TENAGA LISTRIK
B A B 14
TENAGA LISTRIK
I. PENDAHULUAN
275
Dalam permulaan Repelita I, maka keseimbangan tersebut di
atas justru tidak tampak. Rasio pemakaian secara konsumtif
dan produktif tidak menunjukkan penggunaan listrik yang
efektif. Sedangkan dalam memperhitungkan tarip belum dila -
kukan penyusutan yang semestinya.
Secara fisik masih terdapat ketidakserasian antara kapasi-
tas jaringan transmisi dan distribusi dibandingkan dengan daya
terpasang. Di samping itu di berbagai tempat pusat-pusat tena-
ga listrik memerlukan rehabilitasi agar dapat ditingkatkan ka -
pasitas penggunaannya. Demikian pula diperlukan perbaikan
dan peningkatan efisiensi institutionil dalam organisasi yang
mengatur kelistrikan.
Dengan mengadakan langkah-langkah yang telah digariskan
itu maka selama Repelita I diselesaikan 594,61 km jaringan
transmisi, 22 buah gardu induk, 1352 km jaringan distribusi
tegangan menengah, 1418 km jaringan bertegangan rendah dan
1168 buah gardu distribusi. Dalam hal pusat-pusat tenaga lis-
trik telah diselesaikan penambahan sebesar 323,374 MW.
Dengan demikian maka pembangunan tenaga listrik selama
Repelita I adalah seperti tertera pada Tabel 14 - 1.
Dengan selesainya pembangunan-pembangunan tersebut,
maka terdapat penambahan daya terpasang yang memungkin-
kan peningkatan produksi selama Repelita I, seperti tertera
dalam Tabel 14 - 2.
276
TABEL 14 - 1.
PEMBANGUNAN PUSAT-PUSAT TENAGA LISTRIK,
JARINGAN TRANSMISI DAN DISTRIBUSI REPELITA I
MVA 40
Gardu induk 91,5 51,5 61,25 229 473,25
Jaringan distribusi tegang
an menengah 489,94
75,07 287,09 287,3 212,60 1,352
Km
Jaringan distribusi tegang-
277
TABEL 1 4 - 2.
PENYEDIAAN TENAGA LISTRIK PLN REPELITA I
278
daya terpasang yang dibangun Perusahaan Umum Listrik N e -
gara, maka angka-angka menunjukkan gambaran sebagai berikut:
TABEL 1.4 - 3.
DAYA TERPASANG
279
TABEL 14 - 4
11
279
penyediaan dan kebutuhan masyarakat yang lebih besar akan
tenaga listrik.
Kerugian dari produksi tenaga listrik Perusahaan Umum
Listrik Negara pada tahun terakhir Pelita I tersebut sebesar
719.172 MWH atau 25% menunjukkan angka yang masih ting-
gi, sehingga memerlukan usaha perbaikan untuk memperkecil-
nya. Dari perincian penjualan tenaga listrik menurut golongan
tarip, terlihat bahwa pemakaian untuk produksi/industri sebe-
sar 405.306 MWH atau 18,6% menunjukkan angka yang ren-
dah. Sebenarnya angka golongan industri ini cukup besar, yang
dipenuhi dengan penyediaan sendiri pembangkit tenaga listrik.
Dengan demikian jelaslah bahwa, pemakaian tenaga listrik Per-
usahaan Umum Listrik Negara sebagian besar masih bersifat
kcnsumtip.
Dalam hal menghadapi masalah efisiensi yang masih rendah,
telah diadakan perbaikan institusionil dan management secara
terus-menerus. Kemajuan-kemajuan yang dicapai selama Repe-
lita I tersebut di atas, adalah hasil dari pembangunan yang
disertai pula peningkatan institusionil dan management terse-
but. Peningkatan institusionil telah dilakukan dengan dike -
Iuarkannya Peraturan Pemerintah No. 18 tahun 1972 tentang
Perusahaan Umum Listrik Negara, yang mempertegas status
dan kewenangan khusus Perusahaan Umum Listrik Negara.
