penggunaan antara Konsumtip dan produktip akan menunjuk-
kan angka yang lebih seimbang.

1. Keadaan gas kota dan permasalahannya.


Dalam Repelita pertama telah dapat diselesaikan penggan-
tian pipa yang telah rusak atau buntu sepanjang 120 km atau
13,5% dari seluruh jaringan. Demikian pula dilaksanakan
pembaruan pipa dinas serta meteran pada langganan sebanyak
6.587 unit atau 30% dari seluruh langganan yang ada. Pada
sistem penyediaan gas yang didapat dari dapur gas batu bara
dan perengkah minyak katalitis telah dilaksanakan rehabilitasi
sebanyak 451,9 juta kcal per hari.

Dengan adanya perkembangan baru dalam bentuk LPG atau


light destilate serta gas bumi yang banyak terdapat di Indone-
sia maka sasaran dalam Repelita I adalah memanfaatkan
bahan-bahan tersebut untuk kebutuhan bahan bakar untuk
industri dan untuk keperluan rumah tangga. Sarana distribusi
dalam bentuk pipa penyaluran gas serta pipa-pipa dinas dan
meteran ke langganan yang ada akan dimanfaatkan. Sebagai
permulaan usaha tersebut dilaksanakan di Cirebon dengan
proyek penyaluran gas bumi sebanyak 600,0 juta kcal per hari
dari Bongas, yang pada waktu ini berada dalam taraf pelaksa -
naan. Proyek tersebut diharapkan akan selesai dalam tahun -
tahun pertama Repelita lI.

2. Kebijaksanaan.

Dalam rangka kebijaksanaan pengembangan dan pengguna-


an sumber-sumber enersi maka pemanfaatan gas alam seba -
gai bahan bakar dalam industri maupun dalam rumah tangga

311
perlu dilanjutkan. Jumlah konsumen gas kota masih rendah,
maka usaha utama adalah rnemperbesar jumlah konsumen
dengan cara mengubah sistem penyediaan gas yang memung -
kinkan penurunan biaya per satuan.
Dalam menggunakan gas alam jelas bahwa yang menjadi
masalah adalah perbaikan dan penambahan pipa distribusi dari
sumber yang ada yang kelak akan dipergunakan untuk penya-
luran gas alam ke konsumen.
Di samping itu perlu adanya tangki penyimpanan gas serta
alat-alat perlengkapannya. Pembangunan dapur-dapur batu
bara maupun perengkah minyak katalistis dari minyak berat
akan memerlukan investasi yang lebih besar. Selain daripada
itu juga akan menambah pencemaran udara dan keganasan
erosi pada permukaan pipa-pipa.
Sejalan dengan langkah-langkah perluasan produksi dengan
pembesaran pemasaran maka akan diserasikan organisasi di
bidang gas kota sehingga dapat terjamin efisiensi yang mak -
simal. Bentuk ideal dari efisiensi perusahaan adalah kemam-
puan menghasilkan gas dengan tarip yang memadai di satu
pihak dan kemampuan memupuk dana keuangan yang dapat
dipergunakan untuk investasi dan rehabilitasi di pihak lain.
Di samping itu masih diperlukan pengaturan yang menjamin
adanya iklim pengusahaan yang sehat guna pengembangannya.
Hal ini mengingat bahwa gas sebagai bahan bakar perlu di
arahkan penggunaannya untuk memenuhi kebutuhan masyara-
kat banyak. Dengan demikian maka ada dorongan untuk ber -
ikhtiar tercapainya keseimbangan yang tepat antara pengadaan
gas kota dengan biaya yang serendah-rendahnya serta pela-
yanan kepada para konsumen yang setinggi-tingginya dengan
harga yang memadai pada konsumen.

Sementara penelitian dan perencanaan sampai penyelesaian


pembangunannya tahap demi tahap dilaksanakan, instalasi -
instalasi yang ada akan terus berjalan dengan perbaikan-per-
baikan seperlunya.

312
PEMBIAYAAN.

Pembiayaan dari Anggaran Pembangunan Negara untuk


pembangunan tenaga listrik dalam tahun 1974/75 berjumlah
Rp. 55,7 milyar, sedang selama jangka waktu lima tahun dalam
Repelita II diperkirakan berjumlah Rp. 387,8 milyar.
Dalam seluruh jumlah tersebut di atas sudah termasuk nilai
lawan pelaksanaan bantuan proyek.
313

52

3
53

3
TABEL 14 - 10
PEMBIAYAAN RENCANA PEMBANGUNAN LIMA TAHUN
1974/75 – 1979
(dalam juta rupiah)
TENAGA LISTRIK
1974/75 197G/75 - 1978/79
No. Kode Sektor/Sub Sektor/ (Anggaran (Anggaran
Program Pembangunan) Pembangunan)

3. SEKTOR TENAGA LISTRIK 55.728,0 387.800,0

3.1. Sub Sektor Tenaga Listrik dan Gas 55.728,0 387.800,0

3.1.1 Program Peningkatan 54.928,0 379.800,0


Tenaga Listrik

3.1.2. Program Peningkatan


Tenaga Gas 800,0 8.000,0

55

Anda mungkin juga menyukai