4.1 Umum
Saluran induk adalah saluran yang letaknya langsung dari bangunan utama
sampai bangunan bagi di mana bangunan tersebut merupakan pertemuan dari
saluran sekunder. Pada saluran ini dilengkapi dengan pintu untuk mencegah agar
selama pembilasan air tidak mengalir kembali dari saluran primer dan mencegah
air pembilas yang mengandung sedimen masuk ke saluran.
tipe pintu romijn yang sesuai adalah pintu Romijn Tipe V.750 sebanyak 4
buah dengan spesifikasi sebagai berikut:
- Q maks = 750 lt/dt
- Q total = 4 x 750 = 2387,2 lt/dt
- Lebar (b) = 1,25 m
- Lebar total = 3 x 1,25 + 2 x 0,5 = 6 m
- Kedalaman maks pada MAR = 0,5 m
- Varian (V) = 0,18 x h maks = 0,18 x 0,5 = 0,09 m
- H = 1,15 + H = 1,15 + 0,09 = 1,24 m
- Kehilangan energi (z) = 0,11 m
- Elevasi muka air di saluran kantong lumpur = El. MA Sal.Primer + z
= + 208,98 + 0,11 = + 209,09 m
Agar aliran di dalam kantong tidak meander, maka direncanakan L/B > 8.
karena L > 8B, maka dapat dihitung = L > 8B => 8B x B = 1050. Jadi
B < 12 m dan L > 96 m
2. Penentuan kemiringan energi in selama eksploitasi normal (kantong sedimen
hampir penuh).
- Nilai kecepatan lumpur saat eksploitasi normal (Vn) diambil 0,40 m/dt.
Untuk mencegah tumbuhnya vegetasi dan agar partikel yang lebih besar
tidak langsung mengendap di hilir pengambilan.
- Koefisien Strickler (Ks) diambil sebesar 45.
- Luas penampang basah (An)
Qn 4,2
An = = = 10,5 m2
Vn 0,40
Qs = 1,2 x Qn
= 1,2 x 4,2 = 5,04 m/dt
- Luas kantong lumpur saat kosong
Qs 5,04
As = = = 3,36 m2
Vs 1,50
- Agar pembilasan dapat dilakukan dengan baik, V aliran harus dijaga agar
tetap subkritis atau Fr < 1
Vs 1,50
Fr = = = 0,75< 1 (OK)
√gxHs √9,81 x 0,4
6. Frekuensi Pengurasan
Diasumsikan air yang dielakkan mengandung 0,5 0/00 sedimen yang harus
diendapkan dalam kantong lumpur.
Rumus : V = 0,0005*Qp*T
1088 = 0,0005*3,5*T
Lebar total bangunan yang diambil sama dengan lebar dasar kantong lumpur.
1. Data Perencanaan Bangunan Pembilas
Qs= 5,04 m3/dt
hs = 0,4 m
b =9m
Direncanakan pintu penguras dengan lebar = 2 m
Digunakan pilar dengan lebar = 1 m
Kecepatan saat pembilasan (Vs) diambil sebesar 1,5 m/dt (karena dianggap
sedimen berupa pasir kasar)
Untuk mengurangi besarnya pertambahan kecepatan yang mengakibatkan
efek penggenangan maka perlu ditambah luas basah pada pintu pembilas
dengan perhitungan sebagai berikut :
Rumus : b * hs = bnf * hnf
di mana :
bnf = lebar bersih bukaan pintu (m)
bnf = jumlah pintu pembilas x lebar pintu
=3x2=6m
hnf = kedalaman air pada bukaan pembilasan (m)
b * hs = bnf * hnf
9 x 0,4 = 6 x hnf
hnf = 0,6 m
Jadi kedalaman tambahan sebesar 0,6 – 0,4 = 0,2 m. Untuk keamanan harus
ditambah 0,05 m dari dasar pembilas.
2. Dimensi Saluran Pembilas
B/H (n) = 2,5
Talud (m) =1:1
Jagaan (W) = 0,6 m
Lebar dasar saluran :
Luas bukaan pintu (Af) = (n+m) H2
bnf x hnf = (2,5+1) H2
6 x 0,6 = 3,5H2
H = 1,01 ~ 1,00 m
B = 2,5H = 2,5 m
Gambar 4.6 Potongan Melintang Saluran Pembilas
Air yang dibutuhkan untuk irigasi sebesar (Qp) 3,5 m3/dt. Dengan adanya
kantong lumpur, debit rencana pengambilan ditambah 20% dari kebutuhan
pengambilan.