Peningkatan management di bidang personil, dengan disertai
usaha peningkatan keahlian dan ketrampilan menyebabkan
peningkatan produktivitas pegawai dari 70 MWH/pegawai per -
mulaan Repelita I, menjadi 132 MWH/pegawai pada akhir Re-
pelita I.
Dalam bidang administrasi, sesuai dengan peningkatan
pengusahaan, telah dilakukan usaha pengejaran keterlambatan
pekerjaan administrasi dam peningkatan sistem prosedur ad-
ministrasi. Mengenai bidang keuangan, pada dasarnya penda -
patan Perusahaan Umum Listrik Negara baru dapat menutup
biaya-biaya langsung pengusahaan di luar biaya penyusutan.
sehingga untuk pengembangan pengusahaan masih diperlukan
281
bantuan dari Pemerintah bagi keperluan investasi. Bantuan
tersebut selama Repelita I berasal dari Anggaran Pembangunan
APBN sebesar Rp. 54.074.951.250,- dan US $ 360.008.465,-
dari bantuan Proyek, yang tersebut akhir ini merupakan jum-
lah dari seluruh naskah perjanjian luar negeri yang telah di-
tandatangani sampai tanggal 31 Desember 1973.
Mengingat akan pengalaman-pengalaman pada pelaksanaan
pembangunan dari anggaran APBN termasuk bantuan proyek
di atas, telah ditinjau kemungkinan-kemungkinan untuk me-
ningkatkan daya serap pembangunan dengan memperbaiki
organisasi dan penyempurnaan produsen.
Hal-hal yang masih memerlukan perhatian antara lain:
a) Kemampuan pelaksanaan dalam meningkatkan daya serap
pembangunan yang tergantung dari pada perbaikan-perba-
ikan penunjang di bidang organisasi dan prosedur.
b) Peningkatan kwalitatif dan kwantitatif pelaksanaannya;
c) Ketergantungan laju pembangunan proyek-proyek tenaga
listrik pada material/peralatan dari luar negeri.
Pada pelaksanaan pengusahaannya yang masih memerlukan
perhatian antara lain:
a) Kesulitan pengusahaan di daerah disebabkan kekurangan
keandadan dan kapasitas cadangan tenaga listrik, kwalitas
personil untuk operasi dan pemeliharaan;
b) Macamnya mesin yang diperoleh yang tergantung dari sum-
ber bantuan proyek sehingga menyulitkan standarisasi dan
penyediaan spareparts.
Usaha meningkatkan pendapatan Perusahaan Umum Listrik
Negara dalam rangka meningkatkan pelayanan jasa kepada
masyarakat, telah ditinjau kemungkinan-kemungkinan untuk
menyehatkan Perusahaan Umum Listrik Negara yang tersusun
dalam suatu rancangan penyehatan Perusahaan Umum Listrik
Negara.
282
14
279
III. KEBIJAKSANAAN DAN LANGKAH-LANGKAH
283
Berdasarkan kebijaksanaan tersebut di atas, maka semua
usaha dan kegiatan pembangunan serta peningkatan pengusa-
haan tenaga listrik diarahkan sedemikian rupa sehingga dapat-
lah diharapkan pada akhir Repelita II dicapai keseimbangan
usaha (break even point). Dalam usaha peningkatan penyediaan
tenaga listrik tersebut, perlu pula disertai:
(a) Usaha peningkatan kwalitas dan kwantitas yang mempu-
nyai keandalan yang tinggi;
(b) Tersedianya sejumlah daya cadangan yang besarnya sama
dengan satuan pembangkit yang terbesar dan sekurang-
kurangnya 10% dari kemampuan yang terdapat pada
sistem;
(c Peningkatan daya guna sistem dengan usaha perbaikan
pada sistem, sehingga besarnya kerugian dapatlah diha-
rapkan diperkecil dengan 0,5% tiap tahun sehingga terca-
pai suatu tarap minimum.
Pada peningkatan pembangunan pusat-pusat pembangkit,
ditujukan untuk mengatasi penurunan kemampuan mesin-mesin
pembangkit karena usia dan pula untuk menampung kebutuhan
tenaga listrik bagi industri yang dilayani oleh pembangkit
sendiri dengan menyediakan lebih kurang 5% tiap tahun dari
peningkatan daya yang tersedia. Pada peningkatan dan pelak-
sanaan pembangunan pusat-pusat pembangkit di tingkat desa,
perlu diusahakan sejauh mungkin pemanfaatan secara optimal
semua sumber tenaga listrik dengan perancangan yang menye-
luruh.
Pada waktu ini dari 233 kabupaten, 192 dari padanya men-
dapatkan listrik dari PLN, 30 didirikan sendiri oleh Pemerintah
setempat dan 11 belum mempunyai tenaga listrik sama sekali.
Kebijaksanaan selanjutnya ialah agar program perlistrikan
akan sampai ke kecamatan, kumpulan desa yang berdekatan
satu sama lain maupun kepada badan koperasi, jika ternyata
kebutuhan tempat-tempat tersebut akan menjamin pengusahaan
yang masih ekonomis.
284
17
279
Perkembangan perlistrikan desa ini, terutama akan dilakukan
dengan mengambil tenaga listrik dari jaringan yang ada dan
membangun pusat-pusat 1istrik tenaga microhydro dan tenaga
diesel.
Disadari bahwa pendekatan secara regional dalam usaha
untuk ineningkatkan suatu sistem akan lebih menjamin ber-
hasilnya penyediaan tenaga listrik. Untuk mencapai ini perlu
diusahakan adanya interkoneksi sistem jaringan listrik apabila
keadaan beban telah memungkinkannya. Untuk memanfaatkan
sepenuhnya tenaga listrik yang dapat disediakan diusahakan
pula keseimbangan sistem antara pusat-pusat pembangkit
dengan jaringan transmisi dan jaringan distribusi. Keadaan
demikian memungkinkan pelayanan yang lebih merata akan
kebutuhan tenaga listrik. Mengingat hal tersebut di atas, dibu-
tuhkan laju pertumbuhan penyediaan daya sebesar kurang
lebih 18% tiap tahun dan dengan peningkatan daya guna sistem
maka laju pertumbuhan penyediaan tenaga listrik diharapkan
dapat mencapai antara 14-18% tiap tahun.
Di samping usaha peningkatan kemampuan penyediaan te-
naga listrik dalam waktu secepat-cepatnya, perlu adanya usaha
yang sifatnya menunjang pelaksanaan rencana pembangunan
dan pengusahaan tenaga 1istrik. Juga peningkatan pelayanan
terhadap masyarakat, antara lain peningkatan keahlian dan
ketrampilan personil, penyempurnaan sistem administrasi
perusahaan, perbaikan pelaksanaan operasi, perubahan tegangan
rendah menjadi 220 V/380 V dan pemeliharaan perlu dijalan-
kan.
Pada akhirnya untuk menyesuaikan dengan kebutuhan me-
nurut perkembangan sebenarnya, perlu dilakukan penyesuaian
rencana pembangunan secara berkala.
IV. PROGRAM.
Berdasarkan hasil studi dan laju pertumbuhan ekonomi,
disusun perkiraan produksi seperti yang tertera pada Tabel 14-5.
285
279 19
PERKIRAAN PRODUKSI TENAGA LISTRIK PLN
PER TAHUN (G W H)
Pening-
katan
PLN Propinsi Pusat Beban 1973 1974 1978 P e r Ta
hun %
1 2 3 4 5 6 7
Exploi-
ta s i I A c e h Banda Aceh 9.9 10.9 16.0 10.0
Exploi-
tas i II Sumut. Medan 132.3 137.3 213.4 10.0.