1. Perencanaan bangunan pengambilan
Qn = 1,2 x Qp
Qn = 1,2 x 3,5 = 4,2 m3/dt
Kecepatan pengambilan ( V ) = 1,5 m/dt
Kehilangan tinggi energi pada bukaan diasumsikan = 0,20 m
Elevasi dasar bangunan pengambilan sebaiknya 0,2 m di atas muka kantong
dalam keadaan penuh.
Rumus :V = µ √2gz
Qn = V x a x b
Qn = µ x a x b √2gz
Rumus :
Qn = µ x a x b √2gz
Q=A*V
Q = 484.505
A= h (b + mh)
V= c√RI
c= 87 /(1+ ɤb√R)
R = A/P
P= b+ 2h √m^2+1
Dari trial dan error didapat h=2,2 m
H A P R C V Q
2.15 62.995 29.6148 2.127146 42.88942 7.348325 462.9077
2.18 64.0048 29.74896 2.151497 43.01319 7.411593 474.3775
2.19 64.3422 29.79368 2.159592 43.05402 7.432573 478.2281
2.2 64.68 29.8384 2.167677 43.09465 7.453499 482.0923
2.2063 64.89302 29.86657 2.172764 43.12015 7.466654 484.5337
2 2
Q = Cd x x √ g x Be x H13/2
3 3
2 2
484,505 = 1,3 x x√ x 9,81 x (30 – 0,24 x H1) x H13/2
3 3
H1 ≈ 5,0 m
di mana :
Q50 = debit (m3/dt) = 484,505 m3/dt
Cd = koefisien debit = C0 x C1 x C2
g = percepatan gravitasi (m/det2)
Be = lebar efektif bendung (m)
H1 = tinggi energi di atas mercu (m)
Gambar 4.9 Harga-harga Koefisien C0untuk Bendung Ambang Bulat sebagai Fungsi
Perbandingan H1/p
V2
k=
2g
2,72
k= = 0,37
2×9,81
Hd = 5– 0,37=4,63 m
Jadi tinggi air di atas mercu adalah : +210,8 + 4,63= +215,43
Kolam olak berfungsi meredam energi yang timbul di dalam aliran air
superkritis yang melewati pelimpah serta mengantisipasi olakan yang terjadi di
hilir tubuh bendung sebagai akibat perbedaan ketinggian muka air antara hulu dan
hilir bendung.
di mana :
Fr = bilangan Froude
g = percepatan gravitasi (9,81 m/dt2)
z = tinggi jatuh (m)
z = tinggi muka air banjir di hulu – tinggi muka air banjir di hilir
z = 215,43 – 207 = 8,43m
V1 = kecepatan awal loncatan = √2×g×(0,5×H1 +z)
Y1
y2 =
2
(√1+8Fr2 -1)
1,14
= 2 (√1+8(4,36)2 -1)
= 6,48 m
Kolam olak untuk bilangan froude ≥ 4,5 disarankan menggunakan kolam olak
tipe USBR III.
- Tinggi blok muka = lebar blok muka = jarak antar blok muka = y1 = 1,14 m
- Jarak tepi kolam olak ke blok muka = 0,5 x y1
= 0,5 x 1,14
= 0,57 m
- Jarak antar blok muka dengan blok halang = 0,82 x y2
= 0,82 x 6,48
= 5,3 m
- Tebal blok halang bagian atas = 0,2 x n3
= 0,2 x 1,57
= 0,31 m
- Jarak tepi kolam olak ke blok halang = 0,675 x n3
= 0,675 x 1,57
= 1,06 m
- Lebar balok halang = jarak antar blok halang = 0,75 x n3
= 0,75 x 1,57
= 1,18 m
4.4.5 Menentukan Panjang Lantai Muka
1
𝐿𝑤 = ∑ 𝐿𝑣 + ∑ 𝐿ℎ
3
dimana :
Lw = panjang garis rembesan (m)
Σ Lv = panjang creep line vertikal (m)
Σ Lh = panjang creep line horisontal (m)
Faktor rembesan / creep ratio (CW) = 𝐿𝑤 ⁄𝐻𝑊 dimana CW > CL aman.
Tabel 3.9 Perhitungan Uplift Pressure Kondisi Normal
Panjang Rembesan
TOT(Lw) ΔH=Lw/Cw H Px=H-ΔH
TITIK RUAS LV LH 1/3LH
m m m m t/m² m m
Tebal lantai kolam olak dipilih berdasarkan nilai terbesar dari perhitungan
kondisi normal dan kondisi banjir, maka diambil tebal lantai kolam olak sebesar
2,07 ~ 2,1 m.
4.4.7 Tinjauan Gerusan di Hilir Bendung
484,505 1⁄3
= 0,47 ( )
12,44
= 1,57 m
Dengan angka keamananan 1,5 maka R =1.5 x 1,57= 2,355 m