Exploi-
ta s i III Sumbar. Padang 21.8 25.0 50.5 18.3.
Bukittinggi 10.2 12.2 25.9 20.5
Riau Pakanbaru 12.1 15.7 22.6 13.3
Exploi-
tasi IV Jambi Jambi 8.8 10.6 21.8 19.9
Sumsel. Palembang 173.1 252.6 379.1 17.0
Lampung Tg. Karang 17.4 19.5 30.1 12.0
Bengkulu Bengkulu 6.5 7.8 16.3 20.2.
Exploi-
tasi V Kalbar. Pontianak 26.1 37.6 67.3 20.9,
Exploi
tasi VI Kalteng. Palangka-
raya 0.50 0.60 1.24 19.9
Kalsel. Banjar-
masin
14.0 21.0 43.5 25.5
Kaltim. Balikpapan 11.0 29.1 59.5 28.1
Samarinda 9.7 23.5 51.0 39.8
286
1 2 3 4 5 6 7
Exploi-
tas i V II Sulut. Minahasa 39.5 48.0 81.0 15.4
(Menado]
Sulteng. Pa1u 0.60 0.72 1.49 19.9
Exploi-
tasi VIII Uj. Pandang Uj. Pandang 50.3 98.4 225.5 35.0
Exploi-
8.7 12.7 20.4 18.5
tasi IX Maluku Ambon
Exploi-
13.1 14.8 28.5 16.9
tasi X Irian Jaya Jayapura
7.7 8.5 11.5 8.4
Biak
2.7 3.2 6.6 20.0
Sorong
Exploi-
tas i X I 2.7 3.5 10.0 30.0
N.T. Timur Kupang
3.8 4.3 6.7 12.0
N.T. Barat Ampenan
32.0 55.9 140.1 34.4
Ba1i Denpasar
529.3 724.0 1304.0 19.7
Distr. I Jatim. Jatim.
317.5 349.4 776.5 19.6
Distr. II Jateng/ Jateng/
D.I. Yogya- D.I. Jogya-
karta Karta
Distr. III Jabar/D.K.I. 1605.0 3170.00 16.1
Jabar
Distr. IV D.K.I.
287
11
Dengan mempertimbangkan beberapa faktor pengusahaan
antara lain beban puncak, besar daya cadangan dan keandalan
sistem, perencanaan waktu secara menyeluruh termasuk usaha
dalam mendapatkan dana untuk pembiayaannya, disusunlah
program fisik pembangunan kelistrikan dalam Repelita II
dengan pokok-pokok di bawah ini.
Susunan ini berupa angka-angka proyeksi yang secara ber-
kala akan ditinjau kembali dan disesuaikan dengan perkem-
bangan.
288
Pembangunan pusat-pusat listrik tenaga air akan meman-
faatkan kekayaan alam berupa sungai-sungai besar dan danau-
danau. Di samping itu biaya operasi dibandingkan dengan
sumber enersi lainnya adalah sangat rendah. Tetapi pemba-
ngunan pusat-pusat listrik tenaga air memerlukan waktu yang
panjang dan investasi yang besar.
289
410476 - (10).
- PLTA Saguling (di Citarum Jawa Barat), untuk ini akan
diadakan feasibility dan engineering study. Menurut suatu
pre-feasibility study daya terpasang diperkirakan sebesar
400-600 MW.
PLTA Serayu, menurut pre-feasibility study yang ada
terdapat dua tempat yang dapat dibangun pusat listrik
tenaga air dengan masing-masing daya terpasang 170 MW
dan 180 MW.
PLTA Maninjau di Sumatra Barat yang diperkirakan
mempunyai daya terpasang 45 MW.
- PLTA Sadang di Sulawesi Selatan yang diperkirakan
mempunyai daya terpasang lebih kurang 50 MW.
- PLTA Larona di Sulawesi Tenggara yang diperkirakan
mempunyai daya terpasang lebih kurang 150 MW.
- PLTA Jratun Seluna di Jawa Tengah yang diperkirakan
mempunyai daya terpasang 30-50 MW.
Usaha pembangunan pusat-pusat listrik tenaga air perlu
didukung oleh program penghijauan daerah hulu sungai atau
sekitar danau yang dimaksud, agar terdapat kelanggengan
debit air pada setiap waktu, sehingga menjamin penyediaan
listrik seterusnya.
Pusat-pusat listrik tenaga uap yang akan diselesaikan dalam
Repelita II ialah:
a) PLTU Muara Karang dengan daya terpasang sebesar
2 X 100 MW.
b) PLTU Semarang dengan daya terpasang sebesar 2 X 50
MW.
c) PLTU Surabaya dengan daya terpasang 2 X 50 MW.
d) PLTU Ujung Pandang dengan daya terpasang 25 MW.
Selain dari itu akan dimulai pembangunan perluasan dari
pada PLTU Muara Karang, PLTU Semarang dan pembangunan
PLTU baru seperti PLTU Cirebon, PLTU Cilacap, PLTU Gresik.
290
P L T U Bukit Asam, P L T U Sumatra Barat (Ombilin), P L T U
Medan dan yang harus sudah selesai dalam tahun-tahun
pertama Repelita III.
Guna menanggulangi kekurangan daya sebelum pembangkit
utama selesai akan dibangun pembangkit-pembangkit yang
lebih kecil dan segera dapat dipergunakan. Untuk ini diran-
cangkan pembangunan sejumlah 355 MW terdiri dari:
1. PLTG Jaya/Jabar dengan jumlah daya terpasang 220 MW.
2. PLTG Medan 20 MW.
3. PLTG Palembang 15 MW.
4. PLTG Ujung Pandang 15 MW.
5. PLTG Semarang 20 MW.
6. PLTG Surabaya 25 MW.
7. PLTG Cilacap 2 X 20 MW.
Setelah pembangkit utama selesai dibangun, PLTG-PLTG ini
menjadi unit pemikul beban puncak.
Dalam pelaksanaan proyek-proyek tersebut, maka akan
dimanfaatkan sebanyak mungkin sumber enersi yang terdapat
di daerah itu sendiri. Dengan demikian maka untuk P L T U
Ombilin dan PLTU Bukit Asam akan diarahkan penggunaan
batu bara, sedangkan gas bumi yang terdapat di berbagai
daerah akan dipakai sebagai bahan bakar guna beberapa PLTU
dan PLTG.
Untuk kebutuhan tambahan tenaga listrik di daerah-daerah
yang terpencil (isolated) akan dibangun pusat tenaga listrik
diesel dengan daya terpasang 182,1 MW dengan lokasi tersebar
di seluruh Indonesia, kebanyakan di luar Jawa. Jika keadaan
lokasi memungkinkan maka akan didirikan pusat-pusat listrik
tenaga hydro di berbagai tempat dengan jumlah daya terpasang
7 MW. Kedua jenis pusat listrik diesel maupun microhydro akan
mempunyai peranan yang penting dalam perkembangan per-
listrikan desa.
291
Dalam pada itu ada perkembangan baru dalam memanfaat-
kan kekayaan alam dengan akan dibangun pusat listrik tenaga-
uap panas bumi (PLTP) di daerah Dieng (Jawa Tengah) dan
Kamojang (Jawa Barat). Diharapkan dalam Repelita II ini
akan ada penambahan daya terpasang sebesar 10 MW.
Rencana pembangunan jaringan transmisi dan distribusi
dibuat dengan memperhatikan agar terdapat keseimbangan
yang lebih sesuai antara pembangunan pusat tenaga listrik
dengan jaringan transmisi dan distribusi.
Guna meningkatkan keandalan dan pula menghemat pembi-
ayaan perlu adanya interkoneksi antara sistem yang terpisah.
Dalam Repelita II diharapkan sudah ada interkoneksi antara
sistem Jawa Barat, Ketenger dan Tuntang di Jawa Tengah, dan
antara sistem Madiun dan Kalikonto di Jawa Timur. Pula dalam
awal Repelita II ini akan diadakan studi untuk merencanakan
interkoneksi antara sistem Jawa Barat, Jawa Tengah dan Jawa
Timur, dengan demikian akan terdapat satu sistem di pulau
Jawa.
Program pembangunan tenaga listrik selama Repelita II
adalah seperti tertera dalam Tabel 14-6.
Dengan adanya penambahan daya terpasang maupun
jaringan transmisi dan distribusi tersebut maka dimungkinkan
penyediaan tenaga listrik seperti tertera dalam Tabel 14-7.
Untuk meningkatkan kemampuan daya serap pelaksanaan
dan pengusahaan dari hasil pembangunan tersebut di atas dan
untuk dapat mengikuti kemajuan teknologi kelistrikan serta
meningkatkan kemampuan pemberian jasanya kepada masya-
rakat, maka disusunlah rancangan penunjang antara lain
seperti tercantum di bawah ini.
Peningkatan keahlian dan ketrampilan untuk meningkatkan
kemampuan dari seluruh lapisan personil dan untuk memper -
baiki susunan personil. Direncanakan untuk dapat melatih
5000 pegawai dalam Repelita II dan untuk ini diperlukan mem-
bangun pusat-pusat latihan.
292
TABEL 14 - 6
PROGRAM PEMBANGUNAN TENAGA LISTRIK DALAM
REPELITA II DIBANDING DENGAN REPELITA I
Jenis Repelita I *)
Satuan Repelita II
Kegiatan
Pusat-pusat tenaga
Listrik MW 323,374 1.105,2
Tambahan produksi MWH 1.138.526 3.887.422
Jaringan transmisi
Km 594.61 3.700
Gardu induk MVA 473,25 2.490
Jaringan distribusi
tegangan menengah Km 1.352 8.500
Jaringan distribusi
tegangan rendah Km 1.418 11.020
Gardu distribusi Buah 1.168 5.640
TABEL 14 - 7
PERKIRAAN PENYEDIAAN TENAGA LISTRIK
290 28
30
297
31
297
Di samping pusat latihan di Cibogo Bogor, direncanakan pula
untuk membangun dan melaksanakan pendidikan di tempat
lain seperti Jakarta, Medan, Surabaya, Ujung Pandang dan
Semarang.
297
32
297
akhirnya akan menuju kepada sistem anggaran yang menye-
luruh (integrated) baik yang bersumber pada anggaran
perusahaan maupun APBN.
Sejalan dengan peningkatan pelaksanaan pembangunan fisik
proyek-proyek tenaga listrik serta untuk meningkatkan kemam-
puan pelayanan jasa kepada masyarakat, maka perlu adanya
peningkatan dalam bidang pengusahaan tenaga listrik Pening-
katan yang dimaksud mencakup antara lain :
(a) peningkatan organisasi dan prosedur pengusahaan pem-
bangkitan, penyaluran dan distribusi tenaga listrik;
(b) peningkatan dan perbaikan sistem dan fasilitas penyediaan
bahan bakar dan pelumas, baik kwalitatip dan kwantitatip
maupun ditinjau dari lokasinya;
(c) peningkatan penyediaan spareparts dan material serta
peralatan listrik lainnya, agar didapat kelangsungan
pengusahaan;
(d) pendirian pusat-pusat pengaturan pembangkitan dan pe-
nyaluran tenaga listrik (load dispatch center) berikut
fasilitas-fasilitas yang diperlukan termasuk sistem komuni-
kasi ekstern dan intern;
(e) pembentukan pusat-pusat pengolahan data pengusahaan.
Peningkatan bidang administrasi meliputi peningkatan sis-
tem dan prosedur bidang keuangan dan pembukuan pada
umumnya. Dalam hal ini termasuk mekanisasi pekerjaan
administrasi, pengaturan fisik keuangan, pemeriksaan (audit),
asuransi, dan tarip.
Diperlukan pula peningkatan usaha di bidang riset, pengem-
bangan dan jasa-jasa teknik beserta segala fasilitas yang
diperlukan dalam bidang pengusahaan tenaga listrik dan usaha di
bidang standarisasi serta bantuan bagi pengembangan
industri listrik dalam negeri.
Selanjutnya direncanakan untuk menyusun peraturan menge-
nai standarisasi, ijin pengusahaan kepada pihak ketiga, syarat-
syarat penyambungan dan peraturan instalasi.
298
34
297
Di samping itu direncanakan pula untuk menunjang segala
usaha dalam rangka menyusun dan menetapkan suatu kebijak -
sanaan nasional tentang pemanfaatan tenaga (energy) dan
bahan bakar yang sangat dibutuhkan bagi kesempurnaan
perkembangan kelistrikan.
Program pembiayaan proyek-proyek tenaga listrik dalam
Repelita II dibuat berdasarkan rencana waktu pelaksanaan dari
masing-masing proyek bersangkutan sejak dimulainya pekerjaan
jasa-jasa teknik (engineering service). Pada umumnya penye -
diaan biaya berakhir dengan selesainya pembangunan fisik pada
taraf mulai jalan (commissioning) kecuali bagi proyek-proyek
tertentu, masih perlu disediakan biaya untuk masa perawatan
serta bimbingan untuk operasi dan pemeliharaan.
Program tersebut tidak hanya dibuat untuk pembangunan
proyek-proyek baru secara fisik, tetapi juga mencakup ke -
giatan penunjang antara lain untuk survey, management,
penelitian serta peningkatan keahlian dan ketrampilan personil,
peningkatan organisasi dan persiapan-persiapan antara lain
pembangunan dalam Repelita III.
Pembiayaan yang dibutuhkan pada umumnya dibuat berda-
sarkan urgensi dan prioritas yang harus diberikan kepada usaha
yang dapat meningkatkan pembangunan ekonomi.
Program biaya investasi ini didasarkan atas anggaran baik
rupiah maupun valuta asing. Untuk memenuhi kebutuhan dalam
jangka waktu lima tahun dari Repelita II diperlukan biaya
berkisar Rp. 380.000.000.000,- seperti terlihat dalam Tabel
14-10.
Dalam biaya ini belum termasuk investasi yang dibiayai
dengan biaya penyambungan dan/atau biaya perluasan oleh
calon langganan dan langganan dalam rangka penyambungan
langganan-langganan tersebut.
299
TABEL 14 - 8
PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN SEKTOR TENAGA LISTRIK
MENURUT GOLONGAN PROYEK
1974/75 dan 1974/75 - 1978/79
(Juta Rupiah)
Anggaran Pembangunan
Golongan Proyek
1974/75 1974/75 - 1978/79
301
TABEL 14 - 9
KAPASITAS
INSTALASI MW
PLN PROPINSI TENAGA LISTRIK PANJANG
KM
1 2 3 4
302
* tersebar
1 2
3 4
PLTG Palembang *
PLTM Sumatera Selatan *
PLTU Bukit Asam 2 X 50
303
*) terbesar.
1 2 3 4
304
Distribusi Banjarmasin
Distribusi Kalimantan Selatan *
KALIMANTAN T1MUR PLTD Kalimantan Timur 11 X 3,2
PLTD KAL. TIMUR tersebar *
PLTM Kalimantan Timur *
Distribusi Kalimantan Timur
Distribusi Ka!. Timur tersebar *
EXPL. VII SULAWESI UTARA PLTA Tonsea Lama 1 X 4,5
PLTD Menado 4,5
PLTD Bitung 7,5
PLTD Sulawesi Utara *
PLTM Sulawesi Utara
Trans. Sulawesi Utara 2 X 26
Distr. Minahasa
Distr. Sulawesi Utara *
SULAWESI TENGAH PLTD Sulawesi Tengah *
PLTM Sulawesi Tengah *
Distr. Sulawesi Tengah *
SULAWESI SELATAN PLTD Sulawesi Selatan
EXPL. Vlll 1 X 15
PLTG Ujung Pandang
+) tersebar
3 4
1 2
2X20
PLTG Cilacap
PLTM Jawa Tengah +
PLTU Semarang 4X50
PLTU Cilacap 1 X 100
PLTP Dieng 1 X 5
Trans.Jawa Tengah 147 + 2 x. 216
Distr. Jawa Tengah
Distr. Jawa Tengah
Tersebar
+
+) tersebar
Distribusi Jawa Barat
4
1 2 3
PEMB-III
DKI JAKARTA RAYA PLTG Jakarta 11 X 20
DISTR-IV
PLTU Muarakarang 3.X 100.
Distribusi Jakarta
310
selesai pada tahun 1981. Sebagian dari tenaga listrik sebesar
lebih kurang 50 MW dapat diharapkan disalurkan untuk umum.
Jika jumlah daya terpasang dari proyek-proyek besar ini
diperhitungkan dalam penggunaan listrik, maka perbandingan
penggunaan antara Konsumtip dan produktip akan menunjuk-
kan angka yang lebih seimbang.
2. Kebijaksanaan.
311
perlu dilanjutkan. Jumlah konsumen gas kota masih rendah,
maka usaha utama adalah rnemperbesar jumlah konsumen
dengan cara mengubah sistem penyediaan gas yang memung -
kinkan penurunan biaya per satuan.
Dalam menggunakan gas alam jelas bahwa yang menjadi
masalah adalah perbaikan dan penambahan pipa distribusi dari
sumber yang ada yang kelak akan dipergunakan untuk penya-
luran gas alam ke konsumen.
Di samping itu perlu adanya tangki penyimpanan gas serta
alat-alat perlengkapannya. Pembangunan dapur-dapur batu
bara maupun perengkah minyak katalistis dari minyak berat
akan memerlukan investasi yang lebih besar. Selain daripada
itu juga akan menambah pencemaran udara dan keganasan
erosi pada permukaan pipa-pipa.
Sejalan dengan langkah-langkah perluasan produksi dengan
pembesaran pemasaran maka akan diserasikan organisasi di
bidang gas kota sehingga dapat terjamin efisiensi yang mak -
simal. Bentuk ideal dari efisiensi perusahaan adalah kemam-
puan menghasilkan gas dengan tarip yang memadai di satu
pihak dan kemampuan memupuk dana keuangan yang dapat
dipergunakan untuk investasi dan rehabilitasi di pihak lain.
Di samping itu masih diperlukan pengaturan yang menjamin
adanya iklim pengusahaan yang sehat guna pengembangannya.
Hal ini mengingat bahwa gas sebagai bahan bakar perlu di
arahkan penggunaannya untuk memenuhi kebutuhan masyara-
kat banyak. Dengan demikian maka ada dorongan untuk ber -
ikhtiar tercapainya keseimbangan yang tepat antara pengadaan
gas kota dengan biaya yang serendah-rendahnya serta pela-
yanan kepada para konsumen yang setinggi-tingginya dengan
harga yang memadai pada konsumen.
312
PEMBIAYAAN.
52
3
53
3
TABEL 14 - 10
PEMBIAYAAN RENCANA PEMBANGUNAN LIMA TAHUN
1974/75 – 1979
(dalam juta rupiah)
TENAGA LISTRIK
1974/75 197G/75 - 1978/79
No. Kode Sektor/Sub Sektor/ (Anggaran (Anggaran
Program Pembangunan) Pembangunan)
55